Anda di halaman 1dari 2

Menelusuri Desa Wisata Tempur dengan Sejuta Keindahannya

Perjalanan kami yang berjumlah 6 orang dimulai pada Kamis, 30 Januari 2020 tepat pukul
08.00 WIB. Kami berangkat dari Semarang untuk menyambangi Desa Tempur yang terkenal
akan Kopi Tempurnya. Desa ini merupakan sebuah desa wisata yang terletak di Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara. Pagi itu, keberuntungan berpihak kepada kami karena mentari
tidak bersinar dengan teriknya. Perjalanan kami tempuh sekitar empat jam dengan Google
Maps sebagai pemandu jalan. Terhitung sebanyak empat kali kami mengistirahatkan diri
sambil mencari jalan terdekat agar cepat tiba di Desa Wisata Tempur. Jalan yang kami lewati
sedikit ekstrem karena selain berkelok - kelok juga terdapat tikungan tajam sehingga harus
berhati - hati. Perjalanan panjang kami tidak sia – sia dengan apa yang kami lihat sungguh
indah alam ciptaan Tuhan. Sesampainya di Desa Tempur, kami disambut dengan
pemandangan terasering, tegalan sawah, kebun kopi, air terjun, serta aliran sungai. Kami
memutuskan untuk singgah sejenak menikmati segarnya air sungai. Setelah itu, kami
melanjutkan perjalanan menelusuri Desa Tempur hingga sampai di Dukuh Duplak yang
terletak di ujung paling tinggi. Setelah beberapa menit, sampailah kami pada sebuah rumah
seorang pengelola Candi Angin yang merupakan salah satu destinasi wisata di desa tersebut.
Di sana kami bertemu dengan Junaedi, pengelola disini yang memberikan informasi tentang
Desa Wisata Tempur ini.

Asal Usul dari Desa Wisata Tempur

Kata "tempur" mempunyai simbol tersendiri berasal dari pertemuan antara Sungai Kaligeris
dan Sungai Kedukruyung yang menjadi satu lokasi di bawah tower. Selain itu, terdapat
punden Mbah Romban yang ada Patung Ganesha dan Yoni. Junaedi juga menjelaskan bahwa
"Yoni" berarti pasangan, sedangkan "Lingga" merupakan simbol dari jenis kelamin wanita.
Pertempuran antara kedua sungai menjadi satu berada di bawah punden Mbah Romban yang
disebut dengan Sungai Kaliombo.

Desa Tempur memiliki tujuh dukuh yaitu Dukuh Nggodang, Karang Rejo, Nglagah, Pekoso,
Petung, Miren, dan Duplak. Ada beberapa destinasi wisata di beberapa dukuh seperti: Dukuh
Karang Rejo terdapat Kali Gelis, Dukuh Miren terdapat Kali Ombo, dan Dukuh Duplak
terdapat Candi Bubrah, Sumur Batu, Puncak Gajah mungkur, Bukit Bejagan, dan Candi
Angin. Kami mendapatkan informasi tentang Candi Angin dari Junaedi selaku pengelola
Candi Angin tersebut. Namun, cuaca dan jalan yang kurang mendukung membuat kami tidak
bisa mengunjunginya secara langsung. Candi Angin terletak di Dukuh Duplak yang jaraknya
sekitar 3 km dari rumah Junaedi. Candi Angin masih berkaitan dengan Sumurbatu yang
memiliki kedalaman sekitar 1 meter dengan diameter 78 cm, tetapi airnya tidak pernah habis
walaupun diambil terus – menerus. Warga percaya bahwa hal tersebut berguna untuk
mensucikan diri sebelum ke Candi Angin.

Hasil penelitian arkeolog, Candi Angin merupakan tempat peribadatan, semedi, meditasi, dan
sembahyang yang merujuk pada masa Kerajaan Majapahit. Menariknya, ditemukan sebuah
prasasti di Candi Angin yang telah dibaca tapi belum selesai dan isinya mengajarkan
"Dilarang seorang laki-laki mengambil istri kedua atau poligami, jika mereka berpoligami
maka tidak akan dianggap sebagai kaum dewa Siwa. Selain itu, jika ajaran tersebut tidak
dilaksanakan sampai anak cucunya nanti, dunia ini akan seperti kiamat atau selesai," ujar
Junaedi. Mayoritas penduduk desa ini bekerja sebagai petani Kopi Tempur yang merupakan
produk unggulan dari Desa Tempur. Terdapat keunikan dari penduduk desa tersebut yaitu
kekentalan adanya sistem barter dalam proses transaksi jual beli.

Bukit Bejagan

Berbicara mengenai Bukit Bejagan, destinasi wisata ini menyuguhkan panorama alam yang
sangat memukau dan memanjakan mata. Mulai dari pegunungan dan lembah yang
mengelilingi bukit serta udara yang sejuk sehingga cocok untuk merefresh pikiran dari segala
penat. Perjalanan menuju ke Bukit Bejagan memang perlu perhatian dari pemerintah
pengelola desa ini, akan tetapi jalanan yang berbatu dan berkelok dengan panorama alam
sepanjang jalan menambah kesan tersendiri dari perjalanan kami. Selain itu, jangan khawatir
karena destinasi wisata ini banyak spot foto yang keren dan instagramable sehingga cocok
jika ingin berburu foto – foto alam. Tiket masuk ke Bukit Bejagan gratis, akan tetapi harus
membayar parkir sebesar Rp5.000,00. Beruntungnya kami datang ke Bukit Bejagan pada
Hari Kamis, jadi kami tidak membayar sepeserpun untuk menikmati keindahan bukit tersebut.
Tetapi jika hari Jumat, Sabtu, dan Minggu tetap ada tarif biayanya. Bagi kalian yang takut
untuk mengendarai motor sendiri karena jalan berbatu untuk mencapai bukit tersebut, jangan
khawatir karena biasanya ada ojek untuk bisa sampai ke bukit tersebut.

Bagaimana, tertarik untuk mengunjungi desa wisata tempur?

Anda mungkin juga menyukai