Anda di halaman 1dari 2

Kisah Gunung Tangkuban Perahu dan Pesona Alamnya Tak hanya objek wisata, Tangkuban

Perahu menyimpan legenda yang unik serta pemandangan alam yang membuat terpesona.
Oleh Iftitah Nurul Laily 18 Agustus 2021, 15:15 DISPARBUD.JABARPROV.GO.ID Salah satu
kawah di kawasan Tangkuban Perahu Gunung Tangkuban Perahu atau juga sering disebut
Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung terbesar di dataran Parahyangan. Gunung ini
terletak di sebelah utara Kota Lembang, Kabupaten Bandung. Udara yang sejuk, hamparan
kebun teh, lembah, dan pohon pinus mewarnai perjalanan menuju pintu gerbang kawasan
gunung Tangkuban Perahu. Untuk memasuki kawasan ini, Anda harus membayar tiket sebesar
Rp 13.000 per orang ditambah tiket masuk kendaraan. Ada dua jalur menuju kawah di gunung
ini. Pertama, jalan lama yang memiliki rute lebih sulit dan biasanya akan ditutup setelah hujan
atau saat dirasa berbahaya untuk dilalui. Penjaga loket biasanya akan memberikan petunjuk
untuk mengambil jalan baru. Di jalan baru, jalannya sudah beraspal sehingga memudahkan
kendaraan untuk bepergian. Menelusuri jalan ini, terdapat bunga terompet dan pepohonan
lainnya yang akan menyejukkan perjalanan Anda. Sampai di kawasan gunung Tangkuban
Perahu, terdapat tiga kawah yang menarik untuk dikunjungi. Kawah tersebut adalah Kawah
Domas, Kawah Ratu, dan Kawah Upas. Kawah Ratu adalah kawah terbesar yang paling banyak
dikunjungi. BACA JUGA 5 Tempat Wisata Bandung Terbaik untuk Akhir Pekan Rute Menuju
Kawasan Tangkuban Perahu Tangkuban Perahu berjarak 90 menit jika Anda berkendara dari
Bandung. Cara termudah untuk sampai ke sana yaitu dengan mengikuti tur atau menyewa mobil.
Namun, jika ingin melakukan perjalanan yang penuh petualangan, Anda dapat naik Subang Colt
dari Lembang hingga di pintu masuk. Di pintu masuk, ada persewaan minibus yang membawa
Anda ke atas gunung. Atau, Anda dapat berjalan kaki dari gerbang. Jaraknya 4,5 km hingga ke
puncak. Anda juga dapat mengambil jalur melewati Kawah Domas. Rute ini dapat ditempuh
dalam satu jam tapi sangat curam dan melalui hutan. Kawah Ratu Jika berkunjung
menggunakan bus, ada tempat parkir khusus sebelum mencapai Kawah Ratu. Perjalanan dapat
dilanjutkan dengan minibus ke Kawah Ratu. Sementara untuk pengendara pribadi, Anda dapat
berkendara hingga Kawah Ratu. Tersedia tempat parkir kendaraan di seberang kawah ini
sehingga tak sulit dan memakan banyak tenaga. Kawah Ratu dapat dilihat langsung dari atas
dengan pagar kayu untuk membatasi pengunjung agar tidak jatuh. Terdapat pemandangan luar
biasa yang diselimuti asap panas dari dalam kawah. Tanah di sekitar Kawah Ratu umumnya
berwarna putih dengan beberapa batu belerang berwarna kuning. Anda bisa mencoba mendaki
ke area yang lebih tinggi jika ingin melihat keseluruhan area Kawah Ratu. Sekitar Kawah Ratu
terdapat banyak toko yang menjual suvenir seperti syal, kupluk, tas dan topi bulu. Ada juga
penjual makanan dan minuman panas. Anda juga bisa menunggang kuda di sekitar bagian
kawah ini. Kawah Upas Kawah Upas terletak di sebelah Kawah Ratu. Bentuk Kawah Upas
berbeda dengan Kawah Ratu. Kawah Upas lebih dangkal dan mendatar. Namun, untuk bisa
melihat kawah ini harus melalui medan yang cukup berbahaya karena jalannya berpasir. Jadi,
sangat jarang pengunjung yang datang untuk melihat kawah ini. Kawah Domas Kawah Domas
terletak pada dataran yang lebih rendah dari Kawah Ratu. Jika melalui jalan baru, Anda akan
menemukan gerbang Kawah Domas terlebih dahulu sebelum menuju Kawah Ratu. Di Kawah
Domas, Anda bisa melihat lebih dekat dengan kawah. Bahkan, Anda bisa mencoba merebus
telur dengan memasukkannya ke dalam kawah. Jam buka Kawah Domas terbatas, jika Anda
datang setelah pukul 16.00 WIB, Anda diharuskan menggunakan jasa pemandu wisata.
Pemandangan Manarasa Daerah Tangkuban Perahu dipenuhi pepohonan yang rimbun.
Pepohonan tersebut dikenal dengan nama Manarasa oleh penduduk sekitar. Daun pohon akan
berubah menjadi kemerahan jika sudah tua. Daun merah itu dapat dimakan, rasanya mirip
dengan daun jambu biji yang sedikit asam. Oleh penduduk sekitar, daun ini dipercaya dapat
mengobati diare dan membuat awet muda. Sejarah Gunung Tangkuban Perahu Menurut artikel
yang ditulis sejarawan Drs. Tarunasena dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia, sejarah Gunung Tangkuban Perahu bermula dari cerita rakyat
zaman dahulu. Awalnya, seorang puteri raja bernama Dayang Sumbi diasingkan ke dalam hutan
karena hamil di luar pernikahan. Dayang Sumbi kemudian melahirkan anak bernama
Sangkuriang. Setelah dewasa, Sangkuriang pergi merantau untuk menuntut ilmu. Sangkuriang
terus berpindah dari satu pertapaan ke pertapaan lainnya hingga ia menjadi sakti. Tanpa sadar,
Sangkuriang kembali ke hutan tempat ia dilahirkan dan bertemu Dayang Sumbi, ibu
kandungnya. Ternyata, Dayang Sumbi memiliki kesaktian sehingga tampak awet muda seperti
gadis remaja. Sangkuriang terpesona dan jatuh hati hingga mabuk kepayang. Ia tetap tidak
percaya bahwa wanita tersebut adalah ibu kandungnya meskipun Dayang Sumbi sudah
menjelaskan. Sangkuriang bersikeras ingin menikahi Dayang Sumbi. Lalu, Dayang Sumbi
meminta mas kawin khusus. BACA JUGA Tangkuban Perahu: dari Cerita Rakyat sampai Pilihan
Wisata Sangkuriang harus membuat danau dan perahu dalam waktu satu malam. Untuk
menjalankan tugasnya, Sangkuriang dibantu oleh Guriang Tujuh, yaitu makhluk yang tinggal di
pegunungan. Semua pohon di hutan tersebut ditebang dan kini terkenal dengan nama Bukit
Tunggul. Potongan kayu tersebut digunakan untuk membendung sungai sehingga terciptalah
sebuah danau. Sebatang pohon yang paling besar dibuat oleh Sangkuriang menjadi sebuah
perahu. Pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, padahal belum mencapai satu hari. Melihat hal
tersebut, Dayang Sumbi khawatir. Ia membunyikan lesung yang membangunkan ayam jantan
sehingga berkokok. Sangkuriang terkejut oleh bunyi kokok ayam jantan, para Guriang Tujuh juga
kabur tanpa menyelesaikan pekerjaan. Amarah Sangkuriang meledak sehingga ia mengejar
Dayang Sumbi yang berlari ketakutan. Dayang Sumbi meminta pertolongan Dewata Agung,
dalam sekejap tubuhnya menghilang bersama cahaya pagi. Tempat hilangnya tersebut hingga
kini dikenal sebagai Gunung Putri. Sangkuriang marah dan kecewa karena tidak berhasil
menemukan Dayang Sumbi. Tak kuasa menahan amarahnya, Sangkuriang menendang perahu
yang belum selesai dibuat hingga perahu terbalik. Bentuk perahu yang terbalik itu berubah
menjadi sebuah gunung yang kini dikenal dengan nama gunung Tangkuban Perahu.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Kisah Gunung Tangkuban Perahu dan
Pesona Alamnya" , https://katadata.co.id/redaksi/berita/61163f2400367/kisah-gunung-
tangkuban-perahu-dan-pesona-alamnya
Penulis: Iftitah Nurul Laily
Editor: Redaksi

Anda mungkin juga menyukai