Anda di halaman 1dari 4

7 UNSUR KEBUDAYAAN MENURUT KOENTJARANINGRAT DAN

KAITANNYA DENGAN TARI

Ditujukan untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah

Antropologi Tari

Disusun oleh :

Diana Putri

211131005

3A

JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA

BANDUNG
2022
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. Pemahaman kebudayaan secara utuh akan
lebih jelas sebagaimana terlihat pada unsur-unsur kebudayaan didalamnya. Dalam
hal ini Koentjaraningrat mengindentifikasikan 7 unsur kebudayaan yang sekaligus
berkaitan dengan tari, yaitu :

1. Tari dan Bahasa


Tari pada dasarnya adalah media komunikasi bagi antaranggota lingkungan
masyarakatnya ataupun dengan kelompok masyarakat yang lain. Sebagai media
komukasi, tari juga dapat dianalogikan sebagai bahasa. Karena, tari adalah bentuk
kebudayaan sebagai hasil suatu proses kreatif yang memanipulasi badan manusia
didalam waktu dan ruang, sebagai suatu cara untuk memformalisasikan gerak-gerak
yang dimaksud.
Sementara itu, bahasa dikategorikan menjadi beberapa bagian diantaranya bahasa
isyarat, bahasa lisan, bahasa tulis dan bahasa simbol. Di zaman purba ketika manusia
belum mengenal bahasa formal sebagai alat komunikasi, maka gerakan-gerakan
badan merupakan isyarat-isyarat sebagai alat komunikasi (bahasa isyarat) yang
dibantu dengan suara-suara dari mulutnya.
Contohnya suatu karya ciptaan kakak tingkat saya sewaktu Tugas Akhir yaitu kak
Gusti yang berjudul “Dharmamigena” yang terinspirasi dari seorang penyandang
disabilitas tunarungu atau tuli.

2. Tari dan Sistem Pengetahuan


Kehidupan dan perkembangan tari seiring dengan perkembangan sistem
pengetahuan dari masyarakat pendukungnya. Perkembangan tersebut, seni dan tari
khususnya difungsikan dalam interaksi sosial, hiburan masyarakat. Masing-masing
sistem pengetahuan tari tercermin pada cara-cara melestarikan dan
mengembangkannya, sistem berlatihnya, bentuk dan struktur tarinya, cara
pembanggungan sampai pada cara memakai dan membuat tata busananya. Pada
perkembangannya, kini tari hadir dalam berbagai perwujudan dan fungsi sesuai
dengan tujuan penyelenggaraannya.
Contohnya sekarang ini kita bisa mengenal tari dengan berbagai katergori,
misalnya tari tradisional, tari rakyat, tari kreasi baru, modern dan kontemporer.

3. Tari dan Organisasi Sosial


Hubungan tari dengan organisasi sosial tidak bida dilepaskan dengan pola-pola dan
aturan kehidupan dari masyarakat komunalnya. Tata kehidupan, struktur masyarakat
dengan segala peraturan dan sanksi-sanksinya itulah yang disebut organisasi sosial
(bukan organisasi formal). Secara struktural, kesatuan sosial yang paling dekat adalah
kesatuan kekerabatan (Koentjaraningrat, 1979 : 383), yang dimulai dari keluarga inti
sampai meluas kepada kaum kerabat yang lain. Kaitannya tari dengan organisasi
sosial artinya bahwa tari memang diakui keberadaannya dan masyarakatpun merasa
memilikinya.
Sebagai contoh adalah kehidupan Tari Topeng Pedalangan di Yogyakarta yang
keberadaan dan perkembangannya dipengaruhi oleh bentuk organisasi sosial para
keluarga dalang. Bentuk organisasi sosial tersebut lebih merupakan sistem
kekerabatan yang dibangun secara kontinyu lewat hubungan perkawinan
antaranggota kerabatnya.

4. Tari dan Peralatan Hidup/Teknologi


Peralatan hidup yang dimaksud adalah benda-benda atau alat-alat yang ada
hubungannya dengan perwujudan tari, apakah itu menyangkut tata rias dan busana,
properti, sistem panggung, dan sebagainya. Intinya bahwa persoalan dan peralatan
teknologinya merupakan unsur-unsur yang khas dalam menunjang keberlangsungan
kehidupan seni tari.
Contohnya adalah terbentuknya atribut hewan-hewan (buron wana) pada
pementasan wayang wong klasik gaya Yogyakarta. Dari sekian atribut buron wana,
yang mengagumkan dari teknologi pembuatan dan pemakaiannya adalah burung
garuda, yang sampai sekarang lebih banyak ditampilkan dalam berbagai repertoar
tari.

5. Tari dan Sistem Mata Pencaharian Hidup


Sejak awal kelahirannya tari senantiasa dihubungkan dengan hal-hal yang sifatnya
fungional di tengah masyarakat komunalnya. Artinya, suatu penyelenggaraan tari
senantiasa menjadi bagian dari suatu upacara yang sifatnya ritual, religius, sosial, dan
hiburan sesuai dengan bentuk dan sifat upacaranya. Hubungan terdekatnya, secara
koreografis dan tematik tari-tarian itu menggambarkan sistem mata pencaharian
hidup sesuai dengan kondisi wilayahnya. Tetapi bahwa tari menjadi sistem mata
pencaharian hidup recara riil parang kali baru terjadi pada -+ 1 abad terkahir ini.
Contohnya munculah berbagai tarian seperti tari berburu (tari-tarian di Papua),
tari nelayan di daerah pantai, tari tari di masyarakat pedesaan, dsb.

6. Tari dan Sistem Religi


Religi adalah keyakinan, kepercayaan akan sesuatu yang ada diluar alam kehidupan
nyara manusia yang mempengaruhi peri kehidupannya. Sejak zaman purba manusia
telah mengenal sistem religi, tari juga sebagaimana awalnya juga bagian penting dari
sistem religi dalam kehidupan komunal masyarakatnya. Jejak-jejak tari sebagai bagian
sistem religi sampai sekarang masih dapat kita temukan diberbagai kelompok suku di
Afrika, Indian di Amerika, India di Asia Selatan, Melanesia dan Polenesia serta
dikelompok-kelompok suku di Indonesia.

7. Tari dan Struktur


Memahami tari di dalam konteks struktur, ibaratnya seperti kita memahami, atau
membaca perwujudan lambang atau logo. Keberadaan tari-tarian etnis di tengah-
tengah suatu kelompok/masyarakat, dengan demikian merupakan bagian komponen
dari kesatuan budaya masyarakatnya yang juga harus dapat dilihat dan dibaca arti
maknanya lewat peran dan fungsinya. Dalam arti bahwa tari-tarian tersebut
merupakan bagian dari struktus sosial masyarakatnya, yang mampu
merepresentasikan nilai-nilai dan spirit komunal masyarakat pemilik/penyangganya.
Contohnya adalah tari Lawung di keraton Yogyakarta, bahwa dibalik gerakan-
gerakan tari yang kuat dan berkarakter, disertai dengan musik karawitan yang
dinamis, menggemuruh, dan dalam tempo yang cepat, maka secara tematik
koreografi tari Luwung mengandung nilai-nilai heroisme, keperkasaan, kesatriaan,
keperwiraan yang mencerminkan kepribadian penciptanya.

DAFTAR PUSTAKA

(Sumber buku : “ANTROPOLOGI TARI DALAM PERSPEKTIF INDONESIA”/ Dr.


Sumaryono, MA, Halaman 24-50)

Anda mungkin juga menyukai