alam yang indah ke arah Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang bekas kawah dan
batu-batu besar berwarna hitam menambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Flora Vegetasi kawasan ini termasuk tipe hujan hujan pegunungan, floranya terdiri dari beraneka
ragam jenis pohon-poonan berkayu serta jenis-jenis dari golongan liana dan epiphyt. Flora yang
mendominasi kawasan adalah: Jamuju (Podocarpus imbricatus) Rasamala (Altingia excelsea)
Saninten (Castanea argentea) Fauna Satwa liar yang hidup dalam kawasan ini adalah : Kancil
(Tragullus javanicus) Lutung (Trachypithecus auratus) Babi Hutan (Sus vitatus) Beberapa jenis
burung.
Makam Keramat Terletak 300 m ke arah Utara Puncak Sangiang Taraje, tempat ini lebih
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, kedua makam tersebut merupakan peninggalan
(patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran lama. Sumber
air, Terletak di kaki Gunung Tampomas sebelah Utara, dengan debet air 202 liter per detik.
Keindahan alam dengan flora dan faunanya yang masih utuh / asli.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan adalah: Menikmati pemandangan alam yang indah
dan sejuk Pendakian gunung dan lintas alam Berkemah Memotret Sarana dan Prasarana Jumlah
sarana dan prasarana masih sangat minim, saat ini hanya terdapat: Pos jaga Jalan setapak Pos
karcis. Rute perjalanan untuk menuju lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah :
Bandung - Sumedang - Cibeureum Wetan - Cimalaka, sejauh 53 Km Cirebon - Kadipaten Cibeureum Wetan 74 Km Dari Cibeureum Wetan - Cimalaka menuju lokasi (pintu masuk
kawasan) 6 Km, dengan kondisi jalan berbatu.
Makam Keramat Terletak 300 m ke arah Utara Puncak Sangiang Taraje, tempat ini lebih
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, kedua makam tersebut merupakan peninggalan
(patilasan) dari Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran lama. Sumber
air, Terletak di kaki Gunung Tampomas sebelah Utara, dengan debet air 202 liter per detik.
Keindahan alam dengan flora dan faunanya yang masih utuh/asli.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan adalah: Menikmati pemandangan alam yang indah
dan sejuk Pendakian gunung dan lintas alam Berkemah Memotret Sarana dan Prasarana Jumlah
sarana dan prasarana masih sangat minim, saat ini hanya terdapat: Pos jaga Jalan setapak Pos
karcis. Rute perjalanan untuk menuju lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah :
Bandung - Sumedang - Cibeureum Wetan - Cimalaka, sejauh 53 Km Cirebon - Kadipaten Cibeureum Wetan 74 Km Dari Cibeureum Wetan - Cimalaka menuju lokasi (pintu masuk
kawasan) 6 Km, dengan kondisi jalan berbatu.
Versi lain... :
Namanya Su-Medang-Larang. Su = bagus, sae, elok, Prima, Medang =
wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang, caang,
madangan. Larang itu artinya mahal. tiada bandingannya. Hanya
satu. Only one. The Bright one. Mengapa demikian ? salah satunya
yaitu karena terdapat sebuah gunung yang bernama Gunung Tampomas.
SEmula gunung itu bernama gunung Gede, dan sebelumnya bernama
gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan Gunung
itu mereka menyebutnya Gunung Tampomas. Tompo Emas = yang
menerima emas (berupa senjata pusaka terbuat dari Logam Mas
disebutnya Pendok mas yang di simpan di Puncak gunung dengan cara
supranatural agar gunung itu tidak meletus. / tos dido'akeun ku
sepuh-sepuh kapungkur supaya tidak meletus lagi ), dan apa yang
Gunung Tampomas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ketinggian
Letak
Koordinat
Jenis
Stratovolcano
Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara
kota Sumedang ( 6,77LS 107,95BT). Stratovolcano dengan ketinggian 1684 meter ini juga
memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas
termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Daftar isi
1 Letak Geografis
2 Potensi Alam
o
3 Galeri
4 Referensi
Letak Geografis
Gunung Tampomas berada di utara wilayah Kabupaten Sumedang. Secara administratif, kawasan
Tampomas berada di tiga kecamatan, yaitu Buahdua, Conggeang, Paseh, Cimalaka dan
Tanjungkerta. Luas area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah 1.250 hektare[1].
Potensi Alam
Flora dan Fauna
Kawasan Hutan Gunung Tampomas termasuk dalam tipe hutan hujan pegunungan dengan
keanekaragaman flora dan fauna. Tumbuhan yang mendominasi kawan ini adalah jamuju,
rasamala dan saninten. Sedang jenis hewan yang liar dan banyak ditemui adalah kancil, lutung,
babi hutan dan beberapa jenis burung.
Puncak Tampomas
Puncak Gunung Tampomas (penduduk setempat menyebutnya Sangiang Taraje) adalah sebuah
lahan luas setinggi 1684 mdpl seluas 1 hektare yang berada di ujung paling atas Gunung
Tampomas. Lokasi ini memiliki estetika tinggi karena dari tempat ini wisatawan dapat
menikmati pemandangan indah ke arah Kota Sumedang dan sekitarnya. Adanya lubang-lubang
kawah dan batu-batu besar berwarna hitam manambah kekayaan imajinasi bagi yang melihatnya.
Sekitar 200 meter ke arah utara dari puncak Sangiang Taraje, terdapat makam keramat yang
dikenal dengan nama Pasarean. Menurut kisah, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu
Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
Untuk mencapai kawasan puncak Tampomas, ada beberapa jalur (pos) pendakian. Diantara jalur
yang sering digunakan oleh pendaki adalah jalur Narimbang, Cibeureum dan Buahdua. Di pos
pendakian Narimbang terdapat mata air dan curug Ciputrawangi yang terkenal.
menyempurnakan ilmu disitu akan mampu ngahiyang atau hilang tanpa bekas.
Memasuki abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di
sekitarnya diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut
untuk melakukan deteksi kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang
Emas ditengah-tengah puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung
mengeluarkan aip panas yang mengalir ke kawasan Conggeang dan
sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut dikenal dengan Gunung Tampomas,
diambil dari perkataan tanpa kujang emas) akan meletus.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama
gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut
menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas
yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam
mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan
cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai
buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung
Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung
menderita.
Gunung Tampomas dihuni oleh pelbagai jenis fauna seperti trenggiling, owa yang
mukanya berwarna hitam, lutung dan monyet biasa. Ada juga Harimau Lodaya,
Harimau Kumbang, Harimau Tutul, Meong Congkok, Landak, berbagai jenis ular dan
kaljengking.Adapun flora yang ikut menghuni gunung ini seperti Jamuju, Rasamala,
dan Saninten.
Dongeng Tampomas.
Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan
sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah Sunda pada umumnya, kabarnya
bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis yang cukup kuat, oleh karenanya
Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa, semedi, atau ngelmu, karena
kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di gunung ini.
Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya
tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar ini dari kawasan hutan di
Wargaluyu ini saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat , ah terlepas dari itu
semua saya jadi ingat sebuah cerita rakyat tentang Gunung Tampomas dengan
judul Sasakala Gunung Tampomas, yang menceritakan asal muasal nama Gunung
Tampomas. Sasakala sendiri artinya adalah mitos atau dongeng, ..berkaitan dengan
Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :
Sasakala Gunung Tampomas
Diceritakan, Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang
menyeramkan.
Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyalanyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangatsangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung
Gede itu benar-benar meletus ?
Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati
tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau
belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana
kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti
memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar,
bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa
menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.
Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati
kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek,
kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat
jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan
serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari
ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka
kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa
sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari
Eyang".
Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng
Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati
bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.
Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan
terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun
rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya
berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati
pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak
Gunung Gede.
Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas
yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang
dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu
keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah
berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya
menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar
seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat
langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai
tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut
diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena
bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.
Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa
Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya
berubah jadi "Gunung Tampomas".
Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin
sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas
ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang
berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga
kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati
yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan
tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang
saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat
semuanya...semoga bermanfaat ya...
Peninggalan Sejarah di Puncak Gunung Tampomas
Gunung Tampomas dengan kekuatan fenomena alamnya memang begitu
indah,unik, penuh misteri dan mampu menggoda jiwa petualang bagi para
petualang alam bebas untuk mendakinya. Apalagi Gunung Tampomas di lain sisi
selalu di kaitkan dengan hal-hal atau macam-macam yang sedikit agak berbau
Magis. Benarkah ?
Gunung Tampomas yang berdiri gagah dan indah yang terlihat di sekitaran kota
Sumedang ini memang tidak setenar gunung-gunung lainnya di Indonesia
khususnya di pulau Jawa, tetapi Gunung Tampomas mampu menghadirkan pesona
alam yang indah dan memberikan kepuassan bagi para pendaki yang berpetualang
di alam bebasnya, dan Gunung Tampomas juga melahirkan sejumlah cerita-cerita
yang sarat akan sejarah.
Diantaranya ada peninggalan Tapak (bekas) kakinya Prabu Siliwangi Raja Pajajaran
yang terkenal akan kegagahan dan kesaktian-nya, dan juga makam Ranggahadi dan
Istrinya yang menurut cerita mereka itu merupakan kerabat dari Prabu Siliwangi.
Dan di kawasan Gunung Tampomas di temukan juga Situs peninggalan sejarah
masa lalu, diantaranya seperti Batu bergambar, Pecahan Arca, Pagar Batu, Piramida
Kecil, dan Patung Ganesha.
Itu semua di temukan oleh team peneliti dari Yayasan Padaringan. Situs Purbakala
tersebut di temukan di timur lereng Gunung Tampomas di sekitaran Ciputrawangi,
Leuweung Candi, Puncak Narimbang, Batu Lawang, Sawah Kalapa, Puncak Manik
dan Blok Cibenteng. Batu Kasur yang konon merupakan tempat tidurnya Prabu
Siliwangi dan Batu Padaringan yang konon di pakai tempat persembahan atau
tempat musyawarah, ini membuktikan bahwa kawasan Gunung Tampomas kaya
akan keindahan alam, cagar budaya serta sejarah dari keraja'an Pajajaran di masa
ke-emassan-nya pada masa lalu di tataran sunda.
Batu Kasur / Pasare'an (tempat tidur)
yang konon tempat atau sempat di pakai
tempat istirahatnya / tidurnya Sang Raja
yang gagah perkasa yakni Prabu Siliwangi.
Satu di antara tempat sejarah yang mungkin
serta kesegar ran hembusan angin yang datang dari lembah-lembah di sekitar
hutan Gunung Tampomas.
Setelah fisik kami terasa segar kembali kamipun siap untuk melanjutkan pendakian,
kali ini kami dihadapkan dengan rute / trex's yang cukup menanjak dan menantang,
apalagi di depan sudah siap menyambut kami yaitu Tanjakan Taraje, yang
kemiringan-nya sekitar 80 derajat, di perlukan extra kehati- hatian dan tenaga extra
karena jalanan terjal dan berbahaya. Batu Kukus
Selanjutnya kami harus melewati beberapa rute pendakian lagi sebelum mencapai
puncak Gunung Tampomas, seperti melewati Tanjakan Taraje dan Sanghiyang
Tikoro, Batu Lawang atau sanghiyang lawang, dan terakhir puncak Gunung
Tampomas.
Hutan Gunung Tampomas yang bervariatif serta keharmonis- sannya, membuat
perjalanan pendakian kami terasa begitu sangat menyenangkan. Sesekali suara
binatang penghuni hutan saling bersahutan satu sama lain seakan-akan
mengucapkan selamat datang dan salam rimba / salam persahabatan.
Alhamdulillah dengan semangat dan mental yang kuat untuk mencapai puncak
Gunung Tampomas, kami tiba di sebuah batu yang cukup besar ukurannya, batu ini
di sebut batu Lawang, sebutan itu muncul karena persis di tengah-tengah batu itu
seperti ada pintunya, oleh karena itu masyarakat sekitar menyebutnya dengan batu
Lawang (pintu) dan Batu Lawang inipun sering di kunjungi oleh Batu Lawang para
peziarah-peziarah.
terutama para peziarah yang datang dari sekitaran Sumedang, Cirebon, Indramayu,
Majalengka dan sebagainya.
Dengan perjuangan yang keras dan banyak menguras tenaga dan cukup
melelahkan sekitar 500 meter lagi kami akan mencapai puncak Gunung Tampomas,
kamipun terus berjalan walau harus menahan berat beban di pundak, akhirnya kami
sampai juga di Puncak Gunung Tampomas dengan cuaca yang sangat bersahabat,
begitu cerah dan sungguh sungguh indah dan sujud syukurpun kami persembahkan
pada-Mu ya Alloh atas ijin-Mu dalam keberhasilan kami mencapai Puncak Gunung
Tampomas. Naik turun perbukitan, menjelajahi hutan-Mu, dan berpetualang di
rimba-Mu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikan dan memuaskan dan
juga begitu indah dan menyenangkan ketika kami mencapai puncak-Mu. Segala
lelah pegal dan peluh semuanya sirna dengan suguhan-Mu di puncak Tampomas
sebagai hadiah-Mu sekali lagi sujud syukur dan rasa terima kasih kami panjatkan
kepada keAgungan-Mu dan kamipun merasa lebih dekat dengan-Mu wahai sang
Pencipta alam yang sungguh indah dan mempesona ini Amiin Amiin terima kasih
Alloh dan tampak dari kejauhan Gunung Ciremai yang merupakan Gunung tertinggi
di Jawa Barat berdiri tegap / berdiri gagah melambai-lambai seakan-akan
mengucapkan selamat atas keberhasilan dan kesuksesan kami mencapai Puncak
Tampomas .
Pengalaman yang akan sulit kami lupakan dan pengalaman yang sungguh sangat
menyenangkan dan tak lupa terima kasih sebesar-besarnya untuk sahabat saya.
kalian memang telah membuktikan bahwa kita adalah satu dan satu adalah kita.
Posted by candra aditya on Rabu, 19 Februari 2014 - Rating: 4.5
Title : Gunung Tampomas Yang Indah
Mendaki Buku
Sayangnya pendakian Gunung Tampomas harus berhenti di tengah perjalanan karena hari sudah
semakin gelap dan kami tidak membawa peralatan lengkap untuk pendakian malam hari atau
menginap di tengah hutan. Sekali lagi, tujuan perjalanan kami adalah survei geologi dan bukan
pendakian gunung. Rasanya seperti hanya membaca setengah halaman buku dan harus ditutup
untuk diselesaikan kembali pada waktunya nanti. Buku itu akan tetap tersimpan rapi hingga saya
datang untuk membacanya lagi hingga halaman terakhir nantinya.
Seorang pendaki gunung pastilah senang membaca buku maka seorang pendaki gunung yang
gemar membaca akan menjadi seorang pendaki buku. Akhir kata, Selamat mendaki tulisan saya
ini dengan ketinggian yang hanya berkisar 50 meter saja.
Foto atau gambar Gunung Tampomas yang diatas adalah yang saya lihat dari arah
desa Wargaluyu, Tanjungmedar. Dengan melihat Gunung Tampomas yang menjadi
salah satu saksi bisu perjalanan sejarah Sumedang pada khususnya dan tanah
Sunda pada umumnya, kabarnya bagi sebagian orang akan terasa suasana mistis
yang cukup kuat, oleh karenanya Gunung ini banyak dijadikan tempat bertapa,
semedi, atau ngelmu, karena kabarnya dulu Prabu Siliwangi juga pernah bertapa di
gunung ini.
Dilihat dari tempat-tempat tertentu pun suasana mistik bisa terasa, seperti halnya
tidak tahu kenapa ketika mengambil foto atau gambar diatas dari kawasan hutan di
Wargaluyu saya merasakan hawa mistik yang lumayan kuat (sudah seperti
paranormal saja nih), ah terlepas dari itu semua saya jadi teringat sebuah cerita
rakyat tentang Gunung Tampomas dengan judul Sasakala Gunung Tampomas,
yang menceritakan asal muasal nama Gunung Tampomas. Sasakala sendiri artinya
adalah mitos atau dongeng, jadi ini bukan cerita sejarah ya sob...berkaitan dengan
Sasakala Gunung Tampomas sendiri kurang lebih begini ceritanya :
Suaranya bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyalanyala, dan sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangatsangat kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung
Gede itu benar-benar meletus ?
Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu, tapi yang pasti bupati
tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya serta bijaksana. Walau
belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah mengetahui bagaimana
kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan beliau tidak berhenti
memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar,
bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa
menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya.
Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng
Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati
bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya.
Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan
terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun
rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya
berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati
pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak
Gunung Gede.
Semenjak saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa
Emas (menerima emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya
berubah jadi "Gunung Tampomas".
Begitulah dongengnya sob tentang asal muasal nama Gunung Tampomas, mungkin
sobat-sobat juga pernah ada yang membaca tentang Sasakala Gunung Tampomas
ini tapi berlainan versi ?? memang cerita tentang Sasakala Gunung Tampomas yang
berkembang di masayarakat Sumedang kabarnya ada beberapa versi, ada juga
kisah yang titik ceritanya di daerah Cipanas Buahdua, dan dengan nama Bupati
yang diketahui...tapi alur ceritanya kurang lebih sama dengan diatas, menceritakan
tentang Gunung Gede yang akan meletus, dan kebetulan cerita di atas lah yang
saya sedikit hapal dan saya coba ceritakan kembali pada sobat-sobat
semuanya...semoga bermanfaat ya...
Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Lingkungan Karapyak
Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Mandalaherang
Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Tanjungkerta
Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Cikoneng
Gunung Tampomas,
Dilihat Dari Desa Rancamulya