Anda di halaman 1dari 3

Seperti Dalam Lubang Bambu

Wisata Alam Air Terjun Murusobe, Kab. Sikka, Flores, NTT


Kampus Universitas Nusa Nipa, Maumere. Sabtu, 9 Maret 2014.
Saya akan menggali informasi tentang cerita rakyat dari obyek wisata setempat,
Shandy akan mencatat jarak dan durasi tempuh dari starting point Maumere..., beberapa
percakapan selanjutnya diantara para mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan
Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Nusa Nipa maumere itu berkisar tentang pembagian
tugas ; mencari informasi tentang obyek wisata yang akan dikunjungi sebentar lagi.
Jam digital pada handphone saya menunjuk angka 14.23 WITA. Matahari bulan Maret
tahun ini tak begitu menyengat kulit seperti tahun tahun yang telah lewat. Perbincangan
kami tadi diakhiri dengan doa meminta penyertaan Tuhan untuk perjalanan yang akan segera
dilakukan.
Pelancongan kali ini memang berbeda dari yang biasanya. Para mahasiswa pecinta
alam dari kampus swasta yang terletak di jantung Kota Debu Maumere ini akan melakukan
perjalanan yang mengusung misi mengidentifikasi obyek wisata alam dan wisata budaya di
Kabupaten Sikka untuk mengenalkan indahnya wisata alam dan wisata budaya daerah ini ke
lebih banyak orang. Rencananya, reportase perjalanan akan dimuat di media online
komunitas ini.
Dua puluh menit kemudian, delapan anak muda dalam rombongan ini_ empat
diantaranya memanggul ransel yang berisi makanan dan snack, juga pakaian kering_ telah
menyusuri jalur jalan propinsi Maumere Ende yang melewati beberapa ibukota kecamatan ;
Nita, Lekebai dan selanjutnya memasuki jembatan Kaliwajo. Jarak 30 km Maumere
Kaliwajo menghabiskan 45 menit jika berkendara dengan kecepatan 60 km/jam. Kami
memang berkendara dengan kecepatan sedang agar dapat menikmati udara pegunungan
sepanjang jalur ini.
Mengambil persimpangan kanan dari jembatan Kaliwajo, kami menanjak perlahan
menyusuri jalur Wolofeo Mego Tanawawo yang 17 km jauhnya. Mempertimbangkan
aspal jalan yang tidak sepenuhnya mulus, bergerak dengan kecepatan 30 km/jam menjadi
pilihan yang tepat untuk situasi seperti ini.

Ini tidak sepenuhnya buruk. Ada deretan sawah, beberapa hutan kecil, menyaksikan
anak anak kecil yang berbaris rapi di bibir jalan sambil menyapa, selamat sore..! sangat
menyenangkan.
Kami memasuki dusun Papa, desa Poma jam 6 sore itu. Hujan yang turun desa secara
tiba tiba membuat perjalanan tak dapat dilanjutkan. Warga lokal yang ramah seperti
kebanyakan penduduk desa desa lainnya di pulau Flores mengundang kami untuk berteduh
dan menyuguhkan makan malam bagi kami.
Dalam perbincangan saat makan malam bersama, tuan rumah kami yang ramah
menuturkan, topografi desa Poma yang terletak di pegunungan membuat hujan sering turun
dari sore hingga malam harinya.
Kampung Detu Naka, Dusun Detu Ki, Minggu, 10 Maret 2014.
Ini adalah kampung dimana Air Terjun Murusobe berada. Letaknya hanya 1 km dari
dusun Papa. Tamu yang ingin berkunjung ke tempat wisata Air Terjun Murusobe wajib
melapor pada aparat desa setempat.
Tidak perlu membayar guide. Anak anak desa akan dengan hati riang memandu
Anda kesana. Murusobe hanya sejauh 500 m dari kampung Detu Naka. Rute ini hanya bisa
ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri kali dan menanjak bukit kecil.

Plang informasi bagi


pengunjung untuk melapor diri

Guide kami ; Anak anak desa


setempat.

Terkiang kata seorang pria paruh baya di dusun Detu Naka, (Murusobe) seperti di
dalam lubang bambu. Mau ke kiri kanan susah. Keluar juga susah. Memang demikian
wisata alam yang satu ini. Menyusuri kali dan setapak sempit. Seperti masuk ke dalam ceruk
sempit.
Perjuangan ini tidak sia sia. Saat tiba disana, mata kami takjub memandang dua air
terjun yang seperti saling bercermin.

Air terjun kembar Murusobe. Ketinggian lebih dari


100 m.

Memandang penuh syukur atas kebesaran Tuhan, kami memandang dua air terjun ini.
Tinggi lebih dari 100 m. Terletak di ujung ceruk dari kali yang sebelumnya kami susur.
Hangat cahaya matahari yang menerobos masuk dari perbukitan di atasnya.
Api dihidupkan. Air yang turun langsung dari Murusobe pun di panaskan di dalam
nasting, peralatan masak a la pecinta alam. 15 menit selanjutnya, masing masing kami telah
mengambil posisi_sebagian di atas batu batu besar, yang lainnya berdiri dan
bercengkerama_ sambil menyeruput kopi di lembah air trjun Murusobe.
Sungguh perjalanan menyenangkan. Pilihan yang tepat untuk berakhir pekan.. saya
bergumam..

Bergambar bersama Mahasiswa Pecinta Alam


Universitas Nusa Nipa (UNIPALA) Maumere

Anda mungkin juga menyukai