Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH SITU PATENGGANG

Situ Patenggang Bandung, adalah tempat wisata di bagian selatan Kabupaten Bandung, terletak di
sebuah desa bernama Patengan. Desa ini adalah bagian dari wilayah administratif Kecamatan
Rancabali yang lokasinya berada di bawah kaki Gunung Patuha, sebuah Gunung yang sangat erat
kaitannya
dengan
objek
wisata Kawah
Putih.
Situ Patenggang, sebagai sebuah objek wisata alam yang begitu sangat populer di Bandung
memiliki cerita yang sangat unik. Ini berawal dari sebuah legenda yang beredar di masyarakat
Ciwidey yang hingga saat ini cerita tersebut masih lestari dan dikaitkan dengan nama dari
situ/danau tersebut (Patenggang Patengan). Oleh karena itu, berawal dari sebuah legenda ini
pula yang menjadi daya tarik dari tempat wisata di Bandung ini. Secara sederhana, sejarah situ
patenggang
dimulai
dari
asal
legenda
asal
mula
nama
situ
ini.

Sejarah Situ Patenggang


Nama Populer yang digunakan sebagai nama danau ini sebenarnya ada 2, pertama yaitu Situ
Patengan dan yang kedua adalah Situ Patenggang. Kedua nama tersebut memiliki pilosofi
tersendiri yang menunjukan identitas situ serta saling memiliki keterkaitan . Apabila wisatawan
menyebutnya situ Patengan hal ini mengacu kepada nama desa dimana danau ini berada. Nama
Patengan berasal dari bahasa Sunda Pateangan yang artinya saling mencari. Sedangkan nama
Patenggang sendiri yang juga dari bahasa Sunda yang artinya terpisah dari jarah ataupun
waktu.

Konon, kedua nama di atas menceritakan sebuah kisah sepasang kekasih yang saling mencintai.
Mereka bernama Ki Santang dan Dewi Rengganis. Ki santang adalah keponakan dari Prabu
Siliwangi, seorang raja Padjajaran yang arif dan bijaksana. Sedangkan Dewi Rengganis adalah
seorang garis desa yang hidup di sebuah pegunungan. Keduanya memiliki ikatan kasih yang
sangat kuat namun terpisah oleh jarak dan waktu (konon mereka terpisah akibat peperangan yang
sangat lama). Karena perasaan dan kasih sayang yang begitu besar antara keduanya, akhirnya
mereka berupaya untuk saling mencari, hingga pada suatu hari dipertemukan di sebuah batu
besar. Batu tersebut dinamakan batu Cinta. Setelah pertemuan itu, singkat cerita Rengganis
meminta Ki Santang untuk dibuatkan sebuah danau dimana terdapat pulau kecil di tengahnya.
Karena cinta Ki Santang yang begitu mendalam, akhirnya ia mengabulkan permintaan Dewi
Rengganis. Sekarang daratan kecil ini bernama pulau Sasuka atau dalam bahasa Indonesia
bernama
Pulau
Asmara.
Cerita Situ Patenggang

Mitos masyarakat yang sangat kuat hingga saat ini Siapa saja yang ingin hubungannya langgeng,
maka datangkah ke Situ Patenggang, datangilah Batu Cinta dan kelilingi Pulau Asmara.
Tentunya dari aspek wisata, adanya legenda serta mitos Batu Cinta, dan Pulau Asmara menjadi
daya tarik yang sangat kuat bagi para wisatawan selain pemandangan danau serta keindahan
cagar alam dan perkebunan teh Rancabali yang mengelilinginya. Oleh karena itu, tidak lengkap
rasanya berkunjung ke Situ Patenggang jika tidak menginjakkan kaki di Batu Cinta dan Pulau

Sasuka.
Sebuah Danau yang menjadi Objek wisata menarik dan Populer
Awalnya, Situ ini adalah bagian dari cagar alam atau taman nasional seperti cagar alam lain yang
ada di Indonesia. Namun, pada tahun 1981 terjadi sebuah pengembangan yang sangat besar
hingga akhirnya menjadi taman wisata alam. Saat ini, Situ Patenggang Ciwidey dikelola oleh PTPN
VIII, kawasan Bandung Selatan. Pengembangan demi pengembangan termasuk perbaikan sarana
transportasi serta fasilitas pendukung wisata seperti penginapan, sarana ibadah, rumah makan,
tempat penjualan cinderamata, tempat parkir, gazebo/shelter, perahu, dan lain-lain yang sampai
saat ini terus dilengkapi. Untuk kebersihan, seluruh area bebas dari polusi udara dan sampah
apalagi
limbah
kimia.
Demikian Panduan Wisata dan sejarah situ Patenggang mulai dari kisah legenda masyarakat
setempat sampai akhirnya menjadi tempat wisata alam populer di bagian paling selatan Bandung.

Situ Patenggang
Danau Patenggang atau juga dikenal dengan nama Situ Patenggang (situberarti danau
dalam Bahasa Sunda) berada di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1600 meter
dari permukaan laut dan berada di kakiGunung Patuha. Karena posisinya yang tinggi,
Anda akan merasakan udara yang dingin dan segar saat mengunjungi danau ini.
Lokasinya sekitar 2 jam perjalanan dari kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya di bagian
selatan kota Bandung di Ciwidey. Untuk mengunjungi tempat ini, Anda bisa keluar dari
pintu tol Kopo atau Buah Batu lalu menuju ke arah selatan Bandung. Beberapa petunjuk
jalan menuju Ciwidey atau Kawah Putih bisa Anda ikuti untuk menuju tempat ini.
Dalam perjalanan menuju Situ Patenggang, nuansa hijau alami akan menjadi
pemandangan yang menyejukkan mata. Pohon-pohon rindang dan hamparan kebun teh
dengan daunnya yang rapat membuat warna hijau menjadi semakin dominan.di
sepanjang jalan menuju danau. Jalanan berkelok harus dilalui untuk mencapai tujuan,
tetapi akan terasa menyegarkan karena nuansa pegunungan yang hijau dan udara
bersih khas pegunungan akan menyertai perjalanan Anda. Selain itu, perkebunan
strawberry yang ada di sepanjang perjalanan dapat pula menambah daya tarik daerah
wisata ini.

Berkeliling Situ Patenggang


Sesampainya di Situ Patenggang yang berada di balik hamparan kebun teh, danau luas
dan berair tenang akan menyambut Anda. Pegunungan menjulang mengelilingi Situ
Patengan.

Di tepi danau, perahu-perahu dengan warna-warna yang terang siap mengantarkan Anda
dan keluarga menjelajahi lebih jauh danau ini. Tawar-menawar untuk menyewa perahu
biasa dilakukan pengunjung agar mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.
Jika Anda tidak mau terlalu jauh dari tepi pantai, menggowes sepeda air cukup menarik
untuk dicoba. Atau Anda dapat sekedar duduk-duduk menikmati ketenangan air danau di
tempat-tempat yang telah disediakan.
Jika Anda menyewa perahu, Anda dapat mengunjungi sebuah pulau yang ada di tengah
danau ini. Pulau yang tidak terlalu besar ini ditumbuhi pohon-pohon dengan daun yang
rindang, jadi Anda dapat beristirahat atau tidur sejenak di pulau yang tenang ini.

Batu Cinta

Yang juga menjadi favorit di tempat ini adalah


lokasi Batu Cinta. Sebuah lokasi yang berada di tengah danau dengan sebuah batu
besar yang menjadi panandanya. Batu inilah yang disebut dengan Batu Cinta.
Batu Cinta berasal dari sebuah legenda Jawa Barat. Di tempat inilah Ki Santang dan
Dewi Rengganis, sepasang kekasih yang harus melewati perjalanan sulit dalam
percintaan mereka, akhirnya bertemu kembali di tempat ini, setelah sebelumnya terpisah.
Air yang mengisi danau ini menurut mitos masyarakat Patengan berasal dari deraian air
mata kedua manusia tersebut.
Itu sebabnya beberapa orang juga menyebut Situ Patenggang sebagai Situ Penganten.
Kisah ini dapat Anda baca pada sebuah lukisan bergambar panorama Situ Patengan
yang berada di lokasi Batu Cinta. Masyarakat setempat juga percaya bahwa jika
mengunjungi Batu Cinta bersama pasangan, maka hubungan pasangan tersebut akan
langgeng.
Patenggang memang sebuah danau yang menarik untuk dikunjungi. Anda bisa
mendapat berbagai cerita menarik setelah mengunjungi danau ini. Keindahan dan
kesejukan alamnya, membuat Anda kembali segar.

Bandung Selatan menyimpan beberapa obyek wisata alam yang indah. Kawah
Putih yang eksotis dan Situ Patenggang yang tenang dengan Batu Cinta yang
melegenda di Jawa Barat. Anda dapat mengunjungi kedua wisata ini sekaligus karena
letaknya yang berdekatan.

Kawah Putih Ciwidey berada di kawasan pegunungan yang mempunyai


ketinggian lebih dari 2.400 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian
tersebut, suhu udara di kawasan Kawah Putih tentu saja dingin dengan suhu
8 derajat Celsius sampai dengan 22 derajat Celsius, oleh karena itu jangan
lupa membawa jaket atau memakai pakaian yang tebal.
Selain untuk dinikmati keindahannya oleh para wisatawan, Kawah Putih
Ciwidey juga sering kali menjadi tempat kegiatan lain, misalnya pengambilan
gambar film, melukis, foto pengantin, sampai dengan kegiatan mendaki
dan berkuda.

Sejarah Kawah Putih

Kawah Putih
Cerita mengenai Kawah Putih bermula pada abad ke 10 di mana terjadi
sebuah letusan hebat oleh Gunung Patuha. Setelah letusan ini, banyak orang
beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung
yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati.

Seiring dengan berjalannya waktu, kepercayaan mengenai angkernya tempat


ini mulai pudar, sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli botani
dengan kebangsaan Jerman datang ke kawasan ini untuk melakukan
penelitian. Peneliti yang bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn tersebut
sangat tertarik dengan kawasan pegunungan sunyi yang bahkan tidak ada
burung yang terbang di atasnya sehingga ia berkeliling desa untuk mencari
informasi. Pada saat itu, seluruh informasi yang ia dapatkan adalah bahwa
kasawan tersebut angker dan dihuni oleh mahluk halus.
Bagi Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, pernyataan masyarakat setempat tersebut
tidaklah masuk akal. Karena tidak percaya dengan cerita-cerita tersebut, ia
pergi ke dalam hutan rimba untuk mencari tahu apa yang ada di sana. Singkat
cerita, akhirnya Dr. Franz Wilhelm Junghuhn berhasil
mencapaipuncak gunung, dan dari sana ia melihat keberadaan sebuah
danau indah berwarna putih dengan bau belerang yang menyengat.
Sejak itu, keberadaan Kawah Putih Ciwidey menjadi terkenal dan mulai dari
tahun 1987 pemerintah mengembangkan kawasan ini sebagai tempat
wisata yang menawarkan pengalaman unik melihat danau yang dapat
berubah warna.

Cara ke Kawah Putih

Kawah Putih Ciwidey


Kawah Putih yang beralamat di Jalan Raya SoreangCiwidey KM 25 berlokasi
tidak jauh dari tempat wisata Situ Patenggang dan dapat dicapai dengan
mudah bila Anda membawa kendaraan pribadi karena terdapat banyak

penunjuk jalan. Dari Jakarta, Anda hanya perlu menggunakan jalur tol
Cipularang dan keluar melalui pintu tol Kopo. Dari sana Anda harus menuju
ke Soreang dan berkendara ke bagian selatan Ciwidey.
Bila menggunakan kendaraan umum, Anda dapat naik angkot dari terminal
Leuwi Panjang yang menuju ke terminal Ciwidey. Dari terminal Ciwidey, Anda
dapat menggunakan angkot yang menuju Situ Patenggang dan turun di depan
gerbang Kawah Putih.

Fasilitas di Kawah Putih

Kawah Putih Bandung


Karena telah dikembangkan sebagai kawasan wisata, Kawah Putih
mempunyai fasilitas penunjang kenyamanan berwisata yang memadai, yaitu:

Area parkir yang luas

Mushola

Transportasi dari gerbang depan sampai dengan kawah

Pusat informasi

Restoran dan warung makanan

Toilet

Harga tiket masuk Kawah Putih


Ciwidey

Kawah Putih Ciwidey Bandung


Harga tiket masuk Kawah Putih pada hari biasa dan hari libur serta akhir
pekan adalah sama yaitu 15.000 Rupiah per orang, sedangkan untuk tarif
kendaraan adalah sebagai berikut:

Parkir atas (mobil): 150.000 Rupiah

Parkir atas (motor): 35.000 Rupiah

Ontang-anting: 13.000 Rupiah

Parkir bawah (mobil): 6.000 Rupiah

Parkir bawah (motor): 5.000 Rupiah

Parkir bawah (bus): 25.000 Rupiah

Yang dimaksud dengan parkir atas adalah membawa kendaraan Anda sampai
dengan lokasi kawah, bus tidak dapat parkir di atas. Maksud dari parkir bawah
adalah memarkir kendaraan Anda di gerbang masuk kemudian Anda dapat
naik ontang-anting untuk menuju kawah.
Apa itu ontang-anting? Ontang-anting berasal dari bahasa Sunda yang berarti
mondar mandir dan merupakan sebutan bagi kendaraan khas Kawah Putih
Ciwidey. Kendaraan ini berupa mini bus yang telah dimodifikasi menjadi
terbuka dan dilengkapi dengan pengaman. Kapasitas maksimal untuk 1
ontang-anting adalah 12 orang, namun jangan kuatir tidak kebagian tempat
karena ada banyak ontang anting beroperasi di kawasan ini.

Jam buka Kawah Putih Ciwidey


Tempat wisata ini buka setiap hari dari jam 7 pagi sampai dengan jam 5
sore.

Tips wisata Kawah Putih Ciwidey


Agar perjalanan wisata Anda ke Kawah Putih lebih nyaman, simak tips-tips
berikut ini:

Suhu udara yang dingin bukan berarti Anda aman dari sengatan matahari,
gunakan sunblock sebelum beraktifitas di Kawah Putih

Bila Anda tidak kuat dengan bau belerang, bawahlah masker

Bila tidak mempunyai masker, Anda dapat membelinya di lokasi

Jangan terlalu lama berada di kawah karena dapat membuat pernafasan


Anda terganggu, Anda dapat naik sebentar ke atas dan kemudian kembali
lagi ke kawah bila masih ingin melihat pemandangan Kawah Putih

Bila rombongan Anda terdiri dari sedikit orang, sebaiknya memarkir


kendaraan di gerbang dan kemudian lanjut menggunakan ontang-anting
karena lebih murah, selain itu dengan ontang-anting Anda dapat
menikmati pemandangan hutang pegunungan dengan jelas

Museum Geologi Bandung adalah sebuah museum yang sudah menjadi


bangunan bersejarah di kota Bandung, sehingga menarik minat banyak
wisatawan. Museum yang dilindungi dan dirawat oleh pemerintah ini dibangun
pada tanggal 16 Mei 1928 dan sempat direnovasi dengan dana bantuan dari
Jepang sehingga saat ini tetap dalam kondiri baik sebagai tempat wisata
yang layak dikunjungi di Bandung. Setelah renovasi, Museum Geologi
Bandung dibuka kembali oleh Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23
Agustus 2000.
Selain sering mendapatkan kunjungan wisata, Museum Geologi Bandung
juga sering kali menjadi tempat tujuan study tour sekolah-sekolah yang
berlokasi di kota Bandung dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan koleksi yang
dimiliki Museum Geologi Bandung sangat berguna untuk pendidikan serta

mempunyai nilai-nilai sejarah kehidupan dan pelestarian alam yang sangat


mendidik. Koleksi yang dimiliki oleh Museum Geologi Bandung yaitu
bebatuan, fosil, dan mineral. Di tempat ini pengunjung juga dapat mempelajari
banyak hal yang berhubungan dengan bencana alam, bumi, pemanfaatan
sumber daya dengan benar, cara mengolah energi, dan lain-lain.
Museum Geologi Bandung dari luar terlihat seperti gedung pada umumnya,
namun di dalamnya menyimpan banyak sekali benda menarik yang tidak
dapat ditemukan di tempat wisata lain. Museum ini dibagi menjadi 2 lantai
dengan fungsi dan koleksi yang berbeda-beda pada setiap lantai dan
ruangannya. Ada apa saja di museum yang dirancang oleh arsitek Belanda
ini?

Lantai 1 Museum Geologi Bandung


Lantai 1 Museum Geologi Bandung terbagi menjadi 3 ruangan yang berbeda,
yaitu ruangan tengah,barat, dan timur.

Isi ruang tengah:

Animasi kegiatan geologi dan kegiatan museum dalam layar lebar

Pelayanan informasi museum

Pelayanan pendidikan dan penelitian

bebatuan Museum Geologi Bandung


Isi ruang barat:

Hipotesis terjadinya bumi

Sistem tata surya

Tatanan tektonik regional

Maket pergerakan lempeng-lempeng aktif kulit bumi

Keadaan geologi Indonesia

Fosil manusia purba

Sejarah evolusi manusia menurut teori evolusi Darwin

Berbagai jenis bebatuan: batuan beku, sedimen, dan malihan

Pemetaan sumber daya mineral di Indonesia

Berbagai jenis peralatan dan perlengkapan lapangan

Sarana pemetaan dan penelitian

Hasil akhir kegiatan, misalnya peta geologi, geofisika, geomorfologi,


gunung api, seismotektonik dan lain-lain

Pertunjukkan keadaan gunung berapi aktif di Indonesia, misalnya: Gunung


Tangkuban Perahu, Gunung Krakatau, Gunung Merapi, dan lain-lain.

Bebatuan hasil kegiatan gunung api

fosil dinosaurus Museum Geologi Bandung


Isi ruang timur:

Sejarah perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup yang mendiami


planet bumi dari masa primitif sampai dengan masa modern

Fosil dinosaurus Tyrannosaurus Rex Osborn

Kumpulan tengkorak manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia

Artefak yang digunakan manusia purba, mencerminkan perkembangan


kebudayaan dari waktu ke waktu

Sejarah pembentukan Danau Bandung

Fosil ikan dan ular yang ditemukan dalam lapisan tanah Danau Bandung

Artefak yang ditemukan di pinggir Danau Bandung

Informasi proses pembentukan fosil

Informasi proses pembentukan batubara dan minyak bumi

Informasi keadaan lingkungan purba

Lantai 2 Museum Geologi Bandung

fosil ular Museum Geologi Bandung


Lantai 2 Museum Geologi Bandung terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu
bagian tengah, barat, dan timur.

Isi ruang tengah:

Maket tambang emas paling besar di dunia yang berlokasi di Irian Jaya

Bebatuan asal Papua (Irian Jaya)

Miniatur pengeboran minyak bumi

Miniatur pengeboran gas bumi

Isi ruang barat:

Ruangan untuk staf Museum Geologi Bandung

tengkorak manusia purba Museum Geologi Bandung


Isi ruang timur:

Informasi manfaat dan kegunaan batu mineral bagi manusia

Gambar penyebaran sumber daya mineral di Indonesia

Rekaman kegiatan eksplorasi sumber daya mineral

Rekaman kegiatan eksploitasi sumber daya mineral

Informasi penggunaan mineral dalam aktifitas sehari-hari secara


tradisional

Informasi penggunaan mineral dalam aktifitas sehari-hari secara modern

Cara mengolah mineral dan energi

Informasi berbagai jenis bahaya geologi misalnya tanah longsor, letusan


gunung api, dan lain-lain

Informasi aspek positif geologi yang berkaitan dengan gunung api

Penjelasan cara memanfaatkan sumber daya air

Penjelasan pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumber daya alam

Lokasi Museum Geologi Bandung

peta Museum Geologi Bandung


Museum Geologi Bandung beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 57,
Bandung. Lokasi museum ini sangat mudah dicapai karena berada di tengah
kota dan banyak kendaraan umum yang lewat. Bila Anda ingin menggunakan
kendaraan umum, maka Anda bisa menaiki angkot dengan nomor 10.
Angkot yang bewarna kuning hijau ini memiliki rute Stasiun Hall Sadang
Serang. Bila menaiki angkot ini, mintalah untuk turun di pertigaan Masjid
Pusdai, kemudian setelah turun Anda harus menaiki angkot nomor 05
bewarna hijau hitam. Angkot ini mempunyai rute Cicaheum Ledeng dan
melewati Museum Geologi Bandung. Museum Geologi Bandung terletak
dekat dengan Gedung Sate, salah satu ikon kotaBandung.

Harga tiket masuk dan jam buka


Museum Geologi Bandung
Harga tiket masuk Museum Geologi Bandung adalah 2.000 Rupiah untuk
pelajar, 3.000 Rupiah untuk wisatawan lokal, dan 10.000 Rupiah untuk
wisatawan asing.

Museum Geologi Bandung buka dari jam 9 pagi sampai dengan 15.30 sore
pada hari Senin sampai Kamis, dan jam 9 pagi sampai dengan jam 13.30
siang pada hari Sabtu dan Minggu. Museum ini tutup setiap hari Jumat dan
hari libur nasional.
Kota Bandung tak hanya tentang fashion dan kuliner, ada hal menarik lain
dari kota ini. Jika Anda bosan dengan suasana perkotaan Bandung, maka
coba nikmati wisata alamnya. Anda bisa datang ke salah satu tempat
wisata yang paling ramai dikunjungi di Bandung yaitu Gunung
Tangkuban Perahu.
Gunung Tangkuban Perahu merupakan sebuah gunung aktif di Bandung
Utara, tepatnya di Cikole,Lembang, atau sekitar 20 km dari pusat kota
Bandung. Letusan terakhir gunung ini tercatat pada tahun 2013 namun
meski begitu, gunung ini masih relatif aman untuk dikunjungi.

Kawah Gunung Tangkuban Perahu


Beberapa tanda aktifnya gunung ini adalah adanya gas belerang dan juga
sumber air panas yang mengalir di kaki gunung, misalnya di Ciater. Jika
berkunjung ke gunung ini, Anda sangat disarankan membawa masker
penutup mulut untuk menghindari bau gas belerang yang tajam.
Gunung Tangkuban Perahu memiliki ketinggian 2.084 di atas permukaan laut
atau sekitar 6.873 kaki. Suhu di gunung ini adalah 17 derajat Celcius pada
siang hari dan dapat mencapai 2 derajat Celcius pada malam hari. Karena
suhunya yang dingin, pada saat berkunjung ke tempat wisata ini jangan
lupa untuk membawa sweater dan jaket Anda.

Tak seperti gunung berapi lainnya, puncak Gunung Tangkuban Perahu ini
berbentuk memanjang dan mirip sebuah perahu yang terbalik. Pada lereng
gunung juga terdapat hamparan perkebunan teh yang membuat Anda ingin
berlama-lama menikmati keindahannya.
Tempat wisata yang satu ini juga seringkali dijadikan lokasi pemotretan untuk
foto prewedding, iklan komersil dan juga pengambilan gambar untuk film.
Jika Anda belum puas menikmati keindahan Gunung Tangkuban Perahu
dalam satu hari, Anda juga bisa bermalam dan melanjutkan keesokan
harinya. Di sekitar gunung ini banyak terdapat hotel yang bisa Anda gunakan
untuk menginap, mulai dari yang mengenakan tarif terjangkau sampai hotel
mahal dengan kualitas pelayanan terbaik.

Legenda Sangkuriang dan Dayang


Sumbi
Seperti kebanyakan gunung di Indonesia yang memiliki cerita rakyat yang
diturunkan dari generasi ke generasi, Gunung Tangkuban Perahu juga
memiliki sebuah cerita yang dipercaya sebagai asal usul terbentuknya gunung
ini. Cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi tentunya sudah tak asing bagi
sebagian besar orang.
Diceritakan pada zaman dahulu kala, hidup seorang perempuan yang cantik
jelita bernama Dayang Sumbi. Kecantikan Dayang Sumbi sudah diketahui
oleh banyak orang. Dayang Sumbi hidup berdua dengan anaknya yang
bernama Sangkuriang di sebuah hutan belantara. Dayang Sumbi sangat
menyayangi Sangkuriang dan mereka hidup bahagia bersama seekor anjing
kesayangannya, si Tumang, yang sebenarnya adalah ayah dari Sangkuriang.
Suatu hari, Sangkuriang membuat sebuah kesalahan. Sangkuriang pergi
berburu rusa bersama si Tumang. Sampai sore hari, Sangkuriang tidak
mendapatkan rusa seekor pun. Sangkuriang takut akan mengecewakan
ibunya. Akhirnya, ia memutuskan untuk membunuh si Tumang dan membawa
dagingnya pulang ke rumah.

Di rumah, Dayang Sumbi segera memasak daging yang dibawa anaknya


pulang. Setelah makan, barulah ia menyadari ketidakberadaan si Tumang.
Sangkuriang akhirnya mengaku bahwa daging yang mereka makan adalah si
Tumang. Dayang Sumbi luar biasa marah pada Sangkuriang. Ia melemparkan
sebuah batu sampai mengenai kepala anaknya dan mengusirnya pergi.
Dayang Sumbi kemudian menyesal telah mengusir anak kesayangannya.
Kemudian ia berdoa agar diberi umur yang panjang dan awet muda agar bisa
bertemu dengan anaknya kembali. Setelah beberapa tahun, mereka berdua
bertemu kembali. Dayang Sumbi masih muda dan semakin cantik, sedangkan
Sangkuriang telah tumbuh dewasa dan tampan. Singkat cerita, mereka
berdua jatuh cinta.
Pada suatu hari, Sangkuriang mengatakan ingin menikahi Dayang Sumbi. Di
saat yang sama, perempuan itu melihat bekas luka di kepala Sangkuriang dan
menyadari bahwa ia adalah anaknya yang telah lama pergi. Dayang Sumbi
kemudian mencari cara agar mereka tak jadi menikah.
Setelah meminta petunjuk, Dayang Sumbi kemudian mengajukan syarat pada
Sangkuriang. Pemuda itu harus bisa membuat danau dan perahu dalam
semalam agar keesokan harinya mereka bisa berkeliling danau berdua.
Menjelang pagi, danau dan perahu yang dibuat Sangkuriang hampir selesai,
Dayang Sumbi pun khawatir dan berdoa agar matahari segera terbit. Doanya
terkabul, matahari terbit dan Sangkuriang belum berhasil menyelesaikan
perahunya. Karena marah, Sangkuriang lantas menendang perahu setengah
jadi tersebut ke tengah danau. Perahu mendarat dalam posisi terbalik. Perahu
itulah yang kemudian disebut sebagai Gunung Tangkuban Perahu.

Gunung Tangkuban Perahu


Jika dilihat dari kejauhan, Gunung Tangkuban Perahu memang berbentuk
mirip dengan perahu yang terbalik.

Tiga kawah

Kawah Gunung Tangkuban Perahu


Letusan gunung yang terjadi menyebabkan munculnya kawah-kawah di
sekitar gunung ini. Dari beberapa kawah yang dimiliki, ada tiga kawah yang
paling terkenal di Gunung Tangkuban Perahu antara lain: Kawah Upas,
Kawah Domas, dan Kawah Ratu.

Kawah Ratu

Kawah Ratu
Kawah Ratu merupakan kawah terbesar dari ketiga kawah yang paling
terkenal di Gunung Tangkuban Perahu. Untuk menuju ke kawah ini, Anda bisa
menggunakan mobil pribadi maupun mobil sewaan di lokasi yang akan
mengantarkan Anda sampai ke Kawah Ratu. Jalan menuju ke kawah tidaklah
sulit, sehingga banyak wisatawan yang datang.
Kawah Ratu dapat dilihat dari dataran yang lebih tinggi dengan pagar
pembatas dari kayu untuk keselamatan wisatawan. Pemandangan yang cantik
bisa Anda saksikan di sini. Tanah di sekitar kawah umumnya berwarna putih
dengan batu-batu berwarna kekuningan karena kandungan belerang. Selain
itu juga Anda bisa melihat asap yang mengepul dari kawah.
Di sekitar lokasi terdapat banyak toko kecil yang menjual berbagai suvenir
seperti topi, syal, sarung tangan, masker dan juga berbagai kerajinan dari
kayu. Tak hanya suvenir, ada juga warung makan yang menjual mie rebus dan
teh hangat atau ketan bakar yang merupakan makanan khas Lembang.
Untuk berkeliling, selain dengan berjalan kaki, Anda juga bisa menunggang
kuda.

Kawah Upas

Kawah Upas
Kawah Upas berada di sebelah Kawah Ratu. Untuk mencapainya, Anda harus
melalui jalan terjal dan berpasir. Mungkin hal ini yang membuat jumlah

wisatawan yang berkunjung ke sini lebih sedikit bila dibandingkan dengan


Kawah Ratu. Selain itu, Kawah Upas juga lebih kecil dan lebih dangkal.

Kawah Domas

Kawah Domas
Kawah Domas berada di dataran yang lebih rendah dari Kawah Ratu. Tidak
seperti di Kawah Ratu yang hanya diperbolehkan melihat dari kejauhan dan
dibatasi pagar kayu, di Kawah Domas, Anda bisa melihat lebih dekat. Bahkan
Anda juga bisa melakukan pengujian panasnya kawah dengan merebus telur
di sini. Menarik bukan?
Jika Anda ingin mengunjungi Kawah Domas di atas jam empat sore, maka
Anda harus menyewa seorang pemandu demi alasan keselamatan.
Selain tiga kawah tersebut, ada lagi yang menarik dari Gunung Tangkuban
Perahu, yaitu Pohon Manarasa. Pohon yang banyak tumbuh di
sekitar tempat wisata ini mempunyai daun berwarna merah dan jika
dimakan rasanya mirip dengan daun jambu. Menurut warga sekitar, daun
pohon ini bisa mengobati diare. Uniknya, mereka juga percaya bahwa daun ini
juga bisa membuat awet muda. Dayang Sumbi dipercaya selalu makan daun
ini, sehingga ia tetap cantik dan awet muda.

Lokasi Gunung Tangkuban Perahu


Gunung Tangkuban Perahu berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di
Cikole, Lembang, Bandung Utara.

Anda mungkin juga menyukai