Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PERJALANAN

GUNUNG HALAU HALAU KALIMANTAN SELATAN


DIKSAR XXX

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3


ENRICO ANANDA BUDIONO
FADHILA DZATU RIFQI
LUTHFIYAH DAMAYANTI
NUDIYA SALWA SYIVA K
SITI MASULAH

PMPA VAGUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2019
TAHAPAN
MANAJEMEN PERJALANAN

A. PRA PERJALANAN
1. Perencanaan Kegiatan
1) Tujuan Kegiatan
2) Tempat/Lokasi Kegiatan
Gunung Halau Halau merupakan gunung tertinggi di Kalimantan Selatan
dengan ketinggian 1901 MDPL. Gunung ini juga bisa disebut dengan sebutan
Gunung Besar tapi terkenal dengan sebutan gunung Halau Halau oleh
Masyarakat Kalimantan Selatan.
Gunung ini terletak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai yang
merupakan akses utama menuju desa terakhir pendakian, gunung halau halau
berbatasan dengan tiga Kabupaten yang berada dikalimantan Selatan yaitu
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan
Kabupaten Tanah Bumbu.
Gunung Halau Halau terbentang di jajaran Pegunungan Meratus yang
merupakan jantungnya Kalimantan Selatan karena luasnya perbukitan dan
hutan yang lebat merasa tempat ini layak untuk dikunjungi. Pendakian Halau
Halau merupakan jalur trek basah karena menempuh hutan hutan meratus yang
menjunjung tinggi, dari desa terakhir sampai kepuncak pun, tidak akan terlihat
dari kejauhan puncak tertinggi Kalimantan selatan ini karena jalur sangat
tertutup oleh hutan dan perbukitan naik turun.
a) Rute
Untuk rute pendakian halau halau adalah sebagai berikut:
Barabai – Desa Batu Kambar – Kampung Kiyu – Camp Sungai Karuh
(Shalter 1) – Penyaungan ( Shalter 2 ) – Puncak.
a. Desa Batu Kambar
Sebelum sampai ke Kampung Kiyu, terlebih dahulu anda akan
sampai di Desa Batu Kambar. Desa Batu Kambar adalah desa terakhir
yang bisa dilewati oleh kendaraan roda empat, jadi jika anda tidak
membawa kendaraan roda dua, maka untuk menuju Kampung Kiyu anda
bisa treking selama 1 jam. Mesjid, Warung makan bahkan homestay ada
di Desa ini, jadi anda tidak perlu khawatir jika kemalaman tiba di Desa
Batu Kambar.
b. Kampung Kiyu
Kampung Kiyu adalah Kampung terakhir yang bisa dilewati oleh
roda dua. Lebih baik menginap terlebih dahulu di Kampung Kiyu,
sebelum melakukan treking ke Camp Sungai Karuh. Untuk tempat
menginap ada Balai Adat Desa atau di rumah-rumah warga. Tersedia
pula tempat memarkirkan kendaraan roda dua. Warung makanan dan
sembako juga masih tersedia di Kampung ini, Di sepanjang kampung
terdapat sungai berair jernih, jadi anda jangan khwatir dengan
ketersediaan air bersih di kampung ini.
Memulai pendakian kita akan disapa oleh 3 jembatan gantung dan
jalanan semenisasi yang mulai rusak dan jika basah terasa licin. Dari
Kampung Kiyu menuju Camp Sungai Karuh, kita akan banyak melewati
mata air - mata air dan sungai. Jika sudah sampai di sungai besar pertama
lalu sungai besar kedua (Sungai Karuh), pertanda perjalanan menuju
Camp Sungai Karuh tinggal 1 jam lagi.
c. Camp Sungai Karuh (Shelter 1)
Camp Sungai Karuh ditetapkan sebagai Shalter 1 pendakian yang
terletak tepat di kaki Gunung Halau - halau, disini kita bisa mendirikan
tenda, terdapat 1 pos pendakian di pintu masuk, dan 1 pondok sederhana
sebagai tempat balai pertemuan. Jika lagi musim pendakian banyak
warung makanan yang buka. Ada 2 mata air disekitarnya, yaitu 1 sungai
kecil dan 1 air terjun setinggi 80 meter dari permukaan tanah.
Dari Camp Sungai Karuh menuju Penyaungan kita masih menjumpai
mata air – mata air, namun setelah sampai di Penyaungan mata air sangat
jauh, jadi usahakan membawa air secukupnya hingga sampai ke Puncak.
Medan trekking Camp Sungai Karuh ke Penyaungan sangat terjal
bahkan ada kemiringan 90 tanpa landai, tidak seperti medan dari Desa
Kiyu ke Camp Sungai Karuh yang banyak landai dan tidak terlalu terjal.
d. Penyaungan (Shelter 2)
Sama halnya dengan di Camp Sungai karuh, ditempat ini kita telah
disediakan tempat untuk mendirikan tenda, namun disepanjang
perjalanan banyak saja tempat untuk mendirikan tenda. sepanjang
perjalanan menuju Puncak, kita akan disuguhkan Hutan - hutan yang
penuh lumut.
e. Puncak Halau Halau
Selama trekking, medan paling berat adalah medan dari Penyaungan
menuju puncak, bahkan ada tanjakan yang dinamakan tanjakan
penyesalan. Sebenarnya tidak disarankan untuk menginap atau
mendirikan tenda di Puncak, karena pohon – pohon sebagai pijakan tidak
ada yang melebihi 2 meter.
b) Keadaan Medan

c) Budaya Masyarakat
Suku Dayak Meratus masih sangat menjaga adat dan budaya leluhur
mereka. Meski begitu, masyarakat adat terbuka terhadap pendatang dan
selalu menyambut hangat tamu-tamu yang ingin menyaksikan berbagai
ritual adat.
Suku Dayak memiliki dua gunung yang mereka anggap suci di
Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Seorang warga Kampung Balai
Kiyu, Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, dua gunung itu adalah Gunung Halau
Halau Laki dan Gunung Halau Halau Bini.
Para pendaki Gunung Halau Halau itu tertantang untuk mencapai
puncak Gunung Halau Halau Laki atau disebut juga Gunung Besar dan
Gunung Halau Halau Bini. Perbedaan mencolok dari dua gunung ini
adalah, Gunung Halau Halau Bini memiliki puncak yang lebih runcing dan
tidak bisa didaki.
Sebelum mulai mendaki, mereka biasanya menemui kepala Suku Dayak
lebih dulu untuk meminta izin. Pada saat itu pula Kepala Suku Dayak
mengingatkan pendaki perihal apa yang boleh dan dilarang selama
pendakian.
Beberapa hal yang tak boleh dilakukan adalah dilarang mengambil
tanaman di gunung, dilarang membuang sampah sembarangan, tak boleh
berteriak-teriak, harus berkata sopan, wajib berdoa sebelum mendaki.
Pendaki juga dilarang naik gunung di waktu-waktu pamali, misalnya saat
upacara adat.
Pohon kariwaya merupakan sejenis beringin, berakar besar, dan tinggi.
Bentuk batangnya sangat unik, yakni seperti pintu gerbang yang di
tengahnya berlubang besar dan bisa dilalui manusia.
Memasuki kawasan ini, kita harus mematuhi aturan-aturan adat
setempat yang wajib dipatuhi. Di antaranya, dilarang berkata tak sopan dan
harus menjaga kelestarian alam sekitar agar kehidupan makhluk hidup di
sana tak terganggu.
Saat melewati pohon tersebut dan masuk ke lubangnya, permisi dulu
kepada penunggunya agar tak diganggu.
d) Keadaan Iklim dan Cuaca
Trek pendakian gunung di kawasan Pegunungan Meratus tergolong
berbahaya. Jalur pendakian belum terbuka secara baik dan kondisi gunung
dengan vegetasi hutan hujan tropis sangat lebat dan keanekaragaman hayati
yang masih terjaga.
Gunung ini sejatinya berada di perbatasan tiga kabupaten, yaitu
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tanah Bumbu.
Namun rute yang sering digunakan melalui Desa Kyu dengan waktu
pendakian 3-4 hari karena beratnya medan.
Tepat dibawah kaki Gunung Halau Halau terdapat sebuah air terjun
yang disebut dengan masyarakat setempat dengan nama Sungai Karo. Air
terjun ini menjulang setinggi 80 m dari permukaan tanah. Pada bagian
bawah air terjun terdapat telaga yang bisa digunakan untuk berendam.
Kualitas airnya sangat jernih dan debitnya censderung tetap sepanjang
tahun, meskipun pada musim kemarau. Ini karena sumber airnya berasal
dari kawasan hutan di Gunung Halau Halau yang masih terjaga keasliannya.
Dipenuhi dengan pepohonan ari jenis Meranti, Agathis, Kanari, Nyatoh,
Medang, Durian, Gerunggang, Kempas, dan Seluang. Akar dari pepohonan
yang memenuhi hutan disekitar lokasi air terjun, membuatnya dapat
menahan air tanah yang berasal dari hujan agar tidak langsung mengalir ke
lautan.
e) Flora dan Fauna
Beberapa jenis satwa endemik Kalimantan bisa ditemui di Gunung
Halau Halau. Misalnya burung Enggang dan jugo Owa Kalawet. Tentu saja
hutan Gunung Meratus juga dipenuhi satwa non-endemik Kalimantan,
seperti Ular Gua yang sempat ditemui oleh Tim Ekspedisi Khatulistiwa
yang menjelajah Pegunungan Meratus termasuk juga Gunung Halau Halau
itu sendiri. Ular gua bukanlah merupakan satwa endemik Kalimantan karena
juga ditemui di daerah lain seperti di Thailand dan juga di daerah sekitar
Semenanjung Malaya.
Ular gua ditemukan di beberapa gua yang berbeda. Mereka hidup di
langit-langit gua dan bisa berukuran hingga sepanjang 2,5 m. Makanan
utama dari ular gua adalah kelelawar yang banyak lalu-lalang di dalam gua
di Kalimantan. Selain dari itu di hutan Gunung Halau Halau juga banyak
tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat. Misalnya tanaman Pasak
Bumi, Ulur Ulur, dan Saluang Belum.
Kijang kuning adalah hewan yang masih menjadi misteri karena belum
jelas apa benar ada atau tidak. Memang ada kisah dari para tetua masyarakat
yang hidup disekitar Pegunungan Meratus. Mereka menceritakan kalau
pernah melihat Kijang Kuning di hutan. Mungkin satu-satunya bukti
keberadaan kijang ini adalah dari adanya tanduk yang dipercaya milik
Kijang Kuning yang dipajang disalah satu rumah penduduk.
3) Waktu
Mendaki gunung Meratus, akan memerlukan waktu lebih kurang 6 hari 5
malam untuk perjalanan santai dan 3 hari 2 malam untuk perjalanan sistem
kebut. Lama perjalanan ini berkaitan dengan logistik
Desa Batu Kambar – Kampung Kiyu >> 1 jam
Kampung Kiyu – Sungai Besar Pertama >> 5 – 6 jam
Sungai Besar Petama – Camp Sungai Karuh >> 30 menit – 1 jam
Camp Sungai Karuh – Penyaungan >> 8 – 9 jam
Penyaungan – Puncak >> 1 – 1,5 Jam
4) Anggaran Biaya
Rincian biaya yang diperlukan + anggaran biaya tak terduga
Biaya Transport :
Samarinda - Barabai : Rp. 135.000/Orang
Barabai - Batu Kembar : Carter Rp. 125.000
Angkutan Desa Rp. 15.000 (hari-hari tertentu saja)
5) Peserta
6) Kegiatan
Menentukan kegiatan yang akan dilakukan selama perjalanan
a) Perjalanan menuju Banjarmasin, sampai di pelabuhan kariangau. Sesudah
menyeberang dari pelabuhan kariangau perjalanan dilanjutkan kembali dan
berhenti di Penajam tepatnya didepan kecamatan untuk makan malam.
Sehabis makan malam perjalanan dilanjutkan kembali dan singgah di
Kuaro.
b) Tiba di Barabai setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali ke desa Batu
Kembar menggunakan pick up carteran. Perjalanan menuju desa Batu
Kembar melalui daerah perbukitan yang di kiri-kanan jalan terdapat batu-
batu besar dan tebing diperjalanan juga terlihat kabel-kabel listrik yang telah
dipasang akan tetapi masih belum bisa digunakan sehingga listrik masih
susah.
Sesampainya di Batu Kembar menginap di rumah warga yang biasa di
panggil Julak dan rumah beliau tepat di samping rumah Kepala Desa Batu
Kembar.
Desa Batu Kembar merupakan desa kedua dari kaki pegunungan Meratus
sebelum desa Kiyu. Di desa Batu Kembar masih belum terdapat listrik,
sehingga mereka menggunakan tenaga surya sebagai pembangkit listrik.
Mayoritas mata pencahrian penduduk adalah berladang/ bercocok tanam.
Siang hari berdiskusi kecil dengan mengenai jalur yang akan kami lewati
dan sore harinya kami mandi di sungai yang biasa dipakai warga untuk
mandi dan mencuci pakaian. Malam harinya kami berkeliling desa Batu
Kembar dan bersilaturahmi dengan warga yang memiliki keterampilan
dalam membuat anyaman, selanjutnya ke tempat pembekal (semacam
kepala adat) Desa Juhu. Setelah itu kembali ke tempat Julak untuk istirahat.
c) Sehabis sarapan perjalanan menuju puncak halau-halau. Dalam perjalanan
akan melewati rumah warga yang dominan masih terbuat dari kayu/ rumah
panggung. Sampai di desa kiyu pada pukul 09.20 dan terus melakukan
perjalanan melewati 2 buah jembatan gantung. Di perjalanan terpondok
warga yang bercocok tanam, kami juga menemukan bekas upacara adat
yang biasanya dilakukan pada masa penanaman padi. Kami terus
melanjutkan perjalanan tanpa gaet dan menuruni sebuah bukit hingga kami
kembali menemukan aliran sungai dan istirahat disana,setelah merasa cukup
kami pun melanjutkan perjalanan dan menemukan pondok yang hanya
ditempati 3 orang anak kecil disana kita meminta lombok sebagai penambah
logistik kami, kami lanjut berjalan melewati aliran mata air dan ternyata
kami salah jalan dan akhirnya kami kembali dan mengambil jalur kiri aliran
sungai pertama disana Toki dan Kabayan yang berjalan dibelakang bertemu
dengan warga yang mengatakan bahwa kami salah jalur. Lalu Ambo dan
Kabayan pun kembali mencari warga untuk bertanya jalur yang tepat
sedangkan anggota team yang lain istirahat di aliran sungai kedua. Setelah
bertanya dan mengetahui jalur kami pun kembali melanjutkan perjalan.
Hingga pada akhirnya hp kami mendapatkan sinyal di punggungan
tiranggang, di tiranggang kami telah banyak menemukan pacet. Setalah
kami melewati puncak tiranggang kami menemukan 2 aliran sungai yang
harus disebrangi untuk dapat mencapai base sungai karuh hingga pada pukul
19.13 kami sampai di base sungai karuh. Disana kami pun memulai aktivitas
seperti mendirikan tenda, masak dan makan yang selesai pada pukul 21.30
dan kami pun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan esok.
d) Pendakian dilanjutkan kembali pada pukul 9.32 dengan kondisi alam yang
tidak bersahabat dikarenakan hujan, medan yang dilalui terasa berat karena
jalan yang dilalui licin dan becek serta banyak sekali pacat. Sesampainya di
Jumantir, akhirnya bertemu kembali dengan utuh dan beberapa warga desa
Kiyu yang sedang menangkap burung. Disini warga tersebut meminta
sedikit logistic yang kami bawa karena beliau kehabisan logistik. Disini juga
Amank dan Kabayan menitipkan pakaian yang basah kepada warga tersebut
dan keesokan harinya akan diambil kembali. Mulai dari Jumantir ini peserta
pendakian mulai terpisah, dikarenakan beberapa peserta sudah mulai
kehabisan tenaga dan kondisi suhu yang mulai dingin. Ale, Kabayan dan
ambo jalan didepan sedangkan sisanya jalan dibelakang. Sekitar pukul 14.30
Toki sesat dikarenakan tidak terlalu memperhatikan marker (tanda) jalan.
Pukul 15.52 tiba di mata air terakhir. Dari mata air terakhir sampai puncak
jalur yang dilewati relatif sulit dikarenakan sudut kemiringin antara 30-50
derajat. Tiba di Camp Penyaungan pada pukul 16.35, mulai dari sini
perjalanan mulai agak berat dikarenakan suhu yang dingin dan sudut
kemiringan berkisar antara 50-70 derajat. Pukul 17.21 tiba di puncak.
Setelah sampai puncak kegiatan yang dilakukan istirahat dan masak, tenda
sudah dipasang oleh tim yang datang terlebih dahulu. Pukul 21.00 makan
malam dan setelah itu beberapa peserta pendakian ada yang mulai tidur dan
sisanya lagi ngobrol tentang jalur yang dilewati tadi.

e) Perjalanan pulang dimulai pada pukul 09.30, setelah sebelumnya masak,


packing dan foto-foto. Perjalanan pulang ini relatif lebih mudah dikarenakan
beban bawaan yang dibawa lebih ringan. Tiba di Camp Penyaungan pukul
10.04, setelah istirahat 5 menit perjalanan dilanjutkan kembali dan tiba di
Mata Air terakhir pukul 10.30. Di sini peserta pendakian istirahat agak lama
karena harus secepatnya mengeluarkan 'hajat'. Perjalanan dilanjutkan
kembali pukul 11.00 dan tiba di Sungai Karuh pada pukul 15.03. Di Sungai
Karuh peserta ngecamp kembali di dekat Air Terjun

f) Perjalanan dari sini dimulai pada pukul 10.30 dengan kondisi cuaca hujan
yang lumayan deras, tiba dipuncak tiranggang pada pukul 12.17 kemudian
istirahat selama 3 menit sekalian foto-foto. Kemudian perjalanan dilanjutkan
kembali dan tiba di Desa Kiyu pada pukul 14.44, di desa ini peserta
istirahat, sekalian makan siang disebuah warung. Pukul 15.30 perjalanan
dilanjutkan kembali dan tiba di Desa Batu Kembar pada pukul 16.33. Dan
menginap kembali di kediaman Julak. Setelah kami sampai dan istirahat
beberapa menit kemudian kami pun langsung mandi di sungai batu kembar
sekalian cuci beberapa perlengkapan yang kami gunakan saat pendakian,
setelah kami selesai kami pun kembali ke rumah julak
g) Pukul delapan pagi kami berkeliling kampung karena pada hari selasa
merupakan hari pasar, sekalian mencari angkutan pulang. Setelah
menemukan angkutan yang dicari dan menyepakati harga yang ditetapkan.
Setelah itu kami kembali ke kediaman julak untuk packing dan sarapan di
kediaman beliau. Pukul 11.00 angkutan yang di tunggu akhirnya datang dan
kami pun meninggalkan desa batu kembar dengan sejuta kenangan dan
pengalaman. Angkutan yang kami naiki sangat sarat dengan penumpang dan
barang. Tiba di Barabai pada pukul 13.20 dan beristirahat di kediaman salah
satu anggota Kompas Borneo. Sekitar pukul 18.30, Kabayan, Ale serta Toki
langsung pulang ke Samarinda menggunakan bus sedangkan Amank dan
Meneer akan ke Banjarmasin terlebih dahulu untuk bersilaturahmi dengan
Mapala-mapala yang ada disana dan sekalian jalan-jalan.

2. Persiapan Kegiatan
1) Pembentukan Tim
a) Ketua
b) Sekretaris
c) Bendahara
d) Perlengkapan
e) Perizinan Dan Transportasi
f) Dokumentasi
g) Dll
2) Perizinan dan Administrasi
Menyiapkan Fotocopy Identitas dan surat izin kegiatan pendakian.
3) Agenda Kegiatan
a) Perjalanan menuju Banjarmasin, sampai di pelabuhan kariangau. Sesudah
menyeberang dari pelabuhan kariangau perjalanan dilanjutkan kembali dan
berhenti di Penajam tepatnya didepan kecamatan untuk makan malam.
Sehabis makan malam perjalanan dilanjutkan kembali dan singgah di
Kuaro.
b) Tiba di Barabai setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali ke desa Batu
Kembar menggunakan pick up carteran. Perjalanan menuju desa Batu
Kembar melalui daerah perbukitan yang di kiri-kanan jalan terdapat batu-
batu besar dan tebing diperjalanan juga terlihat kabel-kabel listrik yang telah
dipasang akan tetapi masih belum bisa digunakan sehingga listrik masih
susah. Sesampainya di Batu Kembar menginap di rumah warga yang biasa
di panggil Julak dan rumah beliau tepat di samping rumah Kepala Desa
Batu Kembar. Desa Batu Kembar merupakan desa kedua dari kaki
pegunungan Meratus sebelum desa Kiyu. Di desa Batu Kembar masih
belum terdapat listrik, sehingga mereka menggunakan tenaga surya sebagai
pembangkit listrik. Mayoritas mata pencahrian penduduk adalah berladang/
bercocok tanam. Siang hari berdiskusi kecil dengan mengenai jalur yang
akan kami lewati dan sore harinya kami mandi di sungai yang biasa dipakai
warga untuk mandi dan mencuci pakaian. Malam harinya kami berkeliling
desa Batu Kembar dan bersilaturahmi dengan warga yang memiliki
keterampilan dalam membuat anyaman, selanjutnya ke tempat pembekal
(semacam kepala adat) Desa Juhu. Setelah itu kembali ke tempat Julak
untuk istirahat.
c) Sehabis sarapan perjalanan menuju puncak halau-halau. Dalam perjalanan
akan melewati rumah warga yang dominan masih terbuat dari kayu/ rumah
panggung. Sampai di desa kiyu pada pukul 09.20 dan terus melakukan
perjalanan melewati 2 buah jembatan gantung. Di perjalanan terpondok
warga yang bercocok tanam, kami juga menemukan bekas upacara adat
yang biasanya dilakukan pada masa penanaman padi. Kami terus
melanjutkan perjalanan tanpa gaet dan menuruni sebuah bukit hingga kami
kembali menemukan aliran sungai dan istirahat disana,setelah merasa cukup
kami pun melanjutkan perjalanan dan menemukan pondok yang hanya
ditempati 3 orang anak kecil disana kita meminta lombok sebagai penambah
logistik kami, kami lanjut berjalan melewati aliran mata air dan ternyata
kami salah jalan dan akhirnya kami kembali dan mengambil jalur kiri aliran
sungai pertama disana Toki dan Kabayan yang berjalan dibelakang bertemu
dengan warga yang mengatakan bahwa kami salah jalur. Lalu Ambo dan
Kabayan pun kembali mencari warga untuk bertanya jalur yang tepat
sedangkan anggota team yang lain istirahat di aliran sungai kedua. Setelah
bertanya dan mengetahui jalur kami pun kembali melanjutkan perjalan.
Hingga pada akhirnya hp kami mendapatkan sinyal di punggungan
tiranggang, di tiranggang kami telah banyak menemukan pacet. Setalah
kami melewati puncak tiranggang kami menemukan 2 aliran sungai yang
harus disebrangi untuk dapat mencapai base sungai karuh hingga pada pukul
19.13 kami sampai di base sungai karuh. Disana kami pun memulai aktivitas
seperti mendirikan tenda, masak dan makan yang selesai pada pukul 21.30
dan kami pun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan esok.
d) Pendakian dilanjutkan kembali pada pukul 9.32 dengan kondisi alam yang
tidak bersahabat dikarenakan hujan, medan yang dilalui terasa berat karena
jalan yang dilalui licin dan becek serta banyak sekali pacat. Sesampainya di
Jumantir, akhirnya bertemu kembali dengan utuh dan beberapa warga desa
Kiyu yang sedang menangkap burung. Disini warga tersebut meminta
sedikit logistic yang kami bawa karena beliau kehabisan logistik. Disini juga
Amank dan Kabayan menitipkan pakaian yang basah kepada warga tersebut
dan keesokan harinya akan diambil kembali. Mulai dari Jumantir ini peserta
pendakian mulai terpisah, dikarenakan beberapa peserta sudah mulai
kehabisan tenaga dan kondisi suhu yang mulai dingin. Ale, Kabayan dan
ambo jalan didepan sedangkan sisanya jalan dibelakang. Sekitar pukul 14.30
Toki sesat dikarenakan tidak terlalu memperhatikan marker (tanda) jalan.
Pukul 15.52 tiba di mata air terakhir. Dari mata air terakhir sampai puncak
jalur yang dilewati relatif sulit dikarenakan sudut kemiringin antara 30-50
derajat. Tiba di Camp Penyaungan pada pukul 16.35, mulai dari sini
perjalanan mulai agak berat dikarenakan suhu yang dingin dan sudut
kemiringan berkisar antara 50-70 derajat. Pukul 17.21 tiba di puncak.
Setelah sampai puncak kegiatan yang dilakukan istirahat dan masak, tenda
sudah dipasang oleh tim yang datang terlebih dahulu. Pukul 21.00 makan
malam dan setelah itu beberapa peserta pendakian ada yang mulai tidur dan
sisanya lagi ngobrol tentang jalur yang dilewati tadi.

e) Perjalanan pulang dimulai pada pukul 09.30, setelah sebelumnya masak,


packing dan foto-foto. Perjalanan pulang ini relatif lebih mudah dikarenakan
beban bawaan yang dibawa lebih ringan. Tiba di Camp Penyaungan pukul
10.04, setelah istirahat 5 menit perjalanan dilanjutkan kembali dan tiba di
Mata Air terakhir pukul 10.30. Di sini peserta pendakian istirahat agak lama
karena harus secepatnya mengeluarkan 'hajat'. Perjalanan dilanjutkan
kembali pukul 11.00 dan tiba di Sungai Karuh pada pukul 15.03. Di Sungai
Karuh peserta ngecamp kembali di dekat Air Terjun

f) Perjalanan dari sini dimulai pada pukul 10.30 dengan kondisi cuaca hujan
yang lumayan deras, tiba dipuncak tiranggang pada pukul 12.17 kemudian
istirahat selama 3 menit sekalian foto-foto. Kemudian perjalanan dilanjutkan
kembali dan tiba di Desa Kiyu pada pukul 14.44, di desa ini peserta
istirahat, sekalian makan siang disebuah warung. Pukul 15.30 perjalanan
dilanjutkan kembali dan tiba di Desa Batu Kembar pada pukul 16.33. Dan
menginap kembali di kediaman Julak. Setelah kami sampai dan istirahat
beberapa menit kemudian kami pun langsung mandi di sungai batu kembar
sekalian cuci beberapa perlengkapan yang kami gunakan saat pendakian,
setelah kami selesai kami pun kembali ke rumah julak
g) Pukul delapan pagi kami berkeliling kampung karena pada hari selasa
merupakan hari pasar, sekalian mencari angkutan pulang. Setelah
menemukan angkutan yang dicari dan menyepakati harga yang ditetapkan.
Setelah itu kami kembali ke kediaman julak untuk packing dan sarapan di
kediaman beliau. Pukul 11.00 angkutan yang di tunggu akhirnya datang dan
kami pun meninggalkan desa batu kembar dengan sejuta kenangan dan
pengalaman. Angkutan yang kami naiki sangat sarat dengan penumpang dan
barang. Tiba di Barabai pada pukul 13.20 dan beristirahat di kediaman salah
satu anggota Kompas Borneo. Sekitar pukul 18.30, Kabayan, Ale serta Toki
langsung pulang ke Samarinda menggunakan bus sedangkan Amank dan
Meneer akan ke Banjarmasin terlebih dahulu untuk bersilaturahmi dengan
Mapala-mapala yang ada disana dan sekalian jalan-jalan.
4) Pendalaman Materi dan Keterampilan
5) Persiapan Mental, Fisik dan Etika
6) Transportasi
Menggunakan pesawat, bus, mikrolet, dan motor
7) Persiapan Kelengkapan
a) Pribadi
a. Pakaian Perjalanan
– Baju
– Baju flanel / Baju kripstok
– Celana kripstok
– Ikat pinggang
– Topi
– Sepatu trekking / Sepatu lars
– Kaos kaki lapangan
– Carrier / Ransel
– Cover bag
b. Perlengkapan Perjalanan:
– Senter / Headlamp
– Ponco / Jas hujan
– Matras lipat / Matras gulung
– Jaket
– Kantong tidur
– Pakaian cadangan
– Sarung tangan
– Alat makan & Alat minum
– Kotak survival
– Obat pribadi
– Air minum
– Kantong sampah
c. Perlengkapan Tambahan
– Alat ibadah
– Alat mandi
– Sandal
– Buff / Masker
– Tracking pole
– Gaiter
– Manset
– Logistik pribadi
– Dan lain-lain (Sesuai kebutuhan)
b) Kelompok
a. Perlengkapan Memasak
– Kompor portabel
– Bahan bakar
– Nesting
– Pisau
– Korek / Fire starter
– Jerigen
– Logistik / Bahan makanan
b. Perlengkapan Perjalanan
– Tenda
– Flysheet
– Golok
– Tissue kering & Tissue basah
– Kotak P3K
– Kantong kresek
c. Perlengkapan Tambahan
– Hammock
– Webbing
– Handy Talky
– Kamera
– Global Positioning System
– Dan lain-lain (Sesuai kebutuhan)
8) Survey Lokasi
3. Pelaksanaan Kegiatan
1) Pembagian Tugas
a) Leader
b) Navigator
c) Logistik
d) Medis
e) Dokumentasi
f) Sweeper
2) Manajemen Perlengkapan Dan Perbekalan
3) Perhitungan Waktu
a) Hari Pertama
20.00 – 05.00 Kutai Barat (KalTim) – Samarinda (KalTim) Travel
b) Hari Kedua
16.00 – 05.00 Samarinda (KalTim) > Barabai (KalSel) Bis
c) Hari Ketiga
17.00 – 19.00 Barabai > Desa Batu Kembar Motor
19.00 – 23.00 Menunggu tim lainnya
23.00 – 23.20 Desa Batu Kambar > Kampung Kiyu Motor
23.20 – 08.00 Menginap di Kampung Kiyu
d) Hari Keempat
08.00 – 14.00 Kampung Kiyu > Sungai Besar Treking
14.00 – 15.00 istirahat, masak, dll
15.00 – 16.00 Sungai Besar > Camp Sungai Karuh (Shalter 1) Treking
16.00 – 06.00 Menginap di Camp Sungai Karuh
e) Hari Kelima
06.00 – 15.00 Camp Sungai Karuh > Penyaungan (Shalter 2) Treking
15.00 – 16.00 Istirahat, dll
16.00 – 17.30 Penyauangan > Puncak Treking
17.30 – 08.00 Menginap di Puncak
f) Hari Keenam
08.00 – 00.00 Puncak > Kampung Kiyu
00.00 – 08.00 Menginap di Kampung Kiyu
g) Hari Ketujuh
08.00 – 10.00 Kampung Kiyu > Barabai
21.00 – 10.00 Barabai > Samarinda
h) Hari Kedelapan
16.00 – 00.00 Samarinda > Kutai Barat
4) Dokumentasi Kegiatan

B. PASCA KEGIATAN
1. Evaluasi Kegiatan

2. Laporan Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai