Anda di halaman 1dari 72

Basic Life Support (BLS)

Pasien dengan kedaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja


dan dapat dialami oleh siapa saja. Dapat berupa serangan penyakit
mendadak, kecelakaan, atau bencana alam. Time saving is life saving
merupakan dasar dari tindakan pada menit-menit pertama yang dapat
menentukan hidup atau mati penderita. Basic Life Support merupakan
berbagai tindakan yang dilakukan untuk mencegah proses menuju
kematian. Dalam Basic Life Support penolong harus dapat melakukan
Cardio Pulmonary Resucitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru Otak
(RJPO) bila diperlukan.

Sirkulasi yang terhenti 3-5 menit dapat menyebabkan kerusakan


otak permanen. Keadaan tersebut disebut keadaan gawat darurat, yaitu
keadaan yang apabila tidak mendapat pertolongan cepat, korban dapat
meninggal atau cacat baik sementara maupun permanen. BLS yang
dilakukan dengan cara yang benar menghasilkan cardiac output 30% dari
cardiac output normal. Hal itu berarti total volume darah yang dipompa
oleh ventrikel per menit adalah 30% dari normalnya 4,8-6,4 L/menit2.

Cardiac output, total volume darah yang dapat dipompa keluar jantung
oleh ventrikel kiri per menit

A. Primary Survey
Prinsip penanganan primary survey yaitu,

1. Deteksi secara cepat.


2. Koreksi segera kondisi-kondisi yang mengancam jiwa.

Berikut ini adalah langkah utama yang harus dilakukan ketika


menemukan korban. Untuk memudahkan memahaminya, prinsip ini
dikenal dengan Prinsip DRS yaitu Danger, Responsive, Send For Help.
Hal terpenting sebelum masuk ke prinsip penanganan korban kecelakaan

67
yaitu memperkenalkan diri kepada masyarakat yang berada di lokasi
kejadian agar tidak terjadi kesalahpahaman.

1. D: Danger, yaitu sebelum kita menolong korban pastikan keamanan


untuk diri kita sendiri, pasien, dan lingkungan.
2. R: Responsive, yaitu periksa kesadaran korban secepat mungkin
dengan mengecek respon (responsive) korban dan lakukan penilaian
dengan cepat. Penilaian dilakukan secara bertahap melalui AVPU, yang
meliputi :

 Alert; korban sadar (alert) dan memiliki orientasi yang baik


 Verbal; korban sadar dan memiliki orientasi yang baik setelah
diberi rangsang verbal/panggilan
 Pain; korban dapat merespon setelah diberi rangsang nyeri (pain)
 Unconscious; korban tetap tidak sadar (unconscious) setelah
dilakukan rangsang verbal maupun nyeri

3. S: Send for Help, yaitu meminta pertolongan kepada rumah sakit atau
tempat rujukan yang tepat sehingga korban dapat diberikan terapi
definitif. Jika hanya ada anda tenaga kesehatan yang terlatih, minta
bantuan orang lain untuk menelepon ambulans. Informasi yang penting
untuk diberitahukan kepada pihak rumah sakit yaitu :
 Menjelaskan keadaan korban saat ini
 Jika dibutuhkan alat-alat khusus, jelaskan apa saja alat yang
perlu dibawa (contoh: pada pasien serangan jantung, minta
membawa AED / Automatic External Defibrilator)
 Menjelaskan dimana lokasi kejadian
Apabila korban dalam keadaan sadar dan memiliki orientasi yang
baik, kita dapat melanjutkan ke secondary survey untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh pada korban. Sedangkan jika terjadi
penurunan kesadaran dan orientasi, kita tetap melanjutkan prosedur
primary survey. Hal tersebut dilakukan untuk menangani kemungkinan
keadaan kegawatdaruratan sehingga meningkatkan harapan hidup
korban.

68
4. Meraba arteri carotis selama 5-10 detik, dan secara bersamaan
memeriksa nafas dengan cara look, listen, and feel.
Look : Lihat perkembangan dada
Listen : Dengar suara nafasnya
Feel : Rasakan adanya udara pernafasan

Jika tidak didapatkan denyut nadi dan napas terhenti atau


tersengal, segera lakukan CPR sehingga menggunakan prinsip dari
AHA (American Heart Association) tahun 2015 yaitu dengan CAB
(Circulation, Airway, Breathing). Namun apabila denyut nadi masih
teraba, maka dapat menggunakan prinsip dari ATLS (Advanced
Trauma Life Support) yaitu

Gambar 1 Meraba arteri carotis Gambar. mengecek arteri carotis dan


look listen and feel secara bersamaan

ABC (Airway, Breathing, Circulation)

1. Circulation / Chest Compression

Pastikan ada tidaknya denyut jantung korban dengan meraba


arteri karotis di daerah leher korban. Penolong dapat meraba
pertengahan leher kemudian jari digeser ke sisi kiri atau kanan 1-2 cm,
raba dengan lembut selama 5-10 detik.

Jika telah dipastikan tidak teraba denyutan, berikan pijat jantung


luar atau CPR untuk membantu sirkulasi. Teknik CPR yaitu :

69
a. Posisi penolong berada sedekat mungkin dengan bahu korban. Boleh
di kiri maupun di kanan pasien. Posisi penolong berlutut dengan
badan tegap.

b. Ambil titik tengah dari sternum, lalu ambil


setengah bagian bawahnya. Daerah tersebut
merupakan daerah untuk meletakkan tangan
penolong dalam memberikan bantuan
sirkulasi.
Gambar 2 Posisi tangan
untuk CPR
c. Tumit tangan yang dominan diletakkan di
atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung.

d. Jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut


menekan.

e. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada


korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30
kali dengan kedalaman 2-2,4 inch atau 5-6 cm.

f. Kecepatan kompresi pada orang dewasa yaitu 100-120x/menit. Satu


siklus pijat jantung adalah 30 : 2 yaitu 30 kali kompresi diikuti 2 kali
napas buatan dengan setiap napas buatan diberikan lebih dari 1 detik.

g. Ketika melakukan pijatan penolong tidak boleh bertumpu di atas dada


diantara kompresi untuk mendukung rekoil penuh dinding dada
pasien. Rekoil dinding dada cenderung memberikan tekanan
intrathoraks yang dapat mendorong terjadinya pengembalian vena
menuju jantung dan aliran darah kardiopulmonari.

h. Kurangi frekuensi dan durasi gangguan dalam kompresi untuk


mengoptimalkan jumlah kompresi yang dilakukan tiap menit,
maksimal gangguan 10 detik.

70
i. CPR dapat dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong. Satu penolong
melakukan CPR sedangkan penolong lain menjaga jalan napas. Ketika
akan bertukar posisi, penolong harus menyelesaikan lima kali siklus
CPR terlebih dahulu.

Gambar 3Posisi penolong saat melakukan CPR yaitu tangan penolong tegak lurus dengan
dada korban

71
Gambar 4. Alur BLS pada korban dewasa yang tidak sadarkan diri berdasarkan AHA 2015

72
Gambar 5. Alur BLS pada korban anak-anak yang tidak sadarkan diri berdasarkan
AHA 2015

73
2. Airway (prinsip: pastikan jalan napas bebas dari benda asing)
Tindakan yang dilakukan yaitu memastikan terbukanya jalan nafas,
membersihkan jalan nafas dan membebaskan jalan nafas. Pada temuan
pasien dengan kondisi tidak sadar, langsung bersihkan sumbatan jalan
nafas. Cara untuk menilai ada tidaknya sumbatan jalan nafas dengan

a. Look : lihat pergerakan dinding dada, apakah simetris kanan-kiri

b. Listen : dengarkan suara napas (adakah napas, adakah suara napas


tambahan)
c. Feel : merasakan hembusan nafas dari hidung/mulut

Jika saat mendengarkan suara nafas pasien terdapat suara


tambahan, dapat dicurigai terdapat sumbatan pada jalan napas pasien.
Jika terdapat sumbatan maka sumbatan tersebut harus dihilangkan
dahulu. Sumbatan berupa cairan
dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi kain, sedangkan
sumbatan benda keras dapat
dikorek dengan jari telunjuk yang dibengkokkan.
Sumbatan jalan nafas pada pasien tidak sadar paling
sering disebabkan oleh pangkal lidah. Mulut dapat
dibuka dengan teknik cross finger, dimana ibu jari
diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pd mulut
korban. Selanjutnya dilakukan pembebasan jalan napas.
Sebelum membebaskan jalan nafas, pastikan korban mengalami
cidera cervical (leher) atau tidak. Hal ini penting karena apabila korban
mengalami cidera cervical kemudian kita menggerakkan lehernya maka
dapat memperparah kondisi korban bahkan menyebabkan kematian

74
mendadak. Jika curiga terdapat cedera cervical maka beri perlindungan
leher terlebih dahulu.

a. Tanpa alat: Head tilt Chin lift dan Jaw Thrust


Chin lift dilakukan dengan cara mengangkat dagu ke depan dengan
jari telunjuk dan jari tengah sambil menekan kening kebelakang dengan
telapak tangan lainnya. Cara ini dipakai pada korban tanpa cedera
cervical.
Jika korban “dicurigai” mengalami cedera cervical, maka
pembebasan jalan nafas dilakukan dengan tehnik jaw thrust, yaitu dengan
memegang tulang rahang dengan kedua tangan dan secara perlahan
dorong ke depan, gunakan keempat jari pada kedua tangan untuk
menekan. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 4 Head tilt Chin lift


Gambar 6 Jaw Thrust

b. Dengan alat
Oro pharyngeal airway, Naso pharyngeal airway
Airway definitif: Orotrakeal airway, Nasotrakeal airway, Surgical
airway (Cricothyroidectomy dan Tracheostomy)

Gambar 7 OPA (Oropharingeal Airway)

75
3. Breathing

Dilakukan identifikasi
untuk memastikan korban
bernapas atau tidak,
identifikasi dilakukan tidak
boleh lebih dari 10 detik. Jika
korban tidak bernapas,
bantuan napas dapat diberikan
melalui mouth do mouth Gambar 7 Memberi nafas buatan
(mulut-mulut) atau mouth to
nose (mulut-hidung) dengan memberikan hembusan awal sebanyak
dua kali hembusan sampai dada korban terlihat mengembang.

Pada saat melakukan hembusan baik dari mulut-mulut maupun


mulut-hidung pastikan mulut penolong dapat menutup seluruh mulut
atau hidung korban dengan baik untuk mencegah terjadinya kebocoran.

Cara memberikan nafas buatan adalah sebagai berikut:

a. Buka sedikit mulut pasien. Ambil nafas panjang dan tempelkan


rapat-rapat bibir penolong melingkari mulut pasien.

b. Tiup selama 1,5-2 detik sebanyak volume tidal. Lihat apakah dada
terangkat.

c. Tetap pertahankan airway, lepas mulut penolong dari mulut pasien.

d. Lihat apakah dada pasien turun waktu exhalasi.

4. Disability

Menilai kesadaran (status mental) korban dengan memeriksa pupil,


anggota gerak, dan tanda vital. Penilaian kesadaaran dapat
menggunakan Glassgow Coma Scale (GCS) untuk penilaian secara
lengkap, yaitu

76
Interpretasi :

Skor 14-15 : compos mentis


Skor 12-13 : apatis
Skor 11-12 : somnolent
Skor 8-10 : stupor
Skor < 5 : koma

Hal yang dilakukan pada pemeriksaan pupil, yaitu memeriksa


ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, dan kesimetrisannya. Cedera
spinal bisa diperiksa dengan mengamati gerak ekstremitas spontan dan
usaha napas spontan. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation setiap 3- 5 menit jika korban masih dalam
kondisi tidak sadar.

5. Exposure
Tahap akhir survey primer adalah eksposur korban untuk mencari
adakah cidera tubuh yang lain. Buka seluruh pakaian untuk
pemeriksaan lengkap. Pada saat yang sama mulai lakukan tindakan
pencegahan hipotermia (beri selimut, ganti dengan baju kering,
nyalakan pemanas). Setelah korban dapat bernafas secara normal
kembali, tetapi masih tidak sadar, lakukan posisi mantap.

77
Gambar 30. Posisi mantap / recovery position

B. Secondary survey
1. Anamnesis

Pada umumnya, terdapat 2 jenis anamnesis yaitu autoanamnesis dan


alloanamnesis. Autoanamnesis merupakan anamnesis langsung kepada
pasien.. Namun pada beberapa kondisi, metode autoanamnesis ini tidak dapat
menghimpun informasi yang dibutuhkan. Sehingga anamnesis dilakukan
melalui bantuan orang lain misalnya keluarga/relasi terdekat atau yang
membawa pasien tersebut ke rumah sakit. Anamnesis yang diperoleh dari
informasi orang lain disebut alloanamnesis.

Alloanamnesis dapat dikerjakan pada keadaan sebagai berikut:

a. Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran

b. Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua

c. Untuk konfirmasi autoanamnesis

d. Pasien dengan gangguan mental psikis

Anamnesis dilakukan jika kondisi korban sudah sadar dan stabil.


Anamnesis korban meliputi:
S : Symptoms atau gejala
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)

78
Tujuan dalam menanyakan riwayat penggunaan obat dalam anamnesis
yakni untuk mengetahui apakah ada alergi penggunaan obat tertentu pada
pasien sehingga dapat membantu dalam pemberian obat kepada pasien.

P : Past illness

Tujuan dalam menanyakan riwayat ini dalam anamnesis yakni untuk


mengetahui apakah ada hubungan antara penyakitnya saat ini dengan
penyakitnya dahulu. Yang perlu ditanyakan diantaranya:

a. Pernah mengalami sakit yang sama atau tidak

b. Apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, operasi, mendapat


perawatan tertentu di rumah sakit dan riwayat alergi obat atau
makanan tertentu.

c. Pemeriksaan apa saja yang pernah dilakukan pasien di rumah sakit


sebelumnya.

L : Last meal (makan minum terakhir)

E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada secondary survey meliputi pemeriksaan


tingkat kesadaran, pupil, kepala, maksilofasial, leher, toraks,
abdomen/pinggang, pelvis, medula spinalis, kolumna vertebralis,
ekstremitas. Masing-masing aspek dilakukan identifikasi trauma terlebih
dahulu, kemudian penilaian dengan pemeriksaan fisik, kemudian temuan
klinis dari pemeriksaan fisik dikonfirmasi dengan pemeriksaan lanjutan
sesuai dengan aspek.

Untuk pemeriksaan dibawah ini harus dilakukan tidak boleh lebih


dari 3 menit setelah terjadi trauma. Pemeriksaan fisik secara sistematis
dan menyeluruh meliputi :

KEPALA Perhatikan kulit kepala dan tengkorak tulang

79
wajah

Perhatikan adanya cairan bening, darah atau


THT
campurannya

Periksa refleks pupil apakah simetris kanan


MATA kiri, dan periksa juga apakah ada trauma atau
perdarahan

Apakah ada perdarahan, gigi yang patah, atau


MULUT
benda asing

1. Periksa leher sebelum memasang pelindung


leher
LEHER
2. Apakah tenggorokan tertarik ke satu sisi
3. Apa ada pembesaran pembuluh darah

1. Periksa cidera yang terdapat dari luar,


periksa kemungkinan cedera organ dalam pada
tempat cedera
DADA 2. Minta pasien menarik napas, tanyakan
apakah ada nyeri
3. Lakukan prinsip inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi

1. Jika terdapat cidera dibagian ini, maka


kemungkinan besar organ dalam juga terkena
ABDOMEN 2. Periksa ketegangan dinding perut
3. Lakukan prinsip inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi pada empat kuadran perut

1. Pemeriksaan biasanya dilakukan terakhir


saat memindahkan korban ke tandu atau papan
PUNGGUNG
spinal (LSB)
2. Lakukan prinsip inspeksi dan palpasi

PANGGUL 1. Periksa kemungkinan adanya cedera, karena


patah tulang di panggul dapat mengakibatkan

80
perdarahan dalam dan berakibat fatal
2. Periksa keutuhan tulang panggul dengan
cara menekan bersamaan

ENVIROMENTAL INJURY

1. HEAT RELATED ILLNESS

81
a) HEAT RASH

Heat rash adalah iritasi kulit yang disebabkan oleh keringat


berlebihan karena cuaca panas dan lembab.

Ø Gejala

- Terlihat sepertinya kumpulan jerawat atau blister kecil

- Biasanya muncul di leher, dada bagian atas, pangkal


paha, bagian bawah payudara dan di lipatan siku

Ø Pertolongan pertama

- Kurangi beraktivitas di tempat panas, cari tempat yang


lebih dingin atau sejuk

- Jaga area yang terkena agar tetap kering

- Bedak bisa digunakan untuk menyamankan

b) HEAT SYNCOPE

Heat syncope adalah pingsan atau pusing yang biasanya terjadi


karena berdiri terlalu lama atau bangun tiba-tiba dari duduk atau
berbaring. Faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk
menyebabkan syncope yaitu: dehidrasi dan kurangnya aklimatisasi.

Ø Gejala

- Pingsan

- Pusing

Ø Pertolongan pertama

- Duduk atau berbaring di tempat yang dingin.

- Minum air, jus atau minuman isotonik secara perlahan

82
c) HEAT CRAMPS

Keram atau spasme otot yang diakibatkan oleh pengeluaran


keringat yang banyak selama aktivitas berat. Pengeluaran keringat
ini menguras kadar ion dan kelembaban tubuh. Kadar ion yang
rendah pada otot menyebabkan kram dan nyeri.

Ø Gejala

- kram otot, nyeri, atau kejang di perut, lengan atau kaki

Ø Pertolongan pertama

- Hentikan aktivitas dan duduk di tempat teduh atau


dingin

- Minum air dan makan makanan ringan atau elektrolit


pengganti cairan (misalnya, minuman isotonik) setiap
15 sampai 20 menit.

d) HEAT EXHAUSTION

Heat exhaustion adalah respons tubuh terhadap kehilangan air dan


garam berlebih, biasanya melalui keringat berlebih. Orang yang
paling rentan terkena heat exhaustion adalah mereka yang lanjut
usia, penderita hipertensi, dan mereka yang beraktivitas di tempat
panas.

Ø Gejala

- Mual

- Pusing

- Kelelahan yang ekstrim

- Haus

83
- Keringat berlebih

- kenaikan temperatur badan sedikit dan tidak signifikan

- Output urine menurun

Ø Pertolongan pertama

- Istirahat di tempat dingin atau teduh

- Minum air maupun cairan elektrolit

- Lepaskan pakaian yang tidak perlu

- Dinginkan korban dengan kompres dingin atau cuci


kepala, muka dan leher korban dengan air dingin atau
semprot air dingin ke tubuh korban

e) HEAT STROKE

Heat stroke terjadi ketika tubuh sudah tidak mampu mengendalikan


suhu: suhu tubuh meningkat dengan cepat, mekanisme berkeringat
gagal, dan tubuh tidak mampu untuk mendinginkan diri. Ketika
heat stroke terjadi, suhu tubuh bisa naik sampai 41 0C atau lebih
dalam waktu 10-15 menit. Heat stroke dapat menyebabkan
kematian atau kecatatan jika tidak diberi pertolongan segera.

Ø Gejala

- Kulit panas dan kering

- Halusinasi

- Gemetar atau meriang, bisa sampai kejang

- Sakit kepala

- Suhu tubuh tinggi

- Kebingungan

- Bicara melantur

84
- Perubahan status mental

- Kehilangan kesadaran (koma)

Ø Pertolongan pertama

- Cari bantuan medis

- Pindahkan korban ke daerah dingin dan teduh, serta


membebaskan pakaian luar yang tidak perlu (misal:
jaket)

- Dinginkan tubuh korban dengan guyur air dingin atau


es

- Tempatkan kain basah di kepala, leher, ketiak, dan


selangkangan

- Kipas badannya

2. HIPOTERMIA
Hipotermia menggambarkan keadaan di mana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kewalahan dalam menghadapi stressor dingin. Pada
kondisi hipotermi, tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada produksi
panas, sehingga suhu tubuh menjadi sangat rendah. Suhu tubuh normal
adalah sekitar 37 0C sedangkan hipotermia terjadi karena suhu tubuh di
bawah 35 0C.

Klasifikasi hipotermi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:


1) Hipotermia Ringan (suhu inti 32-35 °C)
· Ditandai oleh takikardia, menggigil, vasokonstriksi
pembuluh darah , dan takipnea.
· Jika temperatur semakin rendah maka korban bisa
mengalami kelelahan, ataksia, dan diuresis dan bisa
menjadi apatis.

85
2) Hipotermia Sedang (suhu inti 28-32 °C)
· Ditandai dengan aritmia jantung, yakni bradikardia
· hipotensi
· gangguan pernafasan
· gangguan kesadaran
· Pelebaran pupil
· refleks muntah berkurang
· Hiporefleksia
· Kehilangan respon menggigil

3) Hipotermia Berat (suhu inti <28 °C)


Gejala:
· Koma
· Apnea
· non-reaktif dilatasi pupil
· aritmia ventrikel atau asistole
· edema paru
· Oliguria

Tatalaksana awal
1. Tempatkan korban dalam lingkungan yang hangat
2. Lepaskan baju korban yang basah dan menggantinya dengan baju yang
kering
3. Hangatkan tubuh dengan sleeping bag atau selimut
4. Lakukan rewarming eksternal aktif dengan benda hangat, misalnya:
botol kaca yang diisi air panas, ditempatan di bagian lipatan tubuh
seperti axilla, pangkal paha dan perut
5. Dalam keadaan darurat, penolong dapat emberikan bantuan skin to
skin contact dengan korban ketika tidak tersedia botol kaca atau benda
hangat lain untuk menghangatkan tubuh korban

86
6. Berikan minuman dan makanan hangat manis apabila masih sadar

3. AMS (ACUTE MOUNTAIN SICKNESS)


Acute mountain sickness adalah penyakit yang dapat menyerang pendaki
gunung, pejalan kaki, pemain ski, atau wisatawan di dataran tinggi,
biasanya di atas 2.400 m.
Hal ini disebabkan oleh tekanan udara yang berkurang dan kadar oksigen
yang rendah pada ketinggian tinggi.

Ø Gejala:
- Sulit tidur
- Pusing
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Kehilangan selera makan
- Mual atau muntah
- Denyut jantung meningkat
- Kesulitan bernafas
Gejala yang mungkin terjadi dengan acute mountain
sickness yang lebih parah meliputi:
o Warna biru pada kulit (sianosis)
o Dada sesak
o Kebingungan
o Batuk
o Batuk darah
o Kesadaran menurun
o Kulit pucat
o Tidak bisa berjalan dalam garis lurus, atau
berjalan sama sekali
o Sesak napas pada saat istirahat
Ø Penanganan awal

87
· Istirahatkan
· Bawa ke tempat dengan ketinggian lebih rendah
· Berikan oksigen ekstra

4. DEHIDRASI
Kondisi ketidakseimbangan cairan yang terjadi saat tubuh tidak
mendapatkan cukup air seperti seharusnya. Dapat disebabkan karena
berlebihan keringat, demam, atau penyakit lain yang mendasari.
a. Osmolaritas
i. Isonatremic ( Isotonic) : 130-150 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium yang sama
dengan konsentrasi dalam darah.
ii. Hyponatremic (Hypotonic) : <130 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium lebih
rendah daripada konsentrasi dalam darah.
iii. Hypernatremic (Hypertonic) : >150 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium lebih
banyak daripada konsentrasi dalam darah.

Komplikasi neurologis dapat terjadi pada hyponatremi dan hypernatremi.

b. Severitas

88
i. Mild to moderate
· Kehausan
· Mulut kering
· Oligouria
· Urin kuning gelap
· Kulit kering
· Sakit kepala
· Keram otot
ii. Severe
· Tidak buang air kecil (anuria)
· Kulit kering
· Kebingungan
· Pusing dan kepala ringan
· Detak jantung cepat
· Mata cekung
· Lesu
· Tidak sadar atau delirium
· Syok
c. Penanganan Pertama
· Minum, usahakan minuman yang mengandung elektrolit.
· Pemberian larutan ORT (Oral Rehydration Therapy).
· Pemberian cairan IV pada kondisi severe.

5. HIPOGLIKEMIA
Rendahnya kadar gula dalam darah, sehingga tubuh tidak memiliki cukup
energi. Terjadi saat kadar gula darah jatuh melebihi kadar normalnya
biasanya dibawah 70 mg/dL.
i. Gejala
· Lapar
· Gemetar
· Berkeringat

89
· Pusing dan kepala terasa ringan
· Ngantuk
· Kebingungan
· Anxietas
· Lemas
· Kesusahan berbicara
ii. Penanganan Pertama
· Pemberian permen, gula, minuman manis untuk
meningkatkan gula darah pada hipoglikemia dimana
kesadaran korban masih penuh
· Jika kesadaran korban menurun maka diberikan larutan
glukosa atau dextrose 40% (D40) secara intravena.

6. TERSEDAK
1. Pasien tersedak masih sadar
Pasien dengan gejala tersedak, kesulitan bernafas, berbicara, dan tidak
dapat batuk.
Penatalaksanaan
a. Memberikan minimal 5x tepukan pada punggung. Tepuk punggung
dengan tumit tangan penolong dan posisi pasien membungkuk
ditahan denga tangan yang lain.
b. Melakukan Heimlich Manuever sampai 4x dengan cepat. Letakkan
kepala pada tengah abdomen, di atas pusar dan di bawah rongga
iga. Genggam kepalan 1 dengan tangan yang lain. Lakukan
dorongan abdomen dengan cepat.
c. Lakukan 5x backdown/ dorongan punggun dan hemlich maneuver
sampai :
1) Objek tertelan keluar
2) Pasien dapat batuk sangat keras dan bernapas
3) Pasien tidak sadar

90
2. Pasien tersedak tidak sadar

91
a. Eksternsikan kepala/ head tilt maksimal. Lakukan 2x initial
breathing
b. Bila dada tidak mengembang lakukan 30x kompresi dada
c. Lihat adakah objek yang keluar dan bila melihat benda yang masih
tetrtahan di mulut segera keluarkan
d. Bila tidak ada napas : lakukan a-c, bila ada nafas : chek breathing
dan nadinya
e. Bila masih juga tidak bernapas lakukan cricotyroidectomy

7. PINGSAN (SYNCOPE)
Syncope didefinisikan sebagai kehilangan kesadaran disertai dengan
ketidakmampuan untuk mempertahankan postur tubuh yang terjadi
sementara dengan pemulihan yang spontan.
Tanda dan gejala:
1. Anamnesis pasca sinkop pada pasien penting dilakukan untuk mencari
kausa dari sinkop :
• Faktor Pemicu
• Aktifitas pasien sebelum syncope
• Posisi pasien saat peristiwa itu terjadi
Pertanyaan-pertanyaan berikut harus ditanyakan:
• Apakah kehilangan kesadaran penuh?
• Apakah kehilangan kesadaran dengan onset cepat dan durasi singkat?
• Apakah pemulihan spontan, lengkap, dan tanpa gejala sisa ?
Jika jawabannya adalah positif, sinkop sangat mungkin; jika 1 atau
lebih negatif, bentuk lain dari hilangnya kesadaran harus
dipertimbangkan.
Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan :
· Detail kejadian sinkop dari saksi yang tersedia (misalnya,
apakah pasien mengalami kebingungan postsyncope)
· Riwayat pengobatan Pasien
· Riwayat medis pribadi atau keluarga pasien penyakit jantung

92
2. Gejala Presyncope :
• pusing
• vertigo, lemah, diaphoresis, ketidaknyamanan epigastrium, mual,
penglihatan kabur, pucat.
3. Pemeriksaan fisik :
• Vital sign
• Pengukuran tingkat glukosa oleh rapid fingerstick
• Peninjauan adakah tanda trauma

Manajemen awal :

· Pertahankan jalan napas


· Berikan oksigenasi yang cukup
· Berikan terapi glukosa bila perlu
· Pembatasan aktifitas fisik

8. ASMA
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elementnya, menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.
a. Gejala

Berat Serangan Akut Keadaan


Gejala dan
Mengancam
Tanda Ringan Sedang Berat
Jiwa
Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat Duduk Duduk
tidur membungkuk
terlentang
Cara berbicara Satu Beberapa Kata demi
kalimat kata kata
Kesadaran Mungkin Gelisah Gelisah Mengantuk,

93
gelisah gelisah,
kesadaran
menurun
Frekuensi <20/menit 20-30 >30/menit
napas /menit
Nadi <100 100-200 >120 Bradikardia
Otot bantu Kelelahan
napas dan torakoabdominal
- + +
retraksi paradoksal
suprasternal
Mengi Akhir Akhir Inspirasi dan Silent Chest
(Wheezing) ekspirasi ekspirasi ekspirasi
paksa
APE >80% 60-80% <60%

PaO2 >80 80-60 <60 mmHg


mmHg mmHg

PaCO2 <45 <45 mmHg >45 mmHg


mmHg
SaO2 >95% 91-95% <90%

94
b. Penanganan pertama

APE : Arus Puncak Ekspirasi

Penilaian berat serangan


Klinis : gejala (batuk, sesak, mengi, dada
terasa berat) yang bertambah APE
<80% nilai terbaik / prediksi

Terapi awal
Inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat (setiap 20 menit, 3
kali dalam 1 jam), atau
bronkodilator oral

RESPON BURUK RESPON BAIK


Gejala menetap atau Gejala (batuk berdahak / sesak /
bertambah berat APE < 60% mengi) membaik. Perbaikan dengan
prediksi / nilai terbaik agonis beta-2 & bertahan selama 4
jam. APE>80% prediksi / nilai terbaik

Agonis beta-2 Lanjutkan agonis Steroid inhalasi


Tambahkan diulang
kortikosteroid beta-2 inhalasi diteruskan dengan
oral setiap 3-4 jam dosis tinggi (bila
untuk 24-48 jam. sedang menggunakan
(alternatif :
bronkodilator oral steroid inhalasi)
Rujuk ke setiap 6-8 jam) selama 2 minggu,
dokter / IGD / kemudian kembali ke
RS dosis sebelumnya

hubungi dokter
9. LUKA BAKAR untuk instruksi
selanjutnya

95
Luka bakar bisa disebabkan oleh terkena panas, bahan kimia, listrik,
cahaya dan terpapar radiasi. Luka bakar dibedakan menjadi 3 derajat yaitu:

Pertolongan pertama
• Basahi luka bakar secara menyeluruh dengan air dingin untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dan melepaskan semua pakaian yang terbakar.
• Jika area luka bakar terbatas, rndam bagian yang luka dalam air dingin
selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit dan edema dan untuk
meminimalkan kerusakan jaringan.
• Jika luas luka bakar besar, setelah disiram dengan air dingin, tutup
sekitar area yang terbakar (atau seluruh pasien) untuk mencegah
kehilangan panas dan hipotermia yang sistemik.
• Bawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin.

INTOKSIKASI DAN ENVENOMASI

96
DEFINISI:

• Poisoning :
• Keadaan ketika suatu bahan/substansi mengganggu fungsi normal
tubuh setelah ditelan, dihirup, diinjeksi, atau diabsorpsi.
• Intoxication :
• Kondisi dimana tubuh mengalami perubahan dan gangguan dalam
kesadaran, perilaku dan pemikiran akibat masuknya substansi
psikoaktif ke dalam tubuh.

• Envenomation :
• Proses masuknya bisa/venom ke dalam tubuh yang diakibatkan
oleh gigitan/sengatan dari hewan yang berbisa.
Macam-macam Intoksikasi
• INTOKSIKASI KIMIA contoh: minum alkohol, konsumsi narkoba 
memicu reaksi biologis ke otak, system saraf, akibat INGESTI.
• Gejala :
-senang
-sedih
-depresi
-kebingungan
-melakukan tindakan-tindakan irasional
• INTOKSIKASI PSIKOLOGIS contoh: JATUH CINTA
à melibatkan pancaindera (penciuman, pendengaran, perasaan, perabaan,
penglihatan)
Gejala:
- konsentrasi menurun
- rasa senang
- Depresi
- Putus asa
• INTOKSIKASI SPIRITUAL contoh : Hipnosis
• orang yang menyerahkan dirinya ke dalam tangan orang lain/ mengikuti
kehendak orang lain tanpa melawan.

97
KERACUNAN
Gejala:

Mild Symptoms Severe Symptoms

• Fatigue/kelelahan • Demam tinggi


• Sakit kepala • Kesulitan bernafas
• Nausea • Nafas cepat dan berat
• Hipersalivasi • Nadi cepat
• Sakit perut • Tekanan darah rendah
• Muntah • Kehilangan kesadaran
• Cardiopulmonary arrest

Pertolongan Pertama!
Keracunan melalui INGESTI
o Amankan korban dari bahaya
o Pastikan korban memang mengalami keracunan
Tanda-tanda:
- Bau mulut seperti bahan kimia
- Luka bakar sekitar mulut
- Kesulitan nafas
- Muntah
- Bau-bau aneh disekitar korban
o Jangan memaksakan korban untuk muntah
o Jika korban muntah, pastikan jalan nafasnya bebas
- Lilitlah kain disekitar jari-jari sebelum membersihkan
airway/jalan nafas
- Jika keracunan oleh tanaman, simpan bekas muntahan untuk
dibawa ke RS untuk identifikasi racun.
o Tetap menjaga korban terus, dan pastikan dia nyaman. Posisikan
dalam posisi mantap, sambil menunggu bantuan medis.

98
o Jika racun tertumpah pada pakaian, pakaiannya dilepas dan
kulitnya dicuci dengan air.

Keracunan melalui INHALASI

o Amankan korban dari gas-gas bahaya


o Check Airway, Breathing, Circulation
o Jika korban muntah, pastikan jalan nafasnya bebas
- Lilitlah kain disekitar jari-jari sebelum membersihkan
airway/jalan nafas
o Segera cari bantuan medis!

YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN

• Masukkan apapun ke dalam mulut korban yang tidak sadar


• Memicu korban untuk muntah
• Mencoba menetralisasi racun
• Menunggu sampai gejala-gejala bertambah parah

ULAR
a. Sifat Ular
· Ular takut pada manusia, pada kebanyakan kasus ular menggigit
manusia untuk mengusir manusia.
· Gigitan ular tidak semuanya berakhir dengan kematian. Kematian
tidak datang seketika atau dalam beberapa menit saja. Gejala
biasanya timbul 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban
digigit ular.

b. Ciri-ciri gigitan ular


“Bisa” ular ada yang bersifat merusak dinding pembuluh darah
(missal : ular pohon) dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf
(missal : ular kobra, ular laut).

99
Keterangan :

A:  Tidak berbisa ( tanpa bekas taring ).


B:  Ular berbisa dengan taring di belakang.
C:  Ular berbisa dengan taring di depan ( Ular Sendok/Kobra, Ular
Laut ).
D:  Ular berbisa dengan taring di depan agak ke samping ( Ular Pohon
).

c. Mencegah agar tidak digigit ular


· Berjalanlah dengan hati-hati dan perhatikan benar di mana anda
menapakkan kaki. Bila ada tumpukan kayu, sebaiknya anda
berjalan di atasnya daripada berjalan di sekitarnya. Kecuali, anda
sudah yakin benar tempat sekitar aman.
· Bila anda mengambil buah pastikan di sekitar pohon tidak
terdapat hal-hal yang mencurigakan. Sebaiknya anda juga berhati-
hati ketika berjalan di sekitar perairan (sungai, danau).
· Jangan sekali-kali mengganggu, menganiaya atau bercanda untuk
menggoda ular. Ular tidak dapat menutup matanya, oleh karena
itu, anda tidak dapat mengira apakah ia sedang tidur atau tidak.
Beberapa spesies seperti mamba, kobra dan bushmaster akan
menyerang ketika didekati oleh orang asing.
· Gunakan tongkat ketika berjalan, untuk memastikan apa yang ada
di hadapan anda.
· Gunakan alas kaki, dekker, dan pelindung kaki lainnya dengan
benar terutama pada malam hari.
· Jangan PANIK ketika anda bertemu dengan ular. Tetaplah tenang,
ular tidak dapat mendengar apa yang anda katakan. Gerak-gerik

100
anda sesekali dapat mengejutkan ular yang sedang tidur atau
berjemur.
· Pada umumnya, ular akan segera berlalu, bila anda
memberikannya kesempatan untuk pergi. JANGAN dihalang-
halangi dengan membuat tindakan-tindakan yang tidak perlu.
· Berhati-hatilah, jika anda benar-benar harus membunuh ular
untuk dimakan atau untuk keamanan. Terkadang,walaupun tidak
biasa, kehangatan dan tubuh orang yang tertidur dapat menarik
perhatian ular.

d. Gambaran jika digigit ular berbisa


Akan timbul rasa nyeri di daerah tusukan (muncul segera setelah
gigitan), daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar (dapat cepat
berkembang), penglihatan kembar/kabur, mengantuk, sakit kepala,
pusing dan pingsan, mual dan atau muntah dan diare, rasa sakit atau
berat didada dan perut, tanda-tanda tusukan gigi, gigitan biasanya
pada tungkai/kaki, sukar bernafas dan berkeringat banyak, kesulitan
menelan serta kaku di daerah leher.

e. Pertolongan pertama
· Usahakan korban tenang dan tetap sadar.
· Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari jantung.
· Imobilisasi seluruh badan pasien dengan membaringkan pasien,
dan imobilisasi daerah bekas gigitan dengan bebat (pressure
immobilization atau pressure pad). Pergerakan apapun atau
kontraksi otot dapat meningkatkan absorpsi dari racun ke
pembuluh darah dan pembuluh limfe.
· Hindari interfensi dengan luka gigitan seperti insisi, pengambilan
racun baik dengan spuit atau mulut, garuk, pijat, maupun aplikasi
herbal dan kimia. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan infeksi,
meningkatkan absorpsi racun dan meningkatkan perdarahan lokal.
· Segera larikan ke fasilitas kesehatan terdekat

101
LINTAH

Lintah adalah binatang yang air liurnya mengandung zat anti pembekuan
darah/antikoagulan sehingga menyebabkan darah akan terus mengalir ke
luar dan masuk ke perut lintah.

a. Tanda dan gejala


· Pembengkakan
· Gatal
· Kemerahan.

b. Pertolongan pertama
· Siram minyak/air tembakau dan garam atau kenakan api ke tubuh
lintah supaya lintah cepat melepaskan gigitan lintah.

102
PERDARAHAN DAN SYOK

PERDARAHAN

Perdarahan adalah kehilangan darah dari dalam tubuh. Penyebabnya dibagi


menjadi dua, yakni dikarenakan cidera dan perdarahan secara spontan. Ketika
kulit tersayat atau pembuluh darah terpotong, terjadilah perdarahan. Keseriusan
cedera ditentukan oleh kedalaman sayatan, pembuluh darah yang terkena, jumlah
perdarahan yang terjadi dan waktu yang digunakan untuk mengendalikannya.

A. JENIS-JENIS PERDARAHAN
1. Perdarahan luar
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh
darah disertai dengan kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar
dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut. Perdarahan yang
tampak atau terlihat jelas keluar dari luka terbuka

2. Perdarahan Dalam
Kehilangan darah dalam perdarahan internal tidak terlihat karena
kulit masih utuh. Perdarahan internal mungkin terjadi didalam
jaringan-jaringan, organ-organ, atau di rongga-rongga tubuh termasuk
kepala, dada, dan perut. Perdarahan internal terjadi ketika kerusakan
pada arteri atau vena menyebabkan darah terlepas dari sistim sirkulasi
dan terkumpul didalam tubuh. Jumlah perdarahan tergantung pada
jumlah kerusakan pada organ dan pembuluh-pembuluh darah yang

103
mensuplainya, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki pecahan-
pecahan pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah.
Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi :
· Luka tusuk
· Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung
· Muntah atau batuk darah
· Memar luas pada batang tubuh
· Luka tembus dada atau perut
· Buang air kecil atau besar berdarah (Darwis Allan, 2005)

104
B. SUMBER PERDARAHAN

105
1. Perdarahan Nadi (Arteri)
Cedera pada pembuluh darah arteri adalah cedera yang serius.
Arteri membawa darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh di bawah
tekanan yang kuat oleh setiap denyutan jantung. Darah yang berasal
dari pembuluh arteri akan memancar atau memuncrat keluar sesuai
dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang. Perdarahan arteri
bisa mengancam jiwa.
2. Perdarahan Balik (Vena)
Vena merupakan pembuluh yang membawa darah kembali ke
jantung. Lokasi vena biasanya lebih dekat dengan permukaan kulit.
Perdarahan vena bersifat lebih lambat daripada arteri karena darah
berada dalam tekanan yang lebih rendah. Darah yang keluar biasanya
mengalir dan berwarna merah gelap.
3. Perdarahan Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang tersebar di seluruh
tubuh. Ada ratusan ribu kapiler di seluruh permukaan kulit. Beberapa
bagian tubuh memiliki lebih banyak kapiler, misalnya pada kepala dan
wajah, sehingga luka pada bagian ini akan banyak berdarah. Darah
yang keluar dari pembuluh kapiler biasanya merembes perlahan.
C. KLASIFIKASI PERDARAHAN

Menurut American College of Surgeons, Advanced Trauma Life Support


(ATLS), klasifikasi perdarahan sebagai berikut :

1. Kelas I
Pendarahan melibatkan sampai 15% dari volume darah dan dapat
mencapai 750 ml. Biasanya nadi normal tidak lebih dari 100 kali per
menit. Tidak ada kelainan pada tekanan darah dan respirasi. Pasien sedikit
cemas dan pemberian resusitasi dengan kristaloid bila perlu.
2. Kelas II
Pendarahan melibatkan 15-30% dari total volume darah. Kehilangan
darah dapat mencapai 750 – 1500 ml. Pasien sering takikardi dengan
denyut jantung 100 – 120 kali per menit. Tekanan darah berkurang atau

106
hipotensi. Kecepatan respirasi 20 – 30 kali permenit atau takipnea. Tubuh
mencoba untuk mengkompensasi dengan vasokonstriksi perifer. Kulit
mulai tampak pucat dan dingin bila disentuh. Pasien dapat menunjukkan
gejala kecemasan dalam perilaku. Resusitasi dengan kristaloid diperlukan.
Transfusi darah biasanya tidak diperlukan.
3. Kelas III
Pendarahan melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah yang
bersirkulasi. Kehilangan darah dapat mencapai 1500 – 2000 ml. Tekanan
darah pasien turun, detak jantung meningkat sampai 120-140 kali per
menit, kecepatan respirasi 30-40 kali per menit, perfusi perifer (syok),
CRT memburuk, dan status mental memburuk. Cairan resusitasi dengan
kristaloid dan transfusi darah biasanya diperlukan.
4. Kelas IV
Perdarahan melibatkan kehilangan > 40% dari volume darah yang
bersirkulasi. Kehilangan darah dapat mencapai lebih dari 2000 ml.
Tekanan darah pasien turun, detak jantung meningkat sampai di atas 140
kali per menit, kecepatan respirasi di atas 40 kali per menit. Pasien tampak
lingung dan letargi (tertidur dan dapat dibangunkan sebentar namun
kesadaran tidak penuh dan berakhir dengan tertidur kembali). Batas
kompensasi tubuh tercapai dan resusitasi agresif baik kristaloid dan
transfuse darah diperlukan untuk mencegah kematian.

107
D. Penatalaksanaan Perdarahan Luar

Kontrol perdarahan merupakan ilmu dasar untuk penanganan pertama perdarahan.

1. Penekanan langsung pada tempat perdarahan


Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan luar pada umumnya.
Tekanan tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau sampai
pertolongan yang lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat di
berikan. Penekanan ini dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi
sehingga tidak ada lagi perdarahan. Cara penekanan langsung adalah :
a. Manual menekan menggunakan kasa steril atau kain bersih biasa
pada tempat perdarhan. Jika perdarahan masih berlanjut dan kasa
atau kain sudah basah, tambahkan atau tumpuk dengan kasa steril
atau kain bersih lagi.
b. Jika menggunakan kasa steril secara terus meneurs tidak
memungkinkan, balutkan elastic bandage pada kasa steril untuk
menghentikan perdarahan.

2. Elevasi (dilakukan bersamaan penekanan)


Tindakan ini hanya berlaku untuk perdarahan di daerah alat gerak saja.
Tinggikan anggota badan yang berdarah lebih tinggi dari jantung. Ini akan
menyebabkan daya tarik bumi mengurangi tekanan darah, sehingga

108
memperlambat perdarahan. Jangan menggunakan metode ini bila ada
indikasi cedera otot rangka dan benda tertancap.

PENGGUNAAN TORNIQUET

Pada perdarahan pada pembuluh nadi (arteri) yang terpotong cukup besar dengan
perdarahan terus menerus dan memuncrat keluar serta tidak berhenti dengan
teknik pembalutan di atas maka dilakukan penekanan dengan TORNIQUET.
Torniquet adalah balutan dengan menjepit, sehingga aliran darah dibawahnya
berhenti sama sekali. Pemakaian tourniquet harus hati-hati sekali karena bisa
merusak jaringan diujung luka.

Rekomendasi penggunaan torniquet :

1. Digunakan untuk perdarahan akut

2. Untuk kontrol perdarahan pada cidera major

3. Digunakan hingga kontrol bedah perdarahan tersedia

4. Rentang waktu penggunaan sesingkat mungkin = hindari iskemia dan


paralisis

5. Maksimal pemakaian 2 jam

Cara pemasangan dan penggunaan Torniquet:

1. Alasi tempat yang akan dipasang tourniquet dengan kasa agar kulit tidak
lecet
2. Pasang tourniquet antara luka dengan jantung, dengan cara menyimpul
mati kain pengikat diatas  luka.
3. Kencangkan balutan dengan tongkat pemutar sampai perdarahan berhenti

109
4. Setiap 10 – 15 menit tourniquet harus dilonggarkan dengan cara memutar
tongkat kearah berlawanan
5. Tunggu ½ – 1 menit. Kalau dalam satu menit darah tidak mengalir lagi,
biarkan tourniquet dalam keadaan longgar. Kalau terjadi lagi
perdarahan,segera tourniquet dikencangkan kembali

 Beberapa hal yang perlu di ingat dan dikerjakan dalam penggunakan tourniquet:

1. Catat waktu pemasangan tourniquet


2. Mulut luka jangan ditutupi dengan kain/ selimut

Gambar balut keran / tourniquet yang dapat dilakukan di lapangan. Merupakan


penatalaksaan awal di luar rumah sakit dan bila tidak memiliki alat

110
Gambar tourniquet menggunakan alat yang tersedia di rumah sakit

E. PENANGANAN LUKA
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah yang disengaja, tak
terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
infeksi di tempat lain
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi): Luka yang dari
kasat mata terlihat bersih tetapi sebenarnya terdapat mikromolekul. Ex:
Luka Sayatan pisau
3. Contamined Wounds (Luka Kotor Terkontaminasi): Luka yang secara
kasat mata terlihat makromolekul seperti kotoran. Ex: Luka Kecelakaan

Pembersihan Luka (Luka Kering dan Luka Basah)

PRINSIP: Luka Basah tutup Balut Kering. Luka Kering tutup Balut Basah

1. Jika Luka terlihat kotor, bersihkan makromolekul dengan mengirigasi


menggunakan larutan steril (ex: NaCl). Gunakan kassa steril/spuit untuk
membantu mengeluarkan makromolekulnya.
2. Untuk membersihkan luka dari mikromolekul, gunakan antiseptic (Ex:
Povidon iodin)
3. Cek apakah ada perdarahan invasive (Perdarahan arteri, vena)
4. Wound Dressing/ pembalutan; tujuannya untuk mencegah infeksi dan
menjaga kelembaban.
a. Jika Luka Basah  tutup dengan 2 lapis kassa steril kering
b. Jika Luka Kering  tutup dengan kassa yang diberi povidone iodin /
NaCl. Atau luka diberi salep terlebih dahulu baru ditutup dengan kassa
steril.

EPISTAKSIS (MIMISAN)

Epistaksis adalah dalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring.

A. KLASIFIKASI

111
1. Epistaksis ringan (90%)

a. biasanya berasal dari bagian anterior hidung, yaitu pleksus kiesselbach

b. umumnya mudah diatasi dan dapat berhenti sendiri.

2. Epistaksis berat (10%)

a. Berasal dari bagian posterior hidung

b. Dapat menimbulkan syok dan anemia serta dapat menyebabkan


iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard yang kalau
tidak cepat ditolong dapat berakhir dengan kematian.

c. Umumnya berasal dari a.sfenopalatina dan a.etmoidalis posterior.

d. Pemberian infus dan transfusi darah serta pemasangan tampon atau


tindakan lainnya harus cepat dilakukan.

B. PENATALAKSANAAN PRIMER
1. korban menunduk dengan badan condong ke depan.
2. pencet hidung selama 15 menit. Tekan dibawah tulang hidung pada bagian
ujungnya, lalu lepaskan perlahan
a. JANGAN berusaha untuk melepaskan ingus karena akan memperlebar
trauma pembuluh darah sehingga perdarahan tidak segera berhenti

b. JANGAN menelan darah yang keluar

3. tempelkan kain basah atau es yang dibungkus kain pada hidung dan muka
untuk vasokonstriksi
4. jika perdarahan berlanjut dan ada indikasi patah tulang segera rujuk ke
rumah sakit

SYOK

Definisi
Syok merupakan hipoperfusi sistemik yang disebabkan oleh penurunan
baik curah jantung maupun volume darah yang beredar secara efektif,

112
kemudian akan muncul hipotensi diikuti dengan gangguan perfusi jaringan
serta hipoksia sel (Robbins. 2007)
Penyebab :
· Kegagalan jantung memompa darah
· Kehilangan darah dalam jumlah besar
· Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat
mengisinya dengan baik
· Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare
Pengenalan tanda awal:
· Pernapasan : cepat dan dangkal
· Nadi : cepat (> 100) dan lemah, kadang tidak teraba
· Kulit : pucat, dingin dan lembab
· Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga
· Mata : pandangan hampa, pupil melebar
· Kesadaran : gelisah s/d koma
· Memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill test > 2 detik)
Jenis-jenis syok
· Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Jenis syok ini dapat
menyebabkan banyak organ
untuk berhenti bekerja. Kardiogenik

Cairan tubuh terkandung


dalam kompartemen
Anafilaktik Hipovolemik
intraseluler dan ekstraseluler.
Cairan intraseluler menempati SYOK

hamper 2/3 dari air tubuh total


sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam Neurologik Septik

salah satu kompartemen


intavaskular dan interstitial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.

113
Penyebab:
ü Kehilangan sekitar 1/5 atau lebih dari jumlah normal darah dalam
tubuh Anda menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan darah dapat
disebabkan oleh: Pendarahan dari luka, Pendarahan dari cedera lain,
Pendarahan internal, seperti di saluran pencernaan
ü Jumlah darah yang beredar di tubuh Anda bisa turun ketika Anda
kehilangan terlalu banyak cairan tubuh lainnya, yang dapat terjadi
dengan: Luka bakar, Diare. Keringat berlebih, Muntah.
Gejala
Cemas atau agitasi, dingin, kulit lembab, kebingungan, penurunan atau
tidak ada output urin, Warna kulit pucat. Napas cepat, Berkeringat, tidak
sadar. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda syok, termasuk:
Tekanan darah rendah, Suhu tubuh rendah, Nadi cepat, seringkali lemah
dan tidak teraba.
Tindakan:
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus
cairan kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan
jumlah cairan melebihi dari cairan yang hilang.
Catatan:
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus
kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber
perdarahan dihentikan.

a. Syok hipovolemik karena dehidrasi 

Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan


Dehidrasi ringan : Selaput lendir kering, nadi Pergantian volume cairan yang
Kehilangan cairan tubuh normal atau sedikit hilang dengan cairan kristaloid
sekitar 5 % BB meningkat (NaCl 0,9% atau RL)
Dehidrasi sedang : Selaput lendir sangat Pergantian volume cairan yang
Kehilangan cairan tubuh kering, lesu, nadi cepat, hilang dengan cairan kristaloid
sekitar 8 % BB tekanan darah turun, (NaCl 0,9% atau RL)
oligouria

114
Dehidrasi berat : Selaput lendir pecah-pecah, Pergantian volume cairan yang
Kehilangan cairan tubuh pasien dapat tidak sadar, hilang dengan cairan kristaloid
> 10 % tekanan darah menurun, (NaCl 0,9% atau RL)
anuria
b. Syok hipovolemik karena perdarahan

(Menurut Advanced Trauma Life Support)

Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan


Kelas I : Hanya takikardi minimal, Tidak perlu penggantian
Kehilangan volume darah nadi < 100 kali/menit volume cairan secara IVFD
< 15 % EBV
Kelas II : Takikardi (>120 kali/menit), Pergantian volume darah yang
Kehilangan volume darah takipnea (30-40 kali/menit), hilang dengan cairan kristaloid
15 – 30 % EBV penurunan pulse pressure, (NaCl 0,9% atau RL) sejumlah
penurunan produksi urin 3 kali volume darah yang
(20-30 cc/jam) hilang
Kelas III : Takikardi (>120 kali/menit), Pergantian volume darah yang
Kehilangan volume darah takipnea (30-40 kali/menit), hilang dengan cairan kristaloid
30 - 40 % EBV perubahan status mental (NaCl 0,9% atau RL) dan
(confused), penurunan darah
produksi urin (5-15 cc/jam)
Kelas IV : Takikardi (>140 kali/menit), Pergantian volume darah yang
Kehilangan volume darah takipnea (35 kali/menit), hilang dengan cairan kristaloid
> 40 % EBV perubahan status mental (NaCl 0,9% atau RL) dan
(confused dan lethargic), darah
Bila kehilangan volume
darah > 50 % : pasien tidak
sadar, tekanan sistolik sama
dengan diastolik, produksi
urin minimal atau tidak
keluar
Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg BB

115
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam
menghadapi syok:

1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman

2. Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20 - 30 cm bila tidak ada


kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan
papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki

3. Pakaian penderita dilonggarkan

4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut

5. Tenangkan penderita

6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik

7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada

8. Bila ada berikan oksigen sesuai protokol

9. Jangan beri makan dan minum

10. Periksa berkala tanda vital secara berkala

11. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Shock Positioning (Posisi Syok) :

Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45 o. 300 –


500 cc darah dari kaki pindah ke sirkulasi sentral.

Posisi Syok

116
EVAKUASI DARAT

Teknik Evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian


yang berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk
ditindaklanjuti dengan kondisinya guna kelangsungan hidupnya. Dalam
melakukan evakuasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Situasi dan kondisi dalam evakuasi,

2. Kondisi korban dan kondisi penolong sendiri,

3. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu kontrol
keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi trauma
korban.

Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk memilih


manuver evakuasi yang khas, seperlunya, dengan tidak membuang waktu.

Prinsip utama :

1. Don’t further harm

2. Don’t move casualty unless absolutely necessary

3. Don’t endanger yourself

4. Explain clearly

5. One command

Syarat korban dievakuasi:

117
a. Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan monitor terus keadaan umum
korban.
b. Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
c. Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
d. Patah tulang yang ada sudah ditangani
e. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan
korban

 1. Aturan umum tentang evakuasi :

· Perhatikan kondisi korban, apakah mengalami cedera atau trauma yang


membutuhkan kehati-hatian dalam pengevakuasian.

· Bila mungkin, terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan, agar
dapat bekerjasama.

· Jangan pindahkan korban sendiri kalau bantuan belum tersedia.

· Jika beberapa orang melakukan evakuasi, 1 orang memberikan


komando.

· Angkat dan bawa korban dengan benar agar tidak mengalami cedera
otot/sendi.

· Jangan abaikan keselamatan penolong sendiri.

· Lakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan ini meliputi :

Ø Perencanaan evakuasi bersama komite evakuasi terkait

Ø Identifikasi dan analisis lokasi korban

Ø Komunikasi antar evakuator

Ø Opsi transportasi korban

Ø Keselamatan penolong

118
· Ingat tentang triage! Triage merah harus diutamakan untuk dievakuasi.
Perhatikan lokasi cedera pada pasien dan tentukan bagaimana cara
melakukan evakuasi terhadap korban tersebut.

Kapan penderita harus dipindahkan :

1. Bila tidak ada bahaya; beri pertolongan lebih dulu kemudian pindahkan
penderita

2. Bila ada ancaman bahaya; lakukan pemindahan korban lebih dulu,


kemudian lakukan pertolongan

2. Aturan dalam mengangkat dan menurunkan korban :

o Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki ke depan guna
menjaga keseimbangan

o Tegakkan badan dan tekukkan lutut

o Pegang korban / balut dengan seluruh jari tangan

o Usahakan badan korban yang diangkat dekat dengan penolong

o Jika kehilangan keseimbangan / pegangan, letakkan korban, atur posisi


kembali, lalu mulai kembali mengangkat.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan bila membawa korban dengan tandu :

o Tandu diperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampu menahan berat korban.

o Korban tidak sadar yang dibawa ketempat jauh, sebaiknya selalu diikat.

o Penolong yang paling berpengalaman, memberi komando untuk tiap


gerakan.

o Kaki korban selalu di depan, kecuali pada keadaan :

§ Korban cedera tungkai berat menuruni tangga / turun di tempat yang


miring

§ Korban hipotermia,menuruni tangga/turun di tempat yang miring

119
§ Korban dengan stroke/kompresi otak tidak boleh di angkat dengan
kepala lebih rendah dari kaki

Teknik-teknik transportasi :

1. Human crutch

o Pasien sadar dan masih dapat berjalan

o Dapat dikerjakan oleh satu atau dua penolong

o Teknik : penolong berdiri sejajar pada korban,


kalungkan lengan korban ke leher penolong,
genggam pergelangan tangan korban. Lingkarkan tangan
penolong pd pinggang korban dan melangkahlah secara perlahan
mengikuti langkah korban.

2. Pick a bag

o Dapat dilakukan oleh satu penolong

o Korban dalam keadaan sadar

o Berat badan korban lebih ringan dari penolong

o Teknik :penolong berjongkok membelakangi korban, minta korban untuk


mengalungkan lengannya ke leher penolong. Angkat korban secara
perlahan, tangan penolong menyangga korban pada paha. Usahakan agar
punggung penolong tetap lurus.

120
3. Drag Method

o Aman untuk korban sadar juga tidak sadar

o Hati-hati pada korban tidak sadar bila dicurigai terdapat trauma servikal
atau trauma kepala

o Teknik :Posisikan korban terlentang dgn tangan di atas dada. Masukkan


tangan penolong lewat ketiak korban dan genggam pergelangan tangannya
secara bersilangan.

4. Cradle Method

o Korban sadar

o Berat badan korban lebih ringan

o Hati-hatiter hadap cedera spinal

o Kebalikan dari Pick a Bag

121
o Teknik :Tubuh penolong direndahkan di depan korban, lingkarkan tangan
di seputar punggung korban. Tangan lain mengangkat korban dari paha
dan merapatkan tubuh korban ke penolong

5. Two-handed seat

o Korban sadar

o Dilakukan oleh dua penolong

o Seperti main “becak-becakan”

o Teknik :Kedua dua penolong berjongkok berhadapan dengan tangan


menyilang membentuk kotak untuk dudukan korban. Tangan korban
memeluk leher penolong dari belakang.

6. Fore-and-aft Carry

o Dilakukan oleh dua penolong dari depan dan belakang korban

o Tidak dilakukan pd korban dg cedera bahu atau tangan

o Bisa dipakai saat memindahkan korban ke stretcher

o Teknik :Dudukkan korban, penolong satu berada di antara kedua paha


korban menghadap depan memegang bawah lutut korban. Penolong kedua
berada di belakang memegang korban dari ketiak. Mengangkat korban
bergiliran dari penolong di belakang diikuti penolong depan dengan jeda
sebentar.

122
7. Chair Carry

o Alat mudah ditemukan dimana saja, material harus kaku. Bukan plastic
dan bukan jenis kursi lipat

o Memindahkan korban dengan media kursi.

o Hati-hati jika ada cedera spinal

o Perkirakan beban yang bisa ditanggung oleh kursi

8. AnklePull
o Lakukan Ankle Pull apabila curiga cedera pada ekstremitas atas.
o Tekniknya hampir sama seperti drag method, tetapi yang ditarik adalah
bagian ankle atau kaki.
Ø Pegang kaki, khususnya ankle korban
dengan kuat
Ø Usahakan punggung penolong selalu tegak
Ø Usahakan menarik korban dalam posisi
yang lurus
Ø Perhatikan kondisi jalan evakuasi. Hanya
lakukan ankle pull apabila kondisi jalan
evakuasi baik.

123
Ø Perhatikan anggota tubuh yang lain, sepertikepala. Jangan sampai
terkena cedera sekunder akibat kesalahan evakuasi.

Curiga terjadi cedera spinal jika :

1. Korban jatuh dari ketinggian

1. Terdapat cedera supraclavicula

2. Pernapasan paradoksal

3. Kelumpuhan anggota gerak

4. Kecelakaan kecepatan tinggi

5. Terdapat multiple trauma

Lakukan teknik berikut jika dicurigai terdapat trauma spinal :

1. Inline Immobilization

o Posisi leher danb atang badan harus segaris

o Amankan leher dengan neck collar atau yang sejenis (sandbag, sandal
jepit)

o Jika tidak tersedia amankan dengan dipegang

2. Pindahkan dengan log roll

o Untuk memeriksa bagian bawah korban

o Untukmemposisikan korban sebelum dipindahkan ke stretcher

o Dikerjakan oleh sekurangnya 3 penolong

124
6. Gunakan Scoop stretcher atau spine board untuk memindahkan korban

Langkah-langkah dalam mengangkat tandu :

· Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki

· Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki. Semua pengangkatjongkok dan
memegang mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri memegang tandu
secara rata.

· Aba-aba berikutnya semua pengangkat melangkahkan kakisebelah dalam


dengan langkah pendek.

· Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalau ada aba-aba. Pada
aba-aba berikutnya semua jongkok dan meletakkan tandu hati-hati.

125
Tandu Buatan Sendiri

Meskipun dalam keadaan darurat kita bisa membuat tandu, tetapi


sebaiknya ditunggu sampai bantuan dan peralatan khusus datang. Jika anda harus
memindahkan korban ke tempat terlindung, tandu dapat dibuat dari permukaan
yang keras seperti pintu, tongkat, atau papaniklan. Dapat juga dengan
menyisipkan tiang melalui lengan jaket atau anorak. Kekuatan tandu harus selalu
dicoba dulu sebelum digunakan

TRAUMATOLOGI

a. LUKA

Luka/vulnus adalah terputusnya keutuhan jaringan tubuh oleh sebab fisik,


mekanik, kimia dan termal.

Penanganan luka:

1. Anamnesis
· Mekanisme terjadinya luka (bagaimana)

126
· Kapan terjadinya luka. Golden period penanganan luka <6 jam
sejak terjadinya luka, jika lebih maka dapat terjadi kolonisasi
bakteri.
· Dimana terjadinya luka
2. Pemeriksaan fisik
a. Lokasi
Cek apakah terdapat kerusakan struktur di bawah luka, yaitu
· Pembuluh darah
o Cek pengisian kapiler di sebelah distal luka (adakah pucat
atau sianosis, apakah suhu di distal luka teraba hangat atau
tidak)
o Cek pulsasi arteri arteri di distal luka
o Cek apakah terdapat perdarahan
· Saraf
o Nilai status motorik di distal luka (apakah bagian di distal
luka masih dapat digerakkan)
o Nilai status sensorik di distal luka (apakah bagian di distal
luka masih dapat merasakan rangsangan seperti sentuhan,
tekanan)
· Otot, tendo
o Inspeksi
o Penilaian range of motion (apakah terdapat keterbatasan
gerak sendi)
· Tulang
o Nilai adakah fraktur atau dislokasi
3. Penilaian luka
a. Inspeksi luka
Jenis luka:
Ø Berdasarkan penyebabnya:
1. Erosi, abrasi, eksoriasi : cedera pada permukaan epidermis
(=luka lecet)

127
2. Kontusio: disebabkan karena trauma tumpul atau ledakan.
Dapat terjadi hematoma.
3. Laserasi: cedera yang terjadi ketika kekuatan trauma
melebihi kekuatan regang jaringan. Berdasarkan
mekanisme terjadinya dibedakan menjadi:
a. Insisi: luka sayatan.
Contoh: luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan
kaca.
b. Tension laceration: kerusakan karena trauma tumpul
dengan gaya yang sangat kuat.
Contoh: benturan dengan aspal berkecepatan tinggi,
laserasi karena pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
c. Crush laceration atau compression laceration: luka
karena tertekan oleh suatu objek dari luar dan tulang.
Contoh: luka pada kepala karena terjatuh dari meja.
d. Kombinasi dari ketiganya
Ø Berdasarkan tingkat kontaminasinya:
1. Luka bersih: luka yang sengaja dibuat dengan prosedur
aseptik dan antiseptik. Risiko infeksi <2%. Contoh: luka
operasi.
2. Luka bersih terkontaminasi: luka bersih yang sudah
terkontaminasi dengan risiko infeksi <10%.
3. Luka terkontaminasi: tampak ada inflamasi (kemerahan,
bengkak, nyeri, panas), terbuka <4 jam. Risiko infeksi 20%.
4. Luka kotor/terkontaminasi: terdapat infeksi, terlihat pus
(nanah) dan jaringan yang mati, luka terbuka >4jam. Risiko
infeksi 40%.
b. Menilai adanya benda asing dalam luka
Lakukan penilaian adakah pasir, aspal, kotoran, dna lain-lain pada
luka.
4. Membersihkan luka

128
· Luka bersih: kasa steril + povidone iodine 10% dari tepi luka
keluar secara sirkuler
· Luka terkontaminasi: irigasi luka dengan NaCl atau akuades yang
mengalir
· Luka kotor: irigasi tekanan tinggi dengan menyemprotkan NaCl
atau akuades dengan spuit.

b. FRAKTUR/ PATAH TULANG


Fraktur adalah terputusnya atau diskontinuitas jaringan tulang yang
ditandai dengan rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi,
pemendekan, dan krepitasi.

Penyebab fraktur antara lain akibat trauma, stress berulang (terutama pada
atlet/penari, serta kelainan pada tulang (fraktur patologis: misalnya pada
osteoporosis.
Ø Jenis fraktur :
 Berdasarkan penyebab:
ü Gaya langsung: Cedera terjadi pada bagian yang mengalami
kontak dengan gaya yang diterima, misalnya tulang kaki terbentur
bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya
benturan.
 Gaya tidak langsung: Gaya yang diterima bagian tubuh tertentu
diteruskan sehingga bagian yang tidak mengalami gaya akan ikut
rusak, misalnya pada saat seseorang jatuh dengan telapak tangan
terlebih dahulu dan menumpu, maka lengan bawah dan
pergelangan tangan orang itu bisa patah juga secara tidak
langsung.
§ Berdasarkan sifat :
ü Fraktur tertutup : fragmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
ü Fraktur terbuka : fragmen tulang yang patah tampak dari luar
§ Berdasarkan bentuk garis fraktur :

129
§ Berdasarkan luas :
ü Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua korteks tulang
ü Fraktur inkomplit : garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang seperti fraktur greenstick

 Gejala dan tanda:


 Deformitas
 Nyeri (dolor)
 Memar
 Pembengkakan (oedem)
 Krepitasi
 Ujung tulang terlihat pada patah tulang terbuka
 Bagian yang patah mengalami fungsiolesia
 Penatalaksanaan:
 Pembidaian.
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat, atau bahan lain
yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga
agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)
memberikan istirahat, dan mengurangi rasa sakit.
1) Tujuan pemasangan bidai:
o Mempertahankan posisi bagian patah agar tidak bergerak
o Mengurangi rasa nyeri

130
o Memudahkan dalam transportasi korban
o Menghindari trauma soft tissue (saraf dan pembuluh darah pada
bagian distal yang cedera)
o Mengistirahatkan anggota badan yang patah
2) Prinsip pemasangan bidai:
· Proteksi diri sebelum melakukan pembidaian
· Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera
sampai pembidaian sempurna dilakukan
· Jangan coba-coba mereposisi/menekan fragmen tulang yang
keluar kembali ke tempat semula
· Buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum
memasang bidai, bila ada perdarahan atasi dulu
· Berikan padding (bantalan) pada tulang yang menonjol
· Panjang bidai mencakup 2 sendi (proximal dan distal fraktur)
· Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah dan juga
tidak terlalu lentur
· Ikatan pada bidai mantap tapi tidak terlalu kuat ataupun terlalu
longgar
· Beri bantalan lembut pada pemakaian bidai yang kaku
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai:
 Sensorik, yaitu dengan memberi rangsangan
 Motorik, yaitu dengan menggerakkan
 Denyut arteri
 Refiling kapiler, yaitu dengan kembali kapiler yang telah
dihambat
Contoh :

131
Fraktur femur

132
fraktur radius/ulna
cedera spinal
c. DISLOKASI SENDI
Permukaan sendi mengalami perpindahan (displacement) total dan tidak
berkontak sama sekali.

Ø Gambaran klinis :
o Nyeri sendi
o Gerak sendi terbatas
o Bentuk sendi abnormal

Ø Dislokasi Sendi Bahu

Tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:


o Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
o Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
o Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
o Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya

133
Penatalaksanaan :
Lakukan immobilisasi sebisa mungkin supaya tidak terjadi cedera
lebih lanjut
Ø Dislokasi Sendi Panggul

Tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul:


o Kaki pendek dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami
dislokasi
o Kaput femur dapat diraba pada tanggul
o Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri
Penatalaksanaan : langsung evakuasi
Usahakan perbaikan hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit. Oleh
karena itu kirim korban ke rumah sakit dengan diberi bantalan dibawah
lutut dan kaki untuk membatasi gerakan-gerakan selama diperjalanan.

d. SPRAIN DAN STRAIN


Sprain (terkilir sendi): teregangnya atau robeknya ligamen (yaitu
jaringan ikat yang menghubungkan dua atau lebih tulang dalam sebuah
sendi). Terjadi akibat gerakan yang salah sehingga sendi teregang
melampaui gerakan normal. Biasanya, sprain terjadi pada keadaan seperti
saat orang terjatuh dengan bertumpu pada tangan, mendarat dengan bagian
luar dari kaki, atau mendatar keras di tanah sehingga menyebabkan lutut
terpelintir.

134
· Gejala : nyeri, peradangan, ketidakmampuan menggerakan tungkai,
bengkak, memar, tidak stabil
· Diagnosis :
1. Look (inspeksi): warna kemerahan/kebiruan, bengkak/cekungan,
deformitas, cara berjalan
2. Feel (palpasi): perubahan suhu, nyeri tekan.
3. Move (gerak): aktif (korban diminta menggerakan sendiri bagian
yang sakit), pasif (pemeriksa membantu korban menggerakan
bagian yang sakit)
Strain (terkilir otot): teregangnya otot dan tendon (jaringan
ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang). Strain
terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Terjadi
ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari
atau pelompat.
· Gejala : nyeri, spasme/ kaku otot, kehilangan kekuatan, keterbatasan
lingkup gerak sendi.
· Diagnosis : dilakukan LFM (look, feel, move) juga seperti pada sprain.
Penatalaksanaan sprain dan strain :
ü Rest: Mengistirahatkan wilayah yang cedera. Jangan menaruh beban
pada tempat yang cedera selama 36-48 jam. Dapat digunakan alat
bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari
kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu
terjadinya komplikasi lebih lanjut.
ü Ice: Kompres dingin dengan es. Kompres dingin atau es akan
menghasilkan vasokontriksi untuk mengurangi pembengkakan dengan
meletakkan di bagian yang terluka selama 2-3 menit setiap 2 jam sekali
sehari dalam 24 jam pertama. Kita harus menempatkan kain di atas
daerah yang cidera dengan kantong es untuk menghindari luka akibat
suhu rendah. Terapi dengan kompres dingin ini harus dimulai dengan
segera dan diteruskan sampai 24-36 jam setelah luka terjadi.

135
ü Compress: Penekanan pada bagian yang cedera. Tindakan Compress
artinya menekan bagian yang mengalami cedera dengan menggunakan
perban khusus (ace bandage). Sebelum dibebat usahakan memberikan
perawatan pertama pada luka (desinfektan dan kasssa steril) kemudian
baru dibebat sesuai dengan lokasi cedera (sesuaikan ukuran bebat).
Periksa apakah pembebatan terlalu kencang, mudah lepas, dan
mengganggu pergerakan sendi yang normal atau tidak.
ü Elevation: Bagian yang cedera ditinggikan dari jantung selama 24-36
jam untuk memudahkan kembalinya darah dan untuk mengurangi
pembengkakan. Misalnya jika yang cedera lutut, upayakan pasien
dalam posisi tidur kemudian lutut diangkat atau ditopang dengan alat
supaya posisinya lebih tinggi dari jantung.

Yang tidak boleh dilakukan selama 72 jam pertama adalah HARM :


Heatdi kompres dengan air panas (panas berefek pada vasodilatasi
pembuluh darah sehingga memperparah inflamasi)
Alcoholdapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan sehingga
menghambat penyembuhan
Running berlari dapat memparah cedera
Massagepemijatan dapat meningkatkan pembengkakan dan cedera

Pembebatan adalah proses menutup luka untuk beberapa tujuan antara lain untuk :

a. Menopang suatu luka


b. Mengimobilisasi luka
c. Menutup luka
d. Menopang bidai
Pembebatan biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Mitella: pembalut berbentuk
segitiga
a. Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
b. Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat atau untuk

136
menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan

2. Elastic bandage/ tensocrepe

137
Simple bandage

138

Anda mungkin juga menyukai