Anda di halaman 1dari 5

CERITA PUTRI DAYANG RINDU

 MUARAENIM -Air Terjun Curup


Tenang.Merupakan air terjun tertinggi di Sumatera
Selatan dan merupakan objek wisata andalan bagi
sumsel khususnya Kab. Muara Enim . Lokasi air
terjun Curup terletak di Desa Bedegung,
Kecamatan Tanjung Agung, sekitar 56 km di
selatan Muara Enim, jikalau ditempuh dari kota
baturaja kurang lebih berjarak 80 Km dengan
waktu tempuh 1,5 jam. Sedangkan dari kota Palembang dapat ditempuh selama lebih kurang
dari 4 jam

Air terjun tertinggi di Sumatera Selatan ini memiliki tinggi 99 meter, Sumber mata airnya
berasal dari celah Bukit Barisan dan ke bawah membentuk sebuah sungai kecil yang deras.
Curup tenang atau juga warga sekitar menyebutnya Curup Bedegung merupakan objek wisata
alam andalan daerah ini.Harga tiket bervariasi, apabila pengunjung datang pada saat liburan
maka harga tiket cenderung lebih mahal. Apabila pengunjung ingin bermalam, ada beberapa
tempat penginapan yang bisa anda gunakan yang letaknya cukup dekat dengan curup ini.

Selain menikmati keindahan air terjun, pengunjung juga bisa menghibur diri di tempat
pemancingan atau berarung jeram disungai deras ini.Untuk memudahkan para pengunjung
mendekati air terjun, tersedia jalan setapak sepanjang 600 meter yang dibangun di tepi sungai
dan sebuah jembatan yang melintasi sungai kecil yang deras itu. Sedangkan di atas sungai
tersedia lapangan parkir, warung-warung yang menyediakan makan dan minuman.

Dan agak ke hilir, terdapat sebuah tempat pemandian alam dan tempat memancing, lengkap
dengan fasilitasnya.Bagi para pengunjung yang berasal dari tempat jauh, tempat ini juga
sudah dilengkapi dengan penginapan yang sudah cukup memadai.Air terjun alami ini
merupakan tempat rekreasi yang memberikan kesejukan bagi pengunjung karena hembusan
angin yang membawa butiran-butiran air yang berhamburan akibat jatuh dari atas ketinggian.
Dibalik keindahan Air Terjun Bedegung ? Menurut tokoh masyarakat Desa Bedegung,Sulton
( 60 ) .Sulton mengatakan berdasarkan cerita para puyang (pendahulu) salah seorang Sultan
Palembang meminta kepada seluruh masyarakat desa terutama yang berada di sepanjang
aliran Sungai Batanghari Sembilan untuk mengumpulkan telur. Telur akan digunakan sebagai
perekat pembangunan benteng pertahanan dari serangan penjajah.Dalam perjalanan
pengumpulan telur, sultan melihat banyak gadis-gadis desa yang cantik. Ia pun berniat
mempersunting salah satunya sebagai istri. Ia pun memerintahkan prajurit dan hulubalangnya
untuk mengumpulkan para gadis. Namun dari setelah terkumpul, sultan merasa belum ada
yang cocok.

Sampai akhirnya sultan menemukan sebuah bangki emas yang hanyut di sungai. Sultan lalu
memerintahkan prajuritnya untuk mencari siapa pemilik bangki emas itu.
Setelah ditelusuri akhirnya diketahui pemilik bangki emas itu adalah anak gadis
Kerio Carang.Untuk memastikannya lalu Sultan bersama prajuritnya mendatangi rumah
Kerio Carang, dan ternyata tebakannya tidak meleset. Sultan pun mengutarakan maksudnya
ingin membawa putri Kerio Carang untuk dijadikan permaisuri.

Mendengar keinginan Sultan, baik Kerio Carang maupun putrinya tidak setuju. Merasa
keinginannya ditolak Sultan tidak terima, sehingga sempat
terjadi perkelahian.Namun ternyata Kerio Carang dan putrinya bukan orang sembarangan.
Mereka memiliki kesaktian sehingga berhasil lolos dari tangkapan Sultan. Dalam upaya
melarikan diri, akhirnya putri Kerio Carang, memilih bermukim di hutan di Desa Bedegung,
tepatnya di lokasi Air Terjun Bedegung sekarang. Setelah sekian lama bersembunyi dari
kejaran Sultan Palembang, putri merasa kesepian. Ia pun sesekali keluar ke desa terdekat.

Kecantikan putri pun dikenal luas oleh masyarakat desa. Namun di balik kecantikannya itu,
putri ternyata sangat kesepian. Ia pun sering pulang ke rumah orangtuanya dan menangis tak
kunjung henti. Kasihan dengan putrinya, akhirnya Kerio Carang mendatangi Desa Bedegung
dan menemui dua puyang, yakni puyang Bukit, dan puyang Tenang .

Kedatangannya tersebut meminta kepada dua puyang tersebut untuk memberi nama kepada
putrinya supaya tidak menangis lagi. Jika nama tersebut cocok ia akan memberikan imbalan
hadiah. Nama yang diberikan Puyang Bukit ternyata tak mampu menghentikan tangisan putri.
Baru giliran Puyang Tenang yang memberinya nama Putri Dayang Rindu, tangisan sang putri
akhirnya berhenti.
Setelah sekian lama, akhirnya Sultan dan prajuritnya mengetahui keberadaan sang Putri
Dayang Rindu. Lalu ia bersama prajuritnya menuju ke Desa Bedegung dan melakukan
pencarian ke tempat persembunyiannya di Air Terjun Curup Tenang. Setelah ditemukan,
Putri Dayang Rindu tetap menolak keinginan Sultan. Akhirnya Sultan semakin marah dan
memotong tubuh putri menjadi dua bagian. “Itulah cerita legenda tentang Air Terjun Curup
Tenang,” ungkap Sulton.
Antu Ayek : Cerita Rakyat Muara Enim, Sumatera Selatan

Sumatera Selatan merupakan wilayah yang banyak dialiri sungai-sungai. Setidaknya ada
sembilan sungai besar yang mengalir di propinsi ini, sehingga gelar lain propinsi ini adalah
Negeri Batanghari Sembilan. Batanghari dalam bahasa melayu Palembang diartikan sebagai
sungai besar. Nah, ada banyak hikayat atau cerita yang berkembang di masyarakat yang
mengiringi keberadaan sungai-sungai tersebut. Seperti legenda cinta Pulau Kemaro di sungai
Musi. Cerita lain yang aku kenal di kampungku adalah legenda Antu Ayek yang sering
kudengar semasa kanak-kanak, entah adakah kisah ini di daerah lain. Antu Ayek dalam
bahasa Indonesia berarti Hantu Air. Penasaran? Baca dong posting ini sampai selesai.

Konon kabarnya, dahulu kala hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama Juani.
Juani merupakan gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat dan rambut
panjangnya yang hitam lebat. Keelokan rupa Gadis Juani sudah begitu terkenal di kalangan
masyarakat. Sehingga wajar kiranya jika banyak bujang yang berharap bisa duduk bersanding
dengannya. Namun apalah daya, Gadis Juani belum mau menentukan pilihan hati kepada satu
bujang pun di kampungnya. Hingga, pada suatu masa, bapak Gadis Juani terpaksa menerima
pinangan dari Bujang Juandan, karena terjerat hutang dengan keluarga Bujang Juandan.
Bujang Juandan adalah pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang menjadi masalah adalah
Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekadar kurang tampan, Bujang
Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga ia pun dikenal sebagai
Bujang Kurap.
Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak menolak namun tak kuasa
karena kasihan kepada bapaknya. Berhari-hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang.
Namun apa hendak dikata, pesta pernikahan pun sudah mulai dipersiapkan. Orang
sekampung ikut sibuk menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang Juandan.
Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang cantik dipakaikan aesan
penganten yang begitu anggun menunggu di kamar tidurnya sambil berurai air mata.

Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan rombongan Bujang


Juandan, hati Gadis Juani semakin hancur. Di tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil
keputusan, dengan berurai air mata ia keluar lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai.
Akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya dengan terjun ke
sungai. Kematiannya yang penuh derita menjadikannya arwah penunggu sungai yang dikenal
sebagai Antu Ayek yang sering mencari korban anak-anak.

Begitulah asal mula hikayat Antu Ayek di daerah ini.Meski kisah ini sangat “hidup” di
tengah masyarakat, pesan dari kisah ini hanya untuk menakuti anak-anak kecil yang belum
pandai berenang agar tidak sembarangan bermain sendiri di sungai. Karena tidak sedikit
nyawa anak-anak yang melayang akibat tenggelam di sungai. Lucunya, semasa kecil aku
sering diajarkan mantera pengusir Antu Ayek oleh orang-orang tua bilamana akan ke kayek
(pergi ke sungai). “Nyisih kau Gadis Juani, Bujang Juandan nak ke kayek” (Menyingkirlah
engkau gadis Juani, Bujang Juandan hendak turun ke sungai), konon kalau kita baca syair itu
Antu Ayek akan menjauh karena enggan bertemu si Bujang Kurap

Anda mungkin juga menyukai