Menu
Photo by Bromoeastjava.com
0
SHARES
Di puncak Gunung Semeru yang masih aktif terjadi letusan setiap 15-30 menit,
bahkan tercatat di tahun 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali.
Namun begitu pesona Puncak Mahameru tetap memiliki daya tarik yang kuat bagi
para pendaki untuk menaklukannya.
Kekayaan alam berupa ora fauna yang sangat beragam di kawasan Gunung
Semeru menjadikan wilayah pegunungan ini sebagai destinasi favorit bagi para
pengunjung untuk menjelajahinya.
Dominasi pohon cemara, akasia dan pinus di kawasan Gunung Semeru justru
memberikan daya tarik tersendiri dengan suasana pegunungan dan aroma khas
pepohonan yang menenangkan.
Di lereng gunung juga sering ditumbuhi jenis Edelweis putih sementara pada sisi
sebelah selatan tumbuh beberapa jenis anggrek khas wilayah tersebut.
Selain keanekaragaman ora, kawasan Gunung Semeru juga menjadi habitat bagi
banyak fauna, seperti macan kumbang, kijang, luwak, kancil dll.
Daftar Isi
Berdasarkan kitab kuno Tantu Pagelaran dari abad ke-15 dikisahkan bahwa dahulu
kala Pulau Jawa merupakan pulau yang mengambang di lautan sehingga selalu
terombang ambing dan berguncang.
Untuk mengatasi keadaan itu, para dewa pun memutuskan untuk memindahkan
Gunung Meru di India dan memakukannya di atas Pulau Jawa.
Pemindahan gunung dilakukan oleh Dewa Wisnu yang menjelma sebagai kura-kura
raksasa semantara Dewa Brahmana menjelma menjadi ular yang sangat panjang
agar bisa melilit gunung dan memindahkannya dengan aman.
Ketika mereka meletakkan gunung tersebut pada bagian barat, bagian timur Pulau
Jawa menjadi terangkat sehingga mereka pun meletakkannya di bagian timur
Pulau Jawa.
Photo by @alex.gunawan
Hanya saja serpihan Gunung Meru yang tercecer berubah menjadi deretan
pegunungan yang memanjang dari barat ke timur Pulau Jawa.
Karena kondisi Pulau Jawa tetap miring ketika Gunung Meru diletakkan, maka para
dewa pun memotong puncaknya dan menempatkan potongan tersebut di barat
laut yang kemudian disebut dengan Gunung Pawitra atau saat ini lebih dikenal
dengan nama Gunung Pananggungan.
Bahkan masyarakat Bali juga meyakini bahwa Gunung Semeru merupakan Bapak
Gunung Agung di Bali yang dihormati oleh masyarakat Bali
Gunung Agung di Bali yang dihormati oleh masyarakat Bali.
Ada yang meyakini kisah tersebut, namun ada juga yang beranggapan hanya cerita
khayalan yang menghiasi keunikan daerah setempat.
Photo by @hesbulkhofi
Ranu Kumbolo merupakan salah satu lokasi di kawasan Gunung Semeru dengan
keindahan yang begitu mempesona.
Danau yang dikelilingi daratan luas ini sering dimanfaatkan para pendaki sebagai
tempat untuk beristirahat dan mendirikan tenda.
Konon saat bulan purnama banyak pendaki yang melihat penampakan seorang
Dewi berkebaya kuning yang diyakini sebagai penunggu Danau Ranu Kumbolo.
Tidak mengherankan jika banyak pendaki yang kemudian menyempatkan diri untuk
memancing di danau tersebut meskipun sebenarnya hal itu dilarang.
Selain misteri dan mitos tentang kemunculan seorang Dewi dan ikan mas jelmaan
para dayang, di Danau Ranu Kumbolo juga terdapat misteri munculnya salju di
lokasi tersebut.
Tentu saja jika dilogika kemunculan salju di lokasi tersebut tidak mungkin terjadi.
Namun sebagian berpendapat bahwa hal itu mungkin saja terjadi karena kondisi
cuaca yang sangat dingin di Gunung Semeru.
Berbeda dengan mitos dan misteri sebelumnya, kisah seputar tanjakan cinta
menjadi salah satu hal yang sangat menarik bagi para pengunjung.
Pasalnya tanjakan cinta yang berada di dekat Danau Ranu Kumbolo ini banyak
membuat para pengunjung merasa penasaran.
Konon siapa saja yang mampu melewati tanjakan tersebut tanpa istirahat
sedikitpun dan tidak menoleh ke belakang maka permohonan cintanya bakal
dikabulkan.
Kelik merupakan sebuah lokasi yang ditandai dengan adanya beberapa batu in
memoriam yang menjadi penanda adanya para pendaki yang telah meninggal di
Gunung Semeru.
Di lokasi ini juga terdapat batu in memoriam milik Soe Hok Gie, seorang tokoh
aktivis yang meninggal di tahun 1969 karena menghirup gas beracun dari Gunung
Semeru.
Di lokasi ini sering terjadi fenomena kesurupan yang dialami oleh para pendaki.
Berada di lokasi ini akan terasa cukup menakutkan.
Misteri Arcopodo berupa patung dua orang prajurit yang hanya bisa dilihat oleh
mata batin ini menambah daftar panjang kemisteriusan Gunung Semeru.
Terletak di jalur lintasan antara hutan Kalimati dan puncak Semeru, Arcopodo
sering digunakan sebagai lokasi untuk beristirahat sejenak sebelum mencapai ke
puncak Mahameru.
Mbah Dipo adalah juru kunci Gunung Semeru yang mengetahui bagaimana tanda-
tanda jika Gunung Semeru akan meletus.
Meski saat ini beliau telah berpulang, namun dulu banyak pendaki yang meminta
petunjuk sebelum melakukan pendakian ke puncak gunung.
Kepada masyarakat sekitar, Mbah Dipo juga memberikan wejangan untuk lari
menuju ke arah sungai dan bukan ke arah Gunung Sawur jika Gunung Semeru
meletus.
Kawasan ini termasuk jalur yang akan dilalui ketika mendaki ataupun turun.
Oleh karena itu diharapkan kepada para pendaki untuk selalu waspada dan ekstra
hati-hati ketika melewati kawasan ini, mengingat sudah banyak korban yang
terdampar di kawasan ini.
Jalur pendakian yang paling banyak digunakan untuk mencapai puncak Mahameru
adalah melalui Ranu Pane yang merupakan desa terakhir di kaki Gunung Semeru.
Dari Ranu Pane, para pendaki bisa melanjutkan perjalanan menuju ke Landengan
Dowo, Watu Rejeng, dan Ranu Kumbolo.
Ada baiknya pendaki mengisi kembali persediaan air bersih di Ranu Kumbolo
sebagai bekal menuju ke Kalimati yang cukup melelahkan.
Di sebelah barat Ranu Kumbolo terdapat sebuah bukit dengan tanjakan yang cukup
landai namun lumayan panjang.
Bukit ini merupakan jalur pendakian yang harus dilewati ketika menuju ke puncak
Semeru, tanjakan tersebut cukup populer dan dikenal dengan tanjakan cinta.
Photo by @estyfitria
Selain tanjakan cinta, pendakian menuju ke puncak Semeru juga akan melewati
Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang dan Jambangan.
Dari Pos Jambangan inilah puncak Mahameru mulai terlihat, sangat disarankan
untuk berkemah di Kalimati dan bukan di Arcopodo karena jalurnya cukup terjal.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Kalimati sekitar 3 jam perjalanan dari
Ranu Kumbolo. Sementara perjalanan menuju ke Arcopodo memakan waktu
sekitar 1 jam.
Sangat disarankan untuk menggunakan gaiter agar sepatu tidak kemasukan pasir.
Kawah ini akan menyemburkan batuan vulkanis dan awan panas dengan lahar
yang mengandung gas beracun setiap 10-15 menit sekali.
Baca: Gunung Rakutak, Saksi Bisu Sejarah Masa
Silam Pasca Kemerdekaan
Oleh karena itu para pendaki sangat dianjurkan untuk segera meninggalkan lokasi
puncak Mahameru sebelum jam 9 pagi karena dikhawatirkan asap beracun akan
mengarah ke puncak Mahameru di siang hari.
0
SHARES
Makanan Khas Surabaya Enak & Unik yang Wajib Kamu Coba…
Nama Rumah Adat Jawa Timur Beserta Gambar & Penjelasannya
Tempat Wisata di Ngawi Terbaru & Paling Hits Dikunjungi Tahun Ini!
LEAVE A REPLY
©Nyero.ID