an Produksi Seringkali unit produksi/operasi dianggap dapat berdiri sendiri, dan ketergantungannya untuk pengintegrasian dengan bagian lain dari sistem hanya dikenal bila bagian-bagian lain dari perusahaan berubah. Bahaya visi-terowongan ini amat besar. Misalnya, peraturan pemerintah mungkin memaksa diadakannya perubahan pemasaran yang memerlukan modifikasi desain. Pada gilirannya hal ini akan mengubah proses sedemikian rupa, sehingga akibatnya para operator harus dipindahkan dengan masalah klebihan pegawai dan pelatihan kembali. Seandainya para manajer dapat melihat di luar dinding ruang kerja unitnya sendiri, maka masalah ini bisa diperkirakan sebelumnya dan akibatnya bisa dikurangi. Demikian pula keputusan direksi mengadakan perubahan dari kebijakan penjualan dimana pesanan diterima, ke kebijakan pemasaran dimana pesanan dicari. Mau tidak mau keadaan ini memerlukan perubahan besar dalam seluruh sistem transformasi. Hal ini juga bisa diramalkan apabila manajer melihat ke luar dan juga ke dalam. Karena keadaannya demikian, maka manajer yang sukses harus
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pekerjaannya dalam kerangka perencanaan perusahaan. Kecuali, bila perencanaan dan pengendalian produksi merupakan bagian dari rencana perusahaan, perusahaan secara keseluruhan hanya akan gagal atau paling bagus setengah berhasil. Dalam sebuah karya tulisnya yang cemerlang dan mempunyai perspektif, Moran mengemukakan dilema dari optimisasi perusahaan keseluruhan biasanya memerlukan suboptimisasi dari bagian-bagian komponennya, tetapi selalu sulit untuk membuat bagian-bagian dapat menerima pengendalian sedemikian dengan baik secara obyektif. Dari semua tugas-tugas manajemen, fungsi manajemen perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) merupakan yang paling sulit untuk didefinisikan, karena mencakup begitu banyak tugas yang saling berkaitan. Karena itu, membagibagi berarti merusaknya, tetapi tanpa pembagian seperti ini tidak mungkin untuk membahas pekerjaan manajer PPC dalam bentuk apapun, kecuali dalam arti umum. Permasalahan dari keseluruhan dan bagian-bagiannya ini cukup dikenal oleh para ahli logika, tetapi bagaimanapun juga disini kita mencoba untuk mempelajari fungsi manajemen PPC dalam tiga bagian yang terpisah, yaitu short range, medium range dan long range seperti dalam gambar berikut:
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB ALFA FIRDAUS, ST., MT.
Gambar 1 Manajemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi Dari gambar diatas terlihat bahwa perencanaan produksi dimulai dari manajemen permintaan pelanggan. Perencanaan produksi yang telah dibuat kemudian diverifikasi dengan RRP (Resource Requirements Planning) untuk mengevaluasi kelayakan dari rencana produksi yang telah dibuat. Jika rencana produksi telah melewati proses verifikasi, maka dapat dilanjutkan dengan menyusun dengan Rough Cut Capacity Planning (RCCP). Dari MPS yang telah diverifikasi MPS (Master Production Scheduling). MPS juga harus diverifikasi kelayakannya
kelayakannya, kita dapat menyusun Final Assembly Scheduling (FAS) atau Material
e m a a n a g
Requirement Planning (MPS). Hingga tahapan ini manajemen PPC berada di tingkat long range planning. Di tingkat medium range terdapat Material Requirements Planning (MRP) yang diverifikasi kelayakannya dengan Capacity Requirements Planning (CRP). Pada prinsipnya CRP tidak terlalu berbeda dengan RCCP, namun di CRP kita dapat melihat tingkat utilitas dari sumber daya yang ada secara lebih mendetail. Di tingkat short range, MRP yang telah diolah menjadi Production Activity Control (PAC). Pada tingkatan ini rencana yang kita buat telah diubah menjadi proses produksi, dimana diperlukan pengontrolan agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pengontrolan dapat berupa input/output control dan operation sequencing. Terdapat beberapa hambatan yang dihadapi dalam penerapan manajemen perencanaan dan pengendalian produksi, diantaranya yaitu: Perlu data yang banyak Prosesnya iteratif sehingga memerlukan banyak waktu MPS tidak stabil
Capacity Planning using Overall Factors (CPOF) Bill of Labor Approach (BOL) Resource Profile approach (RP) Inventor y Available 15 8 15 20 25 20 21 28 36 43 47 36 15
Month January February March April May June July August September October November December
Forecast Regular Overtime Total (thousands) Production Production Production 22 8 10 10 20 14 8 8 12 15 30 40 197 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 180 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4 4 4 15 15 15 15 15 15 15 16 19 19 19 19 197
a b
ik kj
aik = waktu yang diperlukan produk k di stasiun kerja i bkj = jumlah produk k yang akan diproduksi pada periode j Contoh: January
Month M1 M2
c11 = a11b11 + a12b21 c12 = a11b12 + a12b22 c21 = a21b11 + a22b21 c22 = a21b12 + a22b22
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB ALFA FIRDAUS, ST., MT.
Month M1 M2
= (0.3)(100) + (0.2)(300) = 90 = (0.3)(200) + (0.2)(400) = 140 = (1.0)(100) + (0.7)(300) = 310 = (1.0)(200) + (0.7)(400) = 480
Contoh BOL, Two by Three c11 = a110b11 + a111b12 + a112b13 + a210b21 + a211b22 + a212b23 c12 = a110b12 + a111b13 c13 = a110b13 c22 = a120b12 + a121b13 c23 = a120b13 + a210b22 + a211b23 + a210b23 + a220b22 + a221b23 + a220b23
SISTEM PRODUKSI
Resource Profile Approach (RP) Metode perhitungan mirip BOL + mempertimbangkan lead-time offset
Contoh: July Lamp Assembly = 0.1 x 15000 (MPS July) = 1500 Oven = 0.01 x 16000 (MPS August) = 160 Base forming = 0.05 x 19000 (MPS September) = 950
SISTEM PRODUKSI
Resource Profile for Lamp LAXX Months Before Due Department Date 2 1 0 0 0 0.1 Lamp Assembly 0 0.01 0 Oven 0.05 0 0 Base Forming 0 0.02 0 Plastic Molding 0 0.04 0 Socket Assembly Work Center 1 Resource Profile Time to Due Date Product 2 1 0 P1 a112 a111 a110 P2 a212 a211 a210 Work Center 2 Resource Profile Time to Due Date Product 2 1 0 P1 a122 a121 a120 P2 a222 a221 a220 Master Schedule Month Product M1 M2 P1 b11 b12 P2 b21 b22 RCCP Month M1 M2 c11 c12 c21 c22
M3 b13 b23
WC WC1 WC2
M3 c13 c23
SISTEM PRODUKSI