Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya
tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Yogyakarta yang kaya akan
wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal ini menjadikan kota Jogja
sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia setelah Bali. Banyak tempat
wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wiasata sejarah,
wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata malam
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata
yang terjangkau, dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan
menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu
pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel, dan restoran;
serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda
(multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan
meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja,
dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana sejarah Candi Prambanan ?
B. Bagaimana sejarah Museum Gunung Merapi ?
C. Bagaimana sejarah Merapi Lava Tour ?
D. Bagaimana sejarah Museum Hartaku ?
E. Bagaimana sejarah Batu Alien ?
F. Bagaimana sejarah Tebing Breksi ?
G. Bagaimana sejarah Museum Dirgantara ?

3. Tujuan
A. Ingin Mengetahui sejarah Candi Prambanan.
B. Ingin Mengetahui sejarah Museum Gunung Merapi.
C. Ingin Mengetahui sejarah Merapi Lava Tour.
D. Ingin Mengetahui sejarah Museum Hartaku
E. Ingin Mengetahui sejarah Batu Alien.
F. Ingin Mengetahui sejarah Tebing Breksi.
G. Ingin Mengetahui sejarah Museum Dirgantara.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Candi Prambanan
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan
kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut
Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan
pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi
desa Tlogo, Prambanan, Klaten.

Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok


melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi
sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek
tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang
memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang
dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian
ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan
deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-
raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan
diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar
candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi
sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai
upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan
menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya
berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari
kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu.
Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga
terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh
Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan
pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang
2
sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab
lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah
perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak
terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat
pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan
ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui
keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-
candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami
dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan
Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai
Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang
sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903,
Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun
1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige
Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai
kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan
tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926
dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada
tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun
1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra
Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993 .
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran
candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun
1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena
batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain.
Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli
masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun
ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa
bagian candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki
kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak
sejumlah bangunan dan patung.

3
2. Museum Gunung Merapi
Museum Gunung Merapi (MGM) terletak di Dusun Banteng, Desa
Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, atau sekitar 600
meter arah selatan pintu gerbang obyek wisata Kaliurang, Yogyakarta.
Untuk menuju lokasi museum yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari
Kota Yogyakarta, dapat dicapai melalui dua rute. Rute pertama dari sisi
timur melewati Jalan Kaliurang, sedangkan rute lainnya dari sisi barat
melewati Jalan Boyong.
Museum yang mengambil tema “Merapi Jendela Bumi” ini mulai
dibangun pada tahun 2005 yang ditandai dengan peletakan batu
pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo
Yusgiantoro. Pembangunan museum merupakan kerja sama antara
pemerintah pusat (ESDM) yang mengucurkan dana sekitar Rp3,86 miliar,
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp3 miliar dan
Pemerintah Kabupaten Sleman sekitar Rp345,5 juta yang pada tahun
2006 menyediakan lagi anggaran sebesar Rp3,82 miliar.
Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2009 museum
mulai beroperasi yang ditandai dengan peresmian oleh Kepala Badan
Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, R Shukyar,
mewakili Menteri ESDM yang tidak dapat hadir. Peresmian juga dihadiri
oleh Asisten I Pemprov DIY, T. Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman,
Sri Purnomo.

Setelah diresmikan dan dibuka penggunaannya bagi masyarakat umum,


operasionalisasi MGM berada di bawah koordinasi Dinas Pengairan,
Pertambangan dan Penanggulanggan Bencana Alam Kabupaten Sleman.
Rencananya, pada tahun 2010 museum yang menempati lahan seluas
3,5 hektar ini pengelolaannya akan berpindah pada Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Sleman..
Memasuki museum, sebuah replika sebaran awan panas dari tiga buah
letusan Gunung Merapi, yakni pada tahun 1969, 1994 dan 2006 akan
menyambut para pengunjung. Alat inilah yang membuat seluruh
ruangan bergemuruh. Tekan saja salah satu tombolnya, maka sebaran
awan panas dan aliran lava pijar akan terlihat menyerupai kejadian
waktu itu. Terbayang betapa dahsyatnya gejolak gunung api ini tiap kali
meletus. Ratusan rumah tertimbun material vulkanik, ribuan ternak mati
4
dan warga harus dievakuasi. Kehidupan di sekitar Merapi tandas
ditelan wedhus gembel. Peristiwa tersebut bagai rajah yang tak akan
hilang dari ingatan siapa saja yang menjadi korban.
Menjelajahi ruangan lain kita akan menemukan display tipe letusan
gunung api, batuan dari Gunung Merapi sejak tahun 1930, koleksi
benda-benda sisa letusan tahun 2006 hingga koleksi foto-foto Gunung
Merapi dari zaman ke zaman yang dipajang sedemikian rupa sehingga
mudah diamati. Panel-panel ilustrasi dengan gambar kartun pun dapat
dijumpai dan tentunya ramah bagi anak-anak
Dari sekian banyak koleksi benda yang ada, salah satu yang menarik
adalah batu bom (volcanic bomb). Batu ini sepintas terlihat seperti batu
biasa dengan bentuk yang tak beraturan. Tapi siapa sangka, batu ini
adalah rupa lain lava pijar bersuhu 700 - 1.200 derajat celcius yang
kemudian terlempar ke udara dan mengalami proses pendinginan cepat
sebelum sampai ke permukaan bumi.
Puas mengamati setiap koleksi di lantai satu, saatnya menilik apa yang
ada di lantai dua museum. Setidaknya ada sembilan tipe benda koleksi
dan alat peraga yang tersimpan di sana, mulai dari display letusan dan
erupsi Merapi, lorong peraga simulasi LCD, peraga simulasi tsunami
hingga peraga simulasi gempa. Masing-masing koleksi tersebut berhasil
menarik perhatian tiap pengunjung, apalagi koleksi alat peraga yang ada
masih berfungsi dengan baik. Jadi jangan heran bila tiap pengunjung
dapat melihat tsunami dan gempa bumi mini yang dahsyat namun tak
membahayakan
Ketika semua sisi museum telah dijelajahi, masuk ke dalam teater mini
museum ini adalah pilihan yang tepat. Sembari beristirahat, pengunjung
akan disuguhi sebuah film pendek berdurasi 24 menit berjudul
Mahaguru Merapi. Film ini menunjukkan dua sisi Merapi yang begitu
berbeda. Merapi memberi kesuburan dan kehidupan bagi tiap makhluk
di sekitarnya, tapi ada kalanya ia juga meluluhlantakkan semuanya
tanpa tersisa.

3. Merapi Lava Tour


Pada dasarnya, Merapi Lava Tour mengajak wisatawan naik mobil Jeep
menyusuri bekas aliran lahar pasca letusan Gunung Merapi. Sepanjang
perjalanan, wisatawan akan diajak mampir ke beberapa destinasi pasca
letusan seperti Museum Sisa Hartaku dan Bunker Kaliadem. Merapi Lava
Tour terbagi dalam tiga rute yakni short (1,5 jam), medium (2,5 jam), dan
long (4-5 jam).Tur rute pendek dengan Jeep berisi maksimal 4 orang
dewasa hargaya Rp 350.000, sementara untuk medium Rp 450.000 dan

5
untuk long Rp 600.000.  Namun sebelum mencoba Merapi Lava Tour,
ada beberapa tips yang perlu diperhatikan.

Imaddudin Yazid, salah satu pemandu Jogja Geowisata memaparkan


beberapa di antaranya. Jogja Geowisata adalah operator tur yang
mengkhususkan diri pada tempat-tempat yang berkaitan dengan
fenomena alam di DI Yogyakarta. Cuaca Usahakan berkunjung ke
Kaliurang untuk mencoba Merapi Lava Tour pada musim kemarau.
Panorama Gunung Merapi akan terlihat jelas, Anda pun tak perlu basah-
basahan sepanjang perjalanan.

4. Museum Hartaku
Masih beberbekas di ingatan kita, kejadian Gunung Merapi pada 5
November 2010. Erupsi Gunung Merapi yang meluluhlantahkan daerah
Sleman, Jogjakarta. Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang
muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 12
siang lebih 5 menit 40 detik. Kejadian ini menjadi duka mendalam bagi
Jogjakarta dan Indonesia. Bencana ini menelan korban tewas kurang
lebih 200 orang dan 800 luka-luka.
Letusan abu panas Gunung Merapi mengahguskan segalanya tanpa
terkekecuali. Banyak manusia yang terjebak dan dan meninggal di
tempat. Banyak ternak sapi, kerbau kambing dan lainya yang mati
karena abu panas dan gas beracun. Rumah-rumah, ladang dan sawah
warga semua diselimuti oleh abu yang sangat tebal. Banyak benda-benda
dan perabot rumah tangga yang meleleh akibat abu panas.
Dari banyaknya sisa harta masyarakat yang terkena bencana ini.
Dibangunlah semuah museum sederhana yang di kelola oleh warga
sekitar. Museum ini dinamakan Museum Sisa Hartaku. Museum ini
berisikan foto-foto kejadian pada saat Merapi meletus. Plus Barang-
barang rumah tangga peninggalah warga yang terkena bencana. Ada pula
fosil hewan ternak yang mati karena letusan Merapi. Benda-benda ini
menjadi saksi bisu bagaimana dasyatnya erupsi Merapi.

6
Ada banyak barang-barang yang terpampang di meseum ini, seperti
televisi atau komputer yang sudah meleleh. Ada pula kerangka motor
bebek yang sudah berkarat dan masih diselimuti bekas debu Merapi.
Saat kita masuk Museum ini kita akan disambut oleh beberapa bangkai
sapi yang sudah menjadi tulang belulang. Ada juga sisa peninggalan
gamelan yang sudah rusak. Banyak botol-botol, kendi, penggorengan
yang sudah habis dilalap abu volcano.
Dari museum ini kita bisa merasakan kepedihan yang meninpa
Jogjakarta 7 tahun silam, kesedihan akan terasa pada saat melihat
barang-barang yang meleleh akibat letusan Merapi. Untuk Berkunjung
ke Museum Sisa Hartaku Merapi Jogja tidak dipungut biaya. Hanya saja
jika kita mau meberi cuma-cuma kita bisa memberikan uang kita di
kotak amal yang tersedia. Jika kita ingin melihat kembali atau
mendengar cerita pada saat detik-detik Merapi membuktikan kuasanya,
datanglah ke Museum Sisa Hartaku Merapi Jogja, dan belajarlah dari sini
bahwa alamt tidak pernah main-main, alam tidak hanya untuk
dimanfaatkan tapi untuk dijaga dan dilestarikan.

5. Batu Alien
Gunung Merapi merupakan sebuah Gunung Api hingga masih aktif di
Indonesia ini berada di tengah Pulau Jawa, tepatnya Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Gunung Api dengan tinggi hampir 3000 meter ini
banyak di kenali oleh masyarakat.
Terlebih pasca erupsi di tahun 2010 silam yang menyebabkan ratusan
orang meninggal dan membuat beberapa desa di relokasi
Pasca erupsi 8 tahun silam ini membuat warga  menjadikan lokasi -
lokasi yang terdampak erupsi menjadi sebuah tujuan wisata yang
bertemakan Lava Tour, yakni sebuah rangkaian tujuan Wisata
mengunjungi bebepara lokasi yang terdampak langsung Erupsi Gunung
Merapi pada 2010 Silam.
Satu di antara tujuan lokasi tersebut adalah Lokasi Batu Alien, yang
terletak di Dusun Jambu, Desa Kepuharjo , Cangkringan
Sleman, Yogyakarta.

7
Dari informasi warga sekitar, sebelum Erupsi di tahun 2010, Batu ini tak
ada, ketika Erupsi terjadi, Batu dengan ukuran tinggi sekira 2 Meter dan
dengan berat ribuan KG ini terlempar hingga ke dusun ini.
Sekilas Batu ini tampak seperti Batu Besar Biasa, namun bila di
perhatikan dengan seksama dengan jarak pandang sekitar 10 Meter.
Maka akan tampak sebuah Wajah manusia yang terlihat sedih.
Warga sekitar pun mengungkapkan bahwa batu
dinamakan Batu Alien bukan karena ada alien yang datang lokasi ini,
namun Alien disini merupakan bahasa peralihan dari bahasan Jawa,
yakni Alihan.
"Alien disini itu merupakan dari bahasa Jawa, yakni Alihan, yang mana
batu besar dari puncak gunung berapi yang beralih kesini atau pindah
kesini, pada saat erupsi, dan karena bentuk batu ini menyerupai wajah
manusia, warga menyebutnya batu Alien.

6. Tebing Breksi
Hadirnya wisata Tebing Breksi menjadi alternatif wisata yang menambah
referensi tempat wisata di Jogja dan tentu saja membuat banyak orang
datang untuk menyaksikan keindahan tebing ini. Suguhan utama yang
ada di Tebing Breksi adalah deretan tebing batu breksi yang menjulang
gagah sepanjang puluhan meter. Tebing ini sudah ada sejak jutaan
tahun yang lalu yang kemudian dimanfaatkan sebagai tempat
penambangan hingga ditutup saat ini.
Pada awalnya Tebing Breksi mereupakan tebing biasa yang kemudian
dimanfaatkan bebatuannya untuk ditambang. Setelah beberapa waktu,
aktivitas penambangan pun berhenti dan lokasi ini pun ditinggal begitu
saja. Karena tempatnya yang unik dan menarik banyak wisatawan yang
mampir ke tempat ini hingga akhirnya oleh pemerintah daerah kawasan
ini ditata dan dijadikan sebagai kawasan wisata yang di buka pada
tanggal 30 mei 2015.

Oleh kerena itu masih tampak ornamen-ornamen pahatan bekas


penambangan yang ada membuat tebing tampak sepertidinding-dinding
bebatuan yang rata dan ada juga yang berbentuk seperti kue lapis. Hal
itu tentu saja menjadi daya tarik para wisatawan karena daya tariknya
yang unik dan artistik. Banyak para penggunjung yang berselfie karena
8
latar pemandangannya yang beda dan tentu saja menghasilkan foto yang
luar biasa. Selain itu banyak fotografer amatir dan profesional yang
datang ke objek wisata ini untuk hunting foto dan bahkan untuk pre
wedding.
Lokasi objek wisata ini berada tidak jauh dan sejalur dengan Candi Ijo,
tepatnya berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman. Rute menuju Tebing Breksi mudah
dijangkau karena terletak di jalur utama jalan Prambanan-Piyungan
sekitar 1 km sebelum Candi Ijo. Jika dari arah Jogja langsung menuju
arah Candi Prambanan kemudian di pertigaan pasar Prambanan belok
kanan arah ke Piyungan. Cari petunjuk arah ke Candi Ijo kemudian
ambil kiri (pertigaan sebelum SDN Sambirejo). Dari sini perjalanan masih
sekitar 1 km lagi. Berhati-hatilah saat berkendara kerena jalannya
menanjak dan juga tidak terlalu mulus.
Masyarakat yang sebelumnya bermata pencaharian di lokasi tambang
batu breksi initentunya merasa kehilangan. Akan tetapi, rasa kehilangan
itu tidak diluapkan pada sesuatu yang negatif. Akan tetapi mereka
melihat potensi lain dari bekas tambang batu itu yang punya pesona
keindahan yang sangat terpendam. Oleh sebab itu, masyarakat dengan
kreatifitas mereka mengubah bekas lokasi tambang menjadi tempat yang
indah yang sangatlah menarik para wisatawan untuk dikunjungi.
Pesona keindahan wisata jogja dari bekas tambang ini yaitu berupa
guratan – guratan tebing batu yang mempesona mengingatkan kita pada
tempat wisata Garuda Wisnu Kencana Bali yang termasuk bekas
tambang juga. Tak hanya tebingnya yang indah, akan tetapi kita juga
bisa naik ke atas tebing lewat anak tangga dari batu yang sudah dibuat
oleh warga masyarakat sekitar. Kita dapat menyaksikan keindahan Kota
Jogja dari ketinggian di atas tebing ini. Selain itu juga pemandangan
Gunung Merapi yang bisa tampak jelas bila cuaca sedang cerah. Terlebih
apabila kita berkunjung pada saat malam hari, kita bisa menyaksikan
indahnya kelip – kelip lampu yang tersebar di Kota Jogja.

7. Museum Dirgantara Mandala


Museum yang sebelumnya berlokasi di Jakarta ini dipindahkan ke
kompleks TNI AU Yogya karena Yogya adalah lokasi dimana terjadi
peristiwa kelahiran TNI Angkatan Udara. Sejarah museum dirgantara di
Yogyakarta dimulai pada 4 April 1969 di jalan Tanah Abang, Bukit,
Jakarta ketika didirikan oleh Panglima AU Laksamana Udara Rusmin
Nuryadin. Pada November 1977 museum kemudian dipindahkan dan
digabung dengan Museum Kesatrian Akademi Angkatan Udara di

9
pangkalan Adi Sucipto Yogya. Museum kemudian diresmikan sebagai
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada 29 Juli 1978.
Karena pertimbangan bahwa Alutsista Udara TNI AU akan terus
berkembang dan gedung museum lama di Kesatrian AKABRI tidak akan
dapat menampung dan sukar dijangkau oleh pengunjung, maka letak
museum kemudian dipindahkan. Pada tanggal 17 Desember 1982,
Kepala Staf AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti
yang diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU tanggal 11
April 1984 mengenai rehabilitasi gedung bekas pabrik gula dan gudang
logistik zaman Jepang untuk disiapkan sebagai gedung museum
permanen. Memasuki tahun 1984 museum kemudian dipindahkan
kembali ke Wonocatur ke sebuah gedung yang dibangun pada masa
penjajahan Belanda. Pada 29 Juli 1984 museum kemudian diresmikan
oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi dengan luas kurang lebih
4,2 hektar dan luas bangunan yang digunakan seluruhnya sebesar 8,765
meter persegi.
Tujuan didirikan Museum Dirgantara Mandala adalah sebagai berikut :
 Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan
perkembangan TNI-AU serta pengorbanan para pendahulu, pejuang
dan pahlawan udara membina dan merintis angkatan udara RI / TNI
khususnya mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan negra
dan bangsa indonesia perlu dilestarikan.
 Dalam rangka mewarisi nilai-nilai 1945 yakni, pengabdian dan
pendokumentasian tersebut perlu direalisasikan dalam bentuk
visualisasi bukti sejarah agar dapat diterima, dihayati dan
diamalkan oleh generasi penerus.

Pameran museum merupakan suatu sistem penyajian koleksi atau suatu


kegiatan teknis penataan koleksi pada suatu ruang pameran tetap
maupun tidak tetap yang dapat diatur berdasarkan suatu sistem tertentu
sehingga menjadi suatu kesatuan yang harmonis, komunikatif, informatif
dan edukatif. Tujuan umum dari pameran ini adalah untuk memberikan
informasi yang cukup tentang benda-benda koleksi kepada pengunjung.
Tujuan utama dari tata pameran adalah bahwa pameran harus dapat
berkomunikasi dengan publik pengunjungnya. Penyelenggaraan pameran

10
harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik,
intelektual dan emosional dari publiknya.
Pada halaman gedung dipajang pesawat Tupolev TU-16 B KS, UF 1
Albatros, PBY-5A Catalina dan peluru kendali SA-75, pesawat A-4
Skayhawk dan Pesawat OV-10 Bronco yang merupakan koleksi pesawat
terbaru dipajang di depan gedung museum pada bulan Januari 2011.
Dalam rangka melengkapi fasilitas museum sebagai sarana penunjang
serta untuk lebih meningkatkan penanaman minat dirgantara pada
generasi penerus, dibangun Mini Teater yang telah diresmikan oleh
Kepala Staf Anagkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S. IP pada
tanggal 27 Januari 2011.  Mini theater merupakan salah satu fasilitas
teknologi informasi dan multi media untuk memberikan informasi kepada
para pengunjung melalui pemutaran film tentang berbagai hal terkait
kedirgantaraan. Mini Theater bertujuan untuk menampilkan tayangan
sejarah secara lebih menghibur, mendidik, informatif, sehingga
diharapkan dapat mendorong animo masyarakat mengunjungi museum.

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang telah saya peroleh dari perjalanan Study Tour saya ke
Yogyakarta yaitu : Yogyakarta adalah tempat obyek wisata yang tidak asing
lagi dimata orang ataupun di berbagai manca Negara. Disitu banyak
berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat penting, bersejarah
dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing.
Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya: Candi Prambanan,
Museum Gunung Merapi dan lain sebagainya.  Selain memiliki tempat
wisata sebagai hiburan, kota ini juga memiliki tempat – tempat wisata,
pendidikan, dan bersejarah.

2. Saran
Karya wisata ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat
yang cukup banyak. Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan
dengan mengunjungi tempat – tempat lain yang ada di Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tim. (2011). Kompleks Percandian Prambanan dan Candi Sekitarnya. Yogyakarta:


PT. Taman Wisata Candi.
https://garasijogja.com/tempat-wisata-jogja-terbaru/
Banu M Jalal. (1998). Prambanan. Jakarta: Intermasa.
Dadan R. (2010). Macam-macam Candi Prambanan. Bandung: Erlangga.

Warnio (2002). Aneka Candi Kuno di Indonesia. Semarang: Dahara Prize.


Irmayanti. (2009). Candi Prambanan. Jakarta: Yudhistira.

https://tni-au.mil.id/museum-pusat-tni-angkatan-udara-dirgantara-mandala/
http://mgm.slemankab.go.id/

13

Anda mungkin juga menyukai