Anda di halaman 1dari 17

i|Page

i|Page
Daftar Isi

1. Sejarah Kawasan ....................................................................................... 1

2. Letak, Luas dan Lokasi............................................................................... 2

3. Aksesibilitas ............................................................................................... 3

4. Potensi Teridentifikasi ................................................................................ 4

5. Sasaran Akhir ............................................................................................. 5

6. Lampiran KAK/TOR

7. Peta Site Ekspedisi

i|Page
ROLE MODEL
EKSPEDISI FLORAN DAN FAUNA
DI TAMAN NASIONAL GANDANG DEWATA

“Mengungkap pesona Central Core Of Wallaceae”

1. Sejarah Kawasan

Gandang Dewata Sendiri jika ditinjau dari sejarah pada mulanya adalah daratan terendah
di pulau Sulawesi hal tersebut dibuktikan dengan adanya batu besar berbentuk perahu
yang konon ceritanya adalah milik Putri Raja yang kandas di Puncak Gunung Gandang
Dewata. Tapi kini Gandang Dewata telah menjadi tanah tertinggi di Sulawesi Barat namun
sisa-sisa lautan masih kadang kita jumpai. Gunung Gandang Dewata, sama seperti halnya
gunung tertinggi lainnya, mempunyai mitos yang melekat di benak setiap pengunjung yaitu
adanya kepercayaan bahwa ada orang yang masuk hutan, apakah dia mau mengambil
hasil hutan atau mendaki, maka apabila terdengar suara gendang dari puncak gunung
berarti orang tersebut sudah meninggal. Yang menjadi misterinya adalah siapa yang
memukul gendang itu?

Gunung Gandang Dewata adalah salah satu gunung tertinggi yang terletak di kawasan
bagian Barat Sulawesi (pegunungan Quarlesi) dan gunung tertinggi kedua di Sulawesi
setelah gunung Latimojong (3478 Mdpl) yang terletak di kabupaten Enrekang. Di alur
pegunungan pegunungan Gandang Dewata terdapat masyarakat Dusun Rante Pongkok
Kabupaten Mamasa yang mempertahankan hidupnya dari kegiatan bertani. Secara
sosiologis, Gandang Dewata telah memiliki hubungan emosional dengan masyarakat
kampung terakhir Desa Rante Pongkok sejak dulu. Dengan kearifan lokal khas yang
mereka miliki, masyarakat Desa Rante Pongkok berusaha untuk melindungi ciptaan Tuhan
yang sangat kompleks di hutan tersebut. Dengan menghubungkan keberadaan turunnya
Dewa yang membunyikan gendang yang senantiasa memberikan informasi kepada
masyarakat melalui hutan, serta hutan sebagai lahan untuk menunjang hidup maka hutan
terlegitimasi secara etik dan moral untuk dijaga dan dicintai.
Berdasarkan sejarah geologinya, Sulawesi mungkin tidak pernah terhubung dengan
dataran Sunda Besar (Sunda Self; Borneo, Sumatera, dan Jawa) dan dengan dataran
Sahul (Sahul self; Australia, dan New Guinea) di wilayah timur dan sudah terisolasi dalam
waktu lama (20 – 25 juta tahun yang lalu). Pulau Sulawesi merupakan pulau komposit yang
terbentuk dari setidaknya lima palaeo-island yang jauh terpisah satu dan lainnya, kemudian
4|Page
bergabung dalam waktu yang bersamaan antara 10 dan 5 juta tahun yang lalu (Hall,
20012).
Pada tahun 2007,berdasar hasil kajian tim konservasi Universitas Hasanuddin Tahun 2007
yang menyatakan bahwa kawasan hutan lindung pada kelompok hutan Mamasa –
Kalumpang dan kelompok hutan kalumpang layak ditingkatkan pengelolaannya menjadi
kawasan konservasi. Pada
Januari 2008, Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten
Sulbar mengajukan Usulan
Perubahan Fungsi Sebagian
Kelompok Hutan Mamasa dan
Kalumpang dari HL menjadi HK
dan telah mendapat
rekomendasi dari Gubernur
Sulbar pada Mei 2008. Pada tahun 2012, terbit Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor SK. 726/Menhut-II/2012 Tgl 10 Desember 2012 Ttg
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Seluas ± 64.261 Hektar dan Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan Seluas ± 251.600 Hektar di Prov. Sulbar.

Pada tahun 2013, Gubernur Sulbar mengajukan surat kepada Menteri Kehutanan perihal
Permohonan Pembentukan dan Deklarasi Taman Nasional Ganda Dewata. Surat
Keputusan Menteri Kehutanan tentang Kawasan Hutan Provinsi Sulawesi Barat terbit
pada tahun 2014. Pada tahun 2016 terbitlah Keputusan Menteri LHK RI Nomor : SK.
773/Menlhk/Setjen/PLA.2/10/2016 Tgl 3 Oktober 2016 Tentang Penetapan Fungsi
Dalam Fungsi Pokok Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Sebagai
Kawasan Hutan Taman Nasional Gandang Dewata di Kabupaten Mamuju, Kabupaten
Mamuju Utara, Kabupaten Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi
Barat Seluas 189.208,17 (Seratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Dua Ratus Delapan dan
Tujuh Belas Perseratus) Hektar.

Akhirnya pada tahun 2017, melalui koordinasi bersama pemerintah daerah, perwakilan
lembaga adat masyarakat di sekitar Taman Nasional Gandang Dewata berhasil
dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan soft launching Taman Nasional gandang Dewata
yang dihadiri oleh Gubernur Sulbar, Bupati mamasa, Perwakilan dari Kemendagri, Kapolda
Sulbar, Perwakilan TNI, Direktur PIKA (Mewakili Dirjen KSDAE), perwakilan masyarakat,
tokoh dan lembaga adat sekitar kawasan dan NGO.

5|Page
2. Letak, Luas dan Lokasi

Taman Nasional Gandang Dewata merupakan suatu gugusan pegunungan dari selatan
Sulawesi Barat, yakni di Kabupaten Mamasa sampai di utara Provinsi Sulawesi Barat,
Kabupaten Mamuju Utara. Kawasan Taman Nasional gandang Dewata secara geografis
terletak pada posisi 119o 18’34,047” – 119o 52’15,576” BT dan 1o 51’34,373” – 2o
50’59,616” LS..
Kawasan Taman Nasional Gandang Dewata seluas 189.208,17 (Seratus Delapan Puluh
Sembilan Ribu Dua Ratus Delapan dan Tujuh Belas Perseratus) Hektar ini berbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Timur dan selatan. Batas Utara dengan
Provinsi Sulawesi Tengah.
Gunung Gandang Dewata ini terletak dibawah pengawasan administratif tiga kabupaten ini
yaitu, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Kalumpang di propinsi
Sulawesi Barat. Gunung Gandang Dewata tepat berada di kabupaten Mamasa berbatasan

dengan kabupaten Mamuju yang mempunyai ketinggian 3037 mdpl. Dari kota Mamasa
saja gunung Gandang Dewata tidak terlihat, yang terlihat hanya gunung Mambulilling (2573
Mdpl) yaitu gunung pertama dari tujuh gunung sebelum gunung Gandang Dewata. Jalur
menuju Gandang Dewata hingga puncak pertama kali dirintis oleh warga setempat pada
tahun 1963. Untuk sampai kepuncak gunung, harus melewati 10 pos dengan kondisi
medan yang sangat berat. Pendaki harus melintasi 9 gunung, yakni Gunung Lante Bobbok,
parandangan, Pappandangan, Lantang Lomo, Lombok Silenda, Damak-damak, Penga,
Naik Daeng dan terakhir Gandang Dewata.

6|Page
3. Aksebilitas

Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pengelolaan Taman Nasional Gandang
Dewata adalah faktor aksesibilitas. Tingkat keterjangkauan suatu lokasi sangat ditentukan
oleh ketersediaan sarana prasarana transportasi.

Untuk sampai ke Taman Nasional Gandang Dewata dapat dilalui melalui perjalanan darat
dari Makassar ke Mamasa melalui Trans Sulawesi selama ± 8 jam perjalanan. Sedangkan
melalui jalur transportasi udara menggunakan pesawat terbang dari Makassar – Mamuju
yang beroperasi setiap hari dengan waktu perjalanan ± 1 jam. Kemudian dari Bandara
Mamuju dilanjutkan dengan menggunakan transportasi darat menuju kawasan TN
Gandang Dewata selama ± 3 jam perjalanan.
Dari situs pendaki, dapat diketahui jarak dan estimasi waktu tempuh pendakian Gunung
Gandang Dewata.
No RUTE PENDAKIAN JARAK WAKTU KETERANGAN
UDARA
01 Kampung Baru – 2.85 km 1 jam 20 menit Sebagian jalan sudah diaspal, selanjutnya merupakan
Rantepongko jalanan perintis
02 Rantepongko – Pos I 4,10 km 3 jam 10 menit Melalui pematang sawah, jalan setapak, kebun kopi
01 Pos I – Pos II 1,05 km 2 jam 10 menit Tracking cukup berat dan jalur curam
02 Pos II – Pondok kecil 1,95 km 2 jam Tracking berat
(puncak)
03 Pondok kecil – Pos III 1,35 km 2 jam 10 menit Tracking sedikit kemudian menurun
04 Pos III – Camp II 350 m 15 menit Jalur terus menurun hingga menemukan tempat datar di
dekat sungai
05 Camp II – Pos IV 2,45 km 2 jam5 menit Menyusuri anak sungai, mendaki, melewati punggungan,
kemudian jalan agak datar cenderung menurun
06 Pos IV – Pondok kecil 1,75 km 1 jam 50 menit Menyusuri punggungan kemudian menurun menuju sungai
(sungai) besar kemudian menyebrangi sungai 1 kali.
07 Pondok kecil – Pos V 925 km 30 menit Jalur menyusuri sungai dengan 5 kali penyebrangan basah
08 Pos V – Camp III 150 m 15 menit Satu kali menyebrangi sungai kecil kemudian dilanjutkan
dengan pendakian
09 Camp III – Pos VI 1,9 km 1 jam 25 menit Tracking sampai puncak
10 Pos VI – Pos VII 2,05 km 2 jam 20 menit Melewati punggungan, sedikit mendaki kemudian agak landai
cenderung menurun
11 Pos VII – Camp IV 1,1 km 45 menit Jalur menurun yang terjal dan licin hingga menemukan
tempat datar dekat dari sungai
12 Camp IV – Air terjun 50 m 5 menit Jalur menurun yang curam
13 Air terjun – Pos VIII 1 jam 30 menit Menyebrangi sungai 1 kali kemudian pendakian.
14 Pos VIII – Pos IX 1 jam 45 menit Tracking hingga punggungan mengarah ke kiri, kemudian
jalur landai dan dilanjutkan dengan pendakian lagi
15 Pos IX – Pos X 45 menit Jalur mendaki
16 Pos X – puncak 40 Sedikit mendaki cenderung datar
menit

4. Potensi Teridentifikasi
TN Gandang Dewata merupakan salah satu Kawasan Pelestarian Alam yang mempunyai
ekosistem asli yang telah ditetapkan pada tahun 2016. Pengelolaan dan pengembangan
kawasan termasuk didalamnya kegiatan pemetaan flora dan fauna di TN Gandang Dewata
belum banyak dilakukan.

7|Page
Adapun potensi flora dan fauna yang telah berhasil diidentifikasi melalui kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh LIPI adalah sebagai berikut :
• Flora : kayu hitam/eboni (Diospyros sp.), Marga Alpinia, Marga
Etlingera, famili melastomataceae, Nyatoh (Palaqium
obtusifolium), Cenrana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus
spp.), dao (Dracontomelon dao), aren (Arenga pinnata), bayur
(Pterospermum celebicum), kenanga (Cananga odoratum), kayu
hitam (Diospyros sp.), damar (Agathis dammara), Mangga
(Mangifera spp.), Jabon (Anthocephalus cinensis) dan Jati
(Tectona grandis), beragam jenis dari kelas Orchidaceae, Dipterocarpaceae, dan
Palmae.

• Fauna 30 jenis mamalia darat (terrestrial) berdasarkan survey yang dilakukan LIPI dari
tahun 2011, 2012 dan 2016. Beberapa diantaranya : Anoa (Bubalus spp.), musang
Sulawesi (Macrogolidia mussenbraecki), burung alo sulawesi (Ryticeros cassidix), kera
hitam (Macaca tonkeana), tarsius (Tarsius spp.), kuskus (Phalanger celebencis),
kuskus beruang (Phalanger ursinus), rusa timur (Cervus timorensis).
• Fauna lainnya : burung raja udang (Alcedinidae), kakatua
kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), dan burung elang
(Accipitridae), beragam jenis dari kelas Reptilia, Insecta.
• Genus baru mamalia kecil: Tikus Ompong (Paucidentomys
vermidax 2012), Tikus Air Sulawesi (Waiomys mamasae
2014), Tikus Akar (Gracilimus radix 2016), Tikus Kambola
(2016), dan Tikus Cecurut Lewa lewa (2016) (Sumber : LIPI 2016)
Potensi flora dan fauna di TN Gandang Dewata diyakini masih banyak tersembunyi dan
belum tergali. Kearifan masyarakat lokal yang masih sangat kental di TN Gandang Dewata
yang memberikan efek positif terhadap kelestarian hutan dan flora-fauna penyusun
menjadi salah satu alasan utama keyakinan tersebut.

Grafik Keragaman Jenis Burung Di Sulawesi 416 Jenis Dan 117 Jenis Diantaranya
Endemik (Sukmantoro Et Al, 2007).

8|Page
416
500
400
300 117 54 32 Jumlah
200 Jenis
100
0 Jumlah
Endemik

Sumber : LIPI, 2016

5. Sasaran Akhir

a. Teridentifikasi dan terpetakannya potensi keanekaragaman hayati TN Gandang


Dewata.
b. Database dan dokumentasi potensi keanekaragaman hayati sebagai salah satu
informasi untuk bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek terkait pengelolaan TN Gandang
Dewata.
c. Tersedianya data potensi kehati kawasan sebagai sumber informasi dalam rangka
penetapan zonasi dan penentuan kebijakan pengelolaan TN Gandang Dewata.

9|Page
KERANGKA ACUAN KERJA
(Term of Reference)

EKSPEDISI FLORA DAN FAUNA DI TN. GANDANG DEWATA

A. Latar belakang

1. Taman Nasional Gandang Dewata merupakan salah satu Kawasan Pelestarian


Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Gandang Dewata secara
administratif berada di wilayah pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat dan meliputi
empat Kabupaten yaitu Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju, Kabupaten
Mamuju Utara dan Kabupaten Mamuju Tengah.

2. Keputusan Menteri LHK RI Nomor : SK. 773/Menlhk/Setjen/PLA.2/10/2016 Tgl 3


Oktober 2016 Tentang Penetapan Fungsi Dalam Fungsi Pokok Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Sebagai Kawasan Hutan Taman Nasional
Gandang Dewata di Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten
Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat Seluas
189.208,17 (Seratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Dua Ratus Delapan dan Tujuh
Belas Perseratus) Hektar.

3. Pengelolaan Taman Nasional Gandang Dewata diselenggarakan oleh Balai Besar


Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan sebagai Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (management authority)
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

4. Kawasan Taman Nasional Gandang Dewata ditetapkan pada tahun 2016 sehingga
data dan informasi tentang potensi flora dan faunanya sangat terbatas.
Mengingat pentingnya data dan informasi potensi kehati dapat menjadi masukan
untuk penetapan zonasi dan penentuan kebijakan pengelolaan TN. Gandang
Dewata baik untuk jangka panjang, menengah maupun jangka pendek.

10 | P a g e
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali data potensi kehati dalam rangka
melindungi dan melestarikan sumber daya alam hayati yang ada di Taman Nasional
Gandang Dewata.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini antara lain :

 Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai potensi dan sebaran flora dan
fauna di TN. Gandang Dewata.

 Mendapatkan sumber data dan informasi untuk bahan perencanaan dan


perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek terkait pengelolaan TN. Gandang Dewata.
C. Tahapan Kerja
Tahapan Pelaksanaan :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan Lapangan
3. Pengolahan Data (Analisis)
4. Diseminasi Hasil
D. Tata Waktu
Tata waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal sebagai berikut :

NO TAHAPAN 2017 2018


Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Lapangan
3 Pengolahan Data (Analisis)
4 Diseminasi Hasil

E. Rencana Biaya
Rencana biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan Ekspedisi Flora dan
Fauna di TN Gandang Dewata adalah sebagai berikut :

11 | P a g e
12 | P a g e
LAMPIRAN

1. Photo Kawasan TN. Gandang Dewata

13 | P a g e
14 | P a g e
15 | P a g e
16 | P a g e
17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai