PENDAHULUAN
1
sangat peduli dengan dunia pendidikan.
(https://atmajaya.ac.id. Diakses pada tanggal 13
Februari 2019). Pada tanggal 09 Agustus
2010, nama Frans Seda diresmikan oleh
Menteri Perhubungan Fredi Numberi,
sebagai Nama Bandar Udara yang
sebelumnya adalah Bandar Udara Wai Oti.
(https://regional.kompas.com/. Diakses tanggal 13
Februari 2019).
d) Kabupaten Sikka : Kabupaten Sikka adalah sebuah Kabupaten
yang terletak di pulau Flores, Propinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia.Ibukotanya
adalah Maumere. Dahulu Kabupaten Sikka
merupakan sebuah Onderafdeling dan
kemudian menjadi Swapraja yang dipimpin
oleh 12 raja dan ratu secara turun temurun.
Yakni sejak pemerintahan Portugis saat
dipimpin oleh Raja Don Alesu Ximenes da
Silva hingga masa pemerintahan Belanda
oleh Raja Andreas Djati da Silva pada tahun
1874. Saat kepemimpinan Raja J. Nong
Meak da Silva pada tahun 1902 sistem
pemerintahan Swapraja Sikka diubah
dengan sistem Desentralisasi. Hingga
kemudian berlakunya Undang-undang
nomor 69 tahun 1958 tentang pembentukan
daerah tingkat I Bali, Nussa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur maka pada
tanggal 1 Maret 1958, daerah Swapraja
Sikka dijadikan Derah Tingkat II dengan
ibukotanya Maumere dengan kepala daerah
pertama pada masa itu adalah D. P. C.
Ximenes da Silva. Penyelenggaraan
2
pemerintahannya di dasarkan atas Undang-
undang nomor I tahun 1957 tentang pokok-
pokok pemerintahan daerah. Pada tahun
1967 daerah tingkat II Swapraja Sikka di
ganti namanya menjadi Kabupaten Sikka
dengan kepala daerahnya Laurensius Say.
Kabupaten Sikka dihuni oleh berbagai suku
bangsa. Suku yang Signifikan di Kabupaten
Sikka adalah suku Sikka. Suku Sikka disebut
sebagai bagian dari Etnis Mukang yang
terdiri dari beberapa suku, yaitu suku Sikka,
suku Krowe, suku Mukang dan Muhang,
serta suku Lio. Kawasan pesisir utara cukup
banyak dihuni oleh warga keturunan etnik
Tidung-Bajo, Bugis, serta Jawa dan
Tionghoa. Luas wilayah Kabupaten Sikka
adalah 1.73,9 km2 dengan jumlah penduduk
317.292 jiwa (2017). Kabupaten Sikka
terbagi menjadi 21 Kecamatan, 147 Desa,
dan 13 Kelurahan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sikka.
Diakses tanggal 13 Februari 2019).
3
Nusa Nipa (Pulau Ular), dari sudut
Antropologi, istilah ini lebih bermanfaat
karena mengandung berbagai makna
Filosofis, Kultural, dan Tradisi Ritual
masyarakat Flores. Flores termasuk dalam
gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama
Bali dan Nusa Tenggara Barat, dengan luas
wilayah pulau Flores sekitar 14.300 km2.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores. Diakses
tanggal 02 Maret 2019).
f) Nusa Tenggara
Timur : Nusa Tenggara Timur adalah sebuah Pro-
pinsi di Indonesia yang meliputi bagian
timur Kepulauan Nusa Tenggara. Propinsi
ini beribukota di Kupang dan memiliki 22
Kabupaten/Kota. Propinsi ini terdiri dari
kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di
Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Flores,
Pulau Sumba, dan Pulau Timor. Selain tiga
pulau utama, Propinsi Nusa Tenggara Timur
juga memiliki beberapa gugus pulau seperti
Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote,
Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor,
Pulau Komodo, dan Pulau Palue.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timu
r. Diakses tanggal 02 Maret 2019).
g) Pendekatan : Proses, Cara, perbuatan mendekati bias
berupa kehendak berdamai, bersahabat dan
sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
h) Arsitektur : Menurut J.B. Mangunwijaya, Arsitektur
sebagai Vastuvidya (Wastuwidya) yang
berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian
Wastu terhitung pula Tata Bumi, Tata
4
Gedung, Tata Lalu Lintas (Dhara, Harsya,
Yana). Pendapat lain juga dikemukakan oleh
bebrapa ahli seperti Amos Rapoport yang
berpendapat bahwa Arsitektur adalah Ruang
tempat hidup manusia, yang lebih dari
sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-
pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi;
Tata atur kehidupan social dan budaya
masyarakat, yang diwadahi dan sekaligus
mempengaruhi arsitektur. Menurut Francis
DK Ching, Arsitektur membentuk suatu
tautan yang mempersatukan ruang, bentuk,
teknik, dan fungsi. Sedangkan Marcus Pollio
Vitruvius berpendapat bahwa Arsitektur
adalah kesatuan dari Kekuatan atau
Kekokohan (Firmitas), Keindahan
(Venustas), dan Kegunaan atau Fungsi
(Utilitas).
(http://ariehamzahiskandar.blogspot.com. Diakses
tanggal 20 Februari 2019).
i) Regionalisme : Segala sesuatu yang berkaitan dengan
Karakteristik wilayah geografis tertentu
seperti Kota, Kabupaten, dan Daerah lainnya
sebagai sebagai bagian dari suatu negara.
(www.defenisimenurutparaahli.com/pengertian-
regional-dan-contonya/. Diakses tanggal 20 Februari
2019).
j) Arsitektur
Regionalisme : Arsitektur Regionalisme sekitar tahun 1960
(Jenks, 1977), Tumbuh di Negara
Berkembang dan menegaskan pada “ciri
kedaerahan”. Ciri kedaerahan yang
dimaksud berkaitan erat dengan budaya
5
setempat, iklim, dan teknologi pada saatnya
(Ozkan, 1985). Secara Prinsip,
tradisionalisme timbul sebagai reaksi
terhadap adanya kesinambungan antara
yang lama dengan yang baru (Curtis, 1985).
Regionalisme merupakan
peleburan/penyatuan antara yang lama dan
yang baru. Sedangakan Post-Modern
berusaha menghadirkan yang lama dalam
bentuk universal (Jenks, 1977).Menurut
William Curtis (1985), “Regionalisme
diharapkan dapat menghasilkan bangunan
yang bersifat abadi, melebur atau menyatu
antara yang lama dan yang baru, antara
regional dan universal. Kenzo Tange
menjelaskan bahwa Regionalisme selalu
melihat ke belakang, tetapi tidak sekedar
menggunakan karakteristik regional untuk
mendekor tampak bangunan. Arsitektur
Tradisonal mempunyai lingkup regional
sedangkan Arsitektur Modern mempunyai
lingkup universal. Dengak demikian maka
yang menjadi ciri utama regionalisme adalah
menyatunya Arsitektur Tradisional dan
Arsitektur Modern. “It should be noted that
post-modernism covers what is referred to
as concrete regionalism” (Suha Ozkan).
Suha Ozkan membagi Regionalisme
menjadi dua bagian yaitu; Concrete
Regionalism dan Abstract Regionalism.
Concrete Regionalism Meliputi semua
pendekatan kepada ekspresi daerah/regional
6
dengan mencontoh kehebatannya, bagian-
bagiannya, atau seluruh bangunan di daerah
tersebut. Apabila bangunan-bangunan tadi
sarat dengan nilai spiritual maupun
perlambang yang sesuai, bangunan tersebut
akan lebih dapat diterima di dalam
bentuknya yang baru dengan
memperlihatkan nilai-nilai yang melekat
pada bentuk aslinya. Hal ini yang penting
adalah mempertahankan kenyamanan pada
bangunan baru, ditunjang oleh kwalitas
bangunan lama. Sedangkan hal utama dalam
Abstract Regionalism adalah
menggabungkan unsur-unsur kualitas
abstrak bangunan, misalnya Massa, solid
dan void, proporsi, sense of space,
pencahayaan dan prinsip-prinsip struktur
dalam bentuk yang diolah kembali. Ahli lain
berpendapat bahwa Regionalisme, yang
harus dilihat bukan sebagai suatu ragam atau
gaya melainkan sebagai cara berfikir tentang
arsitektur, tidaklah berjalur tunggal tetapi
menyebar dalam berbagai jalur (Budiharjo,
1997).
7
Penerapan Arsitektur Regionalisme sebagai Identitas Lokal pada
wajah Kota khususnya Bandar Udara Frans Seda sebagai salah satu gerbang
masuk wilayah pulau Flores, dari dan ke Kota Sikka ditujukan untuk
menjadi penyambut, pemberi kesan budaya pertama kali kepada para
penumpang, memperkenalkan sebagian dari keseluruhan identitas daerah
yang dimiliki dalam bentuk arsitektural.
Kabupaten Sikka dapat ditempuh melalui jalur laut, udara, dan darat.
Namun demikian transportasi darat masih belum optimal untuk dapat
digunakan, karena terdapatnya hambatan berupa pegunungan dan hutan
yang harus dilewati. Dengan demikian transportasi yang praktis dapat
digunakan secara optimal yaitu melalui laut dan udara.
Dengan adanya pelabuhan laut dan bandar udara, Kota Maumere
menjadi pintu masuk di pulau Flores. Selain itu Kota Maumere juga menjadi
regional hubungan di jalan nasional Flores, yaitu merupakan jalur
transportasi utama yang melintasi pulau Flores dari Labuan Bajo di sisi
Barat sampai ke Larantuka di sisi timur.
8
Karena banyaknya daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang
tidak dapat di jangkau melalui laut serta adanya peningkatan kebutuhan
akan sarana transportasi udara yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,
maka transportasi udara memegang peran yang sangat penting di Kabupaten
Sikka, guna menunjang arus lalu lintas udara antar Propinsi maupun antar
Kabupaten yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Bandar Udara Frans Seda mempunyai Geometri bandara yang cukup
dan lahan yang cukup memadai untuk pesawat berbadan besar. Saat ini
Bandar Udara Frans Seda melayani kedatangan pesawat regular dari bandar
udara Kupang, Waingapu, Makasar, dan Denpasar. Bandar Udara Frans
Seda juga merupakan salah satu penunjang dalam pengembangan
Transportasi dan Kepariwisataan daerah Kabupaten Sikka.
Bandar Udara Frans Seda Maumere yang saat ini sebagai bandar
udara alternatif untuk Bandar Udara Internasional El Tari Kupang, tentunya
tidak menutup kemungkinan kedepannya dalam jangka waktu menengah
maupun panjang akan dihadapkan dengan peluang yang menantang kinerja
pelayanannya, yaitu dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat
9
sebagai akibat dari peningkatan aktivitas dengan tata guna lahan yang
bervariasi.
Sarana dan prasaran infrastruktur Bandar Udara Frans Seda
Maumere diharapkan mampu memberikan kualitas pelayanan yang
memadai kepada penggunanya. Nusa Tenggara Timur terdiri dari beberapa
pulau yang berbatasan dengan laut, serta daratan yang cukup luas.
Transportasi menjadi bagian penting dalam menghubungkan daerah-daerah
di setiap pulau, seperti transportasi darat, laut dan udara.
Seiring dengan perkembangan teknologi, permintaan akan
transportasi cepat lebih mendominasi dikarenakan lebih efisiensi waktu.
Transportasi udara menjadi solusi terhadap permasalah tersebut. Aktivitas
bandar udara Frans Seda semakin meningkat dikarenakan jumlah wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara yang juga mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun.
10
potensi-potensi kebudayaan antara lain mempertahankan kekhasan daerah,
pembinaan sanggar seni dan atraksi budaya, peninggalan situs bersejarah
dan artefak kepurbakalaan.
11
1.3.1.4 Berdasarkan Keadaan Iklim:
Wilayah di Kabupaten Sikka memiliki suhu yang cenderung panas.
Dari stasiun meteorologi Maumere tercatat, suhu tertinggi pada tahun 2017
adalah 35, 8 oC. Rata-rata kelembaban udara sepanjang tahun 2017 di
Kabupaten Sikka berkisar antara 67-85 % dengan kelembaban terendah
adalah 26 % pada bulan November dan Desember. Berdasarkan jumlah hari
hujan dalam setahun, jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret.
Sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni, Agustus, dan
September.
12
Tabel 1.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Sikka
Kecamatan Luas (km2) Total Persentase (%)
NO.
(Subdistrict) Area (Square.km) Percentage
1. Paga 82.85 4.78
2. Mego 111.26 6.42
3. Tanawawo 79.78 4.61
4. Lela 31.33 1.81
5. Bola 56.83 3.28
6. Doreng 30.41 1.76
7. Mapitara 81.02 4.68
8. Talibura 260.11 15.02
9. Waigete 217.65 12.57
10. Waiblama 144.36 8.34
11. Kewapante 24.14 1.39
12. Hewokloang 17.58 1.02
13. Kangae 38.43 2.22
14. Palue 41.00 2.37
15. Koting 23.56 1.36
16. Nelle 14.65 0.85
17. Nita 141.07 8.15
18. Magepanda 166.15 9.59
19. Alok 14.64 0.85
20. Alok Barat 62.75 3.62
21. Alok Timur 92.34 5.33
Jumlah 1731.91 100.00
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka / BPS, Sikka dalam angka 2018)
13
Tabel 1.2 Jumlah Wisatawan Tahun 2013-2017, dan Proyeksinya s/d Tahun 2030
Wisatawan (Visitors)
Tahun (Year) Mancanegara Domestik Jumlah (Total)
(Foreign) (Domestic)
2013 45.107 318.658 363.765
2014 65.939 331.604 397.543
2015 66.860 374.456 441.316
2016 65.499 430.582 496.081
2017 93.455 523.083 616.538
2018 98.128 549.237 647.365
2019 103.034 576.699 679.733
2020 108.186 605.534 713.720
2021 113.595 635.811 749.406
2022 119.275 667.601 786.876
2023 125.239 700.981 826.220
2024 131.501 736.030 867.531
2025 138.076 772.831 910.907
2026 144.980 811.473 956.453
2027 152.229 852.047 1.004.276
2028 159.840 894.649 1.054.489
2029 167.832 939.381 1.107.213
2030 176.224 986.351 1.162.575
(Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur / BPS, NTT dalam angka 2018)
14
Lembata 14 6.796 6.810
Flores Timur 160 20.356 20.516
Sikka 93.455 523.083 616.538
Ende 7.621 22.713 30.334
Ngada 4.240 4.513 8.753
Manggarai 3.375 11.660 15.035
Rote Ndao 608 422 1.030
Manggarai Barat 57.536 76.645 134.181
Sumba Tengah - - -
Sumba Barat Daya 378 5.164 5.542
Nagekeo 47 7.259 7.306
Manggarai Timur 118 1.766 1.884
Sabu Raijua 13 1.215 1.228
Malaka - 1.999 1.999
Kota Kupang 6.530 260.651 267.181
Nusa Tenggara Timur 93.455 523.083 616.583
(Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur / BPS, NTT dalam angka 2018)
Tabel 1.3 Jumlah Daya Tarik Wisata Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa
tenggaraTimur, 2016*
Daya Tarik Wisata (Tourist Attraction)
Minat
Kabupaten/Kota Khusus Jumlah
Alam Budaya Buatan
(Regency/Municipality) (Special (Total)
(Nature) (Culture) (Artificial)
Interst
Tourism)
Sumba Barat 12 16 1 - 29
Sumba Timur 13 7 - - 20
Kupang 11 5 10 2 28
Timor Tengah Selatan 8 3 4 1 16
Timor Tengah Utara 2 7 - - 9
Belu 10 10 2 - 22
Alor 7 9 2 - 18
Lembata 13 4 1 - 18
Flores Timur 15 8 5 - 28
Sikka 9 17 4 - 30
Ende 15 9 8 - 32
15
Ngada 7 12 5 - 24
Manggarai 6 9 1 - 16
Rote Ndao 11 4 3 - 18
Manggarai Barat 12 4 1 - 17
Sumba Tengah 4 4 - - 8
Sumba Barat Daya 15 15 1 - 31
Nagekeo 4 3 2 - 9
Manggarai Timur 16 13 1 - 30
Sabu Raijua 6 9 2 - 17
Malaka 2 2 - - 4
Kota Kupang 6 2 10 1 19
Nusa Tenggara Timur 204 172 63 4 443
(Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur / BPS, NTT dalam angka 2018)
16
Tempat
Regalia Kerajaan Kel. Kota Uneng, Kec. penyimpanan
4. 700 M
Sikka Alok pakaian kebesaran
Raja Sikka
Gereja tua
berarsitektur
tradisional Eropa
peninggalan
Portugis dari abad
5. Gereja Tua Sikka Desa Sikka, Kec. Lela 27 Km ke-16 dan 17,
Menino, Senhor,
dan berbagai
perlengkapan
misa/ibadah umat
Khatolik.
Patung Bunda
Maria,Bukit
Wisung Fatima Golgota,Relief
6. Desa Lela, Kec. Lela 24 Km
Lela peristiwa Rosario
dan Stasi Jalan Salib
Umat Khatolik.
Gereja Tua
7. Gereja Tua Lela Desa Lela, Kec. Lela 24 Km berarsitektur Eropa
warisan Belanda
Warisan jaman
Miniatur Perahu
Desa Hewokloang, Kec. Dongson dari Siam
8. Perunggu “Jong 17 Km
Hewokloang Sina yang memiliki
Dobo”
nilai Magis
Bangunan
tradisional dengan
Rumah Adat Desa Hewokloang, Kec. Arsitektur Lokal,
9. 17 Km
“Lepo Kirek” Hewokloang dua buah Gading
gajah,
mangkuk,tempayan
17
keramik, piring, dan
patung kerbau
Berbagai jenis
peninggalan
Museum Bikon Desa Takaplager, purbakala dan hasil
12. 9 Km
Blewut Kec.Nita temuan binatang
langka dan gading
gajah purba
18
Mata Air Panas dan
Mata Air Panas Desa Egon, Kec.
17. 26 km Kawasan Hutan
Blidit Waigete
Lindung
Stalaktik dan
Desa Runut, Kec.
18. Gua Alam Patiahu 30 km Stalakmit yang
Waigete
menawan
19
Penyulingan Uap
Desa Rokirole, Panas Bumi secara
Penyulingan Uap Kesokoja, Ladolaka, manual untuk
28. 41 Mil
Panas Bumi Nitunglea, Taunggeo, memenuhi
Kec. Palue kebutuhan air
minum
II. Wilayah Kabupaten Ende
Kampung
Tradisional yang
Kampung Adat Desa Saga, Kecamatan
1. 25 Km memiliki Bangunan
Saga Detusoko, Kab. Ende
Tradisional Khas
yang disebut Sa’o
Wisata Alam yang
memiliki danau tiga
Taman Nasional warna dan memiliki
Woloara, Kelimutu,
2. Danau Tiga Warna 64 Km unsur magis
kab.Ende
Kelimutu menurut cerita
masyarakat adat
setempat
III. Wilayah Kabupaten Manggarai
Wisata Alam
Edukasi Penelitian
Rahong Utara, Kepurbakalaan,
1. Liang Bua 39 Km
Kab.Manggarai Manusia Purba
“Homo Florensis”
di temukan
Sebuah Kampung
Adat Kuno yang
dihuni oleh 19
Generasi berturut-
Kampung Adat Satar Lenda, Satar Mese
2. 7 Km turut, dan memiliki
Waerebo Barat, Kab. Manggarai
Ciri Bangunan
Arsitektur
Tradisional yang
unik
20
Wisata Pantai
Kawasan Pulau
dengan ciri pasir
3. Pink Beach Komodo, Labuanbajo, 687 Km
pantai berwarna
Kab. Manggarai barat
merah muda
21
Wisata Alam
Taman Wisata
dengan Variasi
2. Alam (TWA) 17 Kec. Riung, Kab. Ngada 70 Km
Koral dan Terumbu
Pulau Riung
Karang Taman laut
Wisata Alam
Wisata Alam Air Mangeruda, Kec. Soa, menyuguhkan
3. 25 Km
Panas Mangeruda Kab. Ngada Keindahan dan Mata
Air Panas alami.
Wisata
Istana Raja Kel. Pohon Siri, Kab. Budaya,Regalium
1. 0 Km
Larantuka Larantuka Peninggalan
Kerajaan Larantuka
22
1.3.2 Latar Belakang Objek
Bandar Udara Frans Seda terletak di Jl.Angkasa-Maumere,
Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa
Tenggara Timur. Bandar Udara Frans Seda memiliki ukuran Landasan Pacu
2.250 X 45 meter. Jarak dari pusat Kota, sekitar 5 Km.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Frans_Seda). Diakses taggal 27 Februari
2019
23
1.3.2.2 Prakiraan Lalu Lintas Angkutan Udara Bandar Udara Frans Seda
Maumere:
Tabel 1.6 Prakiraan Lalu Lintas Angkutan Udara Bandar Udara Frans Seda Maumere
Pentahapan
No. Deskripsi Keterangan
Tahap I Tahap II Tahap II
I KOMERSIAL
A PENUMPANG
- Tahunan 118.160 307.360 610.112 Penumpang
- Harian 318 926 1.232 Penumpang
- Jam Sibuk 211 466 Penumpang
B KARGO
- Internasional - - -
- Domestik 430 743 972 Ton / hari
C Pergerakan Pesawat
- Tahunan 1.440 2.160 3.210 Pergerakan
- Harian 4 6 9 Pergerakan
D Pesawat Jam Sibuk Harian 4 6 8 Pesawat
B-737 B-737
E Pesawat Terbesar ATR-72
900ER 900ER
(Kantor UPBU Bandar Udara Frans Seda, Maret 2019)
Instrumen Non -
2 Klasifikasi Landas Pacu Non Instrumen Instrumen Non
Presisi
Presisi
Arah Landas
3 - 05-23 05-23 05-23 -
Pacu
Dimensi 2.500x45
4 - 2.250x30 2.500x45 m2
Landas Pacu
- TORA - - - - -
24
No. Uraian Tahap I Tahap II Tahap III Keterangan
TH-05 - 0 0 0 m
TH-23 - 2.250 2.500 2.500 m
- LDA - - - - -
TH-05 - 0 0 m
TH-23 - 2.250 2.500 2.500 m
- ASDA - - - - -
TH-05 - 0 0 0 m
TH-23 - 2.250 2.500 2.500 m
- TODA - - - - -
TH-05 - 0 0 0 m
TH-23 - 2.400 2.590 2.590 m
5 Clear way TH-05 60x30 60x45 60x45 m2
TH-23 60x30 60x45 60x45 m2
Strip Landas
6 - 2.460x150 2.710x300 2.710x300 m2
Pacu
7 Turning Area TH-05 50/100x7,5x2 50/100x7,5x2 50/100x7,5x2 m2
Double TH-23 50/100x7,5x2 50/100x7,5x2 50/100x7,5x2 m2
8 RESA TH-05 60 x 90 60 x 90 60 x 90 m2
TH-23 60 x 60 60 x 90 60 x 90 m2
Landas 97 x 23 97 x 23
9 97 x 23 m2
Hubung 132 x 23 x2 132 x 23 x2
Landas Parkir 120 x 200 120 x 200
10 120 x 200 m2
322 x 150 322 x 150
11 Jumlah Pesawat Parkir Pada apron
Sejenis
Komersial ATR- 1 0 0 Pesawat
42
Sejenis
ATR- 2 3 3 Pesawat
72
Sejenis
B-737 0 1 3 Pesawat
900 ER
12 Alat Bantu Pendaratan
TH-05 Marka Marka Marka -
PAPI, PAPI, Threshold PAPI, Threshold
Threshold Light, Runway Light, Runway
Light, Runway End Indentifier End Indentifier
End Indentifier Lights (REIL), Lights (REIL),
TH-23 -
Lights (REIL), Runway Edge Runway Edge
Runway Edge Lights, Taxiway Lights, Taxiway
Lights, Taxiway Light, Apron Light, Apron
Light, Apron Edge Lights, Edge Lights,
25
No. Uraian Tahap I Tahap II Tahap III Keterangan
Edge Lights, Apron Flood Apron Flood
Apron Flood Lights, Rotating Lights, Rotating
Lights, Rotating Beacon, Wind Beacon, Wind
Beacon, Wind Cone, Landing T Cone, Landing T
Cone, Landing dan Marka dan Marka
T dan Marka
Fasilitas
SSB, VHF
13 Komunikasi SSB, VHF (A/G) -
(A/G) SSB, VHF (A/G)
Penerbangan
14 Fasililitas PLLU AFIS ADC ADC -
Alat Bantu
15 Navigasi GPS GPS -
GPS
Udara
16 Kategori PKP-PK Kategori – V Kategori - VII Kategori - VII
17 Power House 25-25-10 50-50-25 50-50-25 kVA
II FASILITAS SISI DARAT
1 Terminal Penumpang 9.000 12.600 12.600 m2
2 Terminal Kargo 1.420 1.628 1.628 m2
3 Kantor Administrasi 1.800 1.800 1.800 m2
4 Kantor Operasi 1.450 1.450 1.450 m2
5 Lahan BMKG 3.944 3.944 3.944 m2
6 Lahan Taman Meteo 10.000 10.000 10.000 m2
7 Bangunan PKP-PK 1.375 2.395 2.395 m2
Bangunan Catu Daya
8 240 240 240 m2
(Power House)
Lahan Penimbunan
9 7.500 7.500 7.500 m2
Bahan Bakar
Lahan Ground Support
10 1.800 1.800 1.800 m2
Equipment (GSE)
11 Bangunan Workshop 2.250 2.250 2.250 m2
12 Gudang Peralatan 600 600 600 m2
13 Rumah Dinas
a. Tipe 70 140 140 140 m2
b. Tipe 54 378 378 378 m2
c. Tipe 36 288 288 288 m2
14 Hotel - 6.500 6.500 m2
Instalasi Pengolahan
15 300 300 300 m2
Limbah Cair
Instalasi Pengolahan
16 300 300 300 m2
Limbah Padat
Instalasi Pengolahan
17 900 900 900 m2
Air Bersih
18 Jalan Akses 43.475 43.475 43.475 m2
26
No. Uraian Tahap I Tahap II Tahap III Keterangan
Lahan Menara
19 5.153 5.153 5.153 m2
Pengawas
20 Kantor Keamanan 756 756 756 m2
21 Balai Pertemuan - 1.200 1.200 m2
22 Taman Lingkungan - 1.500 1.500 m2
23 Perkantoran Komersial 7.585 7.585 7.585 m2
24 Masjid 900 900 900 m2
Lapangan parkir
25 7.500 15.000 15.000 m2
terminal penumpang
26 Kantin 1.079 1.079 1.079 m2
(Kantor UPBU Bandar Udara Frans Seda, Maret 2019)
1.3.2.4 Batas Lahan Eksisting Bandar Udara dan Batas Lahan Pengembangan
Bandar Udara Frans Seda Maumere:
Tabel 1.8 Batas Lahan Eksisting Bandar Udara Frans Seda Maumere
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Dengan Referensi Ellipsoid WGS-84 (ID-95)
Bandar Udara
Nomor (ACS) Koordinat UTM Koordinat Geografis
Titik X Y X Y Lintang Bujur Timur (BT)
Selatan (LS)
(Meter) (Meter) (Meter ) (Meter) 0
‘ “ 0
‘ “
27
Tabel 1.10 Batas Lahan Pengembangan Bandar Udara Frans Seda Maumere
28
2014 1.426 1.426 69.983 68.789 623.322 623.491 275.290 138.193
2015 1.283 1.283 72.802 68.908 593.127 615.934 396.935 216.795
2016 1.572 1.572 89.431 90.027 762.958 754.779 315.865 205.636
2017 1.667 1.667 97.534 96.480 855.751 798.967 222.760 153.973
2018 1.920 1.920 120.690 108.455 1.871.426 866.766 251.230 159.490
2019 2.016 2.016 126.724 113.878 1.964.997 910.104 263.791 167.464
2020 2.117 2.117 133.061 119.571 2.063.247 955.609 276.981 175.838
2021 2.222 2.222 139.714 125.550 3.094.871 1.003.390 290.830 184.629
2022 2.334 2.334 146.699 131.828 3.249.614 1.053.559 305.371 193.861
2023 2.450 2.450 220.049 138.419 3.412.095 1.106.237 320.640 203.554
2024 2.573 2.573 231.051 145.340 3.582.700 1.161.549 336.672 213.732
2025 2.701 2.701 242.604 152.607 3.761.835 1.219.627 353.506 224.418
2026 2.837 2.837 254.734 160.237 3.949.926 1.829.440 371.181 336.628
2027 2.978 2.978 267.471 168.249 4.147.423 2.744.160 389.740 353.459
2028 3.127 3.127 280.845 176.661 4.354.794 2.881.368 409.227 371.132
2029 3.283 3.283 294.887 185.494 4.572.533 3.025.437 429.688 389.689
2030 3.447 3.447 309.631 194.769 4.801.160 3.176.708 451.173 409.173
(Kantor UPBU Bandar Udara Frans Seda, Maret 2019)
1.3.2.6 Data Layanan Angkutan Udara menurut Air Line / Maskapai Penerbangan
Di Bandar Udara Frans Seda Maumere, Tahun 2018:
Tabel 1.12 Air Line / Maskapai Penerbangan
Datang Berangkat
Layanan Rute
Maskapai
Type Pesawat (Arrival) (Departure)
Penerbangan
Penerbangan (Air
(Aircraft Type) (flight route
Line)
services)
WINGS AIR ATR-72-600 116 116 Denpasar-
NAM AIR B-737-500 36 36 Labuanbajo-
GARUDA ATR-72-600 13 13 Waingapu-Kupang-
TRANS NUSA ATR-72-600 62 62 Makasar, dan
227 227 layanan rute
penerbangan antar
Jumlah Kabupaten/Kota
regional daratan
Flores
(Kantor UPBU Bandar Udara Frans Seda, Maret 2019)
29
1.3.2.7 Rencana Induk Nasional Bandar Udara di Propinsi Nusa Tenggara Timur:
Gambar 1.4 Rencana Induk Nasional Bandar udara di Propinsi Nusa Tenggara Timur
(http://ppid.dephub.go.id/files/datahubud/PM_69_Tahun_2013_Tatanan_Kebandarudaraan_Nasi
onal.pdf). Diakses taggal 27 Februari 2019
30
Kab. Sabu
13. Tardamu Dom Dom P P III III
Raijua
Umbu Mehang Kab. Sumba
14. Dom Dom P P II II
Kunda Timur
15. Wunopito Kab. Lembata Dom Dom P P III III
(http://hubud.dephub.go.id/?id/bandara/index/page:1. Diakses taggal 27 Februari 2019)
31
Kabupaten Sikka dengan wilayah Kabupaten/Kota di
daratan Flores, atau wilayah lain yang ada di Negara
kepulauan ini maupun dalam skala Internasional.
Pengembangan rancangan Bandar Udara Frans Seda
Maumere, meliputi;
• Runway yang mengacu pada standart.
• Taxiway yang mengacu pada srandart.
• Apron yang mengacu pada standart.
• Perencanaan perkerasan Are Sisi Udara dan
Sisi darat Bandar Udara yang mengacu pada
standart.
• Pengembangan perancangan kembali
Terminal Pennumpang Bandar Udara Frans
Seda Maumere.
• Area parkir kendaraan dan Fasilitas lain yang
mendukung Operasional Bandar Udara Frans
Seda Maumere.
Berdasarkan data yang didapat dari pihak Dinas Perhubungan
Kabupaten Sikka Tahun 2019, pengembangan Bandar Udara Frans Seda
Maumere, perencanaannya berdasarkan (Sumber diolah penulis);
1. Urgenitas pengembangan Bandar Udara Frans Seda
Maumere:
• Pintu gerbang pembangunan di tingkat
wilayah Kabupaten Sikka, maupun wilayah
yang ada di daratan Flores pada umumnya.
• Menunjang kegiatan Pariwisata, Industri dan
perdagangan Kabupaten Sikka dan antar
wilayah yang ada di daratan Flores pada
umumnya.
• Mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi
daerah Kabupaten Sikka serta Hinterlandnya.
32
• Status Bandar Udara Frans Seda Maumere
sebagai bandara alternatif dari Bandara El
Tari Kupang dan menjadi salah satu Bandara
tersibuk yang ada di wilayah daratan Flores.
2. Perhatian Utama dalam pembangunan Infrastruktur,
Ekonomi dan Pariwisata daerah Kabupaten Sikka
serta wilayah daratan Flores pada umumnya:
• Prasarana Transportasi (Darat dan Laut), saat
ini hanya mampu menjadikan Kabupaten
Sikka sebagai wilayah lintasan dari dan ke
wilayah yang ada di daratan Flores.
33
Gambar 1.6 Transit Boarding Pass Bandar Udara Frans Seda Maumere
(Dokumen Pribadi. Maret 2019)
34
Gambar 1.7 Tampak Interior Bandar Udara Frans Seda Maumere
(Dokumen Pribadi. Maret 2019)
35
Gambar 1.8 Arrival Passengers Bandar Udara Frans Seda Maumere
(Dokumen Pribadi. Maret 2019)
1.3.2.9 Eksisting Master Plan dan Master Plan Rencana Induk Pengembangan
Bandar Udara Frans Seda Maumere:
36
Gambar 1.10 Master Plan Rencana Induk Bandar Udara Frans Seda Maumere
(Kantor UPBU Bandar Udara Frans Seda, Maret 2019)
37
• Sumber Dana: APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Propinsi dan Kabupaten.
• Instansi Pelaksana: Kementerian Perhubungan, Dinas
Perhubungan Provinsi, Dishubkominfo Kabnupaten.
• Waktu Pelaksanaan: Tahap III Tahun 2015/2016
c) Pengembangan sarana dan prasarana Kebandarudaraan;
• Lokasi: Bandara Frans Seda Maumere
• Sumber Dana: APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara), APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Propinsi dan Kabupaten.
• Instansi Pelaksana: Kementerian Perhubungan, Dinas
Perhubungan Provinsi, Dishubkominfo Kabnupaten.
• Waktu Pelaksanaan: Secara berkala Tahap V Tahun 2017-
2022 (Jangka Menengah) dilanjutkan Tahun 2022-2032
(Jangka Panjang) terhitung per lima tahun.
1.3.3.2 Berdasarkan Data yang didapat dari Media Massa:
a) POS KUPANG.COM,MAUMERE – Rencana perluasan Bandar
Udara (Bandara) Frans Seda Maumere guna menjadikan Pulau
Flores sebagai pintu masuk di tengah Pulau Flores segera terwujud.
Kepastian Perluasan landasan pacu menjadi 2.500 meter ini bakal
terwujud setelah masterplan ditandatangani Kementerian
Perhubungan RI. (http://kupang.tribunnews.com/2018/02/21/yohanes-sebut-
ada-dua-alternatif-perluasan-landasan-pacu-bandara-frans-seda-maumere).
Diakses tanggal 02 Maret 2019.
b) MAUMERE, SUARAFLORES.NET-Selain Penghargaan Khusus
Pariwisata 2016 di Unit Penyelenggara Bandara Kelas II se
Indonesia, Bandara Frans Seda juga mendapat Penghargaan
Nominasi (Nominee) Bandara UPBU Kelas II urutan ke-7 terbaik
Indonesia dari 20 UPBU kelas II. (http://www.suaraflores.net/bandara-
frans-seda-masuk-urutan-7-terbaik-se-indonesia/). Diakes tanggal 02 Maret 2019
c) MAUMERE, SUARAFLORES.NET – Pesawat Sikka Air dengan
nomor penerbangan Sikka 242 mengalami kecelakaan setelah
38
mendarat di run way 05 Bandara Frans Seda Maumere, Selasa
(4/12/2018), kurang lebih pukul 15:30 wita. Pesawat type boeing
737-500 registrasi PK-SNI yang mengangkut 86 penumpang serta 5
awak pesawat, mengalami swing ke kiri dan terbakar di Bandara
Frans Seda. “Ini adalah simulasi kecelakaan pesawat terbang
(aircraft accident exercise). Simulasi ini dimaksudkan agar para
penumpang, awak pesawat dan petugas Penanggulangan Keadaan
Darurat (PKD) merespon cepat dalam menghadapi kecelakaan
pesawat, khususnya terjadi di bandara.
(http://www.suaraflores.net/bandara-frans-seda-gelar-simulasi-kecelakaan-
pesawat/). Diakses tanggal 02 Maret 2019
39
kota sebagai salah satu wilayah yang kaya akan budaya di Negara
Kepulauan Indonesia.
40
1.4.2 Permasalahan Khusus
Bagaimana merancang bangunan Bandar Udara di Kabupaten Sikka,
sebagai Identitas diri melalui bentuk bangunan dan elemen pembentuk
ruang dengan pendekatan Arsitektur Regionalisme.
1.5.2 Sasaran
Me-redesain bangunan Bandar Udara Frans Seda Maumere dengan
pendekatan Arsitektur Regionalisme.
1.6.1 Arsitektural
Pembahasan difokuskan pada aspek-aspek yang bersifat arsitektural
yang berkaitan dengan masalah perancangan Bandar Udara ini sendiri.
1. Tinjauan dari Arsitektur Regionalisme.
2. Pemahaman tentang konsep Arsitektur Regionalisme.
3. Rancangan dasar Bandar Udara dan fasilitasnya.
4. Prinsip Desain Arsitektur yang meliputi Aktifitas Pengguna,
Tata Ruang Luar, Tata Ruang Dalam, Standarisasi Ruang, dan
Kebutuhan Ruang.
5. Studi Preseden Bandar Udara yang menggunakan penerapan
Arsitektur Regionalisme.
41
1.6.2 Non-Arsitektural
Pembahasan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan perancangan Bandar Udara,
yang meliputi;
1. RPJM Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah).
2. Peraturan Daerah dan Regulasi wilayah Kota Kabupaten Sikka.
3. Peraturan Direktur Jendral Perhubungan, nomor:
KEP/77/IV/2005, tentang persyaratan teknis pengoperasian
fasilitas teknis Bandar Udara.
4. Anex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization).
5. Keputusan Menteri Perhubungan No.36 Tahun 1993, tentang
Klasifikasi Bandar Udara.
6. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 04 Tahun 1992,
tentang Klasifikasi Bandara berdasarkan status.
7. Keputusan Menteri Perhubungan No.44 Tahun 2002, tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
8. Sarana dan Prasarana, serta Aktivitas Kebandarudaraan.
42
1.7.2 BAB II : Tinjauan Pustaka
Merupakan tinjauan umum dalam proses perancangan dari beberapa
sumber referensi yang meliputi; Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten
Sikka, Peraturan Dirjen Perhubungan tentang Kebandarudaraan, Studi
Literatur, dan Standart-standart pada rancangan Bandar Udara.
43
Jenis Karya : Tugas akhir
Perbedaan : Merancang Bandar Udara yang
lebih memfokuskan pada arsitektur lokal yang ada di daerah
tersebut. Sedangkan re-design Bandar Udara Fransiskus
Xaverius Seda, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara
Timur, dengan pendekatan Arsitektur regionalsme lebih
menitik beratkan pada penggabungan antara Arsitektur masa
lalu dan Arsitektur masa kini atau Arsitektur tradisional dan
Arsitektur modern.
Persamaan : Merancang Bandar Udara dengan
menggabungkan unsur budaya setempat, sebagai bentuk
pengenalan terhadap identitas daerah masing-masing.
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
45
2.1.1 Pengertian Bandar Udara
2.1.1.1 Pengertian Bandar Udara menurut Dirjen Perhubungan:
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat
dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya. (http://hubud.dephub.go.id)
2.1.1.2 Pengertian Bandar Udara menurut Anex 14, ICAO (International Civil
Aviation Organization):
Bandar Udara adalah Area tertentu di daratan atau perairan
(termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik
secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat. (http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-bandar-
udara-definisi.html)
2.1.1.3 Pengertian Bandar Udara menurut Robert Horonjeff:
46
Bandar Udara mempunya tiga bagian, yaitu:
1. Lapangan Terbang, merupakan area operasi pesawat
terbang yang terdiri dari Runway, Taxiway, dan Apron.
2. Area Terminal, meliputi Apron, bangunan terminal
penumpang, bangunan untuk cargo, hangar persawat,
area pemeliharaan, dan area parkir kendaraan.
3. Area Pendukung, meliputi Air traffic Control atau
Menara pengawas, Airport Maintenance dan Airport
Utility yang digunakan sebagai pengawas dari Lalu lintas
penerbangan dan pengatur Lalu lintas pesawat yang
berada di bandara.
47
3. Pangkalan udara adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan dalam
wilayah Republik Indonesia yang dipergunakan untuk kegiatan
penerbangan Tentara Nasional Indonesia.
4. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah suatu sistem kebandar-
udaraan nasional yang memuat tentang hirarki, peran, fungsi,
klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, kegiatan, keterpaduan intra dan
antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
Pasal 2 Ayat 1
Pasal 3
Tatanan Kebandarudaraan Nasional sekurang-kurangnya memuat:
a. Fungsi, penggunaan, klasifikasi, status, penyelenggaraan, dan
kegiatan bandar udara.
b. Keterpaduan intra dan antar moda transportasi.
c. Keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.
48
2. Pelayanan jasa kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
1.
49
umumnya memiliki landasan pendek yang hanya dapat menangani
Pesawat jarak pendek/menengah dan lalu lintas regional.
b) Bandar Udara Internasional;
Bandar udara yang dilengkapi dengan fasilitas Bea dan Cukai dan
Imigrasi untuk menangani penerbangan internasional menuju dan
dari negara lainnya. Bandara sejenis itu umumnya lebih besar, dan
sering memiliki landasan lebih panjang dan fasilitas untuk
menampung pesawat besar yang sering digunakan untuk perjalanan
internasional atau antar benua.
2.1.4.2 Berdasarkan Hierarkinya, Bandar Udara terdiri atas:
a) Bandar Udara Pengumpul (Hub);
Bandar Udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari
berbagai bandar udara yang melayani penumpang, dan/atau kargo
dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi
secara Nasional atau ke berbagai Propinsi.
b) Bandar Udara Pengumpan (Spoke);
Bandar Udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan
mempengaruhi perkembangan ekonomi lokal atau bandar udara
penunjang dari bandar udara pengumpul dan sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan kegiatan lokal.
2.1.4.3 Berdasarkan bentuk layanan yang disediakan, Bandar Udara dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
a) Bandar Udara Umum, sebagai bandar udara yang melayani segala
bentuk kepentingan umum atau lebih dikenal dengan bandar udara
komersial.
b) Bandar udara Khusus, sebagai bandar udara yang melayani
kepentingan khusus seperti kebutuhan Militer.
2.1.4.4 Berdasarkan jenis, luas dan kelengkapan terminal penumpang bandara,
dibagi menjadi dua bagian yaitu, fasilitas umum dan fasilitas pendukung.
Fasilitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
50
Tabel II.1 Kelengkapan Fasilitas Umum Terminal Penumpang Bandara
Fasilitas Luas Jenis Ruang
Terminal Standart (Domestik) Teras Kedatangan dan Keberangkatan
(Arrival and Departure Curbs Side)
Ruang Lapor Diri (Check-In Area)
Ruang Tunggu Keberangkatan (Departure
Lounge)
Ruang Pengambilan Bagasi (Bagage Claim)
120 m2
Toilet Umum
Ruang Administrasi
Telepon Umum
Fasilitas pemadam api ringan
Peralatan pengambilan bagasi-tipe meja
Fasilitas Kursi tunggu
Terminal Standart (Domestik) Teras Kedatangan dan Keberangkatan
(Arrival and Departure Curbs Side)
Ruang Lapor Diri (Check-In Area)
Ruang Tunggu Keberangkatan (Departure
Lounge)
Ruang Pengambilan Bagasi (Bagage Claim)
Toilet Umum
240 m2 Ruang Administrasi
Telepon Umum
Fasilitas pemadam api ringan
Peralatan pengambilan bagasi-tipe Gravity
roller
Fasilitas Kursi tunggu
Area Komersial
Kantor Maskapai penerbangan (Air Line)
Terminal Standart (Domestik) Teras Kedatangan dan Keberangkatan
(Arrival and Departure Curbs Side)
Ruang Lapor Diri (Check-In Area)
Ruang Tunggu Keberangkatan (Departure
Lounge)
Ruang Pengambilan Bagasi (Bagage Claim)
Toilet Umum
600 m2
Ruang Administrasi
Telepon Umum
Fasilitas pemadam api ringan
Peralatan pengambilan bagasi-tipe meja
Fasilitas Kursi tunggu
Area Komersial
Kantor Maskapai penerbangan (Air Line)
Teras Kedatangan dan Keberangkatan
(Arrival and Departure Curbs Side)
Ruang Lapor Diri (Check-In Area)
Ruang Tunggu Keberangkatan (Departure
Lounge)
2 Ruang Pengambilan Bagasi (Bagage Claim)
Terminal Standart (Internasional) 600 m
Toilet Umum
Ruang Administrasi
Telepon Umum
Fasilitas pemadam api ringan
Peralatan pengambilan bagasi-tipe meja
Fasilitas Kursi tunggu
51
Area Komersial
Kantor Maskapai penerbangan (Air Line)
Ruang simpan barang hilang
Fasilitas fiscal
Fasilitas Bea Cukai dan Imigrasi
Fasilitas Karantina
(Badan Standart Nasional, 2004)
52
Sesuai dengan Keputusan Menteri perhubungan No. 44 Tahun 2002
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, pengklasifikasian Bandar
udara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok A, B dan C,
pembagian klasifikasi menjadi tiga kelompok didasari oleh Jenis
Pengendalian Ruang udara disekitar Bandara, Fasilitas Bandar Udara dan
Kegiatan Operasi Bandar Udara.
2.1.5.1 Klasifikasi Bandar Udara berdasarkan statusnya menurut Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM. 04 Tahun 1992, dibagi menjadi empat yaitu:
53
difungsikan untuk melayani pesawat kecil.
2.1.5.2 Klasifikasi Bandar Udara berdasarkan ukurannya:
a) Bandar Udara Kecil :
Hubungan Apron dengan terminal penumpang sederhana.
Fasilitas-fasilitas penumpang berada dalam satu zona terpusat.
Tersedia fasilitas bongkar muat Apron, terminal penumpang,
jalan dan parkir penumpang.
Terdapat terminal kargo dan bangunan administrasi.
Tersedianya alat bantu navigasi.
54
field length (ARFL). Dan kode huruf (code letter) yaitu perhitungan sesuai
lebar sayap dan lebar / jarak roda terluar pesawat.
55
2.1.6 Konfigurasi Bandar Udara
Konfigurasi Bandar Udara merupakan jumlah (volume lalu lintas)
dan orientasi (arah angina dan luas daerah yang tersedia untuk
pengembangan) landasan pacu dan letak daerah terminal dengan landasan
pacu, yang meliputi:
2.1.6.1 Konfigurasi Runway (Landasan Pacu):
Area Pendaratan atau Landing dan Lepas Landas atau Take Off.
Elemen dasar Runway meliputi perkerasan yang secara struktural cukup
untuk mendukung beban pesawat yang mendarat maupun lepas landas;
seperti Runway, Runway Strip, landasan pacu buangan panas mesin (Blast
pad), Runway Safety Area (RESA), Stopway, dan Clearway.
Tabel II.5 Klasifikasi Bandar Udara berdasarkan Tipe Pesawat dan Landasan Pacu
TIPE PESAWAT PANJANG
KELAS BERDASARKAN LANDASAN PACU
JARAK JELAJAH (meter)
I Long Range 3200
II Medium 2600
III Medium 2200
IV Short Range 1600
V General Aviation 500
56
(Ashford, Norman & Wirght, Paul. 1976. Airport Engineering).
Tabel II.6 Klasifikasi Bandar Udara berdasarkan Tipe Pesawat dan Landasan Pacu
Hawker-
Trident 2E 29,87 34,98 82-115 2.286
Siddeley
British
BAC 111-200 26,97 28,10 65-79 2.087,88
Aircraft
British
Super VC-10 42,67 52,32 100-163 2.499,36
Aircraft
Airbus
A-300 44,83 53,62 225-345 1.981,2
Industrie
British
Concorde 25,55 61,65 108-128 3.429
Aircraft
57
Aerosaptial
58
Gambar 2.3 Konfigurasi Penomoran Landasan pacu (Runway)
(http://tfmlearning.faa.gov/publications/atpubs/AIM/Chap2/aim0203.html).
Diakses tanggal 28 Februari 2019
59
Gambar 2.4 Konfigurasi Single Runway
(Robert Horonjeff. Planning & Design of Airport)
60
Untuk Segregated Parallel Approachs, 760 meter.
61
d) Landasan Pacu bentuk V terbuka (Openning V Runway);
Konfigurasi Opening V Runway diterapkan pada bandar udara yang
memiliki arah angin lemah dan memerlukan landasan pacu lebih
dari satu arah dengan posisi terminal di bagian tengah. Kedua
landasan pacu baik pendaratan dan lepas landas dapat digunakan
saat tiupan angina lemah.
62
2.1.6.2 Konfigurasi Landasan Hubung (Taxiway);
Merupakan bagian dari fasilitas sisi udara bandara yang dibangun
untuk sirkulasi keluar masuk pesawat dari Landasan pacu (Runway) dan
sebagai sarana penghubung antara beberapa fasilitas seperti Aircraft
parking position Taxi-line, Apron Taxiway, dan Rapid-Exit Taxiway.
Sebagian besar Taxiway mempunyai permukaan keras yang merupakan
lapisan Aspal atau beton. Pada jenis bandara yang kecil terkadang
menggunakan batu kerikil atau rumput.
63
Gambar 2.10 Konfigurasi Taxiway, Rapid End Taxiway dan Runway
(http://www.tc.gc.ca/media/images/ca-publications/figure3-1a.gif).
Diakses tanggal 28 Februari 2019
64
untuk pemeriksaan terakhir pesawat dan menunggu izin lepas landas.
Holding Apron dirancang untuk menampung dua hingga empat pesawat.
65
2.1.6.5 Konfigurasi Apron;
Apron atau disebut juga fasilitas pelataran parkir pesawat adalah
fasilitas sisi udara sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang,
pos dan kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan
pesawat. Apron merupakan penghubung antara bangunan terminal dengan
bandar udara. Apron mencakup daerah parkir yang disebut ramp. Pada
bagian ramp, pesawat diparkir di pintu hubung pesawat (gate).
Antara bangunan fisik dan apron terdapat suatu pertemuan dengan
pesawat yang disebut interface. Penempatan suatu apron tergantung pada
penempatan terminal yang akan dirancang. Luas apron didasarkan pada tiga
faktor yaitu; jumlah pintu hubung ke pesawat, ukuran pintu hubung dan
denah parkir pesawat di setiap pintu hubung.
Ada beberapa pertimbangan dalam merancang sebuah Apron, yaitu;
Menyediakan jarak paling pendek antara landasan pacu
dengan area pesawat berhenti.
Memberikan keleluasaan pergerakan pesawat untuk
melakukan maneuver.
Memberikan cukup cadangan daerah pengembangan yang
dibutuhkan jika nantinya terjadi peningkatan permintaan
penerbangan.
Memberikan efisiensi kemanan dan kenyamanan pengguna
secara maksimal.
Meminimalkan dampak lingkungan.
Perancangan Apron juga terkait dengan sistem terminal yang
digunakan oleh bandara, antara lain; Terminal bandara dengan konsep
tunggal, konsep linier, konsep dermaga, konsep satelit, konsep transporter,
dan konsep campuran. Aspek yang diperhatikan dalam kelayakan
operasional pada Apron meliputi Dimensi (Panjang dan Lebar), kemiringan
memanjang (Longitudinal Slope), kemiringan melintang (Transverse
Slope), Jenis Perkerasan (Survace Type), kekuatan (Strength), dan Apron
66
Marking yang terdiri dari Apron Edge Marking, Apron Guidance Marking,
Parking Stand and Position marking.
67
Berdasarkan fungsinya, GSE (Ground Support Equipment) dibagi
menjadi dua bagian, yaitu;
a) GSE Motorized:
Merupakan jenis GSE yang memiliki atau menggunakan tenaga
penggerak (mesin, generator, dan lain-lain). Ada beberapa contoh
jenis GSE Motorized, antara lain Baggage Towing Tractor (BTT),
Aircraft Towing Tractor (ATT), Ground Power Unit (GPU),
Aircraft Starter Unit (ASU), Belt Conveyor Loader (BCL), Lift
Loader (HLD), High Catering Truck (HCT), Passenger Boarding
Stair (PBS), dan Lavatory and Water Service Truck (LWTC).
b) GSE Non-Motorized:
Merupakan jenis GSE yang tidak memiliki atau menggunakan
tenaga penggerak (mesin, generator, dan lain-lain). Ada beberapa
contoh jenis GSE Non-Motorized, antara lain Baggage Cart
68
(Gerobak bagasi atau kargo), Container (Cargo Dollys), Passenger
Stairs Manual, dan Towbar (Penghubung ATT-Pesawat Udara).
69
2.1.7 Penyelenggaraan Bandar Udara
Unit Penyelenggara Bandar Udara mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait kegiatan keamanan,
keselamatan, keselamatan dan ketertiban penerbangan pada sebuah bandara
secara komersial. Berikut dipaparkan fungsi Unit Penyelenggara Bandar
Udara meliputi;
a) Pelaksanaan penyusunan rencana dan program.
b) Pelaksanaan pengoperasian fasilitas keselamatan, sisi udara, sisi
darat, dan alat-alat besar bandar udara serta fasilitas penunjang.
c) Pelaksanaan perawatan dan perbaikan fasilitas keselamatan, sisi
udara, sisi darat, dan alat-alat besar bandar udara serta fasilitas
penunjang.
d) Penyiapan pelaksanaan pelayanan pengaturan pergerakan pesawat
udara (Apron Movement Control/AMC) serta penyusunan jadwal
penerbangan (slot time).
e) Pelaksanaan pengamanan pelayanan pengangkutan penumpang,
awak pesawat udara, barang, jinjingan, pos dan kargo serta barang
berbahaya dan senjata.
f) Pelaksanaan pengawasan, pengendalian keamanan dan ketertiban di
lingkungan kerja serta pengoperasian, perawatan dan perbaikan
fasilitas keamanan penerbangan dan pelayanan darurat bandar
udara.
g) Pelaksanaan kerjasama dan pengembangan usaha jasa
kebandarudaraan dan jasa terkait bandara udara.
h) Pelaksanaan pengoperasian dan pelayanan fasilitas terminal
penumpang, kargo dan penunjang serta pengelolaan dan
pengendalian hygiene dan sanitasi.
i) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait
penyelenggaraan bandar udaraPelaksanaan urusan keuangan,
kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, hukum, dan
hubungan masyarakat; dan Pelaksanaan evaluasi pelaporan.
70
Terdapat pula klasifikasi Unit Penyelenggara Bandar Udara Unit
Pelaksana Teknis Bandar Udara diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas,
yaitu:
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I Utama.
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I.
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas II.
Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III.
71
Bagian-bagian sistem pelayanan penumpang di dalam area terminal,
yaitu: Access Interface, Processing, Flight Interface.
Gambar 2.17 Konfigurasi Bagian Sistem Pelayanan Penumpang di dalam Area Terminal
(http://www.aripsusanto.com/p/blog-page_14.html). Diakses tanggal 23 maret 2019
72
Jalan lingkungan dan lajur bagi kendaraan pemadam
kebakarann yang menuju ke berbagai fasilitas dalam
terminal dan ke tempat-tempat penyimpanan barang, tempat
truk pengangkut bahan bakar dan lain-lain.
2.1.8.2 Processing:
73
Daerah sirkulasi umum untuk penumpang dan pengunjung
yang terdiri dari daerah-daerah seperti tangga, eskalator, lift,
dan koridor.
Ruangan untuk bagasi, yang tidak boleh dimasuki secara
umum, untuk menyortir dan proses bagasi yang akan
dimasukkan ke pesawat (outbound baggage space),
Ruangan bagasi yang digunakan untuk proses bagasi yang
akan dipindahkan dari satu pesawat ke pesawat lain dari
perusahaan penerbangan yang sama ataupun berbeda
(intraline and interline baggage space).
Ruangan bagasi yang digunakan untuk menerima bagasi dari
pesawat yang tiba kemudian menyerahkan bagasi kepada
penumpang (inbound bagage space).
Daerah pelayanan dan administrasi bandar udara yang
digunakan untuk manajemen, operasi dan fasilitas
pemeliharaan bandar udara.
Fasilitas pelayanan pengawasan federal yang merupakan
daerah untuk pemrosesan penumpang yang tiba pada
penerbangan internasional yang kadang digabungkan
sebagai bagian dari elemen penghubung.
74
Ruangan terbuka (concourse) untuk sirkulasi menuju ruang
tunggu keberangkatan, yang digunakan untuk menunggu
keberangkatan.
Ruang keberangkatan yang digunakan penumpang untuk
menunggu keberangkatan.
Peralatan keberangkatan penumpang yang digunakan untuk
naik dan turun dari dan menuju pesawat dan ruang tunggu
keberangkatan atau ruang kedatangan.
Ruang operasi perusahaan penerbangan yang digunakan
untuk pegawai, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kedatangan dan keberangkatan
pesawat.
Fasilitas-fasilitas keamanan yang digunakan untuk
memeriksa penumpang dan bagasi serta memeriksa jalan
masuk untuk penumpang yang menuju ke daerah
keberangkatan (koordinasi) penumpang.
Daerah pelayanan terminal, seperti bangunan untuk utilitas
dan pemeliharaan.
75
2.1.9 Fasilitas Bandar Udara
Berdasarkan Surat Keputusan Jendral Perhubungan Udara Nomor:
SKEP/100/XI/1985, “Para penumpang yang akan berangkat menggunakan
pesawat terbang harus melalui pemeriksaan bagasi, pemeriksaan badan, dan
pemeriksaan barang-barang bawaan”. Untuk memudahkan kinerja petugas
pengamanan bandara, maka pihak pengelolah bandara menentukan daerah-
daerah di bandara yang menjadi daerah-daerah pengamanan, yaitu;
a) Publik Area:
Merupakan suatu daerah yang terdapat di lingkungan bandar udara
untuk umum.
b) Resticted Public Area:
Merupakan suatu daerah yang terdapat di lingkungan bandar udara
yang terbatas untuk umum.
c) Non-Public Area:
Merupakan suatu daerah yang terdapat di lingkungan bandar udara
yang tertutup untuk umum, dimana di dalamnya dilakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya memerlukan tingkat pengamanan yang
sangat tinggi.
76
Wilayah dan daerah pegamanan bandara di bagi menjadi beberapa
bagian fasilitas yaitu;
b) Trotoar (Curbs):
Merupakan area penumpang naik-turun dari kendaraan dan loading
barang ke dalam terminal penumpang bandara. Trotoar juga di
fungsikan untuk menjaga kenyamanan dan kelancaran para
pengguna pejalan kaki. Trotoar juga menjadi Salah satu tujuan
utama dalam hal manajemen antara aksesibilitas pejalan kaki dengan
lalu lintas kendaraan bermotor.
77
udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi
penerbangan. Dalam penetapan standar persyaratan teknis operasional
fasilitas sisi darat, satuan yang digunakan untuk mendapatkan nilai standar
adalah satuan jumlah penumpang yang dilayani. Hal ini karena aspek
efisiensi, kecepatan, kenyamanan keselamatan, keamanan dan kelancaran
penerbangan dapat dipenuhi dengan terjaminnya kecukupan luasan yang
dibutuhkan oleh masing-masing fasilitas.
78
2.1.9.2 Air Side (Sisi Udara):
Merupakan suatu wilayah yang diawali dari permulaan pemeriksaan
Imigrasi, ruang tunggu keberangkatan penumpang (Gate), Apron, Taxiway,
dan Runway. Area ini tertutup untuk umum (Non-Public Area) dan jika
masuk kedalam area ini pengguna harus menunjukan Boarding Pass, serta
memiliki fasilitas pelayanan keamanan yang cukup tinggi. Ada dua
komponen pada sisi udara, yaitu;
a) Ramp Side:
Apron (Area Parkir Pesawar udara):
Area yang digunakan untuk parkir pesawat udara, menaikan
dan menurunkan penumpang, kargo, barang dan pos,
pengisian bahan bakar pesawat udara serta perawatan ringan
suatu pesawat udara.
79
Gambar 2.25 Service Road untuk pesawat udara
(http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu-68/826-
pengenalan-umum-gse-ground-support-equipment).
Diakses tanggal 23 maret 2019
b) Manuvering Side:
Taxiway (Jalan penghubung Runway dengan Apron):
Jalan atau jalur yang merupakan penghubung antara Apron
dan Runway yang digunakan khusus untuk pesawat udara.
80
Runway (Landasan Pacu):
Jalan yang digunakan oleh pesawat udara untuk lepas landas
(Take-Off) dan mendarat (Landing) di bandara.
81
2.1.9.3 Fasilitas Pelayanan Bandara:
Fasilitas yang berfungsi memberikan pelayanan operasi dan
keselamatan operasi terkait pelayanan umum. Pelayanan umum yang
diberikan mulai dari informasi berupa audio maupun video kepada
pengguna yang ada di bandar udara ataupun petugas yang terkait langsung
dalam kegiatan kegiatan operasional Kantor bandar udara. Beberapa
peralatan yang termasuk Peralatan Pelayanan Bandara, adalah:
82
penerbangan dan sebagai pelengkap hiburan audio. IGCS
(Integrated Ground Communication System) Sistem komunikasi
darat ke darat terpadu yang menggunakan system trunking sebagai
alat bantu komunikasi yang digunakan oleh seluruh satuan kerja
yang beroperasi di bandara.
d) HT (Handy Talky):
Peralatan UHF-FM Transceiver (Transmitter dan Receiver) dengan
system multi-channel dan digunakan sebagai sarana komunikasi
point to point (darat ke darat) dalam bentuk portable.
83
f) ATC (Air Traffic Controler):
Sebuah menara pengawas (control tower ) atau lebih khusus
sebagai Air Traffic Control Tower, adalah nama dari unit ATC yang
bertanggung jawab untuk pergerakan sekeliling bandara dan juga
nama dari bangunan untuk unit yang mengoperasikan .Banyak
bandara di Indonesia yang tidak mempunyai tower atau
frekuensi,hanya bandara tersibuk sajalah yang mempunyai tower
contohnya Soekarno Hatta yang diatur oleh menara pengawas.
Menara ATC yang permanen mempunyai spesifikasi yang secara
system struktur biasanya berdiri di atas bangunan lain di bandara
untuk memudahkan petugas pemandu lalu lintas udara mengawasi
pergerakan pesawat didarat dan di udara bandara.
84
Mempunyai display radar kecil, deteksi pergerakan dan
informasi meteorologi.
Tujuan dari peralatan ini adalah untuk membantu operasi pengaturan
lalu lintas udara untuk menghindari tabrakan antar pesawat udara
menghindarkan pesawat udara yang berada di daerah pergerakan
pesawat dengan penghalang lainnya dan terciptanya keteraturan lalu
lintas udara.
85
dipantulkan oleh badan pesawat dan dapat diterima
di sistem penerima radar.
2. Secondary Surveillance Radar (SSR) merupakan
peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi
dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif,
dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran
sinyal RF (Radar sekunder). Pancaran radar ini
berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi
transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan
akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem
penerima radar.
3. Air Traffic Control Automation (ATC-
Automation) terdiri dari RDPS, FDPS. ADBS-B
Processing dan ADS-C Processing.
4. Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-
B) dan Automatic Dependent Surveillance Contract
(ADS-C) merupakan teknologi pengamatan yang
menggunakan pemancaran informasi posisi oleh
pesawat sebagai dasar pengamatan.
5. Airport Survace Movement Ground Control System
(ASMGCS).
6. Multilateration.
7. Global Navigation Satelite System.
86
tertentu di dalam atau diluar lingkungan Bandar udara sesuai
fungsi.
VHF-Omnidirectional Range (VOR) Fasilitas navigasi
penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi
radio dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau
di luar lingkungan Bandar udar sesuai fungsinya.
Distance Measuring Equipment (DME) Alat Bantu navigasi
penerbangan yang berfungsi untuk memberikan panduan
atau informasi jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME
yang dituju (Stant range distance). Penempatan DME pada
umumnya berpasangan.
87
pembentuk suatu sistem objek bangunan atau arsitektural. Elemen-
elemen tersebut merupakan organisme arsitektural terkecil yang
berkaitan untuk mengidentifikasi tipologi dan untuk membentuk
suatu sistem, elemen-elemen tersebut mengalami suatu proyek
komposisi, baik penggabungan, pengurangan, stilirisasi bentuk dan
sebagainya.
88
Menganalisa tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana
suatu bangunan melalui pencarian bangun dasar serta sifat
dasarnya.
89
2.2 Tinjauan Teori
Arsitektur merupakan karya seni dan ilmu pengetahuan yang
perkembangannya sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan manusia.
Ilmu tentang arsitektur belum lama berkembang dan dikenal di Indonesia.
Sejak 1954 Ilmu Arsitektur masuk dalam pendidikan di Indonesia,
karenanya wajar-wajar saja jika sering terjadi perdebatan tentang ilmu
Arsitektur.
Salah satu pembahasan Arsitektur ialah teori arsitektur. Dalam hal
ini, akan dibahas teori Regionalisme yang diterapkan dalam dunia
Arsitektur. Regionalisme (kedaerahan) menekankan pada pengungkapan
karakteristik suatu daerah/tempat dalam arsitektur kontemporer.
Pendekatan ini adalah salah satu kritik terhadap Arsitektur Modern yang
memandang arsitektur pada dasarnya bersifat universal.
Regionalisme (kedaerahan) umumnya dijadikan sebagai
pembanding antara tradisional dan modern. Tradisional adalah sikap dan
cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang pada norma dan adat
yang ada secara turun temurun. Tradisional berasal dari kata “tradisi”
artinya adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan oleh kelompok
masyarakat. Tradisionalisme adalah suatu paham yang berdasarkan pada
tradisi (Poerwadarminto. 1976) sedangkan Modern adalah sesuatu yang
baru, belum diterima oleh masyarakat.
Istilah modern sangat menentukan secara visual karya Arsitektur
Tradisional Modern. (Budi Sukada. 2006). Didalam kenyataan karya
Arsitektur Tradisional Modern sulit dibedakan dengan karya Arsitektur
Regionalisme. Teori Regionalisme dijadikan sebagai acuan dalam me-
redesain Bandara seperti yang telah disampaikan sebelumnya dengan
pertimbangan bahwa Arsitektur adalah kajian universal sehingga dapat
diaplikasikan untuk bangunan yang ditujakan sebagai identitas suatu
daerah, dalam hal ini Kabupaten Sikka.
90
2.2.1 Persyaratan Pembangangunan Bandar Udara
Bandar Udara sebagai bangunan komersial yang besar tidak dapat
dibangun disembarang lokasi. Pembangunan bandar udara memiliki
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Berikut
persyaratan pembangunan Bandar Udara yang dikutip dari
(http://hubud.dephub.go.id). Di akses pada tanggal 23 Maret 2019
a) Pembangunan bandar udara pusat penyebaran dan bandar udara
bukan pusat penyebaran yang ruang udara di sekitarnya
dikendalikan hanya dapat dilakukan setelah ditetapkan keputusan
pelaksanaan pembangunan oleh Menteri.
b) Pembangunan bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang
udara di sekitarnya tidak dikendalikan hanya dapat dilakukan setelah
ditetapkan keputusan pelaksanaan pembangunan oleh Bupati atau
Walikota.
c) Penyelenggara bandar udara melaksanakan pekerjaan pembangunan
bandar udara paling lambat 1 tahun sejak keputusan pelaksanaan
pembangunan ditetapkan.
Berikut adalah Prosedur Pengajuan Permohonan:
a) Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pembangunan bandar
udara mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal dengan melampirkan :
Salinan keputusan penetapan lokasi.
Rencana induk bandar udara.
Bukti penguasaan tanah.
Dokumen rancangan teknis bandar udara yang meliputi
rancangan awal dan rancangan teknis terinci sesuai dengan
standar yang berlaku.
Studi analisis mengenai dampak lingkungan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
91
b) Untuk memperoleh keputusan pelaksanaan pembangunan
penyelenggara bandar udara mengajukan permohonan kepada
Bupati/Walikota setempat dengan melampirkan:
Salinan keputusan penetapan lokasi.
Rencana induk bandar udara.
Bukti penguasaan tanah.
Pertimbangan teknis dari Gubernur sebagai tugas
dekonsentrasi.
Dokumen rancangan teknis bandar udara yang meliputi
rancangan awal dan rancangan teknis terinci sesuai dengan
standar yang berlaku.
Studi analisis mengenai dampak lingkungan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
92
rendah. Semakin tinggi temperatur juga membahayakan performa
dari mesin pesawat, yaitu campuran beberapa efek. Negatif efek dari
tingginya temperatur udara adalah pesawat membutuhkan landasan
pacu lebih panjang dari biasanya untuk take off, dan berpotensial
melebihi dari runway yang tersedia.
b) Angin Permukaan
Ada tiga angina yang mempengaruhi panjang runway, yaitu;
Keadaan arah angin yang searah dengan arah pesawat (head
wind), hal ini akan memperpanjang landasan.
Keadaan arah angin yang berlawanan dengan arah pesawat
(tail wind), hal ini akan memperpendek landasan.
Keadaan arah angin yang tegak lurus arah pesawat, hal ini
tak mungkin dipakai sebagai perencanaan.
Keadaan tail wind dan head wind untuk bandar udara single runway
dan double runway tidak merupakan suatu masalah karena head
wind dapat dibuat tail wind. Tetapi bila konfigurasi dasar berbentuk
silang di sisi tidak bisa head wind atau tail wind dibuat sama.
Kecepatan angin pada area runway harus diasumsikan bahwa
pendaratan atau lepas landas dari pesawat adalah, dalam keadaan
normal, tidak memungkinkan bila komponen lintas-angin melebihi:
a) 37 km / jam dalam kasus pesawat dengan panjang lapangan
pendaratan sepanjang 1500m atau lebih, kecuali bahwa
ketika landasan pacu rendah dalam pengereman karena
koefisien gesek memanjang dengan beberapa frekuensi,
komponen lintas-angin tidak melebihi 24km / jam.
b) 24 km /jam dalam kasus pesawat dengan panjang lapangan
pendaratan sepanjang 1200m atau sampai dengan tetapi
tidak sampai 1500m.
c) 19km / jam dalam kasus pesawat dengan panjang lapangan
pendaratan kurang dari 1200m.
93
c) Kemiringan Landasan Pacu
Tanjakan landasan akan menyebabkan tuntutan panjang yang lebih
jika dibandingkan dengan panjang landasan datar. Landasan yang
menurun akan memperpendek panjang runway.
d) Ketinggian Bandar Udara
Jika bandar udara letaknya semakin tinggi dari muka air laut maka
kerapatan udaranya semakin rendah yang menyebabkan kurangnya
daya angkat sayap pesawat dan daya dorong mesin pesawat
sehingga membutuhkan runway lebih panjang, yang mungkin dapat
menghambat kinerja pesawat dan menghambat kemampuan pesawat
untuk dikendalikan dengan aman.
Semakin tinggi letak runway dari permukaan air laut, maka
perpanjangannya yaitu setiap naik 1000 feet perpanjangannya 7%.
Semakin rendah kerapatan udara juga membahayakan performa dari
mesin pesawat, yaitu berdampak negatif. Efek dari rendahnya
kerapatan udara adalah:
Pesawat membutuhkan landasan pacu lebih panjang untuk
take off, dan berpotensial melebihi dari runway yang
tersedia.
Rendahnya kerapatan udara menghambat kemampuan
pesawat untuk mengudara. Dalam suatu kasus, sebuah
pesawat tidak dapat mengudara dengan cukup cepat untuk
mendapatkan wilayah terbang yang bersih karena bandara
tersebut berada di pegunungan, maka kejadian yang tidak
diinginkan terjadi.
e) Kondisi Permukaan Landasan
Kondisi permukaan landasan dengan adanya genangan air akan
meyebabkan runway lebih panjang karena pada waktu take off
pesawat akan mengalami hambatan-hambatan kecepatan dengan
adanya genangan air tersebut. Untuk pesawat jet oleh NASA dan
FAA dibatasi ketinggian air di landasan pacu maksimal 1,5 inchi.
94
2.2.2 Obstacle dalam Bandar Udara
Rintangan atau obstacle dalam wilayah kebandarudaraan berupa
adanya bangunan atau benda tumbuh, baik yang tetap (fixed) maupun dapat
berpindah (mobile), yang lebih tinggi dari batas ketinggian yang
diperkenankan sesuai dengan Aerodrome Reference Code (Kode Referensi
Landas Pacu) dan Runway Classification (Klasifikasi Landas Pacu) dari
suatu bandar udara.
Rintangan atau obstacle di sekitar wilayah bandar udara diatur demi
keselamatan pesawat yang beroperasi di bandara tersebut dan untuk
mencegah bandar udara menjadi tidak dapat dioperasikan akibat timbulnya
obstacle di sekitar lapangan terbang.
95
d) Stasiun Pelayanan Penerbangan atau Flight Service Stasiun (FSS),
sebagai pemberi informasi penerbangan dan penghubung antar
fasilitas-fasilitas pengendali lalu lintas.
96
b) Kawasan Permukaan Horizontal Dalam.
c) Kawasan Permukaan Pendekatan Landasan.
d) Kawasan Permukaan Transisi.
Gambar 2.33 Potongan A-A Toleransi kawasan Obstacle pada bandar udara
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga
Gambar 2.34 Potongan B-B Toleransi kawasan Obstacle pada bandar udara
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga
97
Kawasan keselamatan operasi penerbangan suatu bandar udara
merupakan kawasan yang relatif sangat luas, mulai dari pinggir landasan
pacu yang disebut Runway strip membentang sampai radius 15 km dari
Aerodrome Reference Point (ARP) dengan ketinggian berbeda-beda sampai
145 m relatif terhadap Aerodrome Elevation System (AES).
Gambar 2.35 Batas Bangunan untuk Bandar Udara dengan Instrumen Landasan
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga
98
Gambar 2.36 Potongan Jarak Batas Ketinggian dalam Persen Bangunan terhadap Landasan
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga
Tabel II.8 Kategori Aerodrome Untuk PKP-PK Berdasarkan Panjang Keseluruhan Pesawat
dan Lebar Maksimum Pesawat
Aerodrome Category Aeroplan Overall Length Maximum Fuselage Width
1 0 m up to but not including 9 m 2m
2 9 m up to but not including 12 m 2m
3 12 m up to but not including 18 m 3m
4 18 m up to but not including 24 m 4m
5 24 m up to but not including 28 m 4m
6 28 m up to but not including 39 m 5m
7 39 m up to but not including 49 m 5m
8 49 m up to but not including 61 m 7m
9 61 m up to but not including 76 m 7m
10 76 m up to but not including 90 m 8m
(International Civil Aviation Organization, 2004. Annex 14 – Aerodrome Category for Rescue and
Fire Fighting, table 9-1. Montreal)
99
2.2.6 Karakteristik Pesawat Udara
2.2.6.1 Karakteristik Pesawat Terbang:
Jenis pesawat terbang sangat beragam, tapi dapat digolongkan
menurut tipe populasi dan medium penimbul dorongan yaitu; Mesin Piston,
Mesin Turbo Propeler, Mesin Turbo Jet, dan Mesin Turbo Fan. Ada
beberapa hal atau karakteristik pesawat yang perlu diperhatikan dalam
merancang sebuah bandara.
100
Airbus 380 adalah pesawat dengan bentang sayap 79,8 meter dan
panjang badan pesawat 73 meter serta kapasitas maksimal 840 penumpang.
101
Gambar 2.38 Ukuran Pesawat ATR 72
(https://www.rcgroups.com/forums/attachment.php?attachmentid=3927730).
Diakses tanggal 23 Maret 2019
Tabel II.10 Kode Huruf Berhubungan dengan Bentangan Sayap dan Jarak Roda Terluar
Code Letter WINGSPAN Outer Main Gear Wheel Span
A < 15m <4.5m
B 15m - < 24m 4.5m - < 6m
C 24m - < 36m 6m - < 9m
D 36m - < 52m 9m - < 14m
E 52m - < 65m 9m - < 14m
F 65m - < 80m 14m - < 16m
(International Civil Aviation Organization, 2004. Annex 14 – Aerodrome Reference Code Element
2, Table 1-1, Montreal)
102
Bentang sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi ukuran
Apron, ukuran Hanggar, susunan gedung-gedung terminal, lebar landasan
pacu, lebar landasan hubung, jarak landasan pacu dengan landasan hubung,
dan jari-jari maneuver pesawat udara dari taxiway saat akan lepas landas.
103
2.2.8 Layout Pesawat Udara
Pesawat udara saat parkir di sebuah Apron, akan banyak dilakukan
pengecekan dan kegiatan untuk menunjang keselamatan penerbangan serta
naik-turunnya penumpang.
104
sehingga memungkinkan pesawat untuk bergerak dengan kekuatan sendiri.
Keuntungan dari konfigurasi ini adalah kebutuhan daerah di pintu-
hubung paling kecil, menimbulkan tingkat kebisingan yang lebih rendah
karena pesawat meninggalkan pintu-hubung tidak dengan kekuatan mesin
sendiri. Kekurangannya adalah harus disediakannya alat pendorong pesawat
dan pintu belakang pesawat tidak dapat digunakan secara efektif oleh
penumpang.
105
2.2.9.3 Tipe Parkir Hidung keluar bersudut (Angel Nose-Out):
Dalam konfigurasi Angeled Nose-Out tersebut pesawat diparkir
dengan hidung menjauhi bangunan terminal. Keuntungan dari konfigurasi
ini sama dengan konfigurasi Angeled Nose-In. Demikian juga dengan
kekurangannya ditambah dengan semburan jet dan kebisingan yang
diarahkan ke bangunan terminal.
106
2.2.10 Fasilitas Kebutuhan Ruang Bandar Udara
Terminal penumpang merupakan penghubung utama yang
mempunyai hubungan (Interface) antara lapangan udara (Airfield) dengan
bagian bandar udara yang mencakup fasilitas-fasilitas pelayanan
penumpang, penanganan barang-barang bawaan (Baggage Handling),
penanganan barang-barang kiriman (Cargo Handling), serta kegiatan
administrasi dan pengoperasian pemeliharaan bandar udara.
Terminal penumpang bandar udara juga merupakan sebuah
bangunan di bandar udara, dimana penumpang berpindah dari transportasi
darat. Secara umum ada lima macam pengelompokan kegiatan sehubungan
dengan fungsi terminal, yaitu;
a) Pelayanan yang berhubungan langsung dengan penumpang seperti
Information System, Parking Area, perpindahan intermoda
transportasi, dan lain-lain.
b) Pelayanan penumpang sehubungan dengan perusahaan penerbangan
seperti Ticketing, Check-in, Baggage check, dan lain-lain.
c) Kegiatan pemerintahan seperti Passport control, Karantina, dan
lain-lain.
d) Fungsi-fungsi kewenangan airport yang tidak ada hubungannya
dengan penumpang seperti utilitas, Suppliers, Air Traffic Control
(ATC), dan pusat Meteorologi.
e) Fungsi-fungsi maskapai penerbangan seperti Fuel Supplies,
Engineering, Ramp service, dan lain-lain.
107
Terminal Barang (Cargo):
Merupakan bangunan terminal yang digunakan untuk
kegiatan bongkar muat barang (Cargo). Luasannya
dipengaruhi oleh berat dan volume kargo waktu sibuk yang
dilayani oleh bandar udara tersebut. Fasilitas ini meliputi
gudang, kantor administrasi, parkir pesawat, gedung
operasional, jalan masuk dan tempat parkir kendaraan
umum. Fasilitas– fasilitas tersebut diatas merupakan fasilitas
standar yang dalam penyediaan dan pengoperasiannya
disesuaikan dengan klasifikasi kemampuan bandar udara
bersangkutan.
Terminal Langsung:
Terminal yang menghubungkan jalur penumpang asal dari
pesawat berbadan besar dengan penumpang dari pesawat
berbadan kecil.
108
2.2.10.2 Fasilitas Terminal Bandar Udara;
Fasilitas Bangunan terminal penumpang merupakan bangunan yang
disediakan untuk melayani seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
penumpang dari mulai keberangkatan (Departure) hingga kedatangan
(Arrival). Di dalam terminal penumpang terbagi menjadi dua bagian yang
meliputi;
a) Fasilitas Keberangkatan (Departure):
Check in counter:
Fasilitas pengurusan tiket pesawat terkait dengan
keberangkatan. Jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah
penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara
tersebut.
Check in area:
Area yang dibutuhkan untuk menampung proses Check-in
counter. Luasannya dipengaruhi oleh jumlah penupang
waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut.
109
Fasilitas Hall keberangkatan:
Dimana Hall ini menampung semua kegiatan yang
berhubungan dengan keberangkatan calon penumpang dan
dilengkapi dengan kerb (Curbs) keberangkatan, ruang
tunggu penumpang, tempat duduk dan fasilitas umum.
110
Tabel II.12 Jarak Bebas Antar Pesawat di Apron
111
2.2.11 Tinjauan Umum terminal Bandar Udara
Tabel II.13 Kategori Terminal dari Penumpang pada Waktu Sibuk dan Jumlah Penumpang
Transfer
Penumpang Waktu Sibuk (Orang) Jumlah Penumpang Transfer (Orang)
> 50 (terminal kecil) 10
101-500 ( terminal sedang) 11-20
Penumpang Waktu Sibuk (Orang) Jumlah Penumpang Transfer (Orang)
501-1500 (terminal menengah) 21-100
501-1500 (terminal besar) 101-300
Catatan: Penumpang waktu sibuk > 1500 memperhitungkan persyaratan yang lebih
khusus.
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
112
Tabel II.14 Standar Panjang dan Lebar Kerbs
Penumpang Waktu Sibuk (PWS) Lebar Kerb minimal Panjang (m)
< 100 orang 5m Sepanjang Bangunan
>100 orang 10m Terminal
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
Hall Keberangkatan:
Hall Keberangkatan harus cukup luas untuk menampung
penumpang datang pada waktu sibuk sebelum mereka masuk
menuju ke check-in area.
113
Security Gate (Ruang Pemeriksaan dan Keamanan):
Jumlah security gate disesuaikan dengan banyaknya pintu
masuk menuju area steril di dalam terminal penumpang
bandara. Jenis yang digunakan dapat berupa Walk through
Metal detector, Hand held metal detector serta Baggage x-
ray machine. Minimal tersedia masing-masing satu unit dan
minimal 3 orang petugas untuk pengoperasian satu gate
dengan ketiga item tersebut.
114
Ruang Tunggu Keberangkatan (Departure Lounge):
Ruang Tunggu Keberangkatan harus cukup untuk
menampung penumpang waktu sibuk selama menunggu
waktu check-in, dan selama penumpang menunggu saat
boarding setelah check in. Pada ruang tunggu dapat
disediakan fasilitas komersial bagi penumpang untuk
berbelanja selama waktu menunggu.
Check-In Area:
Check-in area harus cukup untuk menampung penumpang
waktu sibuk selama mengantri untuk check-in.
115
Besar 166-495
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
Check-In Counter:
Meja check-in counter harus dirancang dengan untuk dapat
menampung segala peralatan yang dibutuhkan untuk check-
in (komputer, printer, dan lain-lain) dan memungkinkan
gerakan petugas yang efisien.
116
Tabel II.25 Jumlah Meja Periksa Custom Imigration Quarantine
Besar Terminal Jumlah Meja Pemeriksa
Kecil 1
Sedang 1-2
Menengah 2-6
Besar 6-17
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
Rambu (Sign):
a) Rambu harus dipasang yang mudah dilihat oleh
penumpang.
b) Papan informasi/rambu harus mempunyai jarak
pandang yang memadai untuk diiihat dari jarak yang
cukup jauh.
c) Bentuk huruf dan warna rambu yang digunakan juga
harus memudahkan pembacaan dan penglihatan.
d) Warna untuk rambu harus sejenis dan seragam.
- Hijau untuk informasi penunjuk arah jalan: arah ke
terminal keberangkatan, terminal kedatangan.
- Biru untuk penanda tempat pada indoor: toilet,
telepon umum, restauran.
- Kuning untuk penanda tempat outdoor: papan nama
terminal keberangkatan.
e) Penggunaan simbol dan rambu menggunakan
simbol- simbol yang umum dipakai dan mudah untuk
dipahami.
117
Tempat Duduk (Lounge Seat):
Kebutuhan jumlah tempat duduk diperkirakan sebesar 1/3
jumlah penumpang pada waktu sibuk.
118
Besar 66-198
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
119
Pengkondisian Udara (Air Conditioner atau AC):
Penggunaan AC pada area terminal penumpang bandara
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis AC untuk
kenyamanan pengguna dan penumpang di dalam area
terminal bandara.
120
Gudang:
Untuk gudang Kantor dan operasional bandar udara (bukan
gudang kargo). Sebagai tempat penyimpanan peralatan
perawatan dan perbaikan gedung atau yang berkaitan dengan
operasional gedung di dalam lingkungan bandar udara. Luas
Tabel II.35 Konstanta Jenis Pesawat Udara dan Jumlah Seat (Kursi)
Seat (jumlah
Jenis Pesawat Panjang Conveyor Belt Jenis Conveyor
No. kursi N
Udara Minimum (m) Belt
pesawat)
1. F27-30 52 8 3 Gravity Roller
60 12 4 Linier
2. F28-600 65 12 4 Linier
121
85 14 5
3. DC9-32 115 12 4
Linier
127 20 7
4. B737-200 86 14 5
Linier
125 20 7
5. DC10-40 295 40 14
Circle
310 48 16
6. B747-300 408 55 19
Circle
561 60 20
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
122
Hall Kedatangan:
Hall kedatangan harus cukup luas untuk menampung
penumpang serta penjemput penumpang pada waktu sibuk.
Area ini dapat pula mempunyai fasilitas komersial. Luas area
hall keberangkatan dihitung berdasarkan jumlah penumpang
transfer, jumlah penumpang datang pada waktu sibuk,
jumlah pengunjung per penumpang (2orang).
Rambu (Sign):
Rambu / graphic sign pada terminal kedatangan pada intinya
sama dengan pada terminal keberangkatan, yang
123
membedakan hanya isi informasinya (mengenai
kedatangan).
124
Gudang:
Untuk gudang kantor dan operasional bandar udara (bukan
gudang kargo). Sebagai tempat penyimpanan peralatan
perawatan dan perbaikan gedung atau yang berkaitan dengan
operasional gedung di dalam lingkungan bandar udara. Luas
125
Jalur GSE (Ground Support Equipment) tidak
15
tersedia
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
126
Tabel II.44 Luas Kantor Administrasi Kargo
Volume Kargo Rencana Luas Kantor Administrasi
(Ton) Terminal Kargo (m2)
1.000 225
2.000 273
5.000 331
10.000 334
50.000 1.237
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
127
Area Parkir Kendaraan:
Area Parkir kendaraan diusahakan harus sedekat mungkin
terminal bandara atau kawasan yang dilayani dan daya
tampung kendaraan dihitung dari jumlah penumpang pada
waktu sibuk.
a) Konsep Linear:
Terdiri dari ruang tunggu bersama dan derah pelayanan tiket dengan
pintu keluar menuju apron parkir pesawat. Pesawat diparkir di
sepanjang halaman muka gedung terminal. Tipe ini adalah yang
paling banyak digunakan karena penumpang tidak perlu berjalan
128
terlalu jauh menuju pesawat. Pesawat diparkir di sepanjang halaman
muka gedung terminal.
129
Gambar 2.51 Konfigurasi Terminal dengan Konsep Dermaga (Pier)
(Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga)
130
Kelebihan dari konsep Satelit adalah:
Kemampuanya menyesuaikan terhadap ruang tunggu
keberangkatan bersama.
Kemudahan manuver pesawat di sekitar terminal dengan
konsep satelit.
Kekurangan dari konsep Satelit adalah:
Biaya konstruktif relatif tinggi karena harus disediakan
tempat terbuka yang menghubungkan terminal dengan gate
yang menggunakan konsep satelit.
Kesulitan memperluas gate yang menggunakan konsep
satelit.
Gambar 2.53 Konfigurasi Terminal dengan Konsep Transpoter atau Apron Terbuka
(Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga)
131
terminal.
132
Gambar 2.55 Konfigurasi Terminal dengan Konsep Pendistribusian Berdampingan dalam
Dua Tingkat
(Robert Horonjeff, Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara jilid 2)
133
Metode pengangkutan penumpang ke pesawat tersebut tergantung
pada sistem pemrosesan yang digunakan, tipe parkir pesawat dan denah
sistem parkir pesawat.
134
Gambar 2.60 Detail Sistem Boarding dengan mengunakan Garbarata atau Airbridge
(Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Jakarta: Erlangga)
135
2.2.14 Elemen Penunjang Operasional Bandar Udara
Penunjang operasional bandara merupakan fasilitas yang harus ada
pada bandara tersebut dan memiliki beberapa elemen, yaitu;
b) Garbarata (Airbridge):
Mulai digunakan untuk bandar udara dengan jumlah penumpang
sibuk 500 orang keatas dan pesawat udara yang dilayani adalah
pesawat udara berbadan lebar. Jumlah garbarata yang digunakan
disesuaikan dengan lalu lintas pesawat udara pada jam sibuk. Jumlah
minimal untuk tiap pesawat udara yang membutuhkan garbarata
untuk loading/unloading penumpang adalah satu buah.
136
Closed Circuit Television (CCTV).
137
penempatan kolom yang seminimal mungkin pada tengah ruangan.
Dilengkapi bak air dengan volume sesuai yang disyaratkan.
Tabel II.50 Klasifikasi kelompok bandara dengan fasilitas PKP-PK yang tersedia
Kebutuhan
Luas Bangunan
Besar Terminal Fasilitas PKP-PK 2 Volume Bak Air
Minimal (m )
Minimal (m3)
1 35 10
Kecil
(Penumpang 2 35 10
Waktu Sibuk ≤ 50
3 35 10
orang)
Sedang 4 55 10
(Penumpang 5 55 20
Waktu Sibuk 51-
100 orang) 6 90 30
7 110 50
Menengah
(Penumpang 8 152 60
Waktu Sibuk 101-
500 orang)
9 185 80
Besar
(Penumpang 10 240 100
Waktu Sibuk 501-
1.500 orang)
(Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2005. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
No.Skep/77/VI/2005. Jakarta)
138
Tujuan pelayanan lalu lintas udarayang diberikan oleh ATC
berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170;
Mencegah tabrakan antar pesawat.
Mencegah tabrakan antar pesawat di area pergerakan
rintangan di area tersebut.
Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk
keselamatan dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara.
Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas
udara.
Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam
pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan
pertolongan sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.
139
Ruang untuk peralatan pemadam kebakaran termasuk
bak air.
Bengkel.
Shelter pembongkaran dan pengisian bahan bakar ke tangki
mobil pengangkut.
b) Dengan menggunakan system hydrant/pipa, fasilitas yang harus
disediakan:
Tangki penyimpanan tangki pengisian baru.
Pengendapan, tangki pengisian ke pesawat udara.
Stasiun pompa untuk menerima dan pendistribusian bahan
bakar.
Peralatan pemadam kebakaran.
Ruang kerja / Kantor.
Garasi dan gudang peralatan suku cadang.
140
idealisme yang bertujuan menemukan tautan antara paham Modernisme
yang berkembang dengan konteks daerah setempat, sebagai akibat dari
krisis identitas yang terjadi, satu diantaranya adalah Regionalisme.
Paham tersebut berkembang pada masa Modernisme yang berpihak
pada ciri kedaerahan, yang berkaitan dengan iklim, budaya setempat, serta
teknologi yang digabungkan antara Modern dengan lokal. Menurut Curtis
(1985), Regionalisme menumbuhkan sebuah harapan bahwa wujud
Arsitektur yang dihasilkan dapat memiliki sifat abadi, serta melebur
menjadi satu antara yang lama dengan kekinian, sebagai bagian dari
universal, namun tetap mengutamakan aspek citra daerah setempat.
141
regionalisme selalu melihat ke belakang, tetapi tidak sekedar menggunakan
karakteristik regional untuk mendekor tampak bangunan.
Menurut Budiharjo (1997), regionalisme harus dilihat bukan sebagai
suatu ragam atau gaya melainkan sebagai cara berfikir tentang arsitektur,
tidaklah menjalur tunggal tetapi menjalar dalam berbagai jalur.
1. Conservation Vernacularism:
Conservative Vernacularism merupakan arsitektur vernacular
regionalism yang menggunakan wujud arsitektur tradisional
secara utuh dengan tetap melakukan adat-istiadat yang memang
harus dilakukan. Arsitektur yang sudah tidak dipedulikan oleh
masyarakat seperti teknologi tradisional, material lokal, dan
lingkungan alam sekitar. Inti dari vernakular konservatif adalah
membawa arsitektur tradisional, dan tradisi dalam membangun
untuk menghindari dari kepunahan. Contoh dari arsitektur
conservative vernacularism di Indonesia adalah bangunan-
bangunan tradisional khas daerah di daratan pulau Flores dan
Propinsi Nusa Tenggara Timur.
142
Gambar 2.62 Rumah Adat Mbaru Niang Suku Wae Rebo Manggarai-Pulau Flores
(https://arsitektur12ruangdalam50muliana.wordpress.com/2015/05/08/mbaru-niang-rumah-
tradisional-suku-wae-rebo-pulau-flores/). Diakses tanggal 23 Maret 2019
Gambar 2.64 Rumah Adat Musa Laki Suku Lio Ende-Pulau Flores
(https://budaya-indonesia.org/RUMAH-MUSALAKI-RUMAH-ADAT-DARI-NUSA-TENGGARA-
TIMUR-NTT). Diakses tanggal 23 Maret 2019
143
Gambar 2.65 Rumah Adat Lepo Gete Suku Sikka (Kiri) dan Raja Sikka (Kanan) Maumere-
Pulau Flores
(http://blog.davestpay.com/berita/tours/726/yuk-intip-rumahrumah-adat-maumere.html). Diakses
tanggal 23 Maret 2019
144
Gambar 2.68 Rumah Adat Lopo Suku Timor-Timor Tengah Selatan
(https://www.kompasiana.com/prof_yusufhenuk/54f376117455137e2b6c77c1/rumah-adat-pulau-
timor-lopo-di-tts-bukan-sekadar-gubuk). Diakses tanggal 23 Maret 2019
2. Interpretative Vernacularism:
Interpretative vernacularism juga bisa disebut dengan neo
vernacular. Pendekatan ini muncul untuk membawa arsitektur
vernakular pada era baru dan fungsi yang kontemporer.
Aplikasinya terdapat pada pariwisata dan budaya, dimana
teknologi yang tidak ada hubungannya dengan budaya daerah
dimanfaatkan untuk membawa kenyamanan modern,
kemudahan konstruksi dan infrastruktur dan utilitas modern.
145
Gambar 2.69 Sea World Club Beach Resort Maumere sebagai contoh Interpretative
Regionalism
(http://www.flores-seaworldclub.com/). Diakses tanggal 23 Maret 2019
b) Modern Regionalism:
Regionalisme lahir dari sebuah gerakan yang menolak dengan
internasionalism dan modernism. Hal ini karena modernisme sangat
berkaitan dengan kualtias material bangunan, struktur yang mahal,
dan fungsi dari bentuk yang menegakkan bangunan. Banyak arsitek
yang ingin mengadopsi pendekatan regional sehingga untuk
mencapai regionalisme, modernisme menawarkan teknik untuk
mengatasi permasalahan dan menawarkan cara dan syarat keindahan
untuk digunakan.
146
Gambar 2.70 Bangunan baru Kantor Bupati Kabupaten Sikka
(https://www.cendananews.com/2018/10/pembangunan-kantor-bupati-sikka-dilanjutkan.html).
Diakses tanggal 23 Maret 2019
147
spiritual maupun perlambangan yang sesuai, maka bangunan
akan lebih bisa diterima di dalam bentuk yang baru dengan
memperlihatkan nilai-nilai yang melekat pada bentuk aslinya.
Hal-hal yang penting adalah mempertahankan kenyamanan pada
bangunan baru yang ditunjang dengan kualitas bangunan lama.
Prinsip desain Concrete Regionalism
Fungsi, struktur, material dan utilitas dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Ekspresi bangunan terlihat modern.
Terapat elemen-elemen dari bangunan yang
mengadaptasi dari wujud arsitektur tradisional setempat
dan mengalami transformasi menjadi wujud yang baru.
Merespon kondisi iklim dan geografis setempat.
c) Critical Regionalism:
Critical Regionalism adalah sebuah pendekatan arsitektur yang
melawan kurangnya makna dalam arsitektur modern dengan
148
menggunakan kekuatan kontekstual dalam memberi makna dan
kesan sebuah tempat. Critical regionalism tetap berakar dari
arsitektur modern namun lebih menyesuaikan dengan konteks
geografi dan budaya setempat. Salah satu contoh critical regionalism
adalah Church of Light karya arsitek Jepang, Tadao Ando yang
mendaptasi nilai-nilai dari agama Zen di Jepang yang mengajarkan
tentang kesederhanaan dan kekosongan.
149
Gambar 2.73 Taksonomi Arsitektur Regionalisme (Budihardjo, 1997)
(http://visualheritageblog.blogspot.com/2011/04/masalah-regionalisme-dalam-desain.html).
Diakses tanggal 23 Maret 2019
150
2.5 Studi Kasus Preseden Bandar Udara
2.5.1 Preseden Bandar Udara Internasional dan Domestik di Indonesia
NO. ASPEK BANGUNAN I BANGUNAN II
1. ARSITEKTURAL
WUJUD
151
mengandalkan warna dari material finishing cat untuk pewarnaan
sekaligus sebagai pembeda jenis utilitas disesuaikan dengan fungsi
struktur dan utilitas dalam utilitas masing-masing.
mempermudah memahami
kegunaanya secara efektif.
TEKSTUR
152
mengakses setiap ruang yang ada di
bandara.
POLA RUANG
LUAR
153
2.5.2 Preseden Bangunan Bandara Internasional dan Domestik di Luar
Negeri
2.5.2.1 Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand:
154
sekitar 25 km sebelah timut Bangkok. Nama Suvarnabhumi dipilih sendiri
oleh Raja Bhumibol Adulyajed, merujuk pada kerajaan emas yang diduga
berada di Asia Tenggara. Bandara ini didesain oleh Helmut Jahn dari
Murphy/Jahn Architects.
155
Bandara ini memiliki Gaya arsitektur modern, dengan mayoritas
warna metalik dan dan ekspos pada struktur kerangka dan penyangga.
Bandara ini juga banyak menggunakan kaca untuk menunjukan Gaya
arsitekturnya. Untuk mengimbangi modernitasnya, bandara ini
menambahkan instalasi seni yang bergaya khas budaya Thailand berupa
bentuk Paviliun dan patung para Dewa, serta Diorama Asura dalam adegan
Samudramantana.
Gambar 2.78 Patung Para Dewa dan Diorama Asura dalam Adegan Samudramantan pada
area Interior Bandara Suvarnabhumi
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Suvarnabhumi). Diakses tanggal 23 Maret 2019
156
2.5.3 Preseden Bangunan dengan Penerapan Konsep Arsitektur
Regionalisme
2.5.3.1 Masjid Raya Agung, Sumatera Barat:
Gambar 2.81 Bentuk Respon terhadap iklim pada desain Masjid Raya Agung,
Sumatera Barat
(Google Image.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
157
Arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur Minangkabau
dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, jika dilihat dari atas, masjid ini
memiliki 4 sudut lancip yang mirip dengan desain atap rumah gadang,
hingga ukiran minang dan kaligrafi pada dinding bagian eksterior masjid.
Selain untuk beribadah, Masjid Raya Sumatera Barat yang memiliki
kapasitas 20.000 jamaah ini juga di rancang sebagai shelter lokasi evakuasi
korban tsunami yang ada di lantai 2 dan 3. Unsur daerah selain bentuk yang
di adopsi dari bentuk rumah tradisional Minangkabau adalah motif kain
khas minangkabau yang di aplikasikan pada fasad atau tampilan bangunan.
158
Casablancka Residence merupakan sebuah rumah di daerah
Tabanan, Bali yang dirancang oleh Budi Pradono Architects.
a) Site:
Berada di daerah persawahan dipinggir sungai Kelating, Tabanan,
Bali.
b) Program Ruang:
Penerapan Konsep Arsitektur Regionalisme pad rumah ini,
mengadaptasi dari konsep arsitektur Bali. Program ruang
mengusung konsep Tri Mandala, yaitu konsep spasial yang
menggambarkan tiga bagian alam, dari Nista Mandala (dunia luar
dan bawah), Madya Mandala (dunia tengah menengah), dan Utama
Mandala (wilayah suci paling dalam dan paling penting). Sisi
Tengah merupakan ruang akasaka atau ruang kosong atau Zen yang
dijadikan tempat bermain atau berkumpul. Selain konsep Tri
Mandala, bangunan ini juga menggunakan konsep Sangan Mandala,
yaitu konsep spasial mengenai arah yang membagi area menjadi
Sembilan bagian sesuai dengan delapan arah utama dan pusat atau
titik puncak. Konsep ini terdiri dari beberapa paviliun yang terpisah
dan penempatannya selalu diatur ke arah tengah.
Gambar 2.84 Konsep Program Ruang pada bangunan Casablancka Residence, Bali
(Archdaily.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
159
c) Struktur Konstruksi:
Konsep bangunan menggunakan transformasi bangunan tradisional
Bali yang diberi Nama Taring. Taring merupakan bangunan
sementara yang terbuat dari bambu yang biasanya dibuat untuk
acara khusus seperti pernikahan, kremasi dan lain-lain. Hal yang
paling penting dalam konsep ini adalah pemisahan antara lantai,
dinding dan struktur atap yang saling berdiri sendiri. Hal tersebut
ditransformasikan dengan penggunaan material yang berbeda pada
setiap elemen seperti keramik pada lantai, bata pada dinding, dan
bambu pada atap dan setiap elemen juga dapat berdiri sendiri.
160
Gambar 2.86 Penggunaan Material yang bersifat Natural
(Google Image.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
161
Ananta Legian Hotel merupakan bangunan hotel yang berada di
daerah Legian, Bali. Hotel ini di rancang oleh PT. Airmas Asri pada tahun
2012. Hotel ini menggunakan konsep arsitektur dan budaya Bali. Ananta
Legian Hotel berada di belakang pantai Legian dan dikelilingi oleh
bangunan pemukiman dan bangunan Hostelery. Hal ini membuat posisi
bangunan hotel mendapatkan view yang kurang maksimal.
a) Bantuk Bangunan:
Pada area Lobby bangunan hotel ini terinspirasi dari candi Bentar
yang disebut Kori Agung, yang difungsikan sebagai gerbang. Pada
tangga besar yang menghubungkan Area Lobby dengan lantai
bawah, mengekspresikan suasana seremonial dalam upacara di Bali
untuk menyambut Imam Besar. Ukiran-ukiran pada dinding area
Lobby bangunan hotel, diambil dari hiasan bunga pada mahkota
penari Legong yang di lukis oleh pelukis Bali yang memiliki makna
dan di tuangkan dalam ukiran GRC dinding. Ukiran-ukiran pada
dinding dengan material GRC ini, berfungsi sebagai Secondary Skin
yang dapat mereduksi panas matahari.
Gambar 2.88 Analogi Transformasi Candi Bentar yang diterapkan pada Area Lobby
bangunan Hotel
(Archdaily.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
162
Gambar 2.89 Motif yang diterapkan pada Secondary Skin Area Lobby bangunan Hotel
(Archdaily.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
Gambar 2.90 penghijauan berupa vegetasi dan unsur air yang ada di tengah bangunan hotel
(Archdaily.com). Diakses tanggal 23 Maret 2019
163
Respon klimatik pada bangunan ini menggunakan Secondary Skin
pada tiap bangunan yakni ukiran Lukisan Bali pada area Lobby dan
ruang komunal di bagian Roof Top dan elemen kayu yang disusun
secara horizontal pada fasad bangunan. Selain itu pada setiap kamar
juga terdapat bukaan jendela untuk merespon cahaya dan udara yang
masuk (penghawaan alami). Penggunaan unsur air dan vegetasi di
area tengah tapak bangunan, juga dapat mengurangi atau mereduksi
suhu panas matahari dan meminimalkan penggunaan AC (Air
Conditioner).
2.5.4 Kesimpulan
Arsitektur Regionalisme merupakan gerakan arsitektur yang
melawan kekosongan identitas dan makna pada arsitektur modern, sehingga
mengadaptasi nilai-nilai atau wujud arsitektur setempat. Terdapat beberapa
jenis penerapan pada arsitektur regionalism menurut pendapat para ahli.
Namun peneliti memilih Arsitektur Regionalisme Modern yang
akan diterapkan pada Re-Desain Bandar Udara Frans Seda, Kabupaten
Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur yang akan dirancang. Alasan
dipilihnya Arsitektur Regionalisme Modern, secara prinsip perancangan
sebuah Bandara sebagai salah satu alat transportasi dan pintu gerbang ke
suatu wilayah, ada korelasi dan dapat diwadahi dengan arsitektur
regionalism modern.
Selain itu, Arsitektur Regionalisme Modern dapat membawa wujud
dari Arsitektur Tradisional daerah setempat, sehingga dapat
mengekspresikan identitas daerah yang membawa nilai edukasi kreatif dari
ciri khas tampilan bangunan kepada masyarakat pada umumnya.
Re-Desain bangunan bandara Frans Seda yang direncanakan,
menggunakan Arsitektur Lokal kedaerahan yang ada di wilayah pulau
Flores dan wilayah yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, serta
menggunakan Arsitektur Modern, untuk di adaptasi sebagai ekspresi
indentitas daerah melalui bentuk bangunan bandara sebagai pintu gerbang
164
yang ditujukan kepada masyarakat yang datang mengunjungi daerah
tersebut.
Prinsip Desain Arsitektur Regionalisme Modern, yang akan
diterapkan pada bangunan Bandara ini adalah;
Menggunakan Struktur dan Utilitas dengan teknologi
modern serta dapat merespon iklim dan kondisi tapak site
dengan baik.
Mengadaptasi Arsitektur Daerah setempat dan Nusantara
baik konkrit maupun abstrak dengan menerapkan unsur
material daerah dan prinsip-prinsip social dan budayanya ke
dalam gubahan Massa, tapak site, zona ruang dan fasad
bangunan bandara.
Mengadaptasi budaya transportasi di Indonesia menjadi
wujud elemen arsitektur pada bangunan bandara.
165
BAB III
METODE PERANCANGAN
166
dan mempromosikan pariwisata yang ada di daerah kabupaten sikka,
daratan flores, beserta wilayah daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Permasalahan umum yang muncul adalah bagaimana menyediakan
infrastruktur, sarana dan prasarana transportasi yang mampu mewadahi
Rencana Pembangunan Daerah dan mendukung perkembangan pariwisata
sebagai ekspresi identitas dari daerah, sehingga persyaratan infrastruktur
dapat terpenuhi.
Tahap awal di mulai dari kenaikan kelas atau tipe bandara menjadi
bandara kelas II, kemudian perluasan bandara Frans Seda, Maumere dan
pelebaran landasan pacu dari 2.250 meter menjadi 2.500 meter, Bandara
Frans Seda, Maumere mendapatkan penghargaan khusus Pariwisata Tahun
2016, di Unit Penyelengara Bandara Kelas II se Indonesia dan menjadi
Bandara dengan Unit Penyelengara Bandar Udara (UPBU) Kelas II urutan
ke-7 terbaik Indonesia dari 20 UPBU.
Selain itu bandar udara Frans Seda, Maumere juga sedang
melakukan evaluasi dan pembenahan struktur pekerjaan khususnya di
bagian Personil Aviation Security, dan Pelebaran Runway Strip sekitar 400
meter, maka pada tahun 2022 bandara Frans Seda, Maumere dapat melayani
Pesawat Boeing 737-800, sehingga bisa langsung Direct ke Jakarta.
Bandara Frans Seda, Maumere merupakan Bandara tersibuk kedua yang ada
di wilayah pulau Flores dan menjadi bandara alternative untuk bandara
Internasional El-Tari Kupang yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur.
167
Tahapan pencarian ide dalam perancangan Bandar Udara Frans Seda
berawal dari beberapa permasalahan yang ada. Permasalahan yang terjadi
akan memunculkan sebuah ide perancangan pada objek, yaitu Penambahan
Fasilitas Terminal Penumpang dan Fasilitas Pendukung lainnya, serta
pelebaran landasan pacu (Runway).
168
a) Studi Literatur:
Dari Jurnal Penelitian terkait dengan objek penelitian, surat kabar,
atau media internet yang mendeskripsikan masalah seputar objek
perancangan.
d) Wawancara:
Proses Interaksi langsung dengan berbagai pihak terkait dengan
objek perancangan Bandara.
e) Pengalaman:
Studi kasus terkait dengan objek perancangan yang di dapat dari
orang lain atau pengalaman pribadi.
169
Hasil dari survey ini memperoleh data primer berupa; Luasan dan
batasan site, Kondisi kawasan sekitar site, Vegetasi pada site, Sarana dan
Prasarana sekitar site, serta Infrastruktur berupa jalan dan drainase di dalam
dan sekitar site.
Gambar 3.1 Interior Ruang Dalam Bangunan Bandar Udara Frans Seda Maumere
(Analisis Pribadi survey lokasi. Maret 2019)
Gambar 3.2 Eksterior Ruang Luar Bangunan Bandara Frans Seda Maumere
(Analisis Pribadi survey lokasi. Maret 2019)
Gambar 3.3 Kondisi Tapak di sekitar Bangunan Bandara Frans Seda Maumere
(Analisis Pribadi survey lokasi. Maret 2019)
170
Gambar 3.4 Proses Wawancara Peneliti bersama Petugas Bandara Frans Seda Maumere
(Analisis Pribadi survey lokasi. Maret 2019)
171
Dalam analisis perancangan harus melalui tahapan identifikasi aktivitas
yang terjadi pada objek perancangan.
172
3.2.2 Analisis Fungsi
Analisis ini bertujuan untuk menentukan fungsi ruang yang akan
digunakan pada bangunan sesuai dengan kebutuhan yang ada pada objek
perancangan. Pengelompokan fungsi ruang untuk menata pola ruang dan
kebutuhan ruang serta menata kondisi bangunan, sesuai dengan jenis
kegiatan pada re-desain Bandar Udara Frans Seda di Kabupaten Sikka,
Flores, Nusa Tenggara Timur.
173
PENUMPANG PETUGAS BANDARA
174
Kebutuhan Organisasi Besaran
Ruang Ruang Ruang
Aktivitas
Pelaku Kegiatan Sirkulasi
175
3.2.6.3 Analisis Aksesibilitas:
Merupakan akses atau ketercapaian terhadap suatu objek, pelayanan
ataupun lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada
bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya. Akses menuju
objek perancangan selalu ramai dari jalan utama. Analisis aksesibilitas
sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan dalam mengatasi
permasalahan yang ada di tapak dengan beberapa pemikiran alternatif dan
mengangkat unsur tema yang dipilih.
176
digunakan sebagai dasat untuk menentukan fungsi dengan peletakan daerah
yang akan dibangun.
177
3.2.6.13 Analisis Struktur:
Analisis struktur digunakan untuk menganalisis penggunaan
material pada obyek rancangan dan pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitar.
3.3 Sintesis
Merupakan pengolahan dari hasil analisis site dan program ruang,
kemudian menghubungkan antara hasil analisis site dan program ruang,
sehingga menjadi respon desain dalam proses perancangan yang akan di
terapkan. Hasil Sintesis meliputi;
a) Konsep Ruang Luar
Konsep Tata Landscape.
Konsep Sirkulasi.
Konsep Tatanan Massa (Volumetric Studies).
Konsep Layout Bangunan.
b) Konsep Ruang Dalam
Konsep Organisasi Ruang.
Konsep Sirkulasi Ruang Dalam.
Konsep Layout Ruang Dalam Bangunan.
178
c) Konsep Bentuk Fasad Bangunan.
Konsep Material tata ruang dalam (Interior) dan tata
ruang luar (Eksterior).
Konsep Warna dan Texture tata ruang dalam (Interior)
dan tata ruang luar (Eksterior).
Konsep Pembentuk Elemen Interior dan Eksterior.
d) Konsep Teknologi Bangunan
Konsep pemilihan Material.
Konsep Struktur Bangunan.
Konsep Utilitas Bangunan.
SINTESIS
179
Dari beberapa Faktor yang mempengaruhi proses perancangan
Bandara, Penulis juga membuat strategi desain untuk metode perancangan
yang akan diterapkan.Proses Strategi desain antara lain Mengenal Identitas
melalui 5 Panca Indra, Local Wisdom, Passive Cooling, dan Modular
Sistem.
180
3.4.2 Re-Design
Dalam proses Re-Design perlu memperhatikan dan menganalisa
lebih kritis terhadap objek perancangan yang akan di desain ulang.
181
3.6 Alur Pola Pikir
182
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
183
Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli
pribumi yakni Mongoloid Selatan atau Austronesia dan Melanesia, dimana
bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami
Indonesia bagian barat. Secara spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku
bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7 % dari seluruh penduduk
Indonesia.
Semboyan nasional Indonesia, “Bhineka tunggal ika” (Berbeda-
beda namun tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang
membentuk satu kesatuan. Selain memiliki populasi penduduk yang padat
dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alamyang mendukung
tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki
warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh
kebudayaan India, Arab, Tiongkok, Eropa, dan termasuk kebudayaan
sendiri yaitu Melayu. Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman
budaya, sejarah, dan geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya.
Dampak dari bangsa asing datang ke Indonesia membawa
perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik
bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat
adalah dari India. Tetapi, Tiongkok, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh
Arsitektur Eropa menjadi cukup dominan. Ciri khas dari arsitektur
Indonesia Kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat atau istana-
istana kerajaan dari tiap propinsi di Indonesia.
184
Transportasi udara baru berkembang ada zaman industrialisasi
dimana tercatat dalam sejarah Orville and Wilbur Wright pada tanggal 17
Desember 1903, berhasil membuat penerbangan pertama, perkembangan
transportasi udara kemudian berkembang pesat, dan sekarang ini digunakan
untuk transportasi jarak menengah dan panjang. Keunggulan utama
transportasi udara adalah kecepatannya, sehingga waktu bertransportasi
menjadi lebih pendek.
Sejarah penerbangan di Indonesia dimulai dengan diangkutnya
Pesawat terbang jenis Antoinette ke Surabaya menggunakan kapal laut.
Tanggal 18 Maret 1911 Gijs Kuller (orang Belanda) mendemonstrasikan
pesawat tersebut terbang di Pasar Turi Surabaya, menjadi penerbangan
pesawat bermotor pertama di Indonesia. Demonstrasinya dilanjutkan ke
Semarang, Yogya, dan Medan, lalu kemudian ke Batavia (Jakarta) dan Solo.
185
Jan Hilgers (Orang Belanda keturunan Indonesia)
mendemonstrasikan pesawat Foker Skin terbang di Surabaya, kemudian
P.A Koezminski (Orang Rusia) juga mendemonstrasikan pesawat Bleriot
Xia terbang di Batavia. Keduanya melanjutkan demonstrasi di Semarang.
Beberapa penerbangannya tidak mulus dan tidak cocok dengan iklim tropis
Indonesia.
Melihat adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun
militer di Indonesia, maka pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat
jenis Foker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan
penerbangan dari Bandara Schippol Amsterdam ke Batavia (sekarang
Jakarta). Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan
waktu selama 55 hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di
Batavia dan berhasil mendarat di Cililitan yang sekarang dikenal dengan
Bandar Udara Halim Perdana Kusuma.
Mulai dari demonstrasi penerbangan sampai dengan penggunaan
perbangan sebagai alat transportasi untuk perdagangan dan transportasi
angkutan penumpang, Pesawat udara dikenal sampai saat ini dan menjadi
salah satu alat transportasi yang di butuhkan di Indonesia. Saat ini
perkembangan transportasi penerbangan udara di Indonesia semakin besar,
namun masih ada kendala yang harus kita perhatikan dan menemukan solusi
bersama dalam mengatasinya.
Perkembangan sarana prasarana dan infrastruktur di Indonesia
perlahan dibenahi demi menunjang perekonomian pariwisata dan
pengenalan identitas daerah yang ada di setiap kepulauan di Indonesia.
Permasalahan yang ada sekarang adalah pencapaian transportasi ke
sebagian wilayah di Indonesia masih kurang terjangkau baik lewat
transportasi darat laut maupun udara.
Dengan adanya perkembangan ini, setiap titik transportasi sebagai
pintu gerbang di setiap wilayah di Indonesia harus menerapkan ekspresi
identitas daerahnya untuk memperkenalkan kepada para pendatang,
pengunjung, atau wisatawan tentang budaya daerah, juga mampu menjawab
186
masalah transportasi ke daerah-daerah yang belum terjangkau secara
maksimal.
187
Secara Makro lokasi site berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara
Timur, yang terdiri dari beberapa pulau dengan etnis suku dan budaya
beserta pariwisata yang beragam. Propinsi ini terdiri beberapa pulau antara
lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Adonara,
Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Solor, Pulau Komodo, dan
Pulau Palue. Propinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau
utama di Nusa Tenggara Timur adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau
Timor Barat.
188
Pulau Flores berbatasan dengan; Bagian Utara ada Laut Flores dan
Propinsi Sulawesi Tenggara, Bagian Barat ada Pulau Komodo dan Propinsi
Nusa Tenggara Barat, Bagian Timur Pulau Adonara, Pulau Solor, dan Pulau
Alor, serta Bagian Selatan ada Laut Sawu, Pulau Sumba, Pulau Rote dan
Pulau Timor.
189
Kabupaten Flores Timur, bagian utara ada Laut Flores, dan bagian selatan
ada Laut Sawu.
190
Bandar Udara Frans Seda masuk dalam kategori Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP) kawasan strategis jaringan transportasi Kabupaten.
191
Gambar 4.9 Jarak Radius Bandar Udara Frans Seda, Maumere dengan Satuan Wilayah
Administratif Kota Kabupaten Sikka
(Analisis Pribadi berdasarkan Google Image.com. Di akses tanggal 11Mei 2019)
192
F. Kawasan Wisata Rohani Patung Bunda Maria, Nilo.
G. Kawan Perbukitan dan Kawasan Permukiman Perkotaan.
H. Kawasan Hutan Pantai Mangrove, Maumere.
Gambar 4.11 Letak Lokasi Site dengan Satuan Wilayah pengembangan Kawasan
Kabupaten Sikka
(Analisis Pribadi berdasarkan Google Image.com. Di akses tanggal 11Mei 2019)
193
4.1.3.3 Lokasi Site secara Mikro:
194
Gambar 4.13 Rencana Induk Pengembangan Bandara Frans Seda, Maumere
(Analisis Pribadi berdasarkan Data dari Kantor UPBU Bandara Frans Seda, Maumere.2019)
Gambar 4.14 Rute Layanan Maskapai Penerbangan Dari dan Ke Bandar Udara
Frans Seda, Maumere
(Analisis Pribadi berdasarkan Google Image.com. Di akses tanggal 11Mei 2019)
195
Nagekeo-Bandar Udara Frans Sales Lega-Bandar Udara Komodo
Labuan Bajo-Bandar Udara Internasional Lombok-Bandar Udara
Ngurah Rai Bali (Rute pulang pergi atau transit).
C. Bandara Udara Frans Seda Maumere-Bandar Udara Umbu Mehang
Kunda Sumba (Rute pulang pergi atau transit).
D. Bandara Udara Frans Seda Maumere-Bandar Udara Internasional El
Tari Kupang (Rute pulang pergi atau transit).
E. Bandara Udara Frans Seda Maumere-Bandar Udara Gewaya Tana
Larantuka (Rute pulang pergi atau transit).
196
Ruang Terbuka Hijau (RTH) = 25-30%.
Luas lahan pengembangan bandar udara Frans Seda adalah
(115,550 Ha / 100%) x 30% = 34.665 Ha.
Garis Sempadan Bangunan (GSB) = 8 meter (dari as jalan) .
Garis Sempadan Pagar = 6 meter (dari as jalan).
Potensi Site:
Membuat ruang terbuka hijau, pedestrian, dan halte pemberhentian
kendaraan umum pada area sempadan bangunan.
Vegetasi sebagai barier untuk menahan kebisingan dari pesawat
terbang.
KLB yang tersedia disana sudah mencukupi kebutuhan kegiatan
yang di perlukan kebandaraudaraan.
Solusi:
Agar area sempadan termanfaatkan dengan baik maka dijadikan
sebagai pedestrian dan halte pemberhentian angkutan umum.
197
4.1.4.2 Analisis Aksesibilitas:
Potensi Site:
Akses sirkulasi pada jalan di luar site merupakan jalan primer yang
memiliki lebar yang cukup dan lumayan tertata dengan baik,
sehingga untuk akses di luar site tidak perlu terlalu di perhatikan,
karena tinggal mengikuti pola sirkulasi yang telah ada dan di
sediakan oleh dinas perhubungan.
Akses dan transportasi menuju lokasi mudah untuk di jangkau
walaupun tidak memiliki kendaraan pribadi.
198
Desain jalan di sekitar area site tidak di rancang dengan
mengutamakan pejalan kaki sehingga pejalan kaki tidak nyaman
berjalan di pedestian.
Solusi:
Memberikan jalan melingkar di jalan depan site sehingga dapat
menghindari kemacetan pada jalan dimaksut dan juga menghindari
terjadinya tabrakan antar sirkulasi kendaraan.
Membagi jalan menjadi tiga bagian. Dua jalur adalah untuk sirkulasi
kendaraan, dan satu jalur lainnya digunakan untuk pemberhentian
sementara untuk menurunkan penumpang yang akan turun dan
menuju ke area lokasi site. Disamping jalan dapat ditempatkan
sebuah pemberhentian dan tempat tunggu bus, angkot atau taxi dan
kendaraan lainnya.
199
bangunan dan bukaan untuk mengurangi beban pendinginan suatu
bangunan.
Potensi:
Sinar matahari yang masuk ke dalam lokasi site secara langsung berjumlah
besar sehingga bisa di gunakan untuk pencahayaan alami pada siang hari,
namun untuk memasukan cahaya agar bangunun mendapat cahaya alami
dengan durasi lama pada bagian bukaan atau jendela harus di buat alternatif
untuk menanggulangi kelebihan sinar matahari.
Masalah:
Minimnya vegetasi di lokasi site sehingga matahari menyinari
langsung ke lokasi site.
Tingkat panas yang di barikan cahaya matahari dari pagi hingga
siang berjumlah besar.
Pada siang hari matahari tepat bearada di atas kepala memberikan
cahaya dan panas merata ke seluruh bagian site. Namun panas
200
memantul kembali dan dapat menyebabkan kerusakan pada
atmosfer.
Penyinaran langsung terhadap site menyebabkan diperlukannya
penambahan vegetasi untuk mencadangkan oksigen.
Matahari yang timbul dari sebelah timur dan tenggelam di bagian
barat pada jam tertentu akan menimbukan silau yang membuat
penguna tidak merasanyaman.
Paparan sinar matahari langsung tidak baik untuk kesehatan.
Solusi:
Bangunan di hadapkan ke arah barat, di karenakan bangunan di
hindarkan secara langsung dari matahari. Sedangkan pada bagian
timur akan di berikan shading otomatis, sehingga tidak memasukan
cahaya matahari secara langsung.
Shading digunakan agar cahaya matahari tidak masuk langsung
keruangan yang membuat pandangan menjadi silau dan ruangan
menjadi panas. Shading ini bekerja secara otomatis menyesuaikan
intensitas cahaya.
Kaca anti panas dan silau digunakan sebagai peredam panas dan
silau matahari sehingga panas dan cahaya yang masuk tidak
menyebabkan ruangan menjadi panas dan silau.
Penggunaan Batu Alam Pada Lantai
Lantai atau dinding batu alam digunakan agar dapat menjaga suhu
ruangan tetap nyaman.
201
4.1.4.4 Analisis Angin dan Curah Hujan:
202
Potensi:
Selama musim penghujan selama 6 bulan, air hujan yang ada jika
dikelola dengan baik, dapat di manfaatkan untuk membantu
memenuhi kebutuhan air bangunan seperti penyiram tanaman dan
fungsi lain yang tidak terlalu membutuhkan kualitas air yang benar-
benar bersih.
Angin yang ada dapat di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
dengan memanfaatkan penghawaan alami.
Masalah:
Musim penghujan selama 6 bulan mengakibatkan genangan-
genangan yang cukup banyak di dalam area site karena debit air
hujan yang lumayan besar.
Angin yang bertiup membawa debu-debu dari area sekitar site
masuk ke dalam site.
Dengan semakin tingginya bangunan, akan lebih besar pula tekanan
angin terhadap bangunan yang akan di buat.
Tekanan angin yang kuat berpotensi merusak bangunan.
Respon:
Penghawaan Alami
Angin bergerak dari tenggara ke arah barat laut dan sebaliknya.
Bukaan bangunan disesuaikan dengan arah datangnya angin
sehingga penyebaran udara/angin yang masuk ke dalam bangunan
terbagi secara merata.
Dengan 4R Water System, paling kurang 6 bulan musim penghujan
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bangunan.
Pengolahan air buangan berupa air bekas cuci kendaraan & air kotor
dari lavatory juga dapat di saring untuk dipakai kembali untuk
kebutuhan dengan penggunaan air yang tidak memerlukan air
kualitas bersih, seperti penyiraman tanaman.
203
Selain itu dapat diterapkan desain taman dengan system zero water
waste. Yaitu pembentukan kemiringan tanah menuju satu titik
terendah.
Potensi:
• Bangunan dapat menciptakan view yang menarik di dalam
bangunan di karenakan site yang cukup luas.
• Bangunan dapat memanfaatkan perda untuk meninggikan bangunan
sehingga mendapatkan obyek view dari dalam ke luar bangunan.
• Bangunan dapat memanfaatkan konsep high-tech untuk
menciptakan view dari luar ke dalam bangunan.
204
Masalah:
• Bangunan terminal terlalu jauh dari batas terluar site terutama
kearah view jalan sekitar. Selain itu view kearah jalan juga akan
tertutup oleh pengembangan bangunan-bangunan pendukung
bandar udara.
• View sekitar site tidak ada yang menarik untuk di jadikan obyek
pemandangan.
Respon:
Taman penyerap polusi dibagi 2 yakni dalam dan luar ruangan.
Selain itu, Taman ini juga berperan penting dalam penciptaan view.
Merubah view negatif menjadi positif. Di buat pada area tengah
bangunan sebagai pencipta view baru yang bersifat positif.
205
Gambar 4.21 Respon Bukaan agar menciptakan View dari dalam Bangunan
(. Di akses tanggal 11 Mei 2019)
206
4.1.4.6 Analisis Infrastruktur:
Potensi:
Infastruktur pada area site sudah lumayan berkembang, jaringan
listrik, jaringan komunikasi, pedestrian dan juga akses jalan raya
sudah dengan mudah dapat di akses atau digunakan.
Masalah:
Tidak semua area mendapatkan jaringan listrik dengan baik.
Terdapat beberapa lampu jalan yang rusak.
Tiang jaringan komunikasi terlalu jauh dari bangunan.
Jalan raya yang ada tidak terlalu optimal atau masih mengalami
kerusakan seperti memiliki lubang-lubang dan genangan air.
Tidak adanya pedestrian ke arah jalan raya.
Respon:
Penambahan titik lampu di setiap jalan masuk bandara, dibuat
dengan mode zig-zag sehingga tidak terlalu memakan banyak
biaya, namun dapat menerangkan jalan dengan baik.
207
Penambahan pedestrian pada area jalan raya, agar memudahkan
pengunjung yang tidak memakai kendaraan pribadi.
Berbelanja Retail-Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Musholla
208
Bublle Diagram Aktifitas Keberangkatan Internasional
Berbelanja Retail-Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
209
Bublle Diagram Aktifitas Keberangkatan Domestik
Turun Pesawat -
Berbelanja Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
210
Bublle Diagram Aktifitas Kedatangan Internasional
Turun Pesawat -
Berbelanja Retail-Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
211
Bublle Diagram Aktifitas Kedatangan Domestik
Turun Pesawat -
Berbelanja Retail-Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
212
4.2.1.6 Transit Penumpang Domestik:
Turun Pesawat -
Berbelanja Retail-Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
4.2.1.7 Pengantar:
213
Istirahat Public Hall/ Lobby/Taman
Berbelanja Retail-retail
BAB/BAK Toilet
Sholat Mushalla
4.2.1.8 Penjemput:
214
Berbelanja Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
215
Menyimpan Barang Gudang
Berbelanja Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
216
Berbelanja Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
Berbelanja Retail
217
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
Berbelanja Retail
Bab/Bak Toilet
Sholat Mushalla
218
Keluar Pintu Keluar
219
Tabel 4.15 Asumsi Pembagian Jumlah Karyawan
Karyawan Administrasi Karyawan Operasional Karyawan Teknik
= 25% x 375 = 93 orang = 50% x 375 = 187 orang = 25% x 375 = 93 orang
a) Kelompok Pengelola:
Yang termasuk kelompok pengelola adalah transportasi untuk karyawan
administrasi, operasional, dan teknik.
Mobil:
25% x 375 orang = 93 orang. Diasumsi mobil pengelola biasanya
hanya mengangkut 2 orang. Jadi 93/2 = 46 Unit.
Motor:
60% x 375 orang = 225 orang. Diasumsikan motor pengelola untuk
satu orang. Jadi 225/1 =225 Unit
Bus:
5% x 375 orang = 56 orang. Diasumsikan sebuah bus dapat
mengangkut 30 orang. Jadi 56/30 = 2 Unit.
220
Tabel 4.16 Analisis Besaran Parkir Untuk Pengelola
Jenis Present Kapasitas Jumlah Luasan Sirkulasi Luasan
kendaraan ase angkut unit parkir (m) (%) (m2)
Total 2.164
b) Kelompok Pengunjung
Yang termasuk pengunjung adalah alat transportasi untuk pengantar,
penumpang, dan penjemput.
Mobil:
40% x 3.003 orang = 1.201 orang. Diasumsikan sebuah mobil
mengankut empat orang. Jadi 1.201/4 = 300 unit
Taxi:
30% x 3.003 orang = 900 orang. Diasumsikan sebuah taxi
mengankut empat orang. Jadi 900/4 = 225 unit
Motor:
25% x 3.003 orang 750 orang. Diasumsikan sebuah motor untuk satu
orang. Jadi 750/1 = 750 unit
Bus:
5% x 3.003 orang = 150 orang. Diasumsikan sebuah bus untuk tiga
puluh orang. Jadi 150/30 = 5 unit
221
Bus 5% 30 5 12m x 3m 100 360
Total 16.486
Total 891 m2
222
4.2.2.6 Taman:
Total 3.61
Area keberangkatan dan - Diasumsikan ruang mampu - 60% dari 3.003 = 1.801
area kedatangan menampung 60% TPHP. orang x 1 = 1.801 m2
- Jumlah penumpang pada waktu - 40% dari 3.003 = 1.201
sibuk = 3.003 penumpang orang x 0,75 = 900 m2
- Diasumsikan pengantar/penjemput - 1.801 m2 + 900 m2 = 2.701
adalah 40% TPHP m2
- Dari standar N-AD luasan 1satu - Jadi luas ruangan adalah
orang dan barang bawaan 1 m2 2.701 m2
- Standar dimensi satu orang 0,75m2
Sirkulasi 30 % + 30% dari 2.701
Total 3.511
223
4.2.2.8 Check-In Area:
Total 3.511 m2
Area keberangkatan - Asumsi luasan ruang minimal - 60% dari 3.003 = 1.801
mampu menampung 60% TPHP. orang x 1m2 = 1.801 m2
- Jumlah penumpang pada waktu
sibuk = 3.003 penumpang
- Dari standar N-AD luasan 1satu
orang dan barang bawaan 1 m2
Area kedatangan - Asumsi luasan ruang minimal - 30 % dari 3.003 = 900
mampu menampung 30% TPHP. orang x 1 m2 = 900 m2
- Jumlah penumpang pada waktu
sibuk = 3.003 penumpang
224
- Dari standar N-AD luasan 1satu
orang dan barang bawaan 1 m2
Sirkulasi 40% + 40% dari 2.701
Total 3.511 m2
Total 3.511 m2
Pintu keberangkatan - Dari standar N-AD luasan 1satu - 237 orang @ pintu = 237
domestik orang dan barang bawaan 1 m2 m2
- Terdapat 10 buah pintu - 237 m2 x 10 = 2.370 m2
keberangkatan pesawat biasa dan 1
pesawat 747-400
Pintu keberangkatan - Dari standar N-AD luasan 1satu - 237 Orang @ pintu = 237
internasional orang dan barang bawaan 1 m2 m2
- Terdapat 2 buah pintu - 237 m2 x 2 = 474 m2
keberangkatan pesawat biasa dan 1 - 2.370 m2 + 474 m2 = 2.844
pesawat 747-400 m2
Sirkulasi 30% + 30% dari 2.844 m2
Total 3.511
225
4.2.2.12 Ruang Transit:
Total
Total 2.223m2
226
4.2.2.14 Area Operator Maskapai:
Total 1.267 m2
227
4.2.2.15 Area Inspeksi Pemerintah:
Total 1.326 m2
228
4.2.2.16 Konsesi:
Ruang konsesi - Diasumsikan luas ruang konsesi - 17% dari 53.654 = 9.121
17% luas keseluruhan gedung m2
Total 9.121 m2
Ruang pengelola - Satandar SNI untuk ruang kerja - 20% dari 375 = 75 orang
bandara adalah 5m2/orang - 75 orang x 5m2 = 375 m2
- Diasumsikan dari jumlah
keseluruhan pengelola, 20% yang
menggunakan ruangan
- Jumlah pengelola 375 orang
Sirkulasi 30% + 30% dari 375
Total 487
Total 39 m2
229
4.2.2.19 Akomodasi Dan Hotel:
Akomodasi dan hotel - Diasumsikan jumlah penguna hotel - 2% dari 3.003 = 60 orang x
bandara 2 % dari jumlah 7,5 m2 = 450 m2
penumpang TPHP
- Jumlah penumpang pada waktu
sibuk = 3.003 penumpang
Diasumsikan besar ruang tidur 2,5
m x 3 m = 7,5 m2
Sirkulasi 30% + 30% dari 450 m2
Total 585
230
- Disumsikan ada dua box telpon
umum.
- Disumsikan1 tempat perletakan
telepon dimasing-masing area
umum ruang steril dan non steril.
Gudang - Luas gudang barang diasumsikan 8 - 8 m x 8 m = 64m2 x 2 = 128
m x 8m. m2
- Terdapat 1 gudang dimasing-
masing area keberangkatan dan
kedatangan
Dapur/pantry - Diasumsikan dapur/pantry 10 m x - 10 m x 10 m = 100 m2
10 m.
Sirkulasi 30% +30% dari 426 m2
Total 554 m2
a) Toilet:
Total 780
b) Mushola:
231
- Jumlah penumpang pada waktu -
sibuk = 3.003 penumpang
Disumsikan 2 % dari TPHP secara
berkala.
- Terdapat 3 buah musholla di dalam
terminal penumpang Yaitu area non
steril, area steril sebelum masuk
ruang tunggu keberangkatan dan
ruang tunggu keberangkatan.
Sirkulasi 30% + 30% dari 101 m2
Total 131
Total 156
d) Utillitas:
232
- Luas keseluruhan bangunan
terminal adalah62.775 m2
Ruang Panel - Diasumsikan 1 ruang panel4 m x 4 - 62.775 m2/5000 m2 = 13
m = 16 m2 ruang x 12 m2 = 208 m2
- Diasumsikan 1 ruangan panel untuk
5.000 m2
- Luas keseluruhan bangunan
terminal adalah62.775 m2
Sirkulasi 30% + 30% dari 793m2
Total 1.30 m2
4 Taman 3.061 m2
6 Check-in 1.530 m2
7 Hall 3.781 m2
14 Konsesi 9.121 m2
233
15 Ruang Pengelola Bandara 487 m2
19 Toilet 780 m2
10 Mushola 131 m2
22 Utilitas 130 m2
234
dalam hal titik hubung, dimana titik hubung ini bersifat kaku pada rangka
dan tidak kaku pada struktur post and beam. Pada struktur post and beam,
struktur akan memikul beban beban vertikal dan selanjutnya beban
diteruskan ke tanah.
Pada struktur jenis ini, balok terletak bebas di atas kolom. Sehingga
pada saat beban menyebabkan momen pada balok, ujung-ujung balok
berotasi di ujung atas kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung balok
dan ujung atas kolom berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk
menahan rotasi ujung balok. Ini berarti tidak ada momen yang dapat
diteruskan ke kolom, sehingga kolom memikul gaya aksial, Apabila suatu
struktur rangka kaku mengalami beban vertikal seperti di atas, beban
tersebut juga dipikul oleh balok, diteruskan ke kolom dan akhirnya diterima
oleh tanah. Beban itu menyebabkan balok cenderung berotasi.
Tetapi pada struktur rangka kaku akan terjadi rotasi bebas pada
ujung yang mencegah rotasi bebas balok. Hal ini dikarenakan ujung atas
kolom dan balok berhubungan secara kaku. Hal penting yang terjadi adalah
balok tersebut lebih bersifat mendekati balok berujung jepit, bukan terletak
secara sederhana.
235
4.3.2 Komponen Struktur
Bagian-bagian yang dapat membentuk suatu struktur yang dimana masing-
masing memiliki kekuatan maksimumnya.
4.3.2.1 Pondasi:
Merupakan jenis kontruksi yang menjadi dasar dan pondasi ini
berfungsi sebagai penopang bangunan yang ada di atasnya dan ini bertujuan
untuk diteruskan secara bertahap dan merata ke lapisan tanah. Namun
terdapat juga pengertian pondasi yang lain yang mengatakan bahwa pondasi
adalah kontruksi yang telah diperhitungkan sebaik mungkin sehingga hal ini
dapat menjamin keseimbangan dan kestabilan bangunan terhadap berat
yang akan dibebankan pada pondasi tersebut.
236
2. Pondasi Batu Kali:
Pondasi batu kali merupakan jenis pondasi yang digunakan untuk jenis-
jenis bangunan yang sederhana, biasanya jenis pondasi ini digunakan
untuk jenis bangunan yang berlantai satu, dimana tanah tersebut
merupakan jenis kondisi yang keras yang terletak sangat dekat ditambah
lagi tanah tersebut susah digali karena kondisinya berbatuan.
3. Pondasi Telapak:
Pondasi telapak merupakan pondasi yang sering digunakan untuk
bangunan-bangunan yang bertingkat. Jenis pondasi telapak ini yang
digunakan pada jenis-jenis bangunan yang sederhana misalnya jenis
bangunan yang satu lantai. Karena jenis pondasi satu lantai bisa
menggunakan jenis pondasi seperti batu kali atau batu bata.
237
Gambar 4.27 Pondasi Telapak
(http://kavlingmurahpontianak.com/pengertian-pondasi-dan-jenis-jenis.
Diakses tanggal 11 Mei 2019)
4. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuruan ini merupakan salah satu dari jenis pondasi yang
seriing digunakan untuk jenis bangunan yang bertingkat. Jenis ini
memliki kedalaman dibawah tanah lebih dari 2 meter. Pondasi sumuran
ini dibuat dengan tehnik menggali tanah yang berbentuk bulat sampai
ke kedalaman tanah yang keras, kemudian diisii dengan semen beton.
238
5. Sloof
Sloof adalah jenis konstruksi beton bertulang yang biasanya dibuat pada
bangunan rumah atau gedung, posisi sloof terdapat pada lantai satu atau
lantai dasar. Inilah sebabnya kita jarang melihat bentuk sloof saat
bangunan sudah berdiri tegak. Walau bentuknya tidak terlihat tetapi
fungsinya sangat dibutuhkan dalam suatu bangunan.Sloof juga
berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
berdiri pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan
pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau
pecah.
6. Kolom:
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996);
Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan
pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan
239
pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada
tempatnya.
Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan
yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok
memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari
tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk
menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga
mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur
sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan
yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil
atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.
7. Balok:
Sistem rangka yang digunakan adalah sistem rangka baja. Rangka baja
dipilih karena mudah dalam pemasangannya, mampu memberi bentang
yang lebih lebar, lebih presisi dalam ukuran dan fleksibilitas bentuknya.
240
Gambar 4.32 Balok
(www. http://histeel.co.id. Di akses tanggal 11 Mei 2019)
241
Gambar 4.34 Skema Up Feed System
(Analisis Pribadi. Mei 2019)
242
Gambar 4.35 Skema Down Feed System
(Analisis Pribadi. Mei 2019)
c) Drainase:
Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim yaitu musim
hujan dan panas. Kedua musim ini memiliki waktu yang hampir
seimbang yaitu 6,4 bulan hujan dan 4,8 bulan Panas. Yang menjadi
permasalahannya adalah pada saat musim hujan yang berpotensi
terjadinya banjir. Oleh sebab itu perlu adanya sistem drainase yang
mampu mengalirkan atau meresapkan air dengan baik. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Alternatif 1;
243
Alternatif 2;
d) Kelistrikan:
Untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan untuk keperluan bandar udara
maka mengunakan beberapa sumber tenaga listrik yaitu:
a) Panel Surya;
Area site merupakan daerah beriklim tropis yang berarti
memiliki panas matahari yang dapat dimanfaatkan menjadi
energi listrik. Sehingga dipilihlah panel surya sebagai sumber
alternatif untuk pasokan listrik pada bandar udara. Pemilihan
panel surya juga untuk menggurangi penggunaan listrik yang
berbahan dasar minyak bumi.
244
b) Sistem Genset Dan PLN;
Penggunaan genset dan PLN sebagai sumber listrik utama
apabila tenaga listrik dari panel surya kurang atau bermasalah.
e) Penghawaan:
Sebuah gedung terminal penumpang bandar udara yang memiliki
ukuran besar tentu harus memiliki sistem penghawaan yang baik agar
kondisi termal di bangunan tetap membuat para pengguna merasa
nyaman. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka menggunakan dua
alternatif yaitu:
1. Penghawaan Alami;
Dalam upaya penghematan litrik dan didukung oleh kawasan
yang berada ditepian pantai sehingga memungkinkan untuk
menciptakan penghawaan alami dengan cara membuat bukaan-
bukaan agar udara bisa masuk ke dalam ruang. Penghawaan
alami akan lebih berperan pada ruang publik sebelum masuk ke
area keberangkatan dan kedatangan karna berdekatan dengan
taman.
245
c) Alternatif 1
d) Alternatif 2
2. Penghawaan Buatan:
Penghawaan buatan akan berperan pada area keberangkatan dan
kedatangan karena kulit bangunan pada area ini akan
menggunakan material solit yang membuat ruangan menjadi
kurang nyaman (panas).
246
Gambar 4.43 Skematik Sistem Penghawaan Ac Central
(Analisis Pribadi. Mei 2019)
Keterangan
Pipa Udara Dingin
Pipa Udara Panas
Chiller
Cooling Cooling Tower
Chiller Tower
AHU
Out Udara Panas
f) Pencahayaan:
Untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada bandar udara baik siang
maupun malam hari maka dapat mengunakan dua sumber pencahayaan
yaitu:
1. Pencahayaan Alami;
Dalam upaya penghematan pengunaan listrik maka pada siang
hari sumber pencahayan akan lebih memaksimalkan cahaya
matahari.
247
Menggunakan material kaca atau fiber pada atap
untuk memasukkan sinar matahari
Cahaya
Matahari
Menggunakan
Terminal Penumpang
material kaca Menggunakan
pada fasad untuk material kaca pada
memasukkan fasad untuk
sinar matahari memasukkan sinar
matahari
e) Alternatif 1
248
f) Alternatif 2
2. Pencahayaan Buatan;
Sumber pencahayaan buatan akan lebih berperan pada malam
hari sebagai sumber utama untuk segala kegiatan di bandar
udara.
249
g) Alternatif 1
h) Alternatif 2
g) Keamanan Bangunan:
Sebuh bangunan besar seperti bandar udara sangat memerlukan sistem
keamanan yang baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti pencurian, kebajaran, dan bencana alam. Berikut beberapa solusi
dari permasalan-permasakahan tersebut.
1. Penanggulangan Kebakaran:
Fire Alarm;
250
Gambar 4.51 Sistem Hydrant
(http://hbsautomation.com/.Di akses tanggal 11 Mei 2019)
Hydrant;
Sprintkler;
251
Tangga Darurat;
252
BAB V
KESIMPULAN
253
5.2 Isu Strategis Site
5.2.1 Latar Belakang Isu
Berawal dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Sikka (RPJM Daerah, Tahun 2022-2030), Pengembangan
fasilitas sarana dan prasaran transportasi udara UPBU Bandara Frans Seda
Maumere, juga menjadi salah satu fokus penting. Hal ini menjadi point
untuk mendukung perkembangan Ekonomi dan Pariwisata Daerah
Kabupaten Sikka. Bandara Frans Seda Maumere sampai sekarang menjadi
pintu gerbang utama dan menjadi salah satu bandara tersibuk untuk wilayah
pulau Flores.
Bandar Udara Frans Seda Maumere yang saat ini sebagai bandar
udara alternatif untuk Bandar Udara Internasional El Tari Kupang, tentunya
tidak menutup kemungkinan kedepannya dalam jangka waktu menengah
maupun panjang akan dihadapkan dengan peluang yang menantang kinerja
pelayanannya, yaitu dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat
sebagai akibat dari peningkatan aktivitas dengan tata guna lahan yang
bervariasi.
Pihak UPBU Bandara sudah melakukan pengembangan sarana dan
prasarana baik dari peningkatan pengamanan (Aviation Security),
pengembangan fasilitas sisi udara (Air Side) dan fasilitas sisi darat (Land
Side), seperti pelebaran Landasan Pacu (Runway) dan pengembangan luas
Apron untuk mendukung kebutuhan parkir pesawat, pengembangan fasilitas
Bandara (Terminal Penumpang, Terminal Kargo, Perumahan dan Kantor
pelayanan Bandara, dan lain-lain), serta fasilitas pendukung (Hotel dan
fasilitas Komersial).
Dari proyeksi lalu lintas pesawat, penumpang dan barang sampai
dengan tahun 2030, sangat besar sehingga perlu adanya pengembangan atau
Re-Design ulang Bandara Frans Seda Maumere dengan melakukan tahapan
pengembangan yang merata dan berkelanjutan untuk mendukung akses
transportasi, Ekonomi dan Pariwisata Daerah, serta menjadi pintu gerbang
utama untuk mengekspresikan identitas dari setiap wilayah yang ada di
pulau Flores.
254
5.2.2 Latar Belakang Pemilihan Konsep Arsitektur Regionalisme
Pemilihan konsep Arsitektur Regionalisme dalam mere-desain
Bandara Frans Seda Maumere, karena jenis dan unsur Arsitektur
Regionalisme yang ada di wilayah pulau Flores sangat beragam. Hal ini
menjadi point dalam memperkenalkan dan mengekspresikan identitas
daerah yang ada di wilayah pulau Flores kepada pengunjung, lewat sarana
dan prasarana pelayanan dari bandara Frans Seda Maumere sebagai pintu
gerbang transportasi.
Pemilihan Konsep Arsitektur Regionalisme juga diharapkan mampu
mengikuti perkembangan arsitektur modern tanpa menghilangkan unsur-
unsur arsitektur tradisional Flores dari penggunaan arsitektural, material
dan struktural.
255
Gambar 5.2 Skematik bagan solusi penyelesaian desain
(Analisis Pribadi. Mei 2019)
a) Permasalahan Umum:
Mere-desain Bandara yang mampu menampung kegiatan pengguna.
Program Ruang;
Agar Bandar udara mampu menampung segala kegiatan
penggunanya maka dilakukan penganalisaan aktifitas pengguna,
kebutuhan ruang, besaran Ruang dan persyaratan ruang.
b) Permasalahan Khusus:
Bandar udara yang mampu memudahkan aktivitas Penggunanya.
Teknologi dan Struktur;
Teknologi dan struktur yang akan dijadikan sarana untuk
mempermudah aktifitas pengguna di bandar udara.
256
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka. Tentang Sikka Dalam Angka, Tahun 2018.
Pemerintahan Daerah Kabupaten Sikka
Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka. Tentang Objek dan Daya Tarik Wisata
Kabupaten Sikka, Tahun 2018. Pemerintahan Daerah Kabupaten Sikka
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sikka, BAPPEDA. Peta
Rencana Pola Ruang dan Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten
Sikka, Tahun 2018. Pemerintahan Daerah Kabupaten Sikka
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sikka, BAPPEDA. Peraturan
Daerah Kabupaten Sikka, Nomor 2 Tahun 2011. Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Tahun 2012-2023. Pemerintahan Daerah Kabupaten Sikka
Dinas Pekerjaan Umum & Perumahan Kabupaten Sikka, PUPR. Tentang
Penyempurnaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Bagian Wilayah Maumere, Tahun 2018. Pemerintahan Daerah Kabupaten
Sikka
UPBU Bandar Udara Frans Seda Kabupaten Sikka. Tentang Data Eksisting
Pengembangan Bandara Frans Seda dan Proyeksi Lalu Lintas Udara
Bandara Frans Seda, Tahun 2018. Pemerintahan Daerah Kabupaten Sikka
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013, Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional
Badan Standarisasi Nasional Tahun 2004, Tentang Terminal Penumpang Bandar
Udara
Iqbal A.A, Muhammad (2018). Re-Desain Terminal Bandar Udara Kuabang,
Kabupaten Halmahera Utara-Maluku Utara. Universitas Teknologi (UTY)
Yogyakarta
Kharisma Yunizar, Dimas (2012). Re-Desain Bandar Udara Internasional Supadio
Pontianak. Universitas Teknologi (UTY) Yogyakarta
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
257
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993, Tentang Sarana
Transportasi
Annex 14, dari International Civil Aviation Organization (ICAO)
D.K Ching, Francis. (1979). Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta
Mangunwijaya, JB. (1992). Wastu Citra. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara Nomor SKEP/77/VI/2005, Tentang
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara
Horonjeff, Robert. Planing & Design of Airport
Paul, Norman & Wright, Ashford. (1976). Airport Engineering
Basuki, Heru. Ir. (1986). Merancang Merencana Lapangan Terbang
Neufert, Ernest. (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33, Erlangga, Jakarta
Budiharjo, (1997). Taksonomi Arsitektur Regionalisme
258
Lanjutttttt:
Warna : 234,241,243-252,255-256
259