Anda di halaman 1dari 18

KOREOGRAFI TONGGAK RASO

BERBASIS SILEK

Ali Sukri
Prodi Seni Tari-Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

ABSTRAK
“TONGGAK RASO”, secara visual pada dasarnya merupakan konsep garapan
untuk menghadirkan gerak dalam diri penari yang didasari pada kesadaran ruang
dan waktu. Ruang dalam tubuh akan diolah secara maksimal, meskipun pada
akhirnya ruang yang diolah juga menentukan waktu itu sendiri. Ruang fisik dipilih
untuk mendukung ruang imajinatif yang akan dihadirkan. Budaya silek yaitu;
silek tuo, silek kumango dan silek luambek untuk mengaktualisaikan ide dan
gagasan melekat didalam koreografi Tonggak Raso. Elemen yang terkait dengan
garapan menggunakan kaca timbal balik yang diberi bingkai sekaligus menjadi
properti dalam garapan. Metode yang digunakan dalam pelahiran karya ini
diantaranya, observasi, pengolahan data, studi pustaka, pemilihan pendukung
karya, eksplorasi, penataan gerak, improvisasi, dan evaluasi. Koreografi ini
memiliki tiga bagian, bagian pertama menggambarkan musyawarah untuk
mencapai satu tujuan. Bagian kedua menggambarkan kekuatan untuk bertahan,
dan bagian ketiga bagaimana penari mampu berkolaborasi untuk bertahan dengan
memadukan gerak tradisi berbasis silek dan gerak-gerak tari modern.
Kata Kunci :budaya silek, bertahan, kokoh, dan enerjik

ABSTRACT
“TONGGAK RASO”, visually is a basic concept of cultivation to present the
motion in the dancer based on the awareness of space and time. The space in the
body will be processed optimally, although in the end the treated space also
determines the time itself. Physical space is chosen to support the imaginative
space that will be presented. Silek culture namely as; silek tuo, silek kumango and
silek ulu ambek are used to actualize ideas inherent in Tonggak Raso
choreography. The elements associated with this work is a reciprocal glass which
is used and then framed, as a property in this artwork. The methods used in the
delivery of this work include observation, data processing, literature study,
selection of supporting works, exploration, structuring motion, improvisation, and
evaluation. This choreography has three parts, the first part describes a
discussion to achieve goal. The second part describes the strength to defend, and
the third part is about collaborating, to survive, by combining traditional
movements based on silek and the motion of modern dance.
Keywords :silek culture, defend, solid, energic

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 49


PENDAHULUAN sehingga dinamika tubuh yang di
A. Latar Belakang Penciptaan eksplorasi dan dielaborasi oleh sebuah
Sebuah koreografi dapat lahir koreografi menjadi tanda yang
dari pengalaman estetis individu cenderung bersifat konototatif dan
koreografernya dan bisa juga lahir dari multitafsir. Persoalan-persoalan yang
hasil pengamatan atas pengalaman muncul berdasarkan eksplorasi tubuh
orang lain. Bahkan sebuah koreografi dalam menyikapi berbagai gagasan,
bisa saja terwujud berdasarkan pada dasarnya ingin melihat
inspirasi dari karya-karya sebelumnya, sejauhmana peranan bahasa tubuh
maupun terinspirasi dari bentuk karya mampu mengkomunikasikan berbagai
lainnya seperti; sastra, teater, seni rupa, peristiwa sosial tentang keberagaman
film atau budaya lainnya seperti silat. wajah individu manusia saat ini.
Sehubungan dengan ha ini Tonggak Raso merupakan konsep
silatMinangkabau yang dikenal dengan yang mengarah pada sikap yang kokoh
istilah silek merupakan inspirasi utama dalam membentengi diri dari pengaruh
dalam menggarap koreografi Tonggak luar. Pengaruh luar boleh saja masuk
Raso.Dari sekian banyak silek yang namun tidak menggerus pondasi
terdapat di Minangkabau, silat tuo, budaya yang dimiliki. Pengaruh luar
silat kumango merupakan dasar akan memperkaya bukan menjajah rasa
pembentukan karya. Di samping itu budaya setempat. Jadi “tonggak”
gerak-gerak yang terdapat dalam tradisi adalah tiang kokoh dalam rasa diri
balumbek juga dijadikan sebagai penari yang diperkaya oleh budaya
sumber penciptaan. lain. Manusia harus bertumpu pada
Dari segi gerak, karya ini tonggak dasar dan menghambat wajah
mencerminkan keleluasaan terhadap yang bias.Manusia harus memiliki
ruang tafsir tanpa batas dan tidak tonggak atau tiang yang kokoh agar
mengikat. Wujud gerak yang wajahnya tidak bias dan bercampur
dimunculkan melalui gestur, mimik, baur. Wajah manusia harus utuh
maupun ekspresi yang lahir secara walaupun dimasuki oleh fenomena
fisikal, pada dasarnya memuat yang berbeda. Wajah lain boleh saja
pengalaman-pengalaman batin,

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 50


masuk asalkan sesuai dengan wajah melalui tubuh penari sehingga secara
aslinya. visual masing-masing tubuh penari
Tonggak Rasosecara visual pada menyatu dan menjadi bagian dari
dasarnya merupakan konsep garapan ragam gerak yang sudah ditata, (3)
untuk menghadirkan gerak dalam diri inovasi bentuk yang
penari yang didasari pada kesadaran mengkombinasikan seluruh aspek
ruang dan waktu. Dalam karya ini, spektakel (yang menciri) pertunjukan
ruang dalam tubuh akan diolah secara secara total seperti gerak tubuh yang
maksimal, meskipun pada akhirnya berangkat dari silek Tuo, silek kumango
ruang yang diolah juga menentukan dan silek luambek. Hal ini menjadi
waktu itu sendiri. Ruang fisik dipilih tolok ukur dalam menhasilkan karya
untuk mendukung ruang imajinatif Tonggak Raso.
yang akan dihadirkan. Seperti tubuh B. Tujuan
yang menciptakan ruang di dalam Tonggak Raso hadir dalam
menciptakan sebuah gerak. Tubuh, bentuk koreografi berbasis silek
adalah alat untuk mengaktualisaikan betujuan;
ide dan gagasan di dalam menciptakan 1. Untuk menghasilkan karya
Tonggak Raso. kontemporer tanpa
Konsep karya yang bertitik tolak menghilangkan nilai nilai tradisi
pada persoalan tubuh, khususnya yang melekat di dalamnya
mengenai gerak tubuh distilir sebagai sumber inspirasi.
kemudian dilakukan proses elaborasi 2. Hadirnya koreografiTonggak
untuk mencapai target inovasi di dalam Raso berarti menambah
karya seperti (1) inovasi gagasan yaitu khasanah dan jumlah tari yang
masing-masing penari melakukan berkualitas dan dapat dijadikan
eksplorasi berupa riset dalam sebagai studi banding bagi
memberikan pemaknaan-pemaknaan koreografer-koreografer lainnya.
filosofis tentang tubuh, (2) inovasi 3. Kegiatan dalam proses garapan
bentuk seperti eksplorasi gerak-gerak pada prinsipnya untuk melatih
tubuh yang teatrikal dan minimalis diri dalam pelaksanaan tahap-
dalam mewujudkan efek-efek gerak tahap garapan yang sistematis.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 51


4. Untuk mewujudkan kreativitas 2. Eksplorasi
berkarya sebagai wadah Tahap awal ekplrosi adalah
perenungan ide dan ekspresi jiwa. perencanaan dan pembuatan seting
Tonggak Raso yang idenya
C. Metode Penggarapan
dikembangkan dari kotak persegi
1. Pengumpulan data dan
panjang dan mempunyai kaca timbal
observasi lapangan
balik. Tahap ini dilakukan dengan
Terwujudnya koreografi
berkonsultasi dengan teman-teman
Tonggak Raso merupakan hasil
seni rupa untuk memperoleh bentuk
survey dan observasi yang
yang diinginkan. Dalam pembuatan
dilakukandi daerah Batu Sangkar,
setting Tonggak Raso, didesain
Solok dan Padang Pariaman. Hasil
menjadi berbagai bentuk karakter
survey dan observasi memberi
yaitu meliputi: Kaca timbal balik
pengalaman-pengalaman itu
dan pakai penyangga untuk
memunculkan suasana-suasana
merasakan hidup sendiri di dalam
ekspresi yang beraneka ragam
kaca dengan bayangan-bayangan
seperti halnya kedongkolan,
yang mempengaruhi jiwa, seperti;
ketakutan, yang mengimbas pada
suasana nyaman, marah, sedih dan
perasaan-perasaan lain seolah-olah
berbagai macam rasa menyatu
memasuki dunia lain. Anehnya,
dalam pantulan kaca. Setelah
dalam kesesakan itu timbul juga rasa
properti selesai baru tahap
kesepian yang dalam. Jadi dari
selanjutnya dicoba menyatukan
fenomena kesesakan itu dapat
tubuh dengan setting dan properti
tergali beraneka ragam kesan.
yang ada yaitu;
Kesan-kesan itu kemudian begitu
a. Kotak Persegi Panjang,
kuat menyatu dengan imajinasi
merupakan tiruan dari kaca
karena pentingnya sebuah pondasi
dinding sebagai bentuk dasar
atau tiang kokoh untuk melakukan
untuk mengembangkan
sebuah gerakan karya koreografi
berbagai bentuk bayangan yang
agar mempunyai roh dan kekuatan
lain.
yang dalam.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 52


b. Setting kotak persegi panjang, penghubungan antara karya dengan
dibuat untuk mewadahi ide berbagai gambaran serta penciptaan
tentang rasa yang menakutkan gambaran yang baru, untuk
ketika berada di depan kaca, seterusnya menggunakan berbagai
dan juga imajinasi tentang citra atau gambaran tersebut untuk
dunia lain, dunia antah mengungkapkan sesuatu. Proses
berantah, bahkan dunia transforming (mentranspormasikan)
kematian. Bentuknya sebuah adalah proses memindahkan
pantualan kaca mengahsilkan berbagai gambaran yang dibangun
bayangan berbagai makna. dari pengalaman tersebut menjadi
3. Improvisasi/ eksperimen bentuk gerak. Proses forming
Improvisasi diartikan sebagai (membentuk) adalah proses
penemuan gerak secara kebetulan pembentukan berbagai gerak itu
atau spontan, walaupun gerak-gerak menuju bentuk yang lebih tertata
tertentu muncul dari gerak-gerak dan terancang (Alma M. Hawkins,
yang pernah dipelajari atau 1991:15-16). Dari teori ini
ditemukan sebelumnya, tetapi cirri improvisasi juga dibutuhkan dalam
spontanitas menandai hadirnya penggarapan karya tari, dengan
improvisasi (Y SumandiyoHadi, adanya improvisai yang dilakukan
2012:69). Selanjutnya ada lima penari yang berpijak pada gerak
tahap dalam proses penciptaan silek dan bakuambek dengan
koreografi (1) sensing (2) feeling (3) mengutamakan pembebasan tubuh
imaging (4) transforming (5) terhadap langkah-langkah dan
forming. Proses sensing (merasa) kekuatan kaki yang ada
adalah proses belajar untuk melihat hubungannya dengan Tonggak
dan menerima dengan panca indera. Raso.
Proses feeling (merasakan) adalah 4. Pembentukan
proses mengasosiasikan antara Proses koreografi melalui
sensasi inderawi dengan kehidupan penyeleksian merupakan proses
yang dihadapi. Proses imaging pembentukan atau penyatuan materi
(membayangkan) adalah tari yang telah ditemukan. Melalui

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 53


eksplorasi dan improvisasi, proses melakukan latihan keseluruhan dari
pembentukan menjadi kebutuhan bagian awal sampai bagian akhir
koreografi (Y Sumandiyo Hadi, dengan menggunakan musik
2012:72). Dari Hasil ekplorasi dan pengiring. Evaluasi ini juga diambil
improvisasi yang sudah dilakukan dalam bentuk dokumentasi video
sebelumnya dituangkan kedalam agar penari juga bisa melihat dan
pembentukan koreografi dengan mengevaluasi dirinya dalam
beberapa bagian. Sehingga melakukan proses latihan secarah
terbentuklah sebuah karya dari utuh. Dengan demikian semua bisa
tahap-tahap yang sudah dilakukan. menilai dirinya sendiri dalam
5. Evaluasi melakukan gerakan.
Setiap koreografi memiliki Salah satu indikator
perbedaan dalam proses kematangan dari sebuah karya bagi
penciptaanya, perbedaan tersebut pengkarya adalah selalu melakukan
dihasilkan oleh faktor di sekitar briefing bersama pendukung dari
proses penciptaan koreografi itu penari, pemusik, artistik,
sendiri. Namun pada dasarnya ada scenografer, dramaturg, publikasi,
empat tahapan yang harus dilalui serta administrasi.Selain itu juga
dalam menciptakan karya tari membuka peluang untuk penari
diantaranya proses persiapan, proses memberikan pertanyaan seputar
penciptaan karya tari, proses konsep karya. Biasanya pertanyaan
penyajian atau pementasan yang itu muncul dari penari tentang
terakhir evaluasi. Sedangkan seputar gerakan yang harus dilatih
Evaluasi adalah proses menilai dan alasan dari gerakan yang
kemajuan individu atau dihasilkan. Selanjutnya Pengkarya
pertumbuhan individu, yaitu melihat jug amengkoreksi kesalahan-
karya terbarunya dalam kesalahan pada penari, dalam bentuk
hubungannya dimana ia berada, dan gerak ekspresi maupun rasa penari
kemana tempat yang akan dituju dalam melakukan gerak, kemudian
(Alma M. Hawkins. 2003 :.207). menunjukkan bagaimana melakukan
Dalamtahap evaluasi ini pengkarya hal tersebut dengan benar, sehingga

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 54


setiap proses latihan akan PEMBAHASAN
menghasilkan progress yang baik. A. Proses Penciptaan
D. LandasanTeori Koreografi Tonggak Raso
Karya Tonggak Raso mencoba terinspirasi dari silek (silat)
menafsirkan serta memaparkan gerak Minangkabau yakni; silek tuo dari
tubuh yang berbasis silat. Menurut paninggahan, silek kumango dari
pandangan O’ong Maryono(2000: 193- Batusangkar dan silek luambek dari
194) mengatakan bahwa silat dan tari Padang Pariaman. Tiga bentuk silat
merupakan suatu ekspresi yang tali dikolaborasikan untuk menghasilkan
temali yang saling mengisi karena karya berdasarkan pengalaman belajar
kedua-duanya mempergunakan tubuh- modern dance selama hampir dua
tubuh manusia sebagai materi pokok, bulan di Amerika tahun 2014.
disamping ketajaman pikiran dan Pengalaman tersebut menghasilkan
perasaan yang selalu berdampingan karya baru yang diberi judulTonggak
sewaktu orang melaksanakan pencak Raso sesuai dengan bentuk karya
atau menari, ditambah dengan kekinian.
ketahanan fisik dan keuletan Agar karya ini menjadi matang
menggarap teknis silat/pencak silat dan untuk dipertunjukan, maka koreografer
tari. melakukan beberapa proses yaitu; 1)
Selanjutnya Edi Sedyawati diskusi tentang tema karya, khususnya,
(1978: 68) memperjelas maksud dari 2) berdiskusi tentang persoalan tubuh,
tari adalah ekspresi keindahan, khususnya tentang fenomena tubuh-
sedangkan pencak adalah cakupan tubuh hari ini yang masih tetap
kegiatan olah fisik yang tujuan bertahan namun tetap memasukan
akhirnya adalah bela diri dan unsur atau roh tradisi didalam gerakan
kemenangan terhadap lawan. Hal ini 3) berdiskusi mengenai idiom idiom
dirujuk untuk menghasilkan koreografi tubuh yang sering dipakai dalam silat
Tonggag Raso. Minangkabau, 4) diskusi dan
merumuskan berbagai fakta yang
ditemukan di dalam riset di lapangan,
dan 5) masing-masing penari me-

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 55


elaborasi dan melakukan eksplorasi selalu mudah dipatahkan oleh lawan
terhadap permasalahan-permasalahan mainya.
dan memberikan pemaknaan- Silek kumango memiliki 11
pemaknaan melalui gerak atau bahasa gerakan dasar yang diciptakan dan
tubuh yang mereka lakukan. diturunkan oleh syekh kumango.
1. Tiga Gaya Silek Sebagai Pada dasarnya gerakan ini
Sumber Inspirasi bersumber dari gerak yang
a. Silek Kumango mengikuti alam dan prilaku
Dalam penggarapan karya manusia, dengan berlandaskan
tari Tonggak Raso, sumber pijakan pemahaman agama Islam sehingga
merupakan pondasi agar karya kita geraknya tidak membunuh lawan
berbeda dari sebelumnya. Salah melainkan hanya melumpuhkan
satunya Silek kumango yang lawan. Selain itu gerak dasar ini
berkambang di Nagari Kumango juga bisa dikatakan sebagai jurus
Kecamatan Sungai Tarab kabupaten yang diajarkan pada silek kumango.
Tanah Datar sumatera Barat. Dalam silek kumango ini
Meskipun zaman terus berkembang jurus yang diajarkan diantaranya
namun silek kumango masih tetap yang pertama elakan, jurus elakan
eksis dan berkembang di tengah merupakan gerak tangkisan dengan
masyarakat khususnya daerah menggunakan tangan kiri yang
sungai tarab Kabupaten Tanah terbagi dua elakan luar dan elakan
Datar. Menurut syekh Kumango dalam. Kedua elakan, dengan
Tengku Irwansyah yang menggunakan tangan kanan juga
mengajarkan silek kumango elakan luar dan elakan dalam.
menjelaskan bahwa silekkumango Ketiga dinamakan sambuik pisau,
bukan untuk melukai apalagi gerakan ini berfungsi untuk
mematikan lawan, melainkan untuk mengatipasi bila ada lawan yang
membawa sang lawan kejalan yang menggunakan senjata pisau, dengan
benar. Orang yang sombong dan menggunakan tangkapan melalui
angkuh didalam permainan silek pergelangan tangan lawan. Ke
empat adalah rambah, gerakan ini

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 56


berfungsi untuk mengantipasi bila merupakan gerakan yang terakhir
lawan menggunakan ladiang ucak lapeh, gerak ini berfungsi
(parang), berupa gerakan menarik lengan lawan lalu
menyamping secara horizontal. dipatahkan dan kemudian
Selanjutnya jurus yang kelima dilemparkan.
cancang, digunakan untuk b. Silek Tuo Paninggahan
menghinhin dari apabila lawan Melalui Alamsur Manti
melakukan serangan yang berulang Koto yang biasa dipanggil Mak
ulang secara vertikal dengan Manti menyatakan bahwa gaya
menggunakan pisau dari atas silektuo yang dengan gaya silek
kebawah. Jurus keenam ampang, kumango. Mak Manti adalah
berfungsi untuk menangkis sambil sesepuh silek kelahiran tahun
menyerang kearah rusuk lawan. 1942. Murid dari Datuak Tan
Jurus ketujuh lantak siku, gerakan Palawan dan belajar silek
ini berfungsi untuk menangkis paninggahan dengan gurunya pada
erangan lawan kemudian menyerang tahun 1950. Ciri khas pada silek
dengan ujung siku, gerakan ini tuo paninggahan memiliki dua
biasanya digukan dengan siku kanan jenis langkah atau jurus, yakni
dan siku kiri. Kedelapan patah langkah tigo (langkah tiga) dan
tabu, berfungsi untuk langkah ampek (langkah empat).
mengantisipasi serangan musuh lalu Setiap gerakan ini bisa dipecah
menyerang dengan mematahkan hingga jumlahnya bisa mencapai
lawan gerakan ini juga bisa lebihdari 10 langkah. Namun gerak
dilakukan kekiri dan kekanan. yang saling diajarkan adalah
Kesembilan sandang, gerakan ini langkah ampek yang memiliki
berfungsi untuk membanting lawan. lima sikap diantaranya, tagak alif,
Kesepuluh ucak tanggung, gerakan langkah ba, langkah ta, dan
ini sering digunakan untuk menarik langkah tsa. Selain itu langkah ini
lengan lawan baik dibagian siku juga dinamakan tagak alif, langkah
maupun pangkal lengan bagian lam, dan langkah hu. Kedua
bahu. Gerakan kesebelas penamaan langkah ini diambil dari

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 57


deretan huruf hijaiyah (abjad gerak kaluang, dan gerak simpua.
Arab). Alif, ba, ta, tsa, adalah Gerak batuang (menyerang)
empat huruf awal dalam sederetan dilakukan dengan posisi tangan
huruf hijaiyah, sementara alif, lam, kanan diacungkan keatas sementara
lam, hu adalah kombinasi huruf kaki kanan melangkah kedepan dan
hijaiyah yang membentuk tangan kiri ditekuk di atas perut.
perkataan Allah. Gerak guntiang dilakukan
c. Silek Luambek denganposisi tangan kanan lurus di
Luambek merupakan sebuah atas perut tangan kiri lurus ke atas
seni pertunjukan bela diri yang sementara kaki kanan melangkah
didalamnya mengandung unsure kedepan. Gerak kaluang
silat. Pertunjukannya diiringi oleh merupakangerak dengan posisi
dampeang, yaitu sebuah nyanyian kedua tangan berada di atas kepala
yang tidak memiliki syair dengan seperti melihat matahari kemudian
kata lain hanya berupa senandung. diiringi dengan posisi kaki kanan
Ciri khas luambek untuk dilangkahkan kedepan. Terakhir
menentukan serangan dan tangkisan gerak simpua dilakukan dengan
adalah dengan sorakan dampiang posisi tangan kanan di bawah
tersebut yang bagi penonton biasa dengan telapak tangan menghadap
tidak dapat mengetahui siapa yang keatas tangan kiri berada diatas
kalah dan siapa yang menang, kepala dan kaki kanan ditekukan ke
kecuali bagi yang mengerti tentang atas gerakan ini dilakukan sambil
makna filosofis yang terkandaung melangkah sementara kepala
dalam luambek. ditengadahkan.
Dalam silek luambek ada Tiga gaya silek di atas
empat dasar silat yang dipelajari menjadi rujukan untuk mewujudkan
tergantung posisi pemain, baik koreografi Tonggak Rasoy ang
sebagai penyerang (ulu/lu) atau kemudian dikolaborasikan dengan
penghabat (ambek). Selanjutnya gerak gerak tari modern sesuai
gerak-gerak pada luambek terdiri pengalaman yang dimiliki selama
dari gerak batuang, gerak guntiang, berkarya.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 58


2. Latihan Gerak dengan
menggunakan properti
Tiga gaya silek di atas sebagai
sumber inspirasi koreografi Tonggak
Rasoakan dicerminkan melalui
proses garapan melalui pelatihan
baik oleh koreografer secara
Gambar. 2
individu yang kemudian dituangkan Latihan bersama dengan penari
(Dokumentasi Ali Sukri, 2015)
kepada penari.
Kemampuan untuk melatih
gerakan dan kemampuan untuk
menghasilkan rancangan gerak
merupakan salah satu usaha dalam
menghasilkan makna. Oleh karena
itu, untuk tahap awal koreografer
bekerja sendiri dalam menciptakan Gambar. 3
Latihan bersama penari untuk mengekspresikan
gerakan yang dilanjutkan dengan tubuh
sebagai simbol keragaan jiwa
cara bekerja sama dengan para (Dokumentasi Ali Sukri, 2015)

penari. Bentuk kerjasama tersebut Latihan latihan di atas akan


bisa dimulai dengan merancang diwujudkan dalam bentuk kemasan
materi gerakan, memberikan gaya seni pertunjukan yang diharapkan
dan bentuk garapan yang akan dapat tampil dalam beberapa
dibuat. wilayah baik Nasioanl maupun
Internasional. Dalam hubungan ini
menurut Sal Murgiyanto (2015:90)
mengatakan bahwa pertunjukan tari
yang baik menuntut hadirnya tiga
aspek. Aspek yang dimaksudkan
ialah: (1) aspek teknik,baik teknik
Gambar. 1
Latihan tari Tonggak Raso dengan menggunakan gerak maupun teknik koreografis
properti
berupa bingkai persegi empat yang dilapisi kaca yang sering kali membuat penonton
(Dokumentasi Ali Sukri, 2015)
:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 59
berdecak kagum, (2) aspek Untuk menetapkan konsep karya
penghayatan, yang dapat menyentuh perlu menetapkan motif motif gerak
perasaan penonton, (3) aspek berbasis silek sebagaimana yang telah
intelektual, yang dapat mengajak diuraian di atas, kemudian
penonton berpikir tanpa harus dikembangkan untuk menghasilkan
menggurui. Berdasrkan itu dalam sebuah karya inovatif. Motif yang
suatu proses penciptaan koreografi dimaksud adalah rangkaian gerak yang
hal ini yang paling penting adalah dikembangkan dari satu atau dua gerak
aspek keterampilan atau teknik yang dasar silek dengan menambahkan gerak
baik yang dimiliki oleh koreografer, lain, atau mencoba kemungkinan lain
selanjutnya pemilihan penari yang dari gerak dasar tersebut. Motif-motif
sesuai dengan kebutuhan garapan gerak yang telah ditetapkan pada
yang akan di angkat dalam dasarnya bisa dikembangkan, dan
koreografi Tonggak Raso. bahkan dapat dipecah-pecah lagi
menjadi beberapa motif-motif gerak
B. Perwujudan Koreografi Tonggak
lainnya, yang dapat digunakan sebagai
Raso
kosa dalam merangkai keseluruhan
Salah satu indikator kematangan
koreografi. Setiap motif yang
konsep dalam karya adalah
dihasilkan memiliki dinamika dan
kemampuan untuk menjelaskan secara
ritmenya sendiri, dapat ditimbulkan
sistematis kepada para penari.
dengan cara memberikan gaya berbeda,
Beberapa pertanyaan yang sering kali
misalnya spiral atau stakato.
muncul dari para penari adalah seputar
C. Struktur Garapan Koreografi
gerakan yang harus di latih dan alasan
Tonggak Raso
dibalik latihan tersebut. Jawaban yang
Penari merupakan unsur utama
memadai juga diharapkan dapat
dalam sebuah karya sebagai gambaran
diberikan kepada para penari dan
konflik tubuh secara vertikal dan
pendukung karya, tentang berbagai
horizontal. Dalam hal ini penari
aspek lainnya, antara lain konsep
Tonggak Tuo terdiri dari enam orang
kostum, properti, rias, pencahayaan,
pria.Gerak gerak berbasis silek
musik, dan lain-lain.
dimaknai sebagai tubuh tidak percaya

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 60


dengan fikiran, sementara hati dan melalukan gerak pengembangan dari
fikiran tidak percaya dengan apa yang gerak kumango kokoh dan tenang.
digerakan.
Di sisi lain agar koreografi
Tonggak Tuo lebih hidup dan dinamis,
maka diperlukan musik iringannya.
Dalam hal ini musik berangkat dari
kekuatan vokal (dendang) seperti
dampeang sebagai musik iringan
Gambar. 4
luambek dan penggunaan instrumen Salah satu bentuk gerak awal Tari Tonggak Raso
(Dokumentasi Denny Cidaik , 2016)
musik lainnya seperti;rebab, gendang,
Melalui properti kaca
dan alat-alat lain yang mampu
menawarkan persoalan tentang berkaca
memberikan suasana pada garapan
pada diri sendiri. Sampai pada akhirnya
karya. Pencahayaan panggung dalam
penari terus bergerak dengan
karya ini bertujuan untuk memberikan
menggunakan perpaduan teknik silek
efek-efek suasana yang suram
dan teknik modern yang inovatif.
(dominan netral, merah, biru dan
Koreografi tidaklah terbentuk
hijau).
atas dasar rangkain gerak saja,
Sehubungan dengan hal di atas,
melainkan atas hubungan dan jalinan
koreografi Tonggak Raso dimulai
antara gerak dengan unsur-unsur
dengan suasana hening yang disajikan
pendukung lainya. Hubungan dan
oleh enam orang penari yang masing-
jalinan yang membentuk suatu
masing penari menggunakan properti
keutuhan lazimnya dinamakan sebagai
bingkai persegi empat yang dilapisi
struktur tari (Fuji Astuti:.2016: 186).
dengan kaca timbal balik. Posisi penari
Selanjutnya (Margarey J. Dkk:.1971:
duduk dalam bentuk diskusi lalu lampu
28-30) mengatakan bahwa untuk
hidup dengan tanda penari melihat ke
kepentingan analisis, struktur sebuah
atas secara bersamaan. Selanjutnya
tarian bisa diklafikasikan berdasarkan
suasana heningberubah pecah dengan
komponen-komponen fisik dan
menghasilkangerakan yang berbeda
psikologis. Komponen-komponentari
beda. Disinilah mulai satu orang penari

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 61


secara fisik terdiri atas: 1)gerak-rerak
dasar, 2) tipe-tipe tindakan, 3) kualitas,
bentuk dan tekstur gerakan; serta 4)
faktor-faktor koreografis yang
membentuk gerakan. Sementara secara
psikologis, komponen dari struktur
tarian dapat dilihat berdasarkan: Gambar. 5
Salah satu bentuk gerak silat yang kokoh dalam
aktivitas mental yang mempengaruhi posisi apapun
(Dokumetasi: Denny Cidaik, 2016).
gerakan dan pernyataan emosi. Dal
halinigerak-gerak yang berpijak pada
Selanjutnya koreografi Tonngak
hasil riset silat dikembangkan dalam
Raso distrukturkan menjadi tiga Bagian
bentuk garapan. Selain itu juga terdapat
yaitu;
gerak-gerak sehari-hari seperti berjalan
1. Bagian Pertama
dan melompat. Adapun gerak silek
Menggambarkan ketenangan
yang paling banyak muncul adalah
untuk bermusyawarah dalam mencari
pitunggua dan balabeh, yakni sikap
solusi yang diawali dengan sorotan
kaki yang ditekuk untuk membangun
lampu yang tajam kearah enam penari,
kekuatan serta gerakan tangan
sedangkan kepala menengadah keatas.
bersilang di depan dada untuk bersiap-
Enam buah bingkai kaca tersusun rapi
siap menyambut serangan. Dalam
direbahkan ditengah panggung seperi
gerakan juga ada rolling atau gerak
sidang sedang berlangsung.
berguling baik kedepan ataupun
kebelakang, hand stand yaitu berdiri
dengan menggunakan kedua tangan
baik kedepan ataupun kebelakang.

Gambar. 6
Suasana tenang tanpa musik pengiring sebagai awal
pertunjukan
(Dokumetasi Denny Cidaik, 2016)

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 62


2. Bagian Kedua
Menggambarkan perpaduan
gerak silek dan teknik gerak modern
sebagai perwujudan karya inovatif
bersifa tkekinian. Dalam hal ilmu
pengetahuan terus berkembang dan
pengaruh IPTEKS tetap berlanjut untuk
Gambar. 7
membuka diri tentang pengaruh luar, Suasana mengagambarkan kekuatan penari
untukmenyampaikanpesan
namun budaya dan karakter gerak (Dokumetasi Denny Cidaik, 2016)

tradisi tetap hidup dan berkembang


Struktu rgarapan koreografi
dalam tubuhnya pengkarya.
Tonggak Raso hadir dengan bentuk
yang kontemporer berbasis tradisi.
Proses kolaborasi bukan membunuh
gerak tari tradisi, tetapi mencoba
memadukan gerak tradisi dengan gerak
modern sehingga menciptakan sesuatu
yang nampak baru dan dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat yang
Gambar. 7 mendukungnya. Gerak tradisi tetap
suasana enerji kdan semangat
(Dokumetasi Denny Cidaik, 2016) hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya. Penciptaan sesuatu yang
3. Bagian Ketiga
baru justru akan menambah kekayaan
Menggambarkan kekuatan penari
karya tari yang ada di Indonesia
dari aspek fisik. Melaui tubuh penari
khusunya di Program Studi Seni Tari,
mampu menyampaikan kalimat gerak
Institu Seni Indoesia (ISI)
secara utuh namun tetap terstuktur dan
Padangpanjang.
indah.
Konsep makna budaya yang
tercermin lewat ikon-ikon semiosis
seakan terbelah dalam ruang dan
waktu. Makna pernyataan seluruh

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 63


peristiwa yang ada dalam pertunjukan DAFTAR PUSTAKA
koreografi Tonggak Raso yang
Y. Sumandiyo Hadi. Mencipta Lewat
diutarakan secara linear merupakan
Tari. Yogyakarta : Manthili
sebuah keutuhan pula. Yogyakarta, 2003.

Alma M Hawkins. Terj. I Wayan


PENUTUP Dibia. Bergerak Menurut Kata
Hati. Jakarta: Ford Foundation
Hasil yang dicapai dalam dan Masyarakat Pertujukan
pementasan Tonggak Raso telah Indonesia Jakarta, 2003.
terlaksananempat kali pementasan Alma M. Hawkins. Moving from
Tahun 2016 dalam rangka Pesona Silat Within; A New Method for
Dance Making. Chicago: A
Jawa Minang yaitu; 1) di Gedung Capella Book, 1991.
Pertunjukan Hoeridjah Adam ISI
Ashadi Siregar, SENI Jurnal
Padangpanjang, 2) Taman Budaya Pengetahuan dan Penciptaan
Surakarta, 3) univesitas Muria Kudus Seni “Jagad Teater Modern Dari
Intensi ke Komunikasi”.
dan 4) NuArt Sculpture Park Bandung. Yogyakarta: BP ISI, 1991.
Hal ini ditandai dengan tawaran dengan
Djauhari Sumintardja. Kompendium
konseptual sebagai pertunjukan yang Sejarah Arsitektur. Bandung :
inovatif. terwujudnya koreografi Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan, 1978.
Tonggak Raso merupakan hasilk
belajar di Duke Univercity Durham Edi Sedyawati. Pertumbuhan Seni
Amerika Utara dalam rangkain ADF Pertujukan. Jakarta : Sinar
Tahun 2014. Pengalam ini membuat Harapan, 1978.
bentuk penawaran baru dalam
O’ong Maryono. Pencak Silat
penggarapan karya Tonggak Raso,
Merentang Waktu. Yogyakarta :
sehingga menjadi kesatuan yang
Galang Press, 2000.
diapresiasi secara baik karena konsep
yang ditawarkan secara struktural
Robby Hidayat. Cakrawala Gagasa,
mampu berkomunikasi dengan Pemikiran dan Wawasan Seni
dan Desain. Malang : Balai
penonton.
Kajian Seni dan Desain Jurusan
Seni dan Desain Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang, 2005.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 64


Susanne K. Langer. Terj. FX.
Widaryanto. Problematika Seni.
Bandung : Sunan Ambu Press,
2006.

Soedarsono, Garap Tari Nusantara I.


(Matakukiah Pasca Sarjana S2).
Surakarta : Institut Seni
Indonesia, 2006.

Turner, Margery J., Ruth Grauert,


Alene Zallman. New Dance;
Approaches to Nonliteral
Choreography. Pittsburgh:
University of Pittburgh Press,
1971.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 65

Anda mungkin juga menyukai