Oleh Kelompok 11
Nama : - Almira Fitriana (7193344007)
- Putri Herdiani (7193344002)
- Rani Lestary Br. Sitepu (7193344010)
Kelas : Pendidikan Administrasi Perkantoran (A)’19
Mata Kuliah : Manajemen Perjalanan Dinas Wisata
Dosen : Rotua SP Simanullang, S.Pd., M.Si
SOAL
Buat kelompok dan diskusikan 5 obyek wisata potensial di Propinsi Sumatra Utara yang sangat
menarik untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Jelaskan keunikan obyek wisata tersebut.
Analisis apa yang menjadi unsur statis, dinamis dan interaktif dari kelima obyek wisata tersebut!
JAWAB:
Berikut objek wisata potensial di Provinsi Sumatera Utara, yaitu sebagai berikut :
1. TANGKAHAN CRU
Merupakan destinasi ekowisata dengan suasana alam yang masih terjaga di Kabupaten
Langkat. Populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara, lokasi ini mendapat
julukan The Hidden Paradise. Menyajikan keindahan alam yang dapat wisatawan rasakan
langsung di dalam hutan belantara. Keunikan objek wisata Tangkahan CRU ini yaitu :
Pesona Panorama Tangkahan, kawasan ekowisata ini selalu ramai dikunjungi wisatawan
karena panorama alamnya yang menakjubkan. Kawasannya menyuguhkan kesejukan
dengan udara yang bersih dan segar tanpa polusi.
Kekayaan Hutan Ekowisata, dengan luas 17.000 hektar, sebagaian besar kawasannya
merupakan area hutan. Hutannya sangat lebat dengan sungai maupun lembah, bahkan
tumbuhan menjadi habitat tanaman langka.
Melihat Flora Langka Langsung di Habitat, tangkahan dengan hutan lebatnya menjadi
habitat bagi keanekaragaman hayati yang melimpah. Wisatawan dapat menemukan
kantong semar, amorphophalus, damar, meranti, mayang, hingga raflesia yang langka.
Dapat juga ditemui pohon kompas, pohon tikus, pohon rotan, hingga pohon raja. Pohon
raja merupakan pohon yang dianggap keramat oleh warga karena dipercaya dimasuki
arwah leluhur.
Menjumpai Fauna Endemik, dikelilingi hamparan rimba yang menyelimuti Taman
Nasional Gunung Leuser, objek wisata ini menyimpan ribuan macam fauna. Seperti
orangutan, gajah, harimau, kedih, kera ekor panjang, harimau, kambing hutan, serta rusa.
Gajah Sumatera di konservasi kawasan ini sekaligus menjadi ikon wisata.
Menyeberangi Jembatan Gantung Tangkahan, jembatan gantung Tangkahan
membentang sejauh 50 meter dengan tinggi 50 meter dari atas sungai.
Trekking Hutan, menjelajahi wisata Tangkahan, wisatawan bisa melakukan
aktivitas tracking yang ditemani oleh pemandu wisata.
Berpetualang Bersama dan Memandikan Gajah di Tangkahan CRU, Tangkahan dikenal
sebagai wisata fauna gajah dengan Conservation Response Unit (CRU) sebagai balai
konservasinya. Aktivitas yang menjadi keunikannya yaitu kesempatan memandikan
gajah dan menungganginya sambil menjelajah hutan. Wisatawan dapat bermain dengan
gajah-gajah tersebut dan juga ikut memberi makan bersama para pemandu.
Merasakan Kesegaran Air Terjun
Menyeberangi Sungai
Tubing di Aliran Sungai
Mandi dari Sumber Air Panas di Tangkahan
Menikmati Pesona Ketenangan Tangkahan Bah Alip
Menginap dengan View Alam Terbuka
Berkemah di Tepian Sungai
2) Unsur Statik
Kebun dengan luas mencapai 17.000 hektare ini memang tidak serta merta terbentuk sebagai
tempat konservasi gajah liar. Pasalnya tempat tersebut memiliki sejarah yang cukup menarik.
Dijuluki sebagai Surga Tersembunyi, Tangkahan memang memiliki keunikan tersendiri.
Apalagi dengan berbagai spot wisata di satu tempat membuat siapapun betah. Dulu, di tahun
80 hingga 90 an, masyarakat Langkat banyak melakukan penebangan kayu di dalam hutan.
Tepatnya berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Untuk mendisiplinkan pembalakan
tersebut, salah satu lembaga bernama FFI sepakat melakukan patroli. Di mana patroli
tersebut menggunakan gajah sebagai kendaraan utama. Jadi, para anggota berbondong-
bondong menaiki gajah untuk berpartisipasi dalam pelestarian hutan. Melihat banyaknya
potensi yang tersimpan di wisata alam ini, maka muncullah rencana pengembangan terkait
wilayah tersebut. Jadi, mulailah rencana tersebut dengan diawali oleh atraksi gajah untuk
menarik pengunjung. Sebagaimana Bukit Lawan yang terkenal sebagai tempat rehabilitasi
orang utan, begitulah Langkat identik dengan konservasi gajah.
3) Unsur Interaksi
Akibat dari adanya unsur dinamik seperti perjalanan menuju tempat objek wisata dan akibat
unsur statistik yang mengenalkan banyaknya potensi yang tersimpan di wisata alam ini,
maka wisatawan dan masyarakat menimbulkan interaksi mengenai keunikan objek wisata
ini.
Adapun 3 unsur pada objek wisata Pohon Damai Sei Mempar yaitu:
1) Unsur Dinamik
Pohon Damai Simempar berjarak 70 km dari ibukota kabupaten Deli Serdang dan dapat
ditempuh dalam waktu 3 jam sebab akses jalan dari Lubuk Pakam menuju lokasi ini
cukup mulus. Jalan dari Lubuk Pakam hingga ke desa Gunung Pangribuan (desa yang
berbatasan langsung dengan desa Simempar) berupa jalan aspal yang mulus, sedangkan
dari desa Gunung Pangribuan hingga ke destinasi wisata ini berupa jalan yang disemen
dengan tidak rata. Jalan tersebut dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat.
2) Unsur Statis
Destinasi wisata ini awalnya hanyalah sebuah hutan milik desa Simempar yang
digunakan sebagai tempat untuk berburu hewan liar. Sadar akan besarnya potensi alam
yang dimiliki desanya, pada tahun 2017 yang lalu masyarakat desa Simempar,
bergotong-royong membersihkan serta membangun beberapa fasilitas di kawasan hutan
miliknya dan menjadikan tempat tersebut sebagai kawasan wisata alam.
3) Unsur interaksi
Pohon Damai Simempar memiliki banyak potensi wisata yang bersumber dari alam
sehingga menjadi daya tarik pengunjung datang ke tempat tersebut. Pohon Damai
Simempar memiliki udara yang sejuk dan bersih terbebas dari polusi dan pencemaran
udara; pemandangan alam berupa pegunungan, sungai, dan perbukitan; serta keunikan
flora dan fauna didalamnya. Untuk menjadikan Pohon Damai Simempar semakin
menarik dikunjungi oleh banyak orang.
Adapun 3 unsur pada objek wisata Kawah Putih Tinggi Raja yaitu:
1) Unsur Dinamik
Untuk bisa mencapai lokasi wisata ini tersedia tiga rute yang bisa dilalui sebagai berikut :
1. Medan – Lubuk Pakam – Galang – Dojok Masihul – Nagori Dolok – Dolok Tinggi
Raja
2. Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Dolok Merawan – Dolok Tinggi Raja
3. Medan – Lubuk Pakam – Galang – Bangun Purba – Dolok Tinggi Raja
Masing- masing rute di atas memiliki waktu tempuh yang sama yaitu sekitar 2,5 – 3 jam
perjalanan. Akses jalan yang akan dilalui cukup beragam mulai dari jalan beraspal yang
bagus, hingga berlubang, dan puncaknya jalan berbatu- batu yang terkadang bila hujan
jalanan menjadi jalur yang cukup ekstrim untuk dilalui. Disinilah kelemahan perhatian
pemerintah bisa terlihat, terutama dalam membangun infrastruktur jalan, padahal lokasi
wisata ini sudah sangat ramai dikunjungi ribuan orang.
2) Unsur Statis
sejak tahun 1980 kawasan ini sering didatangi oleh orang-orang dengan maksud berwisata
bahkan dijadikan spot pemotretan prewedding. Melihat potensi wisata yang begitu besar,
Pemerintah Kabupaten Simalungun yang melibatkan tim Kebun Raya Bogor Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian dengan hasil penelitian
menyatakan Kawah Putih Tinggi Raja layak dijadikan sebagai objek wisata. Bak gayung
bersambut, usulan Pemerintah Kabupaten Simalungun disetujui oleh oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada tanggal 18 September 2018 dikeluarkan surat
keputusan yang menyatakan sebagian Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja menjadi
Taman Wisata Alam.
3) Unsur Interaksi
Lokasi wisata ini dikelola oleh masyarakat setempat dan tidak begitu mendapatkan
perhatian dari pemerintah daerahnya. Hal ini menjadikan tempat ini hanya memiliki
fasilitas seadanya yang sederhana dan tidak begitu lengkap. Bahkan kondisi jalannya pun
tidak terawat dan jelek. Di sekitar lokasi wisata juga tidak dilengkapi dengan tempat
peristirahatan yang layak apalagi penginapan. Penjual pun tidak banyak ditemukan di sini,
melainkan hanya beberapa warga saja yang berjualan.