Anda di halaman 1dari 4

Lamajang Kuno

Keterangan Foto :

Kategori
Reporter : Mochamad Imron

Lumajang- Sungai Brotoyudho atau yang di kenal sungai Bondoyudho yang melintasi
Dusun Biting sebelah utara, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, di perkirakan
pernah menjadi sarana transportasi air di jaman Kerajaan Lumajang Tigang Juru
sekitar abad ke-13-16 Masehi. Kendati, informasi dari beberapa warga yang sering
mencari ikan di dasar sungai Bondoyudho, pernah memegang sebuah sisa Rantai
dan Jangkar kapal yang terpendam di dasar sungai dengan kedalaman sekitar 6
meter.
" Dulu tetangga saya sukanya mencari ikan di sungai Bondoyudho dengan
menyelam, setelah pernah memegang rantai dan jangkar itu sekarang tidak
pernah," kata Sholeh Nafis Warga Desa Tanggung, Kecamatan Padang Sabtu (05/05)
pagi. " Rantai dan jangkar besar terpendam di dasar sungai sisi benteng sebelah
utara," tambahnya.
Pemerhati Sejarah Lumajang Mansoer Hidayat mengatakan, pihaknya
memperkirakan sungai Bondoyudho sebagai benteng alam masa kerajaan Lamajang
Tigang Juru abad ke-13-16 Masehi itu, pernah menjadi alat transportasi air kerajaan
Lamajang menuju pantai selatan.

" Setelah melihat sungai bondoyudho yang begitu besar dan dalam. Apalagi ada
info dari masyarakat sekitar yang sering mencari ikan, pernah memegang rantai dan
jangkar bisa jadi, sungai tersebut menjadi alat tranportasi sekaligus benteng alam
kerajaan Kota Raja Lamajang," ungkapnya. Namun, perlu ada penelitian dari para
Arkiolog mengenai info dari masyarakat tersebut.(ron/red)

Misteri Batu Jelmaan Siluman Buaya Penunggu Sungai


Keting
Add Comment
Misteri, Wisata

Buaya Putih
Batu padas bajul yang terletak di sungai keting, Kecamatan Jombang, Kabupaten jember
ini merupakan salah satu tempat wisata yang memiliki unsur mistis yang sangat tinggi.
Nama Padas ini diambil dari bahasa jawa yaitu Padas yang berarti batu Cadas sedangkan
bajul artinya Buaya. Menurut warga yang tinggal di daerah tersebut, Padas bajul tempat
yang sangat angker dan dipercaya banyak makhluk halus yang menjadi penunggu di
daerah tersebut.
Asal usul Padas Bajul sendiri sampai sekarang masih simpang siur. Karena banyak versi
penjelasan dari padas bajul itu sendiri.Ada yang mengatakan itu adalah hasil perkelahian
antara siluman penguasa sungai Bondoyudo (Lumajang), yaitu seekor buaya yang besar
dengan ular raksasa penunggu sungai Jatiroto (Jember).
Banyak kabar yang menyebutkan, kalau setiap tahun tempat ini selalu memakan korban.
Menurut warga setempat korban yang menjadi tumbal tersebut akan dimakan oleh
buaya putih penunggu sungai keting yang katanya sering menampakan diri di hari-hari
tententu.
Menurut keterangan warga setempat, siluman buaya tersebut selalu mencari mangsa
dengan cara menjelma menjadi kakek-kakek tua dan berpura-pura sebagai petunjuk
jalan ke orang yang berwisata di daerah tersebut.
Jalan yang ditunjukan tentunya bukan jalan yang sebenarnya karena arahnya yang

langsung menuju ke sungai, dan ketika korbanya sudah berada di sekitar sungai, kakekkakek tadi berubah menjadi buaya dan memangsa korbanya.
Anehnya, jika diadakan suatu perlombaan memancing di sungai Bondoyudo tersebut,
tidak akan ada satu orang pun yang menjadi pemenang atau mendapatkan ikan apabila
persertanya bukan orang Keting asli.
Di sekitar batu yang berbentuk buaya putih tersebut terdapat banyak ikan-ikan kecil
yang juga sering di jumpai di sekitar pinggiran sungai Bondoyudo.

Anda mungkin juga menyukai