Anda di halaman 1dari 3

Asal Usul Nama Daerah Batu busuk

Oleh : Racheal Rahayu Hendriyani

Sebab bernama daerah ini batu busuk adalah dahulu ada sebuah batu di dekat bandar
kali yang di bawah batu nya berbau busuk. Waktu Belanda masuk ke daerah ini, batu busuk
itu hilang entah ke mana. Kata orang dulu-dulu yang sebelum bapak, ada juga yang
mengatakan asal-usul batu busuk ini lain ceritanya dengan yang bapak ceritakan tadi. Kata
orang dulu-dulu namanya belum batu busuk lagi, tapi lubuak manjarobiah. Asal mula di
ceritakan batu busuk, ada kayu yang dulu nya di larang oleh orang tua-tua jangan di belah,
tapi di belah juga oleh orang itu. Karena melanggar kata-kata orang tua tadi, kayu yang di
belah tadi mengeluarkan bau busuk. Karena itu bernama batu busuk kata orang dulu.

Di bandar kali yang di belakang tempat batu busuk ini, ada ikan larangan. Ikan itu ada
juru kuncinya, jadi ikan itu tidak bisa di tangkap. Biasanya di tangkap cuma setahun sekali,
itu pun di lihat dulu ikannya, sudah besar-besar atau belum, kalau ikannya sudah besar-besar,
baru bisa di tangkap, dan itu juga melalui juru kuncinya. Di sini dulu banyak peninggalan
Belanda, Belanda di sini ada sekitar 3 tahun. Jadi kami melawan Belanda dulu hanya dengan
senjata biasa saja. Jadi masuklah Jepang dulu ke sini. Kami bersama sama melawan Belanda.
Sampai-sampai Belanda pun akhirnya pergi dari sini. Belanda pergi, Jepang pun pergi
meninggalkan kampung ini.

Bukan hanya itu, di daerah Batu Busuk ini juga memiliki tempat wisata bagi
masyarakat yang ingin mengunjunginya. Peninggalan Belanda dan Jepang sekarang telah
menjadi tempat wisata bagi daerah Batu Busuk ini, yaitu seperti Jembatan Gantung,
Jembatan Air Plta Kuranji, Lubang Japang, Bendungan Patamuan dan masih banyak lagi.
Tentunya yang paling disenangi dan diminati banyak orang adalah tempat pemandian serta
pemandangan yang sangat indah untuk dilihat dan dirasakan.

Jika teman-teman ingin berwisata kesini, kalian bisa membaca cerita saya, disini saya
akan menceritakan sedikit pengalaman menuju jalan ke tempat ini. Saya berangkat
menggunakan motor bersama teman-teman untuk menyusuri keindahan alam dan potensi
pemandian alam yang ada di tempat ini. Dari pusat kota sekitar 15 km menuju gerbang
Kampus Universitas Andalas. Kemudian belok kiri, ikuti jalannya yang terbuat dari beton ini
hingga bertemu dengan dua jembatan, satu jembatan gantung tua, dan satunya lagi jembatan
baru.

Dulu sebelum ada jembatan baru ini, jembatan gantung ini menjadi satu-satunya yang
menghubungkan antara Kampung Kapalo Koto, Kelurahan Limau Manih dengan Kampung
Batu Busuk Kelurahan Lambung Bukit. Jembatan Gantung ini merupakan jembatan
bersejarah karena dibangun ketika pemerintahan Hindia belanda. Kemungkinan sekarang
telah berumur lebih dari 100 tahun.

Selanjutnya belok ke kanan melewati PLTA Kuranji miliknya PT. Semen Padang
hingga sampai dipertiga jalan menuju pedalaman daerah Batu Busuk. Di sana terdapat sebuah
papan iklan layanan masyarakat berukuran 2x1 m yang telah kusam. Dari titik itu ada dua
jalur, pertama jalan mendaki yang lebarnya tidak lebih dari 1 m dan jalan datar yang bisa
dilalui mobil. Di titik itu kami memutuskan untuk menitipkan kendaraan. Perjalanan dimulai
dan kami tracking menuju Bendungan Patamuan yang memiliki lubuk atau kolam tempat
pemandian. Sebenarnya bisa dilalui dengan motor hingga bendungan, tapi aksesnya cukup
berbahaya (bagi yang belum terbiasa), sehingga kami memutuskan untuk jalan kaki. Anggap
saja untuk membakar lemak hehe.

Selama perjalanan akan melewati tepi-tepi bukit yang dikelilingi perpohonan tinggi
dan ilalang. Lebar jalannya kurang dari 1 meter. Kemudian sampai di lokasi tirik akhir water
flowing batu busuk. Tempat ini semacam wahana air yag merupakan kanal jembatan air PLTA
Kuranji yang digunakan untuk mandimandi dengan memanfaatkan ban dalam bekas, seakan
sedang bermain di seluncuran waterboom atau bermain tubing mengikuti aliran dalam saluran
air.

Sebenarnya kanal (saluran Headrace) ini berfungsi untuk menyalurkan air dari sungai
Padang Janiah dan Padang Karuah yang berada di Bendungan Patamuan menuju pemutar
turbin PLTA Kuranji Tempat ini pernah hits di tahun 2016.

Memang untuk mencapai Bendungan Patamuan ini tidak sulit, tinggal mengkitu saja
kanal air PLTA kuranji, maka akan sampai di lokasi yang kita tuju. Benar, saya sudah
membuktikkannya, tidak sulit. Hanya saja perjalanannya memakan waktu.
Akhirnya, kanal air ini telah menuntun kami hingga sampai di lokasi bendungan. Di
sana terdapat satu bangunan tua yang berfungsi sebagai tempat pemantau dan pengatur debit
air dan Sungai Bukit Patamuan menuju air PLTA Kuranji.

Kawasan Batu Busuk ini secara geografis rawan terjadi bencana alam, mulai dari
banjir bandang, longsor, hingga kemungkinan kebakaran hutan. Untuk itu bila berkunjung ke
pemandian alam Batu Busuk harus selalu waspada dan melihat kondisi alam. Bila sudah ada
awan gelap di atas kepala baiknya segera menepi dari sungai dan segera pulang. Satu lagi
jangan buang sampah sembarangan, cukup tinggalkan jejak dan kegalauan saja.

Sebagai informasi, di Kota Padang terdapat dua kawasan yang memiliki pemandian
alam dengan air yang biru, pertama di Lubuk Paraku dan kedua tentunya di Batu Busuk.
Kedua tempat ini sudah dikenal lama menjadi tempat pemandian alam, sejak zaman kolonial
dulu. Nagaimana tertarik mengunjunginya?

Dengan segala potensi yang dimilikinya, kawasan Batu Busuk ini perlu di kembangkan
menjadi salah satu alternatif wisata alam di Kota Padang. Mari berpetualang dan menikmati
kesegaran pemandian alam Batu Busuk.

Artikel ini telah saya terbitkan di media massa online Minangkabau.news


https://minangkabaunews.com/asal-usul-nama-daerah-batu-busuk/

Anda mungkin juga menyukai