Cardiac output, total volume darah yang dapat dipompa keluar jantung
oleh ventrikel kiri per menit
A. Primary Survey
Prinsip penanganan primary survey yaitu,
67
yaitu memperkenalkan diri kepada masyarakat yang berada di lokasi
kejadian agar tidak terjadi kesalahpahaman.
3. S: Send for Help, yaitu meminta pertolongan kepada rumah sakit atau
tempat rujukan yang tepat sehingga korban dapat diberikan terapi
definitif. Jika hanya ada anda tenaga kesehatan yang terlatih, minta
bantuan orang lain untuk menelepon ambulans. Informasi yang penting
untuk diberitahukan kepada pihak rumah sakit yaitu :
Menjelaskan keadaan korban saat ini
Jika dibutuhkan alat-alat khusus, jelaskan apa saja alat yang
perlu dibawa (contoh: pada pasien serangan jantung, minta
membawa AED / Automatic External Defibrilator)
Menjelaskan dimana lokasi kejadian
Apabila korban dalam keadaan sadar dan memiliki orientasi yang
baik, kita dapat melanjutkan ke secondary survey untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh pada korban. Sedangkan jika terjadi
penurunan kesadaran dan orientasi, kita tetap melanjutkan prosedur
primary survey. Hal tersebut dilakukan untuk menangani kemungkinan
keadaan kegawatdaruratan sehingga meningkatkan harapan hidup
korban.
68
4. Meraba arteri carotis selama 5-10 detik, dan secara bersamaan
memeriksa nafas dengan cara look, listen, and feel.
Look : Lihat perkembangan dada
Listen : Dengar suara nafasnya
Feel : Rasakan adanya udara pernafasan
69
a. Posisi penolong berada sedekat mungkin dengan bahu korban. Boleh
di kiri maupun di kanan pasien. Posisi penolong berlutut dengan
badan tegap.
70
i. CPR dapat dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong. Satu penolong
melakukan CPR sedangkan penolong lain menjaga jalan napas. Ketika
akan bertukar posisi, penolong harus menyelesaikan lima kali siklus
CPR terlebih dahulu.
Gambar 3Posisi penolong saat melakukan CPR yaitu tangan penolong tegak lurus dengan
dada korban
71
Gambar 4. Alur BLS pada korban dewasa yang tidak sadarkan diri berdasarkan AHA 2015
72
Gambar 5. Alur BLS pada korban anak-anak yang tidak sadarkan diri berdasarkan
AHA 2015
73
2. Airway (prinsip: pastikan jalan napas bebas dari benda asing)
Tindakan yang dilakukan yaitu memastikan terbukanya jalan nafas,
membersihkan jalan nafas dan membebaskan jalan nafas. Pada temuan
pasien dengan kondisi tidak sadar, langsung bersihkan sumbatan jalan
nafas. Cara untuk menilai ada tidaknya sumbatan jalan nafas dengan
74
mendadak. Jika curiga terdapat cedera cervical maka beri perlindungan
leher terlebih dahulu.
b. Dengan alat
Oro pharyngeal airway, Naso pharyngeal airway
Airway definitif: Orotrakeal airway, Nasotrakeal airway, Surgical
airway (Cricothyroidectomy dan Tracheostomy)
75
3. Breathing
Dilakukan identifikasi
untuk memastikan korban
bernapas atau tidak,
identifikasi dilakukan tidak
boleh lebih dari 10 detik. Jika
korban tidak bernapas,
bantuan napas dapat diberikan
melalui mouth do mouth Gambar 7 Memberi nafas buatan
(mulut-mulut) atau mouth to
nose (mulut-hidung) dengan memberikan hembusan awal sebanyak
dua kali hembusan sampai dada korban terlihat mengembang.
b. Tiup selama 1,5-2 detik sebanyak volume tidal. Lihat apakah dada
terangkat.
4. Disability
76
Interpretasi :
5. Exposure
Tahap akhir survey primer adalah eksposur korban untuk mencari
adakah cidera tubuh yang lain. Buka seluruh pakaian untuk
pemeriksaan lengkap. Pada saat yang sama mulai lakukan tindakan
pencegahan hipotermia (beri selimut, ganti dengan baju kering,
nyalakan pemanas). Setelah korban dapat bernafas secara normal
kembali, tetapi masih tidak sadar, lakukan posisi mantap.
77
Gambar 30. Posisi mantap / recovery position
B. Secondary survey
1. Anamnesis
78
Tujuan dalam menanyakan riwayat penggunaan obat dalam anamnesis
yakni untuk mengetahui apakah ada alergi penggunaan obat tertentu pada
pasien sehingga dapat membantu dalam pemberian obat kepada pasien.
P : Past illness
2. Pemeriksaan Fisik
79
wajah
80
perdarahan dalam dan berakibat fatal
2. Periksa keutuhan tulang panggul dengan
cara menekan bersamaan
ENVIROMENTAL INJURY
81
a) HEAT RASH
Ø Gejala
Ø Pertolongan pertama
b) HEAT SYNCOPE
Ø Gejala
- Pingsan
- Pusing
Ø Pertolongan pertama
82
c) HEAT CRAMPS
Ø Gejala
Ø Pertolongan pertama
d) HEAT EXHAUSTION
Ø Gejala
- Mual
- Pusing
- Haus
83
- Keringat berlebih
Ø Pertolongan pertama
e) HEAT STROKE
Ø Gejala
- Halusinasi
- Sakit kepala
- Kebingungan
- Bicara melantur
84
- Perubahan status mental
Ø Pertolongan pertama
- Kipas badannya
2. HIPOTERMIA
Hipotermia menggambarkan keadaan di mana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kewalahan dalam menghadapi stressor dingin. Pada
kondisi hipotermi, tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada produksi
panas, sehingga suhu tubuh menjadi sangat rendah. Suhu tubuh normal
adalah sekitar 37 0C sedangkan hipotermia terjadi karena suhu tubuh di
bawah 35 0C.
85
2) Hipotermia Sedang (suhu inti 28-32 °C)
· Ditandai dengan aritmia jantung, yakni bradikardia
· hipotensi
· gangguan pernafasan
· gangguan kesadaran
· Pelebaran pupil
· refleks muntah berkurang
· Hiporefleksia
· Kehilangan respon menggigil
Tatalaksana awal
1. Tempatkan korban dalam lingkungan yang hangat
2. Lepaskan baju korban yang basah dan menggantinya dengan baju yang
kering
3. Hangatkan tubuh dengan sleeping bag atau selimut
4. Lakukan rewarming eksternal aktif dengan benda hangat, misalnya:
botol kaca yang diisi air panas, ditempatan di bagian lipatan tubuh
seperti axilla, pangkal paha dan perut
5. Dalam keadaan darurat, penolong dapat emberikan bantuan skin to
skin contact dengan korban ketika tidak tersedia botol kaca atau benda
hangat lain untuk menghangatkan tubuh korban
86
6. Berikan minuman dan makanan hangat manis apabila masih sadar
Ø Gejala:
- Sulit tidur
- Pusing
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Kehilangan selera makan
- Mual atau muntah
- Denyut jantung meningkat
- Kesulitan bernafas
Gejala yang mungkin terjadi dengan acute mountain
sickness yang lebih parah meliputi:
o Warna biru pada kulit (sianosis)
o Dada sesak
o Kebingungan
o Batuk
o Batuk darah
o Kesadaran menurun
o Kulit pucat
o Tidak bisa berjalan dalam garis lurus, atau
berjalan sama sekali
o Sesak napas pada saat istirahat
Ø Penanganan awal
87
· Istirahatkan
· Bawa ke tempat dengan ketinggian lebih rendah
· Berikan oksigen ekstra
4. DEHIDRASI
Kondisi ketidakseimbangan cairan yang terjadi saat tubuh tidak
mendapatkan cukup air seperti seharusnya. Dapat disebabkan karena
berlebihan keringat, demam, atau penyakit lain yang mendasari.
a. Osmolaritas
i. Isonatremic ( Isotonic) : 130-150 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium yang sama
dengan konsentrasi dalam darah.
ii. Hyponatremic (Hypotonic) : <130 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium lebih
rendah daripada konsentrasi dalam darah.
iii. Hypernatremic (Hypertonic) : >150 mEq/L
Cairan yang keluar mengandung konsentrasi sodium lebih
banyak daripada konsentrasi dalam darah.
b. Severitas
88
i. Mild to moderate
· Kehausan
· Mulut kering
· Oligouria
· Urin kuning gelap
· Kulit kering
· Sakit kepala
· Keram otot
ii. Severe
· Tidak buang air kecil (anuria)
· Kulit kering
· Kebingungan
· Pusing dan kepala ringan
· Detak jantung cepat
· Mata cekung
· Lesu
· Tidak sadar atau delirium
· Syok
c. Penanganan Pertama
· Minum, usahakan minuman yang mengandung elektrolit.
· Pemberian larutan ORT (Oral Rehydration Therapy).
· Pemberian cairan IV pada kondisi severe.
5. HIPOGLIKEMIA
Rendahnya kadar gula dalam darah, sehingga tubuh tidak memiliki cukup
energi. Terjadi saat kadar gula darah jatuh melebihi kadar normalnya
biasanya dibawah 70 mg/dL.
i. Gejala
· Lapar
· Gemetar
· Berkeringat
89
· Pusing dan kepala terasa ringan
· Ngantuk
· Kebingungan
· Anxietas
· Lemas
· Kesusahan berbicara
ii. Penanganan Pertama
· Pemberian permen, gula, minuman manis untuk
meningkatkan gula darah pada hipoglikemia dimana
kesadaran korban masih penuh
· Jika kesadaran korban menurun maka diberikan larutan
glukosa atau dextrose 40% (D40) secara intravena.
6. TERSEDAK
1. Pasien tersedak masih sadar
Pasien dengan gejala tersedak, kesulitan bernafas, berbicara, dan tidak
dapat batuk.
Penatalaksanaan
a. Memberikan minimal 5x tepukan pada punggung. Tepuk punggung
dengan tumit tangan penolong dan posisi pasien membungkuk
ditahan denga tangan yang lain.
b. Melakukan Heimlich Manuever sampai 4x dengan cepat. Letakkan
kepala pada tengah abdomen, di atas pusar dan di bawah rongga
iga. Genggam kepalan 1 dengan tangan yang lain. Lakukan
dorongan abdomen dengan cepat.
c. Lakukan 5x backdown/ dorongan punggun dan hemlich maneuver
sampai :
1) Objek tertelan keluar
2) Pasien dapat batuk sangat keras dan bernapas
3) Pasien tidak sadar
90
2. Pasien tersedak tidak sadar
91
a. Eksternsikan kepala/ head tilt maksimal. Lakukan 2x initial
breathing
b. Bila dada tidak mengembang lakukan 30x kompresi dada
c. Lihat adakah objek yang keluar dan bila melihat benda yang masih
tetrtahan di mulut segera keluarkan
d. Bila tidak ada napas : lakukan a-c, bila ada nafas : chek breathing
dan nadinya
e. Bila masih juga tidak bernapas lakukan cricotyroidectomy
7. PINGSAN (SYNCOPE)
Syncope didefinisikan sebagai kehilangan kesadaran disertai dengan
ketidakmampuan untuk mempertahankan postur tubuh yang terjadi
sementara dengan pemulihan yang spontan.
Tanda dan gejala:
1. Anamnesis pasca sinkop pada pasien penting dilakukan untuk mencari
kausa dari sinkop :
• Faktor Pemicu
• Aktifitas pasien sebelum syncope
• Posisi pasien saat peristiwa itu terjadi
Pertanyaan-pertanyaan berikut harus ditanyakan:
• Apakah kehilangan kesadaran penuh?
• Apakah kehilangan kesadaran dengan onset cepat dan durasi singkat?
• Apakah pemulihan spontan, lengkap, dan tanpa gejala sisa ?
Jika jawabannya adalah positif, sinkop sangat mungkin; jika 1 atau
lebih negatif, bentuk lain dari hilangnya kesadaran harus
dipertimbangkan.
Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan :
· Detail kejadian sinkop dari saksi yang tersedia (misalnya,
apakah pasien mengalami kebingungan postsyncope)
· Riwayat pengobatan Pasien
· Riwayat medis pribadi atau keluarga pasien penyakit jantung
92
2. Gejala Presyncope :
• pusing
• vertigo, lemah, diaphoresis, ketidaknyamanan epigastrium, mual,
penglihatan kabur, pucat.
3. Pemeriksaan fisik :
• Vital sign
• Pengukuran tingkat glukosa oleh rapid fingerstick
• Peninjauan adakah tanda trauma
Manajemen awal :
8. ASMA
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elementnya, menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam dan atau dini hari.
a. Gejala
93
gelisah gelisah,
kesadaran
menurun
Frekuensi <20/menit 20-30 >30/menit
napas /menit
Nadi <100 100-200 >120 Bradikardia
Otot bantu Kelelahan
napas dan torakoabdominal
- + +
retraksi paradoksal
suprasternal
Mengi Akhir Akhir Inspirasi dan Silent Chest
(Wheezing) ekspirasi ekspirasi ekspirasi
paksa
APE >80% 60-80% <60%
94
b. Penanganan pertama
Terapi awal
Inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat (setiap 20 menit, 3
kali dalam 1 jam), atau
bronkodilator oral
hubungi dokter
9. LUKA BAKAR untuk instruksi
selanjutnya
95
Luka bakar bisa disebabkan oleh terkena panas, bahan kimia, listrik,
cahaya dan terpapar radiasi. Luka bakar dibedakan menjadi 3 derajat yaitu:
Pertolongan pertama
• Basahi luka bakar secara menyeluruh dengan air dingin untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dan melepaskan semua pakaian yang terbakar.
• Jika area luka bakar terbatas, rndam bagian yang luka dalam air dingin
selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit dan edema dan untuk
meminimalkan kerusakan jaringan.
• Jika luas luka bakar besar, setelah disiram dengan air dingin, tutup
sekitar area yang terbakar (atau seluruh pasien) untuk mencegah
kehilangan panas dan hipotermia yang sistemik.
• Bawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin.
96
DEFINISI:
• Poisoning :
• Keadaan ketika suatu bahan/substansi mengganggu fungsi normal
tubuh setelah ditelan, dihirup, diinjeksi, atau diabsorpsi.
• Intoxication :
• Kondisi dimana tubuh mengalami perubahan dan gangguan dalam
kesadaran, perilaku dan pemikiran akibat masuknya substansi
psikoaktif ke dalam tubuh.
• Envenomation :
• Proses masuknya bisa/venom ke dalam tubuh yang diakibatkan
oleh gigitan/sengatan dari hewan yang berbisa.
Macam-macam Intoksikasi
• INTOKSIKASI KIMIA contoh: minum alkohol, konsumsi narkoba
memicu reaksi biologis ke otak, system saraf, akibat INGESTI.
• Gejala :
-senang
-sedih
-depresi
-kebingungan
-melakukan tindakan-tindakan irasional
• INTOKSIKASI PSIKOLOGIS contoh: JATUH CINTA
à melibatkan pancaindera (penciuman, pendengaran, perasaan, perabaan,
penglihatan)
Gejala:
- konsentrasi menurun
- rasa senang
- Depresi
- Putus asa
• INTOKSIKASI SPIRITUAL contoh : Hipnosis
• orang yang menyerahkan dirinya ke dalam tangan orang lain/ mengikuti
kehendak orang lain tanpa melawan.
97
KERACUNAN
Gejala:
Pertolongan Pertama!
Keracunan melalui INGESTI
o Amankan korban dari bahaya
o Pastikan korban memang mengalami keracunan
Tanda-tanda:
- Bau mulut seperti bahan kimia
- Luka bakar sekitar mulut
- Kesulitan nafas
- Muntah
- Bau-bau aneh disekitar korban
o Jangan memaksakan korban untuk muntah
o Jika korban muntah, pastikan jalan nafasnya bebas
- Lilitlah kain disekitar jari-jari sebelum membersihkan
airway/jalan nafas
- Jika keracunan oleh tanaman, simpan bekas muntahan untuk
dibawa ke RS untuk identifikasi racun.
o Tetap menjaga korban terus, dan pastikan dia nyaman. Posisikan
dalam posisi mantap, sambil menunggu bantuan medis.
98
o Jika racun tertumpah pada pakaian, pakaiannya dilepas dan
kulitnya dicuci dengan air.
ULAR
a. Sifat Ular
· Ular takut pada manusia, pada kebanyakan kasus ular menggigit
manusia untuk mengusir manusia.
· Gigitan ular tidak semuanya berakhir dengan kematian. Kematian
tidak datang seketika atau dalam beberapa menit saja. Gejala
biasanya timbul 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban
digigit ular.
99
Keterangan :
100
anda sesekali dapat mengejutkan ular yang sedang tidur atau
berjemur.
· Pada umumnya, ular akan segera berlalu, bila anda
memberikannya kesempatan untuk pergi. JANGAN dihalang-
halangi dengan membuat tindakan-tindakan yang tidak perlu.
· Berhati-hatilah, jika anda benar-benar harus membunuh ular
untuk dimakan atau untuk keamanan. Terkadang,walaupun tidak
biasa, kehangatan dan tubuh orang yang tertidur dapat menarik
perhatian ular.
e. Pertolongan pertama
· Usahakan korban tenang dan tetap sadar.
· Letakkan daerah gigitan lebih rendah dari jantung.
· Imobilisasi seluruh badan pasien dengan membaringkan pasien,
dan imobilisasi daerah bekas gigitan dengan bebat (pressure
immobilization atau pressure pad). Pergerakan apapun atau
kontraksi otot dapat meningkatkan absorpsi dari racun ke
pembuluh darah dan pembuluh limfe.
· Hindari interfensi dengan luka gigitan seperti insisi, pengambilan
racun baik dengan spuit atau mulut, garuk, pijat, maupun aplikasi
herbal dan kimia. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan infeksi,
meningkatkan absorpsi racun dan meningkatkan perdarahan lokal.
· Segera larikan ke fasilitas kesehatan terdekat
101
LINTAH
Lintah adalah binatang yang air liurnya mengandung zat anti pembekuan
darah/antikoagulan sehingga menyebabkan darah akan terus mengalir ke
luar dan masuk ke perut lintah.
b. Pertolongan pertama
· Siram minyak/air tembakau dan garam atau kenakan api ke tubuh
lintah supaya lintah cepat melepaskan gigitan lintah.
102
PERDARAHAN DAN SYOK
PERDARAHAN
A. JENIS-JENIS PERDARAHAN
1. Perdarahan luar
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh
darah disertai dengan kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar
dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut. Perdarahan yang
tampak atau terlihat jelas keluar dari luka terbuka
2. Perdarahan Dalam
Kehilangan darah dalam perdarahan internal tidak terlihat karena
kulit masih utuh. Perdarahan internal mungkin terjadi didalam
jaringan-jaringan, organ-organ, atau di rongga-rongga tubuh termasuk
kepala, dada, dan perut. Perdarahan internal terjadi ketika kerusakan
pada arteri atau vena menyebabkan darah terlepas dari sistim sirkulasi
dan terkumpul didalam tubuh. Jumlah perdarahan tergantung pada
jumlah kerusakan pada organ dan pembuluh-pembuluh darah yang
103
mensuplainya, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki pecahan-
pecahan pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah.
Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi :
· Luka tusuk
· Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung
· Muntah atau batuk darah
· Memar luas pada batang tubuh
· Luka tembus dada atau perut
· Buang air kecil atau besar berdarah (Darwis Allan, 2005)
104
B. SUMBER PERDARAHAN
105
1. Perdarahan Nadi (Arteri)
Cedera pada pembuluh darah arteri adalah cedera yang serius.
Arteri membawa darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh di bawah
tekanan yang kuat oleh setiap denyutan jantung. Darah yang berasal
dari pembuluh arteri akan memancar atau memuncrat keluar sesuai
dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang. Perdarahan arteri
bisa mengancam jiwa.
2. Perdarahan Balik (Vena)
Vena merupakan pembuluh yang membawa darah kembali ke
jantung. Lokasi vena biasanya lebih dekat dengan permukaan kulit.
Perdarahan vena bersifat lebih lambat daripada arteri karena darah
berada dalam tekanan yang lebih rendah. Darah yang keluar biasanya
mengalir dan berwarna merah gelap.
3. Perdarahan Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang tersebar di seluruh
tubuh. Ada ratusan ribu kapiler di seluruh permukaan kulit. Beberapa
bagian tubuh memiliki lebih banyak kapiler, misalnya pada kepala dan
wajah, sehingga luka pada bagian ini akan banyak berdarah. Darah
yang keluar dari pembuluh kapiler biasanya merembes perlahan.
C. KLASIFIKASI PERDARAHAN
1. Kelas I
Pendarahan melibatkan sampai 15% dari volume darah dan dapat
mencapai 750 ml. Biasanya nadi normal tidak lebih dari 100 kali per
menit. Tidak ada kelainan pada tekanan darah dan respirasi. Pasien sedikit
cemas dan pemberian resusitasi dengan kristaloid bila perlu.
2. Kelas II
Pendarahan melibatkan 15-30% dari total volume darah. Kehilangan
darah dapat mencapai 750 – 1500 ml. Pasien sering takikardi dengan
denyut jantung 100 – 120 kali per menit. Tekanan darah berkurang atau
106
hipotensi. Kecepatan respirasi 20 – 30 kali permenit atau takipnea. Tubuh
mencoba untuk mengkompensasi dengan vasokonstriksi perifer. Kulit
mulai tampak pucat dan dingin bila disentuh. Pasien dapat menunjukkan
gejala kecemasan dalam perilaku. Resusitasi dengan kristaloid diperlukan.
Transfusi darah biasanya tidak diperlukan.
3. Kelas III
Pendarahan melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah yang
bersirkulasi. Kehilangan darah dapat mencapai 1500 – 2000 ml. Tekanan
darah pasien turun, detak jantung meningkat sampai 120-140 kali per
menit, kecepatan respirasi 30-40 kali per menit, perfusi perifer (syok),
CRT memburuk, dan status mental memburuk. Cairan resusitasi dengan
kristaloid dan transfusi darah biasanya diperlukan.
4. Kelas IV
Perdarahan melibatkan kehilangan > 40% dari volume darah yang
bersirkulasi. Kehilangan darah dapat mencapai lebih dari 2000 ml.
Tekanan darah pasien turun, detak jantung meningkat sampai di atas 140
kali per menit, kecepatan respirasi di atas 40 kali per menit. Pasien tampak
lingung dan letargi (tertidur dan dapat dibangunkan sebentar namun
kesadaran tidak penuh dan berakhir dengan tertidur kembali). Batas
kompensasi tubuh tercapai dan resusitasi agresif baik kristaloid dan
transfuse darah diperlukan untuk mencegah kematian.
107
D. Penatalaksanaan Perdarahan Luar
108
memperlambat perdarahan. Jangan menggunakan metode ini bila ada
indikasi cedera otot rangka dan benda tertancap.
PENGGUNAAN TORNIQUET
Pada perdarahan pada pembuluh nadi (arteri) yang terpotong cukup besar dengan
perdarahan terus menerus dan memuncrat keluar serta tidak berhenti dengan
teknik pembalutan di atas maka dilakukan penekanan dengan TORNIQUET.
Torniquet adalah balutan dengan menjepit, sehingga aliran darah dibawahnya
berhenti sama sekali. Pemakaian tourniquet harus hati-hati sekali karena bisa
merusak jaringan diujung luka.
1. Alasi tempat yang akan dipasang tourniquet dengan kasa agar kulit tidak
lecet
2. Pasang tourniquet antara luka dengan jantung, dengan cara menyimpul
mati kain pengikat diatas luka.
3. Kencangkan balutan dengan tongkat pemutar sampai perdarahan berhenti
109
4. Setiap 10 – 15 menit tourniquet harus dilonggarkan dengan cara memutar
tongkat kearah berlawanan
5. Tunggu ½ – 1 menit. Kalau dalam satu menit darah tidak mengalir lagi,
biarkan tourniquet dalam keadaan longgar. Kalau terjadi lagi
perdarahan,segera tourniquet dikencangkan kembali
Beberapa hal yang perlu di ingat dan dikerjakan dalam penggunakan tourniquet:
110
Gambar tourniquet menggunakan alat yang tersedia di rumah sakit
E. PENANGANAN LUKA
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah yang disengaja, tak
terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
infeksi di tempat lain
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi): Luka yang dari
kasat mata terlihat bersih tetapi sebenarnya terdapat mikromolekul. Ex:
Luka Sayatan pisau
3. Contamined Wounds (Luka Kotor Terkontaminasi): Luka yang secara
kasat mata terlihat makromolekul seperti kotoran. Ex: Luka Kecelakaan
PRINSIP: Luka Basah tutup Balut Kering. Luka Kering tutup Balut Basah
EPISTAKSIS (MIMISAN)
Epistaksis adalah dalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring.
A. KLASIFIKASI
111
1. Epistaksis ringan (90%)
B. PENATALAKSANAAN PRIMER
1. korban menunduk dengan badan condong ke depan.
2. pencet hidung selama 15 menit. Tekan dibawah tulang hidung pada bagian
ujungnya, lalu lepaskan perlahan
a. JANGAN berusaha untuk melepaskan ingus karena akan memperlebar
trauma pembuluh darah sehingga perdarahan tidak segera berhenti
3. tempelkan kain basah atau es yang dibungkus kain pada hidung dan muka
untuk vasokonstriksi
4. jika perdarahan berlanjut dan ada indikasi patah tulang segera rujuk ke
rumah sakit
SYOK
Definisi
Syok merupakan hipoperfusi sistemik yang disebabkan oleh penurunan
baik curah jantung maupun volume darah yang beredar secara efektif,
112
kemudian akan muncul hipotensi diikuti dengan gangguan perfusi jaringan
serta hipoksia sel (Robbins. 2007)
Penyebab :
· Kegagalan jantung memompa darah
· Kehilangan darah dalam jumlah besar
· Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat
mengisinya dengan baik
· Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare
Pengenalan tanda awal:
· Pernapasan : cepat dan dangkal
· Nadi : cepat (> 100) dan lemah, kadang tidak teraba
· Kulit : pucat, dingin dan lembab
· Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga
· Mata : pandangan hampa, pupil melebar
· Kesadaran : gelisah s/d koma
· Memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill test > 2 detik)
Jenis-jenis syok
· Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Jenis syok ini dapat
menyebabkan banyak organ
untuk berhenti bekerja. Kardiogenik
113
Penyebab:
ü Kehilangan sekitar 1/5 atau lebih dari jumlah normal darah dalam
tubuh Anda menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan darah dapat
disebabkan oleh: Pendarahan dari luka, Pendarahan dari cedera lain,
Pendarahan internal, seperti di saluran pencernaan
ü Jumlah darah yang beredar di tubuh Anda bisa turun ketika Anda
kehilangan terlalu banyak cairan tubuh lainnya, yang dapat terjadi
dengan: Luka bakar, Diare. Keringat berlebih, Muntah.
Gejala
Cemas atau agitasi, dingin, kulit lembab, kebingungan, penurunan atau
tidak ada output urin, Warna kulit pucat. Napas cepat, Berkeringat, tidak
sadar. Hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda syok, termasuk:
Tekanan darah rendah, Suhu tubuh rendah, Nadi cepat, seringkali lemah
dan tidak teraba.
Tindakan:
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus
cairan kristaloid (Ringer Laktat/Ringer Asetat/NaCl 0,9 %) dengan
jumlah cairan melebihi dari cairan yang hilang.
Catatan:
Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus
kritaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber
perdarahan dihentikan.
114
Dehidrasi berat : Selaput lendir pecah-pecah, Pergantian volume cairan yang
Kehilangan cairan tubuh pasien dapat tidak sadar, hilang dengan cairan kristaloid
> 10 % tekanan darah menurun, (NaCl 0,9% atau RL)
anuria
b. Syok hipovolemik karena perdarahan
115
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam
menghadapi syok:
5. Tenangkan penderita
Posisi Syok
116
EVAKUASI DARAT
3. Hal utama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu kontrol
keadaan korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi trauma
korban.
Prinsip utama :
4. Explain clearly
5. One command
117
a. Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan monitor terus keadaan umum
korban.
b. Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
c. Perdarahan yang ada sudah diatasi dan dikendalikan
d. Patah tulang yang ada sudah ditangani
e. Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan
korban
· Bila mungkin, terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan, agar
dapat bekerjasama.
· Angkat dan bawa korban dengan benar agar tidak mengalami cedera
otot/sendi.
Ø Keselamatan penolong
118
· Ingat tentang triage! Triage merah harus diutamakan untuk dievakuasi.
Perhatikan lokasi cedera pada pasien dan tentukan bagaimana cara
melakukan evakuasi terhadap korban tersebut.
1. Bila tidak ada bahaya; beri pertolongan lebih dulu kemudian pindahkan
penderita
o Tempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki ke depan guna
menjaga keseimbangan
o Tandu diperiksa dari kerusakan, dicoba apa mampu menahan berat korban.
o Korban tidak sadar yang dibawa ketempat jauh, sebaiknya selalu diikat.
119
§ Korban dengan stroke/kompresi otak tidak boleh di angkat dengan
kepala lebih rendah dari kaki
Teknik-teknik transportasi :
1. Human crutch
2. Pick a bag
120
3. Drag Method
o Hati-hati pada korban tidak sadar bila dicurigai terdapat trauma servikal
atau trauma kepala
4. Cradle Method
o Korban sadar
121
o Teknik :Tubuh penolong direndahkan di depan korban, lingkarkan tangan
di seputar punggung korban. Tangan lain mengangkat korban dari paha
dan merapatkan tubuh korban ke penolong
5. Two-handed seat
o Korban sadar
6. Fore-and-aft Carry
122
7. Chair Carry
o Alat mudah ditemukan dimana saja, material harus kaku. Bukan plastic
dan bukan jenis kursi lipat
8. AnklePull
o Lakukan Ankle Pull apabila curiga cedera pada ekstremitas atas.
o Tekniknya hampir sama seperti drag method, tetapi yang ditarik adalah
bagian ankle atau kaki.
Ø Pegang kaki, khususnya ankle korban
dengan kuat
Ø Usahakan punggung penolong selalu tegak
Ø Usahakan menarik korban dalam posisi
yang lurus
Ø Perhatikan kondisi jalan evakuasi. Hanya
lakukan ankle pull apabila kondisi jalan
evakuasi baik.
123
Ø Perhatikan anggota tubuh yang lain, sepertikepala. Jangan sampai
terkena cedera sekunder akibat kesalahan evakuasi.
2. Pernapasan paradoksal
1. Inline Immobilization
o Amankan leher dengan neck collar atau yang sejenis (sandbag, sandal
jepit)
124
6. Gunakan Scoop stretcher atau spine board untuk memindahkan korban
· Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki
· Seorang pengangkat berdiri di keempat ujung tandu. Jika ada tiga orang, dua
berdiri dekat kepala dan satu pada kaki. Semua pengangkatjongkok dan
memegang mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri memegang tandu
secara rata.
· Untuk menurunkan korban, para pengangkat berhenti kalau ada aba-aba. Pada
aba-aba berikutnya semua jongkok dan meletakkan tandu hati-hati.
125
Tandu Buatan Sendiri
TRAUMATOLOGI
a. LUKA
Penanganan luka:
1. Anamnesis
· Mekanisme terjadinya luka (bagaimana)
126
· Kapan terjadinya luka. Golden period penanganan luka <6 jam
sejak terjadinya luka, jika lebih maka dapat terjadi kolonisasi
bakteri.
· Dimana terjadinya luka
2. Pemeriksaan fisik
a. Lokasi
Cek apakah terdapat kerusakan struktur di bawah luka, yaitu
· Pembuluh darah
o Cek pengisian kapiler di sebelah distal luka (adakah pucat
atau sianosis, apakah suhu di distal luka teraba hangat atau
tidak)
o Cek pulsasi arteri arteri di distal luka
o Cek apakah terdapat perdarahan
· Saraf
o Nilai status motorik di distal luka (apakah bagian di distal
luka masih dapat digerakkan)
o Nilai status sensorik di distal luka (apakah bagian di distal
luka masih dapat merasakan rangsangan seperti sentuhan,
tekanan)
· Otot, tendo
o Inspeksi
o Penilaian range of motion (apakah terdapat keterbatasan
gerak sendi)
· Tulang
o Nilai adakah fraktur atau dislokasi
3. Penilaian luka
a. Inspeksi luka
Jenis luka:
Ø Berdasarkan penyebabnya:
1. Erosi, abrasi, eksoriasi : cedera pada permukaan epidermis
(=luka lecet)
127
2. Kontusio: disebabkan karena trauma tumpul atau ledakan.
Dapat terjadi hematoma.
3. Laserasi: cedera yang terjadi ketika kekuatan trauma
melebihi kekuatan regang jaringan. Berdasarkan
mekanisme terjadinya dibedakan menjadi:
a. Insisi: luka sayatan.
Contoh: luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan
kaca.
b. Tension laceration: kerusakan karena trauma tumpul
dengan gaya yang sangat kuat.
Contoh: benturan dengan aspal berkecepatan tinggi,
laserasi karena pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi.
c. Crush laceration atau compression laceration: luka
karena tertekan oleh suatu objek dari luar dan tulang.
Contoh: luka pada kepala karena terjatuh dari meja.
d. Kombinasi dari ketiganya
Ø Berdasarkan tingkat kontaminasinya:
1. Luka bersih: luka yang sengaja dibuat dengan prosedur
aseptik dan antiseptik. Risiko infeksi <2%. Contoh: luka
operasi.
2. Luka bersih terkontaminasi: luka bersih yang sudah
terkontaminasi dengan risiko infeksi <10%.
3. Luka terkontaminasi: tampak ada inflamasi (kemerahan,
bengkak, nyeri, panas), terbuka <4 jam. Risiko infeksi 20%.
4. Luka kotor/terkontaminasi: terdapat infeksi, terlihat pus
(nanah) dan jaringan yang mati, luka terbuka >4jam. Risiko
infeksi 40%.
b. Menilai adanya benda asing dalam luka
Lakukan penilaian adakah pasir, aspal, kotoran, dna lain-lain pada
luka.
4. Membersihkan luka
128
· Luka bersih: kasa steril + povidone iodine 10% dari tepi luka
keluar secara sirkuler
· Luka terkontaminasi: irigasi luka dengan NaCl atau akuades yang
mengalir
· Luka kotor: irigasi tekanan tinggi dengan menyemprotkan NaCl
atau akuades dengan spuit.
Penyebab fraktur antara lain akibat trauma, stress berulang (terutama pada
atlet/penari, serta kelainan pada tulang (fraktur patologis: misalnya pada
osteoporosis.
Ø Jenis fraktur :
Berdasarkan penyebab:
ü Gaya langsung: Cedera terjadi pada bagian yang mengalami
kontak dengan gaya yang diterima, misalnya tulang kaki terbentur
bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya
benturan.
Gaya tidak langsung: Gaya yang diterima bagian tubuh tertentu
diteruskan sehingga bagian yang tidak mengalami gaya akan ikut
rusak, misalnya pada saat seseorang jatuh dengan telapak tangan
terlebih dahulu dan menumpu, maka lengan bawah dan
pergelangan tangan orang itu bisa patah juga secara tidak
langsung.
§ Berdasarkan sifat :
ü Fraktur tertutup : fragmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
ü Fraktur terbuka : fragmen tulang yang patah tampak dari luar
§ Berdasarkan bentuk garis fraktur :
129
§ Berdasarkan luas :
ü Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua korteks tulang
ü Fraktur inkomplit : garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang seperti fraktur greenstick
130
o Memudahkan dalam transportasi korban
o Menghindari trauma soft tissue (saraf dan pembuluh darah pada
bagian distal yang cedera)
o Mengistirahatkan anggota badan yang patah
2) Prinsip pemasangan bidai:
· Proteksi diri sebelum melakukan pembidaian
· Jangan melepaskan stabilisasi manual pada tulang yang cedera
sampai pembidaian sempurna dilakukan
· Jangan coba-coba mereposisi/menekan fragmen tulang yang
keluar kembali ke tempat semula
· Buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum
memasang bidai, bila ada perdarahan atasi dulu
· Berikan padding (bantalan) pada tulang yang menonjol
· Panjang bidai mencakup 2 sendi (proximal dan distal fraktur)
· Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah dan juga
tidak terlalu lentur
· Ikatan pada bidai mantap tapi tidak terlalu kuat ataupun terlalu
longgar
· Beri bantalan lembut pada pemakaian bidai yang kaku
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai:
Sensorik, yaitu dengan memberi rangsangan
Motorik, yaitu dengan menggerakkan
Denyut arteri
Refiling kapiler, yaitu dengan kembali kapiler yang telah
dihambat
Contoh :
131
Fraktur femur
132
fraktur radius/ulna
cedera spinal
c. DISLOKASI SENDI
Permukaan sendi mengalami perpindahan (displacement) total dan tidak
berkontak sama sekali.
Ø Gambaran klinis :
o Nyeri sendi
o Gerak sendi terbatas
o Bentuk sendi abnormal
133
Penatalaksanaan :
Lakukan immobilisasi sebisa mungkin supaya tidak terjadi cedera
lebih lanjut
Ø Dislokasi Sendi Panggul
134
· Gejala : nyeri, peradangan, ketidakmampuan menggerakan tungkai,
bengkak, memar, tidak stabil
· Diagnosis :
1. Look (inspeksi): warna kemerahan/kebiruan, bengkak/cekungan,
deformitas, cara berjalan
2. Feel (palpasi): perubahan suhu, nyeri tekan.
3. Move (gerak): aktif (korban diminta menggerakan sendiri bagian
yang sakit), pasif (pemeriksa membantu korban menggerakan
bagian yang sakit)
Strain (terkilir otot): teregangnya otot dan tendon (jaringan
ikat/penghubungan yg kuat yg menghubungkan otot dengan tulang). Strain
terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Terjadi
ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari
atau pelompat.
· Gejala : nyeri, spasme/ kaku otot, kehilangan kekuatan, keterbatasan
lingkup gerak sendi.
· Diagnosis : dilakukan LFM (look, feel, move) juga seperti pada sprain.
Penatalaksanaan sprain dan strain :
ü Rest: Mengistirahatkan wilayah yang cedera. Jangan menaruh beban
pada tempat yang cedera selama 36-48 jam. Dapat digunakan alat
bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari
kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
Aktivitas yang berlebih pada bagian tubuh yg terkena akan memicu
terjadinya komplikasi lebih lanjut.
ü Ice: Kompres dingin dengan es. Kompres dingin atau es akan
menghasilkan vasokontriksi untuk mengurangi pembengkakan dengan
meletakkan di bagian yang terluka selama 2-3 menit setiap 2 jam sekali
sehari dalam 24 jam pertama. Kita harus menempatkan kain di atas
daerah yang cidera dengan kantong es untuk menghindari luka akibat
suhu rendah. Terapi dengan kompres dingin ini harus dimulai dengan
segera dan diteruskan sampai 24-36 jam setelah luka terjadi.
135
ü Compress: Penekanan pada bagian yang cedera. Tindakan Compress
artinya menekan bagian yang mengalami cedera dengan menggunakan
perban khusus (ace bandage). Sebelum dibebat usahakan memberikan
perawatan pertama pada luka (desinfektan dan kasssa steril) kemudian
baru dibebat sesuai dengan lokasi cedera (sesuaikan ukuran bebat).
Periksa apakah pembebatan terlalu kencang, mudah lepas, dan
mengganggu pergerakan sendi yang normal atau tidak.
ü Elevation: Bagian yang cedera ditinggikan dari jantung selama 24-36
jam untuk memudahkan kembalinya darah dan untuk mengurangi
pembengkakan. Misalnya jika yang cedera lutut, upayakan pasien
dalam posisi tidur kemudian lutut diangkat atau ditopang dengan alat
supaya posisinya lebih tinggi dari jantung.
Pembebatan adalah proses menutup luka untuk beberapa tujuan antara lain untuk :
136
menggantung bagian anggota badan yang cedera
c. Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung tangan
137
Simple bandage
138