Anda di halaman 1dari 24

Gunung Tampomas Sumedang Jawa Barat

Posted by Gading Moore on 11.18 in domestic, Traveling | 0 komentar


http://gadingmoore.blogspot.com/2011/08/gunung-tampomas-sumedang-jawa-barat.html

Alangkah kayanya Pemda Sumedang beserta masyarakatnya, terutama


lima kecamatan yang berada disekeliling melingkari badan Gunung
tersebut. Yaitu Cimalaka, Paseh, Conggeang, Buahdua dan
Tanjungkerta. Mereka rata-rata memiliki air terjun dan atau
beberapa mata air, tersebar disetiap kampung. Dari 142 mata air.
dan sebanyak 90 mata air yang besar. Sungguh sebuah Gunung yang
identik dengan dunia air. Maka tak heran jika Sumedang memiliki
kultur air, budaya cai. Dan Ternyata dalam sejarahnya Sumedang
adalah satu-satunya wilayah yang tidak ada bandingannya. hanya
satu-satrunya. Dan istimewa. Betapa tidak Istimewa Sumedang
mempunyai sebuahg gunung yang "nunggal". Jadi tak heran juga jika
gunung Tampomas itu dikeramatkan. ( lihat peta geologi-google).
Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buah Dua, Congeang, Sindang kerta
dan Cibeureum Kabupaten Sumedang. Keadaan lapangan kawasan Taman Wisata ini bergununggunung dengan keting gian antara 625 - 1.684 meter di atas permukaan laut.
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson aebagai berikut: Iklim termasuk tipe iklim B Curah
hujan rata-rata 3.518 mm per tahun. Daya Tarik Obyek Beberapa obyek wisata yang menarik di
kawasan Gunung Tampomas yaitu: Puncak Gunung Tampomas (Sangiang Taraje) Dengan
ketinggian 1.684 meter diatas permukaan laut, seluas 1 Ha merupakan areal terbuka. Lokasi ini
memiliki nilai estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan

alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang bekas kawah dan
batu-batu besar berwarna hitam menambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Flora Vegetasi kawasan ini termasuk tipe hujan hujan pegunungan, floranya terdiri dari beraneka
ragam jenis pohon-poonan berkayu serta jenis-jenis dari golongan liana dan epiphyt. Flora yang
mendominasi kawasan adalah: Jamuju (Podocarpus imbricatus) Rasamala (Altingia excelsea)
Saninten (Castanea argentea) Fauna Satwa liar yang hidup dalam kawasan ini adalah : Kancil
(Tragullus javanicus) Lutung (Trachypithecus auratus) Babi Hutan (Sus vitatus) Beberapa jenis
burung.
Makam Keramat Terletak 300 m ke arah Utara Puncak Sangiang Taraje, tempat ini lebih
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, kedua makam tersebut merupakan peninggalan
(patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran lama. Sumber
air, Terletak di kaki Gunung Tampomas sebelah Utara, dengan debet air 202 liter per detik.
Keindahan alam dengan flora dan faunanya yang masih utuh / asli.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan adalah: Menikmati pemandangan alam yang indah
dan sejuk Pendakian gunung dan lintas alam Berkemah Memotret Sarana dan Prasarana Jumlah
sarana dan prasarana masih sangat minim, saat ini hanya terdapat: Pos jaga Jalan setapak Pos
karcis. Rute perjalanan untuk menuju lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah :
Bandung - Sumedang - Cibeureum Wetan - Cimalaka, sejauh 53 Km Cirebon - Kadipaten Cibeureum Wetan 74 Km Dari Cibeureum Wetan - Cimalaka menuju lokasi (pintu masuk
kawasan) 6 Km, dengan kondisi jalan berbatu.

Makam Keramat Terletak 300 m ke arah Utara Puncak Sangiang Taraje, tempat ini lebih
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, kedua makam tersebut merupakan peninggalan
(patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran lama. Sumber
air, Terletak di kaki Gunung Tampomas sebelah Utara, dengan debet air 202 liter per detik.
Keindahan alam dengan flora dan faunanya yang masih utuh/asli.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan adalah: Menikmati pemandangan alam yang indah
dan sejuk Pendakian gunung dan lintas alam Berkemah Memotret Sarana dan Prasarana Jumlah
sarana dan prasarana masih sangat minim, saat ini hanya terdapat: Pos jaga Jalan setapak Pos
karcis. Rute perjalanan untuk menuju lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah :
Bandung - Sumedang - Cibeureum Wetan - Cimalaka, sejauh 53 Km Cirebon - Kadipaten Cibeureum Wetan 74 Km Dari Cibeureum Wetan - Cimalaka menuju lokasi (pintu masuk
kawasan) 6 Km, dengan kondisi jalan berbatu.
Versi lain... :
Namanya Su-Medang-Larang. Su = bagus, sae, elok, Prima, Medang =
wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang,
madangan. Larang itu artinya mahal. tiada bandingannya. Hanya
satu. Only one. The Bright one. Mengapa demikian ? salah satunya
yaitu karena terdapat sebuah gunung yang bernama Gunung Tampomas.
SEmula gunung itu bernama gunung Gede, dan sebelumnya bernama
gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan Gunung
itu mereka menyebutnya Gunung Tampomas. Tompo Emas = yang
menerima emas (berupa senjata pusaka terbuat dari Logam Mas
disebutnya Pendok mas yang di simpan di Puncak gunung dengan cara
supranatural agar gunung itu tidak meletus. / tos dido'akeun ku
sepuh-sepuh kapungkur supaya tidak meletus lagi ), dan apa yang

terjadi ? maka muncul cipanas Conggeang sebagai buangan gas dan


air panas dari dalam perut gunung.
Memang dalam sejarahnya Gunung itu dulu sering meletus dan
berakibat masyarakat sekitar gunung menderita. Bahkan ibukota
kerajaan juga berpindah-pindah, sampai pernah beribukota di
Tanjungsari. Kota Sumedang Yang sekarang ini adalah buatan
Belanda. Sama dengan kota Cianjur. Juga perlu diketahui bahwa
jalan raya pos yang dibuat oleh Daendels itu jalurnya lewat Legok
dan terus ke Conggeang dan terus ke Ujungjaya. lalu ke arah
cirebon.
Dulu Di Gunung itu sangat ramai oleh berbagai jenis hewan, ada
Trenggiling( Peusing ), ada Owa, monyet yang mukanya berwarna
hitam, ada Lutung, dan monyet biasa. Juga Harimau Lodaya, Harimau
Kumbang, harimau Tutul, dan meong Congkok, ada Landak, berbagai
jenis ular, dan kalajengking. Badak juga diduga pernah hidup di
kawasan gunung Tampomas. Berbagai jenis Burung, dan beberapa
tahun yang lalu gu8nung Tampomas dijarah oleh pencari tanaman
Bonsai. tidak tanggung-tanggung mereka mengambil menggunakan truk
setiap malam.Gunung yang Kaya oleh Bonsai, dan di jarah tanpa
ditanami.
Bersyukur bahwa di bagian utara gunung yaitu di daerah antara
Conggeang dan Buahdua masih terpelihara.Sedangkan dibagian
selatan, bukan main, telah rusak oleh adanya galian pasir. Memang
Gunung yang Kaya akan pasir.Jadi setiap malam dikeruk, pasirnya.
Terbukti Sumedang wilayah yang Kaya dan pasir cimalaka adalah
pasir beton paling baik. Selain beras Situraja dan Ciledre
Conggeang yang beras Sumedang nomor satu.
Bagaimana nasib gunung Tampomas ke depan ? tentu terserah warga
Sumedang.Hendak diapakan kekayaan alam yang sedemikian indahnya.?
Akankah Gunung Tampomas menjadi sebuah Taman Raksasa kebanggaan
Masyarakat Sumedang yang tersebar di seluruh dunia.......?

Gunung Tampomas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ketinggian

1.684 m (5,520 kaki)


Lokasi

Letak
Koordinat

Jawa Barat, Indonesia


6,77LS 107,95BT
Geologi

Jenis

Stratovolcano

Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara
kota Sumedang ( 6,77LS 107,95BT). Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter ini juga
memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas
termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Daftar isi

1 Letak Geografis

2 Potensi Alam
o

2.1 Flora dan Fauna

2.2 Puncak Tampomas

3 Galeri

4 Referensi

Letak Geografis
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara administratif, kawasan
Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan
Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektare[1].

Potensi Alam
Flora dan Fauna
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan
keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini adalah jamuju,
rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak ditemui adalah kancil, lutung,
babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Tampomas

Hutan Pinus di Gunung Tampomas

Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah
lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektare yang berada di ujung paling atas Gunung
Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat
menikmati pemandangan indah ke arah Kota Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang
kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.

Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu
Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian. Diantara jalur
yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang, Cibeureum dan Buahdua. Di pos
pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal.

Gunung Tampomas Yang Indah


Gunung Tampomas
Ketinggian 1.684 m (5.525 ft)
http://candradityaa.blogspot.com/2014/02/gunung-tampomas-yang-indah.html

Lokasi Jawa Barat, Indonesia


Koordinat 6,77LS 107,95BT
Geologi
Jenis Stratovolcano
Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya
sebelah utara kota Sumedang (6,77LS 107,95BT). Stratovolcano dengan
ketinggian 1684 meter ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah
sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam
Gunung Tampomas
Letak Geografis
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara
administratif, kawasan Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua,
Conggeang, Paseh, Cimalaka dan Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam
Gunung Tampomas adalah 1.250 hektar.
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan
dengan keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini
adalah jamuju, rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak
ditemui adalah kancil, lutung, babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Tampomas
Hutan Pinus di Gunung Tampomas

Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje)


adalah sebuah lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektar yang berada di ujung
paling atas Gunung Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari
tempat ini wisatawan dapat menikmati pemandangan indah ke arah Kota
Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang kawah dan batu-batu besar
berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam
keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut
adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan
Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian.
Diantara jalur yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang,
Cibeureum dan Buahdua. Di pos pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug
Ciputrawangi yang terkenal.
LEGENDA GUNUNG TAMPOMAS SUMEDANG
Gunung Tampomas adalah salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di
Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan
Buahdua, Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan
Taman Wisata ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di
atas permukaan laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson,
iklim di gunung Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158
mm per tahun. Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini
sangatlah keren karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang
indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan
batu-batu besar berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang
bisa melihatnya. Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh,
Conggeang, Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air
terjun dan beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah
mempunyai sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas
itu sangat dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su
berarti bagus, sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang
bercahaya, terang, caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.
Gunung tersebut merupakan gunung yang paling tinggi di bumi Sumedang,
menyimpan mitos yang belum terungkap. Kisah yang telah diwariskan secara turun
temurun menuturkan Gunung tersebut ratusan tahun dipandang sebagai tempat
kekuatan gaib. Orang pertama yang menginjakan kaki di gunung tersebut adalah
Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji Putih) yang kedua, atau adik
kandung Prabu Tadjimalela. Beliau mengadakan perjalanan keliling ke daratan tinggi
tersebut atas perintah ayahnya agar memperluas wilayah pemukiman di sekitar
kaki gunung tersebut. Kemudian mendirikan Medang Kahiyangan artinya tempat
ngahiyang atau tilem. Dalam perkembangannya tempat tersebut disucikan menjadi
tempat keramat yang memiliki kekuatan gaib. Bagi seseorang yang

menyempurnakan ilmu disitu akan mampu ngahiyang atau hilang tanpa bekas.
Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di
sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut
untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang
Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung
mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan
sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas,
diambil dari perkataan tanpa kujang emas) akan meletus.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama
gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut
menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas
yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam
mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan
cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai
buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung
Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung
menderita.
Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang
mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya,
Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan
kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala,
dan Saninten.
Dongeng Tampomas.
Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan
sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah Sunda pada umumnya, kabarnya
bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya
Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena
kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.
Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya
tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar ini dari kawasan hutan di
Wargaluyu ini saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat , ah terlepas dari itu
semua saya jadi ingat sebuah cerita rakyat tentang Gunung Tampomas dengan
judul Sasakala Gunung Tampomas, yang menceritakan asal muasal nama Gunung
Tampomas. Sasakala sendiri artinya adalah mitos atau dongeng, ..berkaitan dengan
Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :
Sasakala Gunung Tampomas
Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang
menyeramkan.

Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyalanyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangatsangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung
Gede itu benar-benar meletus ?
Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati
tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau
belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana
kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti
memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar,
bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa
menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.
Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati
kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek,
kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat
jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan
serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari
ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka
kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa
sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari
Eyang".
Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng
Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati
bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.
Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan
terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun
rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya
berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati
pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak
Gunung Gede.
Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas
yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang
dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu
keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah
berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya
menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar
seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat
langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai
tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut
diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena
bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.

Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa
Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya
berubah jadi "Gunung Tampomas".
Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin
sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas
ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang
berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga
kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati
yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan
tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang
saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat
semuanya...semoga bermanfaat ya...
Peninggalan Sejarah di Puncak Gunung Tampomas
Gunung Tampomas dengan kekuatan fenomena alamnya memang begitu
indah,unik, penuh misteri dan mampu menggoda jiwa petualang bagi para
petualang alam bebas untuk mendakinya. Apalagi Gunung Tampomas di lain sisi
selalu di kaitkan dengan hal-hal atau macam-macam yang sedikit agak berbau
Magis. Benarkah ?
Gunung Tampomas yang berdiri gagah dan indah yang terlihat di sekitaran kota
Sumedang ini memang tidak setenar gunung-gunung lainnya di Indonesia
khususnya di pulau Jawa, tetapi Gunung Tampomas mampu menghadirkan pesona
alam yang indah dan memberikan kepuassan bagi para pendaki yang berpetualang
di alam bebasnya, dan Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita
yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran
yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan
Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi.
Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah
masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida
Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala
tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi,
Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik
dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu
Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau
tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya
akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa
ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda.
Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur)
yang konon tempat atau sempat di pakai
tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja
yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi.
Satu di antara tempat sejarah yang mungkin

membuktikan cerita tentang masa lalu.


Salah Satu Route Pendakian
Rute Pendakian kami kali ini melalui dusun Narimbang Kec.Congeang
Kab.Sumedang.
Mentari pagi masih hangat menemani kami, geliat kehidupan dusun Narimbang
mulai terasa denyut-nya, satu persatu penduduk mulai beraktivitas memulai
harinya dengan pergi ke Ladang dan Kebun-nya sepanjang jalan di sekitaran dusun
Narimbang terlihat kebun-kebun salak, kolam-kolam ikan yang airnya berasal dari
Gunung Tampomas. Untuk mencapai Gunung Tampomas terdapat beberapa rute
pendakian bisa melalui Desa Cibeureum, Desa Cimalaka, atau Buah Dua.
Sedangkan jalur Desa Narimbang yang kami lalui sekarang merupakan jalur yang
sering digunakan oleh para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Tampomas.
Nyanyian kami di sepanjang jalan TAMPOMAS NU MATAK WA'AS.
Pukul 09-00 wib kami mulai melakukan pendakian, dan belum apa-apa kami sudah
di hadapkan dengan tanjakan-tanjakan yang cukup menguras tenaga, namun
berkat keindahan dan kesejukkan alamnya yang disuguhkannya pada kami, itu
semua dapat menghilangkan rasa letih dan lelah justru sebaliknya malah menjadi
lebih semangat dan khus'syu untuk mencapai puncak berkat keindahan alam-nya.
Satu jam lebih kami tiba di pertiga'an, yaitu pertemuan rute dari arah Cibeureum,
Narimbang, dan dari arah Desa Buah Dua, dari arah Desa Narimbang terus lurus
menuju ke arah puncak Tampomas, karna yang berbelok ke arah kanan akan
menuju ke puncak Narimbang. Sejenak kami beristirahat untuk sekedar menghapus
rasa dahaga kami dan menghisap sebatang rokok sambil memandangi tanjakan
yang akan kami lalui yang mungkin akan sedikit menghadang laju pendakian kami.
Setelah kurang lebih seperempat jam kamipun memulai perjalanan kami, sedikit
repot karna jalur yang kami lalui selain jalur yang menanjak juga tanahnya yang
licin karna bercampur dengan batu-batu kecil, tapi itu semua malah membikin kami
malah bertambah senang, betapa tidak di antara sahabat-sahabatku ada yang
tergelincir kecil, ada yang sempat tertindih oleh sahabat yang di atasnya karna
sedikit terpeleset , namun Edan, itu semua kami terima dengan tertawa-tawa dan
tetap saling membantu, mungkin perkara atau hal yang seperti inilah yang bisa
memperkuat / mempertahankan persaudara'an kami di setiap petualangan, justru
di dalam setiap pendakian-petualangan kami melihat dan merasakan lebih besar
merasa bahwa kami ini adalah satu dan satu adalah kami.
Dengan berat di punggung akhirnya kamipun sampai di sebuah batu besar,
penduduk setempat yang tinggal di kaki Gunung Tampomas menyebutnya dengan
BATU KUKUS. Karna menurut cerita penduduk sekitar Batu ini sering di gunakan
oleh peziarah untuk bersemedi / ngalap berkah sebelum melanjutkan ziarah-nya ke
tempat yang lebih tinggi, yaitu ke Patilasan Prabu Siliwangi dan Makam-makam
yang berada tepat di puncak Gunung Tampomas.
Kami beristirahat di Batu Kukus sambil meregangkan kaki yang mulai terasa kaku
dan pegal. Sekitar 30 menit kami beristirahat dengan di temani kesejukkan udara

serta kesegar ran hembusan angin yang datang dari lembah-lembah di sekitar
hutan Gunung Tampomas.
Setelah fisik kami terasa segar kembali kamipun siap untuk melanjutkan pendakian,
kali ini kami dihadapkan dengan rute / trex's yang cukup menanjak dan menantang,
apalagi di depan sudah siap menyambut kami yaitu Tanjakan Taraje, yang
kemiringan-nya sekitar 80 derajat, di perlukan extra kehati- hatian dan tenaga extra
karena jalanan terjal dan berbahaya. Batu Kukus
Selanjutnya kami harus melewati beberapa rute pendakian lagi sebelum mencapai
puncak Gunung Tampomas, seperti melewati Tanjakan Taraje dan Sanghiyang
Tikoro, Batu Lawang atau sanghiyang lawang, dan terakhir puncak Gunung
Tampomas.
Hutan Gunung Tampomas yang bervariatif serta keharmonis- sannya, membuat
perjalanan pendakian kami terasa begitu sangat menyenangkan. Sesekali suara
binatang penghuni hutan saling bersahutan satu sama lain seakan-akan
mengucapkan selamat datang dan salam rimba / salam persahabatan.
Alhamdulillah dengan semangat dan mental yang kuat untuk mencapai puncak
Gunung Tampomas, kami tiba di sebuah batu yang cukup besar ukurannya, batu ini
di sebut batu Lawang, sebutan itu muncul karena persis di tengah-tengah batu itu
seperti ada pintunya, oleh karena itu masyarakat sekitar menyebutnya dengan batu
Lawang (pintu) dan Batu Lawang inipun sering di kunjungi oleh Batu Lawang para
peziarah-peziarah.
terutama para peziarah yang datang dari sekitaran Sumedang, Cirebon, Indramayu,
Majalengka dan sebagainya.
Dengan perjuangan yang keras dan banyak menguras tenaga dan cukup
melelahkan sekitar 500 meter lagi kami akan mencapai puncak Gunung Tampomas,
kamipun terus berjalan walau harus menahan berat beban di pundak, akhirnya kami
sampai juga di Puncak Gunung Tampomas dengan cuaca yang sangat bersahabat,
begitu cerah dan sungguh sungguh indah dan sujud syukurpun kami persembahkan
pada-Mu ya Alloh atas ijin-Mu dalam keberhasilan kami mencapai Puncak Gunung
Tampomas. Naik turun perbukitan, menjelajahi hutan-Mu, dan berpetualang di
rimba-Mu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikan dan memuaskan dan
juga begitu indah dan menyenangkan ketika kami mencapai puncak-Mu. Segala
lelah pegal dan peluh semuanya sirna dengan suguhan-Mu di puncak Tampomas
sebagai hadiah-Mu sekali lagi sujud syukur dan rasa terima kasih kami panjatkan
kepada keAgungan-Mu dan kamipun merasa lebih dekat dengan-Mu wahai sang
Pencipta alam yang sungguh indah dan mempesona ini Amiin Amiin terima kasih
Alloh dan tampak dari kejauhan Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi
di Jawa Barat berdiri tegap / berdiri gagah melambai-lambai seakan-akan
mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kami mencapai Puncak
Tampomas .
Pengalaman yang akan sulit kami lupakan dan pengalaman yang sungguh sangat

menyenangkan dan tak lupa terima kasih sebesar-besarnya untuk sahabat saya.
kalian memang telah membuktikan bahwa kita adalah satu dan satu adalah kita.
Posted by candra aditya on Rabu, 19 Februari 2014 - Rating: 4.5
Title : Gunung Tampomas Yang Indah

Mendaki Buku

September 20, 2010 1 Comment


https://iwantolet.wordpress.com/2010/09/20/mendaki-buku/#more-452

Gunung Tampomas di Sumedang memang tidak seberapa


tinggi dibandingkan dengan gunung-gunung di Jawa Tengah atau Jawa Timur seperti Gunung
Slamet atau Gunung Semeru tetapi bagi saya yang sudah lebih dari lima tahun pensiun dari
kegiatan naik gunung terasa sangat melelahkan dan menguras fisik. Ketinggian Gunung
Tampomas kurang lebih 1684 m di atas permukaan laut dengan titik pendakian dimulai di sekitar
Desa Conggeang. Perjalanan itu adalah rangkaian dari kegiatan survei untuk menyingkap tabir
sejarah geologi Gunung Tampomas bersama rombongan dari Teknik Geologi UGM yang
berkolaborasi dengan Kyushu University Jepang.
Jalan setapak menuju puncak gunung kami lalui pada hari terakhir dari total empat hari kegiatan
survei ini. Dengan litologi mulai dari bawah berupa breksi andesitik hasil dari aliran
gravitasional piroklastik berselingan dengan lava andesit yang terkadang menunjukkan struktur
lembaran mengiringi langkah ini menuju ke puncaknya. Vegetasi yang terlihat adalah kebun buah
dari penduduk sekitar berupa tomat dan cabe, semak liar dan dominasi pohon pinus yang
dimanfaatkan untuk disadap getahnya oleh para pekerja perkebunan. Suara kicau burung sesekali
kokok ayam hutan juga lolongan monyet hutan mengiringi perjalanan tersebut.
Bagi saya yang sudah lebih dari lima tahun tidak pernah menapakkan kaki lagi pada jalan
berlereng curam sangatlah menyiksa. Kalau tubuh bagian bawah ini bisa berbicara maka pastinya
mereka akan menjerit protes karena antara para otot dan tulang sudah mulai tidak akur lagi
bahkan beberapa dari mereka sudah memutuskan untuk bercerai di tengah perjalanan. Keinginan
untuk mengakhiri perjalanan sudah hampir membulat sempurna saat nafas mulai galau tak
beraturan terkadang suara sengau ngak-ngik-nguk muncul dari paru-paru yang diteruskan oleh
mulut yang menganga.

Pada kondisi tersebut tiba-tiba saya teringat akan kehebatan


membaca sebuah buku. Sebuah buku adalah ibarat sebuah gunung yang menjulang tinggi dan
membuka pintunya untuk didaki sang pembaca. Tujuannya sangatlah jelas, tak lain adalah
halaman terakhir dari sebuah buku yang dapat kita lihat dengan jelas layaknya puncak gunung
yang terlihat dari kejauhan. Testimoni para pembaca biasanya dituliskan di halaman belakang
sampulnya dan biasanya diisi oleh orang-orang terkenal yang telah malang-melintang membaca
dan menulis buku di seantero jagad. Pendaki gunung tak mau kalah dalam testimoninya.
Diceritakan dengan persuasif bagaimana kondisi di puncak, pengalaman dan kisah-kisah
inspiratif lainnya selama perjalanannya menuju puncak. Tujuannya adalah menggugah minat
pembaca atau pendaki untuk mengikuti jejaknya menyelesaikan hingga menuju puncak gunung
dan buku.
Judulnya menggugah selera layaknya nama sebuah gunung yang maha dahsyat tetapi terkadang
isinya tak sedahsyat judulnya. Melelahkan dan membutuhkan konsentrasi tinggi dalam
mengartikan dan menyelami setiap kata dalam sebuah kalimat yang dirangkai menjadi satu
paragraf kemudian diikat kembali dalam subbab, bab dan buku itu sendiri. Setiap lembar
halaman adalah satu kelokan atau satu tanjakan dalam pendakian gunung yang sesungguhnya.
Mentalitas harus dijaga disini untuk menjaga konsistensi dan semangat akan tujuan akhir kita.
Rasa ngilu dipersendian kaki adalah rasa kantuk dan bosan dalam membaca buku, harus dilawan
dan diabaikan, teruslah membaca dan teruslah berjalan. Istirahat sejenak melepas dahaga adalah
sebuah kecupan mesra pada kopi atau teh hangat yang tersedia.
Saat sebuah konflik muncul maka membaca buku akan menjadi semakin seru, setiap lembarnya
selalu ditunggu-tunggu dan tak sabar membuka tiap helai halamannya. Dalam mendaki gunung
hal tersebut akan berarti sebuah perjalanan yang menyenangkan diiringi dengan kicauan burung
dan angin gunung yang sejuk dan sepoi-sepoi. Langkah kaki yang kita pijak menjadi tak terasa
berat seakan pada tiap mata kaki muncul sepasang sayap yang siap membawa kaki kita terbang
10 cm di atas permukaan tanah untuk melaju terus tanpa hambatan. Apabila puncak gunung
akhirnya dapat dipijak dan terlampaui maka halaman akhir dalam sebuah buku telah kita baca
dengan sempurna. Kilas balik perjalanan dan tiap lembar dari buku akan menghantui kita selama
beberapa saat lamanya, terkadang eksotika inilah yang mendasari untuk mendaki buku lagi.

Sayangnya pendakian Gunung Tampomas harus berhenti di tengah perjalanan karena hari sudah
semakin gelap dan kami tidak membawa peralatan lengkap untuk pendakian malam hari atau
menginap di tengah hutan. Sekali lagi, tujuan perjalanan kami adalah survei geologi dan bukan
pendakian gunung. Rasanya seperti hanya membaca setengah halaman buku dan harus ditutup
untuk diselesaikan kembali pada waktunya nanti. Buku itu akan tetap tersimpan rapi hingga saya
datang untuk membacanya lagi hingga halaman terakhir nantinya.
Seorang pendaki gunung pastilah senang membaca buku maka seorang pendaki gunung yang
gemar membaca akan menjadi seorang pendaki buku. Akhir kata, Selamat mendaki tulisan saya
ini dengan ketinggian yang hanya berkisar 50 meter saja.

Sasakala Gunung Tampomas


Cerita Rakyat , Landscape

Gunung Tampomas, Dilihat Dari Desa Wargaluyu

Rasanya ingin kembali menceritakan sesuatu tentang Gunung Tampomas, walaupun


sebetulnya dalam setiap postingan yang terkait dengan Gunung Tampomas ini saya
hanya ingin share foto atau gambar Gunung Tampomas yang bisa dikatakan
sebagai landmark Kabupaten Sumedang dari berbagai sudut kota Sumedang
ataupun desa-desa yang mengelilinginya.

Foto atau gambar Gunung Tampomas yang diatas adalah yang saya lihat dari arah
desa Wargaluyu, Tanjungmedar. Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi
salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah
Sunda pada umumnya, kabarnya bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis
yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa,
semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di
gunung ini.

Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya
tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar diatas dari kawasan hutan di
Wargaluyu saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat (sudah seperti
paranormal saja nih), ah terlepas dari itu semua saya jadi teringat sebuah cerita
rakyat tentang Gunung Tampomas dengan judul Sasakala Gunung Tampomas,
yang menceritakan asal muasal nama Gunung Tampomas. Sasakala sendiri artinya
adalah mitos atau dongeng, jadi ini bukan cerita sejarah ya sob...berkaitan dengan
Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :

Sasakala Gunung Tampomas


Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang
menyeramkan.

Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyalanyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangatsangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung
Gede itu benar-benar meletus ?

Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati
tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau
belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana
kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti
memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.

Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar,
bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa
menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.

Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati


kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek,
kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat
jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan
serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari
ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka
kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa
sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari
Eyang".

Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng
Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati
bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.

Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan
terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun
rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya
berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati

pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak
Gunung Gede.

Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas


yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang
dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu
keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah
berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya
menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar
seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat
langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai
tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut
diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena
bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.

Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa
Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya
berubah jadi "Gunung Tampomas".

Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin
sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas
ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang
berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga
kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati
yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan
tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang
saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat
semuanya...semoga bermanfaat ya...

View Gunung Tampomas

Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Lingkungan Karapyak

Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Mandalaherang

Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Tanjungkerta

Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Cikoneng

Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Rancamulya

Anda mungkin juga menyukai