Anda di halaman 1dari 5

Nama

Program Studi
Unit Tugas

: LULUIL MAKNUNAH, S.Pd


: Pendidikan Sejarah
: SMP YAPIS Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan
Propinsi Papua Barat

CERPEN
Pengalaman yang paling
mengesankan di bumi
Cendrawasih
Malam itu pada tanggal 17 September saya beserta rombongan temanteman yang berangkat ke tempat penugasan telah bersiap-siap membawa barangbarang kami menuju bandara Juanda Surabaya untuk menuju ke Kabupaten
Sorong Selatan, dengan pesawat Sriwijaya Air kami rombongan SM3T dari
Universitas Negeri Malang berangkat. Pada jam 03.00 pagi rombongan kami
sampai di bandara di Makassar dan kami istirahat dan tidur di kursi ruang tunggu
penumpang.
Tanggal 18 Sepetember kami tiba di bandara kota sorong kemudian kami
disambut oleh Bpk. Lazarus Hara beserta segenap stafnya beliau adalah kepala
dinas pendidikan kabupaten Sorong Selatan tahun jabatan 2013/2014. Kami
berangkat dengan menggunakan jalur darat dengan menaiki mobil untuk sampai
di kabupaten Sorong Selatan, perjalanan di tempuh selama 4 jam melalui jalan
hutan dan jalan yang masih rusak karena belum diadakan pembangunan jalan,
kondisi alam ditanah Papua sebagian besar masih berupa hutan dengan sumber
alamnya berupa sagu dan beberapa buah-buahan seperti buah merah yang
harganya sangat mahal karena memiliki khasiat yang sangat bagus bagi kesehatan.
Mata pencaharian masyarakat Papua sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan, petani diladang, sebagai pedagang pinang dan sayuran dipasar rakyat,
kehidupan masyarakat Papua di Kabupaten Sorong Selatan masih kental dengan

adat istiadat dan harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh kepala suku, bahkan
dalam masyarakat Papua di Kabupaten Selatan masih memberlakukan denda adat
dengan membayar sejumlah uang adat ketika terjadi suatu perselisihan antar
kedua belah pihak.
Pernah suatu hari ada seorang murid SMK yang merasa tersinggung dan
karena merasa tidak terima akhirnya dia memukul temannya, kemudian teman
yang dipukul merasa tidak terima sehingga perselisihan itu harus diselesaikan
dengan membayar sejumlah uang adat, lucunya lagi masyarakat Papua ini sangat
mencintai alam dan hewan yang hidup ditanah Papua terutama hewan peliharaan
Anjing dan Babi, sehingga ada celotehan bahwa kito orang ini jangan sampai
menyakiti hewan anjing dan babi apalagi klo kita sedang mengendarai motor atau
mobil, kalau menabrak hewan tersebut maka yang menabrak harus membayar
denda sejumlah harga babi atau anjing, sejumlah banyaknya susu dan anakanaknya.
Tanggal 18 September adalah hari dimana saya dengan teman-teman
seperjuangan SM3T angkatan ke-3 tiba di tempat tujuan kami mengabdi yaitu di
daerah Kabupaten Sorong Selatan Propinsi Papua Barat, ini adalah daerah yang
saya kunjungi dan baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah papua yang
masih kental dengan adat istiadat penduduk berkulit hitam dan memiliki rambut
keriting. Di sebuah sekolah yang terletak di distrik Teminabuan tepatnya di SMP
YAPIS Teminabuan saya mengajar dan mengabdikan diri untuk mendidik anakanak papua yang masih membutuhkan banyak informasi dan ilmu pengetahuan
untuk bekal hidup mereka kelak, saya adalah peserta SM3T angkatan ke-3 lulusan
dari pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang. Di SMP YAPIS Teminabuan
saya ditugaskan di kelas VII B untuk mengajar mata pelajaran IPS Terpadu.
Pertama kali saya masuk ke kelas VII B saya merasa sedih karena dari
jumlah 30 siswa yang sudah sekolah di tingkatan SLTP ada beberapa siswa yang
tidak bisa membaca dan menulis dengan baik dan benar. Salah satu siswa yang
tidak dapat membaca yaitu bernama Vani Turarai. Dia adalah siswa yang datang
dari kampung dan tinggal di daerah pesisir tepatnya di distrik Inanwatan. Setelah
2 minggu saya mengajar ternyata masih banyak siswa yang tidak bisa membaca

dan menghitung matematika dasar seperti penjumlahan, perkalian bersusun yang


sederhana dan pembagian dasar, siswa yang masih buta huruf ini tidak hanya
terjadi pada siswa kelas VII saja tetapi hal ini juga terjadi pada beberapa siswa
kelas VIII dan kelas IX, peristiwa ini membuat saya terenyuh dan sangat sedih
karena sudah di tingkat SLTP anak-anak Papua masih belum bisa membaca,
menulis dan berhitung.
Setelah saya berdiskusi dengan dewan guru di SMP YAPIS yang sudah
senior saya menceritakan beberapa siswa yang tidak bisa membaca di depan
forum rapat mingguan pada hari Sabtu. Akhirnya kami menemukan solusi untuk
memberantas buta huruf dengan mengadakan karantina bagi siswa-siswi kelas
VII, VIII, dan IX yang tidak bisa membaca untuk dikumpulkan diruang
Laboratorim IPA yang belum dipakai untuk mengajari mereka membaca, menulis
dan berhitung. Setelah dua bulan kegiatan karantina rumah baca yang terdiri dari
38 siswa yang tidak bisa membaca saya dan teman-teman SM3T berhasil
membuat 20 orang siswa sudah bisa membaca dan menulis dengan baik meskipun
tulisan mereka kurang rapi masih seperti tulisan anak sekolah dasar tetapi mereka
sudah bisa menulis kalimat dengan baik dan benar.
Pengalaman saya mengajar di SMP YAPIS ini sangat berkesan, ketika hari
jumat saya mengajar mata pelajaran Sejarah, waktu itu saya mengajarkan materi
tentang persebaran nenek moyang bangsa Indonesia dari cina selatan datang ke
Indonesia, saya membuat metode pembelajaran dengan menggunakan permainan
Kepala Kampung, tujuan saya membuat permainan ini agar siswa-siswi senang
dan bersemangat untuk belajar sejarah. Saya sengaja membuat permainan kepala
kampung karena di daerah papua ini menjadi kepala kampung ditempatr mereka
adalah profesi yang sangat membanggakan. Konsep permainan hampir mirip
dengan pembelajaran berkelompok NHT (numbered Heads Together) dimana
siswa belajar secara berkelompok kemudian saya membuat sebuah kartu yang
ditulis dengan angka no 1 berarti dia menjadi kepala kampung dari kampung A,
kemudian kartu yang diotulis dengan angka no 2 berarti dia menjadi kepala
kampung dari kampung B, begitu seterusnya dan kartu-kartu tersebut ditempel di
kening masing-masing ketua kelompok.

Kegiatan ekstra kurikuler yang kita kembangkan salah satunya adalah


kegiatan pramuka, pengalaman ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah
saya lupakan. Pengalaman ini saya rasakan ketika saya dan siswa-siswi SMP
YAPIS sedang berkemah, kita berkemah di halaman sekolah SMP YAPIS, waktu
itu pada hari minggu pagi kita pergi halang rintang (heacking) dalam rangka
kegiatan pramuka, saya mendampingi anak-anak pramuka pergi menyusuri hutan
dibelakang sekolah, karena di belakang sekolah kami adalah hutan jadi saya
mengambil inisiatif untuk acara halang rintang pramuka yaitu jalan-jalan ke hutan
dan makan bersama di dekat air terjun yang sungainya sangat dangkal dipenuhi
dengan batuan alam yang sangat indah.
Selanjutnya pada tanggal 15 Maret 2014 merupakan pengalaman saya
ketika saya mendampingi siswa-siswi yang terdiri dari regu putra dan regu putri
untuk lomba pramuka LT3 di kompleks kantor bupati, saya menjadi pendamping
regu putra dan regu putri, pengalaman yang paling menarik yaitu ketika siswasiswi dari regu putra dan regu putri mengikuti lomba membuat makanan
tradisional khas Papua, kita dari regu SMP YAPIS membuat makanan yang
disebut dengan papeda yaitu makanan yang terbuat dari sagu yang diambil dari
sari pati pohon sagu, ketika pengumuman juara untuk lomba LT3 saya sangat
senang karena kami dari regu SMP YAPIS memenagkan juara 2 regu putra dan
juara 1 regu putri selain itu kami juga memenangkan juara umum untuk regu putri
dan memperoleh kesempatan untuk mengikuti lomba LT4 di Manokwari untuk
mewakaili kabupaten Sorong Selatan. Saya sangat senang melihat kegembiraan
siswa-siswi yang mengikuti lomba di LT3 selanjutnya setelah itu kami pulang
dengan menggunakan mobil truk yang kami sewa pada salah satu wali murid saya
yang kebetulan ayahnya memiliki mobil truk, saya dan anak-anak pulang
membawa piala dan menaiki truk, siswa-siswa sangat sengan dan terharu
kemudian saya dan murid-murid saya merasa sangat bahagia dan sekaligus
terharu, dan ada beberapa siswa yang menangis karena senang telah meraih
kemenangan selama kemah lomba LT3 dikompleks kantor Bupati.

Anda mungkin juga menyukai