Anda di halaman 1dari 9

LEGENDA PUTRI TUJUH

Disebuah kerajaan yang bernama Sri Bunga Tanjung yang dipimpin oleh
seorang Ratu Cik Sima yang memiliki tujuh orang putri cantik, dan yang paling
cantik adalah putri yang ketujuh bernama Sri Mayang atau lebih akrab dikenal
Mayang Mengurai. Kecantikan Mayang Mengurai memang sangat dikenal oleh
rakyat-rakyat dan pangeran-pangeran dari kerajaan lain.

Suatu ketika seorang pangeran yang berasal dari kerajaan Empang Kuala
menyamar menjadi rakyat jelata. Dia melihat-lihat kerajan Sri Bunga Tanjung
dengan para pengawalnya untuk mengetahui bagaimana kondisi kerajaan lain.
Sampai pada perjalanannya kesebuah kolam yang bertempat pada sarang “Umai”.
Umai yaitu seekor binatang yang mirip dengan landak. Ternyata pada saat itu
bertepatan ketika putri tujuh melaksanakan mandi. Mereka mandi dengan riang
sambil bernyanyi-nyanyin membuat pangeran terpana melihatnya.

Ketika itu pangeran melihat putri Mayang Mengurai, putri yang paling cantik
diantara semua sambil bertanya-tanya pada pengawalnya. Sangking terpananya
membuat pangeran mengucapkan kata sambil terbata-bata ... “ putri... cann..tiiikk...
di .. umai...umai... di D’umai... d’umai...” dengan ucapan terbata-bata dari kata-kata
pangeran itulah nama kota Dumai berasal, hingga saat ini.

Kemudian pangeran menyuruh para pengawalnya mencari tahu siapa putri


yang sedang mandi itu. Dan setelah mengetahuinya asal usul putri tersebut
pangeran membicarakan hal itu kepada ayahanda untuk meminang putri Mayang
Mengurai. Setelah disetujui oleh sang Ayah berangkatlah pangeran Empang Kuala
bersama patih dan pengawal-pengawalnya menuju kerajaan Sri Bunga Tanjung.

Sesampainya disana disambut baik oleh Ratu Cik Sima dan yang lainya,
setelah mengutarakan keinginan pangeran, pangeran menyerahkan sebuah Tepak
berisi Cembul yang berada ditujuh kotak dalam tepak tersebut. Kemudian sang Ratu
mengosongkan keenam kotak yang berisi cembul itu dan meninggalkan satu kotak
yang berisi cembul sambil berkata “ pantang adat melangkah batang, putri yang
paling kecil tidak boleh mendahului kakak-kakaknya yang lebih tua”.
Mendengar hal itu pengeran Empang Kuala merasa terhina karena lamaranya
ditolak mentah-mentah. Saat itu juga ia pulang dengan kemarahan yang tiada
tandingannya dan merencanakan untuk perang. Seluruh bala tentera pengeran
Empang Kuala telah menuju benteng pertahanan kerajaan Sri Bunga Tanjung.
Mendengar hal demikian Ratu Cik Sima dengan sigap menyuruh seluruh putri-
putrinya mengikutinya menuju sebuah gua (yang sekarang tepat berada dalam
lingkungan kilang minyak putri tujuh Pertamina UP II Dumai) untuk
disembunyikan. Beliau memerintah pengawalnya untuk memberikan persediaan
makanan yang diantarkan kedalam gua, dan tidak membiarkan satu orang pun tahu
keberadaan gua tersebut. Kemudian gua tersebut ditutup dan dikunci oleh Ratu Cik
Sima.

Benteng pertahanan kerajaan Sri Bunga Tanjung makin lama tidak kuat
menahan serangan dari kerajaan Empang Kuala, Ratu Cik Sima kemudian berfikir
untuk menyingkirkan para musuhnya. Dengan nasehat para pembesar kerajaan
Ratu Cik Sima bertapa disebuah bukit yang dikenal dengan nama Bukit Jin. Dengan
bertapa Ratu Cik Sima meminta dan memohon bantuan kepada para jin untuk
membantu menyelesaikan peperangan tersebut.

Kemudian pada saat hampir subuh saat para prajurit Empang Kuala tertidur
pulas, jin-jin kemudian melemparkan sebuah batu yang besar tepat keatas
kepalanya para prajurit, serangan ini membuat para prajurit berangsur-angsur
mundur melarikan diri bahkan banyak yang mati. Melihat keadaaan ini Pangeran
Empang Kuala meghadap Ratu Cik Sima. Ratu Cik Sima kemudian berkata “ jika
orang yang berniat baik datang kemari akan disambut baik, jika tidak akan
menerima akibatnya”. Pangeran Empang kuala, para pengawalnya dan prajuritnya
meninggalkan kerajaan Sri Bunga Tanjung. Keadaan mulai membaik kembali.

Dalam hal ini Ratu Cik Sima bermaksud untuk membawa kembali putri-
putrinya kekerajaan. Tapi malang tak bisa ditolak ketika Ratu Cik Sima menjemput
putrinya kegua. tujuh putri yang cantik-cantik itu sudah tak bernyawa. Mereka mati
kelaparan karena persediaan makanan yang disediakan hanya mencukupi hingga
dua purnama. Peperangan yang terjadi berlangsung selama tiga purnama.
Kemudian putri tujuh tersebut langsung dikebumikan dalam gua tersebut, dan gua
tersebut ditutup untuk selama-lamanya. Melihat keadaan tersebut Ratu Cik Sima
sangat sedih hingga jatuh sakit. Banyak tabib yang berusaha menyembuhkan Ratu
Cik Sima, tapi tak juga berhasil. Tak sanggup menahan kesedihannya, tak lama
kemudian Ratu Cik Sima pun meninggal dunia.

KONSEP GARAPAN KOREOGRAFI

 Gerak
Gerak tubuh adalah bagian yang paling esensial sebagai media ungkap tari.
Gerak yang diekspresikan penari bisa mewakili maksud yang disampaikan penata
kepada penonton. Dalam hal ini gerak-gerak yang digunakan dalam tari Putri Tujuh
bersumber dari gerak-gerak tari Zapin, Silat, Lenggang dan Joged yang kemudian
dikembangkan dengan teknik-teknik tertentu, terutama gerak-gerak untuk
mencapai klimaks. Sedangkan gerak Zapin yang lemah lembut mewakili maksud
ketenangan jiwa Putri Tujuh dalam menjalani hidup. Jadi dalam gerakan-gerakan
tari Putri Tujuh ini merupakan gerakan-gerakan yang bersifat magic, karena
gerakan-gerakan tersebut memiliki objek yang mewakili dari suasana yang terdapat
pada cerita legenda Putri Tujuh. Selain dari pada itu gerakannya banyak
berdasarkan dari pengalaman Spritual, karena tidak semua penari bisa melakukan
gerakan tersebut. Dalam hal ini gerakan pada tari Putri Tujuh merupakan estetika
yang bersifat Magic, karena Penari yang bisa melakukan gerakan ini hanya yang asli
kelahiran kota Dumai.
 Konsep penari
Pada awal menciptakan tari ini penari berjumlah delapan orang, satu orang
berperan sebagai Ratu dan yang lainnya sebagai Putri Tujuh. Sedangkan pemilihan
penari adalah remaja putri, tidak harus cantik tetapi jujur, karena dengan kejujuran
aura Putri Tujuh akan cepat masuk kedalam tubuh penari. Dalam perkembangan
selanjutnya tari Putri Tujuh ini boleh ditarikan lebih dari delapan orang tergantung
kebutuhan pertunjukan. Akan tetapi penari Putri Tujuh minimal tujuh orang wanita.
Jika penari wanitanya lebih dari tujuh orang berarti dia bisa berperan sebagai ibunya
dan bisa pula sebagai dayangnya. Kemudian jika menggunakan penari laki-laki
berarti ia berperan sebagai panglima, pangeran maupun prajurit. Dalam konsep
penari ini jumlah penari merupakan “estetika”, karena telah disepakati bersama
bahwa penari dalam tari Putri Tujuh ini minimal tujuh orang, jika penari lebih dari
tujuh orang bisa berperan sebagai tokoh yang lainnya.
 Properti
Oleh karena tari Putri Tujuh bertemakan perang, maka properti yang
digunakan oleh masing-masing penari adalah keris yang berukuran 15 cm yang
diselipkan pada pinggang sebelah kiri. properti ini digunakan pada klimaks tarian
dengan cara mencabutnya dari pinggang kemudian ditarikan oleh masing-masing
penari dengan teknik perang antar penari. Klimaks ini merupakan penggambaran
semangat juang keluarga Putri Tujuh dalam melawan musuhnya yaitu kerajaan dari
Aceh yang pada akhirnya Putri Tujuh meninggal dengan teknik gerak, semua penari
menjatuhkan diri secara tertelungkup ke lantai.
Disamping keris tarian ini juga menggunakan kain putih berukuran 2 x 2 m,
sebagai simbol kesucian. Disaat penari akan muncul diatas pentas kain dipegang
oleh semua penari yang kemudian dibawa berlari menuju ketengah pentas kain itu
dibentangkan. Setelah itu semua penari bersimpuh diatasnya kemudian melakukan
gerak sembah. Properti yang digunakan oleh penari seperti keris dan kain putih
merupakan simbol keindahan bentuk melalui warna karena dengan adanya properti
tersebut merupakan gambaran dari perjuangan dan kesucian yang dilakukan penari
dalam menarikan Legenda Putri Tujuh.
 Kostum dan Rias Tari

Didalam penampilan tentu dibutuhkan tata rias dan busana. Dalam putri
tujuh menggunakan rias cantik dengan alat kosmetik yaitu: bedak, pembersihkan
wajah, alas bedak, bedak, pensil alis, bulu mata palsu, lipstick, pemerah pipi (blush
on), bayangan keopak mata (eye shadows). Bentuk alis dibuat dengan sidemikian
rupa dan sudut mata dibingkai agar mata tampak lebih tajam saat berperang.

Kostum/ Tata busana yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tata busana tari putri tujuh, memakai busana songket yang bajunya sudah
dikreasikan, seperti model kebaya modren dengan lengan baju dikembangkan
seperti teropet. Memakai konde sarung songket yang sudah dijahit menjadi rok.
Memakai mahkota ganda jika ia petunjukan pada event-event tertentu. Kalau untuk
acara biasa mahkota yang dipakai hanyy satu dan pakainya model longgres
kembang. Memakai selendang 7 warna sesuai kasukaan masing-masing dari putri
tujuh.

a. Putri no.1 warna kesukaannya merah


b. Putri no.2 warna kesukaannya kuning
c. Putri no.3 warna kesukaannya pink ( merah jambu)
d. Putri no.4 warna kesukaannya lembayung
e. Putri no.5 waran kesukaannya orange
f. Putri no.6 warna kesukaannya biru
g. Putri no.7 warna kesukaannya putih

Kemudian mamakai sanggul sendeng/miring bisa berbentuk siput, ekor kera,


lipat pandan, memakai giwang/ anting-anting, memakai kalung, memakai pending
emas sebagai ikat pinggang. Memakai properti kain putih sebagai pemanggil
auranya roh putri tujuh. Dalam pemakaian kostum yang telah dijelaskan diatas
merupakan estetika dalam segi warna dari penari yang menggambarkan bagaimana
riasan Putri Tujuh pada zaman dahulu.

 Musik pengiring
Oleh karena Tari Putri Tujuh ini hidup dikota Dumai sebagai salah satu
bentuk pelestarian budaya, maka musiknya disesuaikan dengan kebudayaan
setempat. Dengan demikian alat musiknya menggunakan alat musik yang
berkembang di Dumai. Alat-alat musik yang digunakan adalah gong/ketawak,
biola, tambur, Gendang Melayu/bebam, marwas, jimbe, dan akordion. Kemudian
diiringi dengan vokal berirama Melayu, serta menggunakan syair-syair tertentu.

Disaat akan tampil, harus mendendangkan, syair “membangkitkan” (untuk


menghimbau arwah Putri Tujuh) yang dilakukan oleh Bomo sekaligus sebagai
penyanyi untuk mengiringi musik. Syairnya adalah sebagi berikut:

Umbut mari Mayang diumbut ( bangkit mari Mayang bangkit)

Mari diumbut dirumput buluh ( mari bangkit dirumpun bamboo)

Jemput mari Mayang dijemput (jemput mari Mayang dijemput)

Mari dijemput turun bertujuh (mari dijemput turun bertujuh)


Ketujuhnya berkain serong (ketujuhnya berkain serong)

Ketujuhnya bersubang ganding (ketujuhnya beranting permata)

Ketujuhnya bersanggul sendeng (ketujuhnya bersanggul miring)

Ketujuhnya memakai pending (ketujuhnya memakai ikat pinggang)

Syair di atas tidak boleh dirubah, jika ada perubahan jelmaan Putri Tujuh
akan muncul dalan arena pertunjukan, dan semangat penari untuk
mengekspresikan gerak menjadi berkurang. Demikian yang terjadi ketika syair
dirubah dalam suatu pementasan. Syair-syair yang dikumandangkan disusun secara
apik merupakan estetika bunyi sehingga menghasilkan suara (bunyi) atau disebut
juga musik yang mengalun indah. Musik pengiring yang mengiringi tari Putri Tujuh
ini merupakan unsur terbesar, karena didalamnya terdapat estetika yang bersifat
magic dalam pembuatan syair dan musiknya sehingga tidak dapat rubah.
 Syarat pementasan

Penari sebelum tampil harus latihan terlebih dahulu, caranya adalah dengan
makan sirih sebagai tanda minta izin untuk menari. Jika tidak dilakukan penari akan
langsung sakit, badan sakit, badan panas dan mengigau. Tempat latihanpun harus
beralaskan tikar pandan, jika tidak penari akan selalu lupa dengan gerakan tarian
dan kurang semangat. selain dari pada itu sebelum pertunjukan dilakukan, terlebih
dahulu arus disediakan kain putih berukuran 4 x 6 meter, dan keris berjumlah
delapan. Kain putih mencerminkan kesucian dan kebersihan hati, dan tujuan untuk
menghormati roh putri tujuh agar ia bangkit dan ikut menari, karena semasa
hidupnya mereka hobi menari. keris dengan ukuran 15 cm sebagai lambang
perlawanan. Disamping itu oleh karena temanya adalah perang, maka harus
dipersiapkan tepung tawar yang terdiri dari satu mangkok beras kuning, satu
mangkok isi betis, satu mangkok bunga rampai, satu mangkok bedak dingin yang
sudah cair. Dan sebelum pementasan biasanya para penari dimandikan terlebih
dahulu sesuai dengan persyaratan dengan Putri Tujuh. Penari Putri Tujuh haruslah
gadis belia, tidak boleh yang sudah berkeluarga. Syarat pementasan ini tergambar
bahwa adanya estetika yang bersifat magic dalam pertunjukan tari Putri Tujuh ini,
karena selalu diwarnai hal-hal yang tidak masuk akal. Tetapi ini adalah sebuah
bukti yang sulit dibuktikan secara empiris.

STRUKTUR GARAPAN

Adapun struktur garapan Tari Putri Tujuh adalah:

Bagian pertama suasana tenang dan damai, bagian kedua konflik masalah
penolakan lamaran, dan bagian ketiga adalah perang dan kematian Putri Tujuh.

 Bagian pertama
Bagian ini merupakan awal tarian. Disaat syair dikumandangkan, tujuh
penari berjejer dua baris sambil memegang tepian kain putih yang berukuran 2 x 2
m seperti dijelaskan sebelumnya, berlari kesamping pentas menuju ketengah pentas.
Setelah berada ditengah pentas kain putih diletakkan yang kemudian penari
duduk bersimpuh diatasnya, selanjutnya mengadakan gerakan sembah untuk
memunculkan aura Putri Tujuh. Untuk memunculkan aura Putri Tujuh tersebut
adalah dengan cara memanggilnya dan memperkenalkan kostum dan perlengkapan
yang dipakai Putri Tujuh sehari-hari pada zamannya. Setelah aura Putri tujuh
dirasakan oleh penari yang tidak semua penonton melihatnya, kemudian para
penari mundur kesudut belakang pentas. Setelah itu maju kembali melakukan
melakukan gerakan lembut yaitu gerakan-gerakan zapin. Gerak-gerak ini
melambangkan Putri Tujuh hidup aman dan tentram riang gembira bersama
bundanya sambil bermain dan menari ditaman.
Ketegangan terusik setelah dapat kabar putri no 7 diamar oleh sang Pangeran
dari Empang Kuala. Lamaran ditolak ibu Putri Tujuh dan Pangeran menyatakan
perang. Dalam karya ini disimbolkan dengan gerakan tegas dan tangkas melalui
pengembangan gerakan-gerakan dasar Zapin, lenggang dan lainnya. Penari
membuat pola lantai segi empat yang menggambarkan kebersamaan dan persiapan
untuk melakukan perlawanan.

 Bagian Kedua
Bagian kedua merupakan klimaks tarian. Putri Tujuh mengadakan persiapan
perang untuk mempertahankan serangan lawan. Dalam peperangan diantara putri
mangalami luka. Gerakan ini dilakukan dengan mengggunakan properti keris yang
masing-masingnya beralih fungsi menjadi penyerang dan penangkis secara
berpasangan. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan gerakan tangkas
dinamis, dengan menggunakan teknik gerakan-gerakan Zapin melayu dan
pengembangan dari gerak silat, penari terbagi menjadi dua masing-masing
kelompok 4 orang dengan melakukan gerakan penyerang dan penangkis, kemudian
gerakan ini disimbolkan oleh pola lantai yang membentuk diagonal serta tersusun
seperti garis lurus yang menimbulkan kesan kuat apalagi dari segi (estetis), serta
diiringi oleh musik gendang silat yang diimbuhi oleh bunyi gong. Sebagai ciri khas
musik Melayu.
Bagian Ketiga
Bagian ketiga ini adalah akhir atau penutup tarian. Setelah peperangan
berlangsung beberapa lama mengakibatkan tujuh terabaikan yang bersembunyi
didalam goa. Setelah perang usai lobang tempat persembunyian dibuka ternyata
Putri Tujuh sudah tidak bisa tertolong lagi. Ibu Putri Tujuh sedih karena mengetahui
anaknya sudah tak bernyawa lagi. Akhinya tak dapat menahan kesedihan ibunda
pun meninggal dunia. Dalam karya ini digambarkan melalui gerakan zapin yang
berirama cepat dan menggunakan pengembangan gerak joget dan gerakan
lenggang, rentak lainnya. Penari menggunakan pola lantai garis lengkung pola
lingkaran yang memberikan kesan lembut dalam segi (estetis) tapi kesan kuat dalam
segi (magis), kemudian ketujuh penari terjatuh tertelungkup melambangkan
kematian, lalu seorang penari yang melambangkan seorang Ratu masih melakukan
gerakan yang menyimbolkan gerakan kesedihan kemudian terjatuh seperti ketujuh
penari yang lainnya.
Pada setiap bagian-bagian pertunjukan tari Putri Tujuh merupakan unsur-
unsur dan struktur garapan dalam segi wujud yang banyak memperlihatkan nilai
estetis didalamnya.

NILAI ESTETIS DALAM PERTUNJUKAN TARI PUTRI TUJUH


Dalam sebuah pertunjukan tentunya terdapat unsur-unsur dan struktur
garapan, yaitu dari segi gerak, musik, properti, konsep, kostum dan rias, bahkan ada
beberapa tarian yang mempunyai syarat pementasan. Setiap bagian ini mempunyai
nilai-nilai estetis yang berbeda-beda sehingga nantinya dapat menimbulkan kesan
bahwa sebuah penilaian mengarah kepada teori Subjektif (penilaian yang dirasakan
hanya sebuah perasaan yang tergantung pada pencerapan si pengamat yang bersifat
pribadi atau sendiri-sendiri). tetapi dengan adanya teori Perimbangan (ciri-ciri
keindahan yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain) ini akan menguatkan
bahwa tari Putri Tujuh ini banyak mempunyai niali-nilai estetis.
Sehingga dari pengalaman penulis ini menyatakan bahwa pengamatan seni
yang bernuansa melayu tari Putri Tujuh bersifat Magic. Karena ada beberapa unsur
yang susah dibuktikan secara empiris dan difikirkan dengan akal sehat.

Anda mungkin juga menyukai