Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341542452

KONSEP GARAPAN TARI TURAK DEWA MUSIRAWAS

Article · May 2020

CITATION READS

1 8,483

3 authors, including:

Rully Rochayati
Universitas PGRI Palembang
3 PUBLICATIONS 6 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rully Rochayati on 21 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KONSEP GARAPAN TARI TURAK DEWA MUSIRAWAS

Oleh
Rully Rochayati,M.Sn
Program studi Pendidikan Sendratasik, FKIP, Universitas PGRI Palembang
Jl. Jend. A.Yani Lrg. Gotong Royong 9/10 Ulu Palembang Telp. (0711)510043
Fax (0711) 514782
rullyrochayati@univpgri-palembang.ac.id

Abstrak

Terbentuknya sebuah karya tari tidak terlepas pada konsep-konsep yang melatarbelakanginya. Konsep
garapan tari tidak serta merta hadir dan dapat terwujud dengan mudah. Ada banyak proses yang harus
dilaluinya agar konsep tersebut dapat secara utuh terbentuk dan terjabarkan secara visual. Konsep
garapan tari seringkali menjadi masalah bagi seniman tari atau penata, pencipta tari. Hal ini disebabkan
karena seniman tari, penata, pencipta tari terkadang menggunakan intuisinya untuk bekerja, membentuk
dan memprosesnya. Terkadang mengabaikan konsep teori yang sudah ada. Konsep garapan tari
memberikan pengetahuan kepada penikmat, penonton, pengguna tarian tersebut tidak hanya
mengetahui tariannya tetapi juga dapat mempelajari konsep garapannya.
Metode yang digunakan yang dalam penyusunan tari Turak Dewa ini adalah ekplorasi, improvisasi,
pembentukan, dan evaluasi. Setelah terbentuk susunan tari secara lengakap kemudian didiskripsikan
dan dituliskan secara runtut dan jelas. Menggabungkan metode berkarya tari dan penulisan (naskah
karya tari) agar konsep garapan tari dapat utuh terbaca.
Konsep garapan tari Turak Dewa terdiri dari ide gagasan, judul, tema, gerak, penari, pola lantai, tata rias,
tata busana, properti, musik iringan tari, tata panggung, tata cahaya. Ditambahkan juga proses
penyusunan tari Turak Dewa berdasarkan proses penciptaan tari yang meliputi eksplorasi, improvisasi,
pembentukan dan evaluasi. Hasil yang dicapai dalam penulisan ini bahwa tari Turak Dewa sebagai
bentuk karya tari dapat dijelaskan dari aspek-aspek tersebut diatas baik konsep garapannya dan proses
penggarapannya, dan secara sistematis dapat dialurkan dan didiskripsikan secara jelas serta runtut.

Kata kunci: Konsep Garapan, Tari Turak Dewa

A. LATAR BELAKANG

Tari tradisi Sumsel dari setiap tidak adanya pewarisan, regenerasi secara
wilayahnya merupakan tarian yang memiliki terus menerus baik dari seniman pencipta,
keragaman bentuk. Setiap wilayah yang ada penonton, bahkan akademisi.
memiliki tradisi-tradisi yang tumbuh dan Perkembangan jaman turut memberi
berkembang sesuai dengan kehidupan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tari
masyarakat tersebut. Artinya dalam kehidupan tradisi. Pengaruh budaya barat secara perlahan
masyarakat akan tumbuh dan berkembang namun pasti mampu menggeser keberadaan
adat istiadat, kebudayaan, perilaku bahkan tari tradisi yang rata-rata dialami setiap wilayah
konsep-konsep berkesenian. Perkembangan di Indonesia tidak terkecuali Sumatera Selatan.
yang terjadi sekarang adalah menghilangnya Masyarakat sebagai penikmat suatu karya tari
bentuk-bentuk seni tradisi. Hal ini diksrenakan tidak lagi memberikan ruang untuk
perkembangan tari tradisi. Artinya masyarakat masa perebutan kekuasaan di wilayah Musi
memiliki kecenderungan untuk memilah, Rawas. Tarian ini merupakan tarian yang
memilih bentuk tarian yang akan dinikmatinya. dikemas saat menyambut kedatangan penjajah
Anggapan bahwa tari tradisi dianggap kuno, Belanda yang ingin menguasai wilayah suku
monoton, sulit dicerna maknanya, tarian yang Tengah Lakitan (STL) (Fitriani. 2018:91).
menjemukan, tidak lagi sesuai dengan Berangkat dari pijakan tari Turak tersebut
perkembangan jaman atau tidak kekinian dibuatlah tari Turak Dewa. Bentuk tari Turak
menjadikan tari tradisi dianggap tidak layak Dewa merupakan bentuk baru yang dikemas
untuk diregenerasi kepada kaum muda. secara tradisional. Memang terdapat beberapa
Seniman tradisi seharusnya memiliki bentuk sikap yang sama tetapi secara utuh tari
kepekaan intuisi, bahwa suatu karya seni yang Turak Dewa memiliki bentuk konsep garapan
tidak lagi memiliki tempat di masyarakat maka yang kekinian, disesuaikan dengan kebutuhan
perlu adanya tindakan-tindakan yang merujuk masyarakat sekarang.
pada merevitalisasi tarian atau membuat dalam B. METODE PENELITIAN
bentuk baru tetapi pijakan dasar dari konsep Edi Sedyawati (2007:303) dalam
karya tersebut mengacu pada karya tari yang bukunya Budaya Indonesia Kajian Arkeologi,
lama. Proses revitalisasi atau pembuatan karya Seni dan Sejarah, lebih spesifik mengutarakan
baru tersebut dapat dilakukan secara mandiri bahwa pada umumnya yang lebih banyak
atau dibantu oleh institusi terkait yang digunakan untuk kajian tari adalah pendekatan
menaungi bidang seni. kualitatif, justru karena sifat tari sebagai bentuk
Berangkat dari proses pewarisan yang seni, dan dengan demikian banyak terkait
tidak dapat berjalan sesuai harapan, kehadiran dalam makna simbolik. Menggarisbawahi hal
tari yang mulai dilupakan oleh masyarakat, terpenting dari ketiga teori tersebut diatas maka
hingga tidak terjadinya proses regenerasi pada penelitian untuk sebuah kajian tari adalah
suatu karya tari maka terwujudlah karya tari pendekatan kualitatif. Tesch (1990)
Turak Dewa. mengemukakan gambaran tentang cakupan
Karya tari Turak Dewa merupakan tari kegiatan penelitian kualitatif dengan
tradisi yang pijakan dasarnya dari tari Turak memetakan dan memilahkannya berdasarkan
yang berasal dari Musi Rawas. Tari Turak atas perhatian dalam penelitiannya. Kemudian
adalah tari tradisional yang berasal dari mengelompokan penelitian ke dalam empat
Kecamatan Suku Tengah Lakitan (STL) Ulu jenis perhatian utama yaitu: (1) karakteristik
Terawas Kabupaten Musi Rawas. Tari ini bahasa, (2) pencarian keteraturan, (3)
adalah tari yang menceritakan tentang suasana pemahaman makna teks atau tindakan, dan (4)
perjuangan dimana Turak dibuat pada saat refleksi, (Rohidi, 2011: 45). Peneliti seni,
sebagaimana juga penelitian kualitatif, penata tari. Pada konsep garapan tari Turak
dilakukan melalui keterlibatan di dalam Dewa ini menggunakan rangsang ide gagasan.
lapangan atau situasi kehidupan nyata secara a. Ide Gagasan
mendalam dan/atau yang memerlukan waktu
Bermula dari suatu permasalahan
yang panjang.tidak hanya sekedar mengamati
tentang proses pewarisan tari Turak dari
dengan cara melihat dan mendengar saja,
daerah Musirawas yang hingga saat ini tidak
tetapi juga harus mampu terlibat secara penuh
lagi dikenal oleh masyarakat. Melihat
dalam situasi kehidupan seni yang sedang
sejarahnya tari Turak yang sudah sangat lama
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari baik
tersebut tidak dapat secara terus menerus
secara individu, kelompok, masyarakat dan
ditularkan pada masyarakatnya.
organisasi, (Rohidi, 2011:47). Berdasarkan
Ide gagasan muncul untuk membuat
paparan teori tersebut di atas, maka penelitian
konsep garapan tentang tari Turak Dewa yang
ini akan berpijak pada pendekatan kualitatif
baru, yang sesuai dengan konsep masa kini
karena hasil ahkir dari penulisannya dibuat
tanpa mengubah arti atau makna dasar dari
secara diskriptif tentang konsep garapan tari.
tarian tersebut. Dalam arti kata tari Turak
akan tetapi metode yang digunakan yang
digunakan sebagai pijakan dasar dalam
dalam penyusunan tari Turak Dewa ini adalah
mewujudkan tari Turak Dewa.
ekplorasi, improvisasi, pembentukan, dan
Tari Turak Dewa adalah salah satu
evaluasi. Setelah terbentuk susunan tari secara
tarian yang diangkat dari pijakan tari Turak
lengkap kemudian didiskripsikan dan dituliskan
yang berkembang di wilayah Musirawas. Tari
secara runtut dan jelas. Menggabungkan
Turak Dewa merupakan tarian garapan baru
metode berkarya tari dan penulisan (naskah
yang menceritakan tentang perempuan-
karya tari) agar konsep garapan tari dapat utuh
perempuan muda yang turut serta dalam masa
terbaca.
perjuangan melawan penjajahan. Berbekal
C. PEMBAHASAN
bambu sebagai alat atau senjata yang dapat
Proses penataan karya tari dalam
digunakan untuk melumpuhkan lawan.
beberapa teori diawali dengan rangsang yaitu
Dalam karya ini terdapat 2 hal yang
sebagai sesuatu yang membangkitkan fikir,
dapat difokuskan sebagai sumber gagasan
atau semangat, atau mendorong kegiatan,
yaitu peran perempuan dalam perjuangan
(Smith.1985:20). Dapat juga dikatakan bahwa
melawan penjajahan dan bambu sebagai salah
rangsang merupakan pemacu bagi seorang
satu tanaman yang memiliki kegunaan, tidak
penata tari untuk mewujudkan karya. Kegiatan
hanya untuk peralatan rumah tangga tetapi
ini tentunya dapat berbeda-beda dari setiap
juga dapat dijadikan senjata.
Peran perempuan tervisualkan dalam yang terus menjulang ke atas dengan batang
konsep 6 penari perempuan. Perempuan pada besar yang kokoh dan bagian atas tetap
masa itu turut serta dalam melakukan meruncing. Bambu yang sangat lentur jika
perlawanan, perjuangan dan hal tersebut tertiup angin, begitupun manusia konsep
terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Betapa hidupnya akan seperti pucuk rebung dan
pentingnya peran perempuan dalam bamboo, (https://m.detik.com).
perjuangan melawan penjajahan. Berbagai filosofi dari bambu tersebut
Bambu, sekilas jika membaca sangatlah menarik, jika dirangkai bahwa bahwa
kebudayaan bambu di wilayah Asia, bambu bambu sebagai tamanan yang berumur
sebagai tanaman yang berumur panjang panjang yang memiliki simbol keteguhan,
merupakan simbol keteguhan, ketulusan (di ketulusan, persahabatan, dan pondasi hidup
Cina) dan tanda persahabatan (di India), yang berakar sangat kuat serta bermanfaat.
(https://id.m.wikipedia.org) Konsep simbol Filosofi bambu dan perempuan dapat
bambu yang ada di berbagai negara tersebut dijabarkan bahwa sosok perempuan yang pada
tentunya berbeda dengan konsep simbol masa itu turut membantu perjuangan bangsa
bambu yang ada di indonesia. Di Indonesia Indonesia melawan penjajahan adalah sosok
bambu memiliki filosofi yang dilihat dari akar, yang memiliki keteguhan, ketulusan,
akar bambu yang banyak memperkokoh persahabatan, dan pondasi hidup yang kokoh
bambu agar dapat tumbuh menjulang tinggi. serta bermanfaat. Dengan konsep filosofi
Filosofi akar adalah manusia memerlukan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pondasi yang sangat kuat dalam hidupnya. perempuan dan bambu sebagai sumber
Masih di wilayah Indonesia yaitu Sumatera gagasan tari Turak Dewa dapat terjelaskan
mengenal bambu dalam konsep pucuk rebung. secara konsep yang jelas.
Pucuk rebung ini memiliki filosofi bahwa evolusi
b. Konsep Garapan Tari
bambu dari muda hingga tua, mencerminkan
proses kehidupan manusia menuju pribadi Konsep garapan tari merupakan

yang bermanfaat. Dipertegas bahwa hidup bagian yang terpenting dalam suatu karya tari.

manusia harus seperti bambu yang lentur konsep garapan tari merupakan konsep-

dalam menghadapi masalah, bisa hidup konsep dasar yang menjadi landasan untuk

dimana saja, dan akan terus hidup lurus ke berkarya tari. Berangkat dari konsep tersebut

atas untuk bertemu Tuhannya. Filosofi pucuk suatu karya tari dapat diwujudkan dengan baik.

rebung dilihat dari bentuk asli dari pucuk Secara umum tersebut dibawah ini adalah

rebung itu sendiri yang ketika pucuk rebung konsep yang biasanya digunakan dalam suatu

muda terbungkus kulit dan menjadi bambu garapan tari yaitu:


1. Judul Gerak yang setiap waktu akan berbeda seiring
Judul karya tari ini adalah Turak Dewa. dengan pertumbuhan kehidupan manusia itu
Kata Turak Dewa memiliki arti bambu, Dewa sendiri. Bahasan tentang pertumbuhan gerak
adalah keberadaan supranatural yang tentu tidak akan sederhana, tetapi akan
menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek menjadi cukup rumit ketika didalamnya sudah
tertentu dalam kehidupan manusia. Dewa mengkait dengan ekspresi dan melibatkan
disembah, dianggap suci dan keramat dan pengalaman emosional. Dalam beberapa buku
dihormati oleh manusia teori seni tari justru mengambil beberapa
(http://id.m.wikipedia.org). Secara lengkap kata bentuk materi gerak yang berangkat dari
Turak Dewa adalah bambu Dewa, sebuah kehidupan sehari-hari yang dianggap cukup
bambu yang memiliki kekuatan untuk mewakili pengalaman emosional. Sebagai
mengalahkan lawan. contoh adalah melompat kegirangan, bergegas
2. Tema memasuki ruang, tangan tegak menakutkan,
(Smith, 1985:9). Berbeda dengan contoh
Tema yang diangkat adalah
berikut ini yaitu tekukan, uluran, putaran, jalan,
perjuangan, perlawanan, kepahlawanan.
lari, mengayun, terus-menerus, adalah bentuk
Dalam sejarah bangsa Indonesia Bambu
gerak yang diklasifikasikan ke dalam
memiliki manfaat yang sangat besar yaitu
komponen-komponen fisiknya serat
sebagai alat perlawanan terhadap penjajah
psikologisnya, (Turner, 1996: 31). Dasar inilah
pada masa itu. Bambu dalam beberapa sejarah
yang menjadikan seorang penata tari kaya
perjuangan rakyat Indonesia memiliki bagian
akan gerak karena dalam gerak tari yang
yang sangat penting. Pada masa itu bambu
diperlukan tidak saja gerak yang bersifat
yang digunakan berbentuk panjang dan bagian
universal tetapi juga gerak yang hanya dimiliki
ujungnya dibuat meruncing yang disebut
oleh setiap individu. Pemahaman ini menjadi
bambu runcing. Pada tarian Turak Dewa
sangat penting bagi penata tari agar dalam
bambu yang digunakan merupakan senjata
menyelami perjalanan dari motif ke komposisi
perempuan yang berisi rempah-rempah dan air
menjadi jelas dan gamblang (Rochayati.
cabe, yang dapat digunakan dalam melawan
2018:38).
musuh.
Gerak tari yang digunakan adalah
3. Gerak
gerak yang telah memiliki stilisasi,
Gerak adalah dasar ekspresi dari dikembangkan dalam batasan-batasan tradisi
semua pengalaman emosional secara yang ada di wilayah Sumatera Selatan.
mendasar dapat dipahami bahwa manusia Gerakan yang digunakan seperti borobudur,
dalam kehidupannya terikat dengan gerak. sendi silang, sembah ditambahkan dengan
gerak berjalan, duduk, berputar. Secara utuh 7. Sendi putar tangan kanan lurus
tari Turak Dewa ini memiliki 29 ragam yang samping kanan tangan kiri di pinggang
terdiri dari ragam inti, sendi (penghubung), 1—8
pengulangan ragam inti. Pembentukan nama- 8. Sendi silang membuka 1—8
nama ragam disesuaikan dengan bentuk 9. Ambil Turak Dewa 1—8
ragam yang dilakukan. Terdapat beberapa 10. Jalan 8 Turak Dewa putar ke kiri 1—8,
nama yang diambil dari nama ragam tari Jawa. putar ke kanan 1—8
Hal ini disebabkan penata tari yang memiliki 11. Jalan maju mundur Turak Dewa. 1—8
latar belakang tari Jawa, merasa lebih mudah jalan maju berpindah tempat, 1—4
menggunakan kata-kata tersebut supaya jalan maju, 5—8 jalan mundur
mudah untuk mengingatnya, seperti jengkeng, 12. Jalan berputar Turak Dewa 1—8, 1—8
timpuh, ngedhok. 13. Timpuh 1—8
Tari Turak Dewa memiliki 29 ragam 14. Timpuh Turak Dewa depan-belakang
yang terdiri ragam inti, ragam sendi atau kanan 1—4, depan- belakang kiri 5—8,
penghubung, dan pengulangan ragam inti. depan belakang kanan 1—4,
Berikut ini nama ragam yang ada pada tari 15. Timpuh putar Turak Dewa 5—8
Turak Dewa: 16. Timpuh ayunan Turak Dewa. 1—2
1. Gerak masuk dengan lari posisi kaki duduk miring, ayunan Turak Dewa 3—
njinjit. Dilakukan 1—8, 1—8, 1—8, 8, 1—6 hanya dilakukan oleh tangan
bergantian tiap penari kiri
2. Sendi putar, 1—8 putar ke kiri, diawali 17. Jengkeng ngetok Turak Dewa.
kaki kanan silang di depan kaki kiri, Jengkeng 7—8, 1—4. Ngetok Turak
kedua kaki rapat 2 tangan membuka Dewa 5—8, 1—4, berdiri 5—8, putar
kanan—kiri, sendi 1—8, pose 1—8
3. Jongkok 1—4 18. Langkah 4 ngetok Turak Dewa. 1—4
4. Sembah 5—8, diam dalam pose Diawali kaki kanan maju ke arah
sembah 1—8, berdiri 1—4, diagonal kiri (kanan-kiri-kanan) angkat
5. Sendi putar 5—8 kaki kiri, 5—8 ngetok Turak Dewa
6. Ayunan depan-belakang 1—8, 1—8 bersamaan dengan seleh kaki kiri
arah depan, atas-bawah 1—8, 1—8 sebanyak 2 kali, kaki kanan sebagai
arah samping kanan, depan-belakang tumpuan. Gerak ini dilakukan 4 kali
1—8, 1—8 arah belakang, atas- yaitu arah diagonal kiri, putar kiri
bawah 1—8, 1—8 arah samping kiri, diagonal kanan, putar kiri diagonal kiri
depan belakang 1—8 arah depan belakang, putar kiri arah depan
19. Sendi putar angkat Turak Dewa 1—8 Pola lantai yang digunakan lebih
20. Jalan berputar Turak Dewa 1—8 variatif, berbeda dengan tari tradisi yang hanya
21. Jalan kupu betariung Turak Dewa 1—8 menggunakan 3 pola lantai. Pada tari Turak
berhadapan, hit 1—4 : jalan mendekat Dewa ini memiliki 5 pola lantai yaitu trapesium,
2 penari beradu bambu, 5—6 berjalan berhadapan/ berbanjar ke belakang dalam 2
berputar, hit 7—8 : berputar badan baris, lingkaran, segi 6, diagonal. Sama seperti
penari berganti pasangan untuk beradu gerakan, pola lantai juga mengalami
bambu. Pada ragam jalan kupu pengulangan yaitu berhadapan/ berbanjar ke
betarung ini dilakukan 4 kali belakang dalam 2 baris, lingkaran baik level
pengulangan. sedang maupun level rendah, segi 6 dalam
22. Jalan Turak Dewa 1—4 level sedang dan rendah, serta segi enam
23. Langkah 4 ngetok Turak Dewa (uraian dengan variasi berjalan dan putaran.
seperti no 18) 6. Tata Rias
24. Jalan ayunan Turak Dewa 1—8, 1—4
Tata rias yang digunakan adalah rias
putar
corective, atau tata rias yang hanya digunakan
25. Jalan manggul Turak Dewa. 1—8 jalan
untuk pementasan. Pada tata rias ini hanya
maju mundur kaki kanan, 1
mempertegas garis-garis wajah agar dalam
26. Sendi membuka 1—4
jarak yang jauh wajah penari tetap dapat dilihat
27. Timpuh sembah 5—8, 1—8
cantik, menarik.
28. Sendi membuka 1—8
7. Tata Busana
29. Gerak keluar 1—8
4. Penari Konsep tata busana yang digunakan

Jumlah penari yang digunakan dalam adalah baju kurung warna merah, kain songket

karya tari Turak Dewa adalah 6 orang warna hijau dengan prada emas, 2 ban

perempuan. Pemilihan ini disesuaikan dengan pinggang yang terbuat dari kain songket hijau

pijakan karya tari yaitu tari Turak Dewa dengan dan kain saten merah, kuning ditambah kepala

jumlah penari genap (2,4,6,8, dst). Penari pending yang dipasang secara terpisah.

dengan jumlah 6 memiliki standar yang cukup Gelang, kalung, gunungan, gandik, antingan,

baik, karena dengan pemilihan jumlah penari bunga merah, kembang urai.

tersebut dapat diolah secara maksimal desain


lantainya.
5. Pola lantai
salah satu simbol kekuatan seorang penari
wanita.
9. Properti

Properti yang digunakan adalah bambu


dengan panjang 40cm. Bambu yang digunakan
berwarna hijau dan kuning emas. Properti ini
8. Musik Iringan Tari
sebagai penguat kata Turak Dewa atau bambu
Musik tari Turak Dewa adalah musik dengan warna dasar hijau serta warna kuning
yang berpijak dari repertoar asli dari musik tari emas sebagai penegas dan penguat kata
Turak Dewa tradisi, irama tersebut mengalun Dewa.
dan gemulai sesuai dengan kondisi masyarakat 10. Tata Cahaya
tempat tradisi asli ini berada, Musik tari Turak
Tata cahaya yang digunakan adalah
Dewa ini dilatarbelakangi oleh laras pelog
general light, artinya tarian ini tidak
(interval nada/jarak nada) yang ramu dengan
memerlukan tata cahaya yang berlebihan,
media instrumen gesek (biola) dan gong
hanya pencahayaan yang biasa. Pencahayaan
sebagai tempo dalam musik ini, melodi gesek
yang hanya memberikan penerangan baik
yang muncul dalam tarian ini berperan sebagai
siang hari maupun malam hari sesuai
benang merah pengikat yang membawa,
kebutuhannya saja.
dinamika, keras lunak, estika kelentikan dari
11. Setting Panggung
alur gerak si penari.
Alat musik yang dipakai pada musik ini Setting panggung bukanlah sesuatu
adalah berupa, biola, gong, gendang, serta yang wajib digunakan. Penyesuaian dengan
bunyi-bunyian pendukung seperti piano, ground area pentas menjadi pertimbangan-
sebagai alas, simbal sebagai transisi musik dan pertimbangan khusus tetapi pada dasarnya
treeangle sebagai dentingan pendukung bunyi karya tari Turak Dewa dalam konsep ruang
serta alat tiup sebagai pembeda warna bunyi tidak memerlukan tempat pertunjukan yang
dalam musik tari ini, pada musik tari Turak khusus. Jika dilakukan di panggung prosenium
Dewa ini diawali dari melodi dasar piano maka back drop yang digunaka hanyalah kain
sebagai pembuka gerak yang berfungsi untuk berlatar hitam. Sisi depan, belakang, kanan, kiri
penanda awal mula tarian tersebut, kemudian panggung tidak memerlukan setting.
muncul bebunyian gong sebagai kekuatan
rentak langkah dan alur dari penari sebagai D. SIMPULAN
Kehadiran suatu karya tari tidak dapat Rawas memiliki kelengkapan konsep garapan
terlepas dari konsep garapan. Pemahaman yang utuh dan kompleks. Untuk itu sebagai
tentang konsep garapan tari menjadi sangat suatu garapan tari, tari Turak Dewa dapat
penting karena konsep dasar merupakan terjelaskan dengan baik secara konsep
landasan dari tari itu sendiri. Turak Dewa Musi garapan dan secara bentuk tari.
Rawas yang berpijak dari tari Turak Musi
DAFTAR PUSTAKA

Rochayati. Rully, 2018. Sitakara: Jurnal Pendidikan Seni dan Seni Budaya. Gerak: Perjalanan Dari
Motif Ke Komposisi Tari. Palembang: Universitas PGRI

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metode Penelitian Seni, Semarang: Prima Nusantara

Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: Rajagrafindo

Smith, Jacqueline. 1983. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terjemahan Ben
Suharto, Yogyakarta: Ikalasti.

Turner. Margery J, 1996. New Dance Pendekatan Terhadap Koreografi Nonliteral, Dialihbahasakan
Y.Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthili

https://m.detik.com
http://id.m.wikipedia.org
https://id.m.wikipedia.org

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai