Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kebudayaan tidak pernah lepas dari konteks kehidupan

masyarakat, karena kebudayaan merupakan produk manusia sebagai

individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Konsep kebudayaan

dapat ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam

masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan.

Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang paling

menonjol. Melalui seni, kebutuhan estetik secara langsung atau tidak

langsung dapat terpenuhi dalam rangka merefleksikan keberadaan manusia

sebagai bagian dari kebudayaan. Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa

macamnya. Salah satu macam kesenian itu adalah kesenian tradisional.

Lombok Tengah merupakan kabupaten yang terdapat di provinsi

Nusa Tenggara Barat. Suku yang mendiaminya adalah mayoritas suku

Sasak, di dalamnya terdapat kelompok masyarakat yang memiliki corak

khas dalam pola kehidupan sosial budaya. Lombok Tengah juga

merupakan daerah yang kaya akan seni tradisional kerakyatan seperti

pantun, musik, drama, tari, dan ritual-ritual adat lainnya.

Semige adalah nama dusun yang terdapat di desa Semoyang

Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah yang masih kental

dalam seni dan tradisi. Salah satu kesenian yang masih dilestarikan sampai

1
sekarang adalah kesenian Jaran yang biasa masyarakat menyebutnya

dengan Jaran Semige.

Kesenian Jaran Semige adalah salah satu kesenian tradisional yang

kaya akan nilai-nilai budaya yang tumbuh berkembang dari dulu sampai

sekarang. Bentuk dari kesenian ini adalah dibawakan dengan gerak-gerak

tari sederhana yang tidak memiliki patokan pada geraknya. Penarinya

adalah pemuda dan pria dari segala umur.

Keunikan kesenian ini adalah properti yang digunakan adalah

jaran (kuda) yang terbuat dari ukiran kayu dan diangkat oleh empat orang

untuk satu buah jaran dan diiringi oleh lebih dari tujuh orang penabuh

gamelan. Pada pertunjukan kesenian Jaran Semige jumlah Jaran yang

digunakan tidak boleh berjumlah ganjil akan tetapi harus berjumlah genap

seperti dua jaran ataupun kelipatan dari angka dua tersebut bisa empat,

enam, delapan dan seterusnya.

Kesenian Jaran Semige sering digunakan pada acara khitanan

maupun acara nyongkolan oleh masyarakat di desa Semoyang, khususnya

di dusun Semige Desa Semoyang Kecamatan Praya Timur. Kesenian ini

juga sering digunakan pada setiap acara-acara penting yang di

selenggarakan oleh pemerintah desa, seperti acara ulang tahun desa,

penyambutan tamu penting ataupun acara lainnya.

Dalam upacara khitanan anak di dusun Semige Desa Semoyang,

Jaran Semige merupakan salah satu rangkaian yang termasuk dalam

susunan pra acara sebelum anak dikhitan oleh seorang dokter atau mantri.

2
Anak-anak akan diarak keliling kampung agar pada saat dikhitan dia tidak

merasa takut. Menurut Jazuli seni berfungsi sebagai hiburan tercermin

pada kegunaan seni untuk memberi hiburan atau kesenangan semata

(2011: 39). Jaran Semige ini merupakan kesenian yang sangat menarik

dan sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat pada acara khitanan. Saat

tarian ini disajikan semua masyarakat akan berbondong-bondong untuk

berkumpul menyaksikan dan ikut menikmati tarian yang dibawakan oleh

para Sekahe (para pemain) tari Jaran Semige.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan

menggali lebih dalam tentang kesenian Jaran Semige, lebih khususunya

mengenai fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan di dusun

Semige, Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok

Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaran Semige pada upacara

khitanan di dusun Semige, Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur,

Lombok Tengah?

2. Bagaimana fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan di dusun

Semige, Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah?

3
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Bentuk kesenian Jaran Semige pada upacara Khitanan di dusun Semige

Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.

2. Fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara Khitanan di dusun Semige

Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan

memperkenalkan salah satu seni dan budaya di dusun Semige Desa

Semoyang, kecamatan Praya Timur.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu promosi

wisata Lombok khususnya Lombok Tengah sehingga dapat menjadi salah

satu aset yang dapat menyerap pendapatan bagi daerah.

2. Manfaat Teoritis

 Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam memahami

perkembangan budaya di Lombok pada umumnya dan di dusun Semige

Desa Semoyang Lombok Tengah pada khususnya.

 Menambah khazanah pengetahuan tentang fungsi kesenian Jaran Semige.

 Menjadi bahan kajian bagi para peneliti kesenian tradisi berikutnya,

khususnya bagi yang ingin mengkaji kesenian tradisi Lombok.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Seni Tari

Kesenian menurut Kemdikbud (2014: 89) adalah suatu ekspresi

dari gejolak jiwa seseorang yang di dasarkan atas nilai-nilai estetis, yang

tertuang dalam berbagai bentuk karya seni tari, musik, seni rupa, teater dan

sastra.

Menurut Hidayat tari adalah gerakan yang ritmis, kehadirannya

sebagai wujud seni menonjolkan dua aspek; 1) susunan gerak beraturan

yang dengan sengaja di rancang untuk mencapai suatu kesan tertentu, 2)

bentuk upaya mewujudkan keindahan susunan gerak dan irama yang di

bentuk dalam satuan-satuan komposisi (Hidayat 2009: 24).

Sedangkan menurut Jazuli (dalam Pekerti 2007: 43) tari adalah

bentuk gerak yang indah dan lahir dari tubuh yang bergerak berirama dan

berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan gerak tersebut.

Lain halnya dengan Edy sedyawati (dalam hidayat 2009: 27)

mengemukakan pengertian tentang tari yaitu, pertama dalam lingkup

terbatas adalah sususnan gerak beraturan yang sengaja di rancang untuk

mencapai kesan tertentu, kedua tari secara umum adalah bentuk upaya

untuk mewujudkan keindahan susunan gerak dan irama yang di bentuk

dalam satuan-satuan komposisi.

5
Jadi seni tari adalah susunan gerak beraturan yang di hasilkan oleh

tubuh dan memiliki nilai keindahan yang menunjukkan ekspresi jiwa

manusia dan menggunakan pengiring pada saat melakukan gerakan.

2. Bentuk Penyajian Tari

Dalam kamus besar bahasa indonesia kata bentuk diartikan sebagai

wujud, susunan, rupa, cara, dan sebagainya. Sedangkan penyajian

diartikan sebagai cara menyampaikan, cara menghidangkan dan lain-lain.

Menurut Prihatini dalam Rahayu (2013:28) bentuk dalam seni

adalah wadah untuk menuangkan isi yang ingin disampaikan oleh

seniman. Dalam penyajian tari, bentuk dapat dilihat dan didengar oleh

indera yang tersusun atas unsur-unsur gerak, suara dan rupa.

Jadi bentuk penyajian tari dapat diartikan sebagai wujud dalam

menyampaikan suatu pergelaran/pertunjukan kesenian tari secara

menyeluruh meliputi unsur-unsur atau elemen pokok dan pendukung tari.

Unsur-unsur pokok dalam tari adalah gerak, selain unsur pokok tari

juga memiliki unsur pendukung. Unsur pendukung dalam tari menurut

Jazuli yaitu: iringan, tema, tata busana (kostum), tata rias, tempat, tata

lampu, dan tata suara (dalam Rahayu 2013: 18)

a. Gerak

Gerak dalam tari dibagi menjadi dua, yaitu gerak maknawi dan

gerak murni. Gerak maknawi adalah gerak yang memiliki arti atau

makna yang jelas. Sedangkan gerak murni adalah gerak diciptakan

6
sekedar untuk mendapatkan bentuk yang indah akan tetapi dapat

menampilkan sesuatu secara simbolis.

b. Iringan

Iringan atau musik dalam tari merupakan sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan, karena musik dalam tari bukan hanya sebagai

sekedar iringan saja tetapi musik adalah pasangan tari yang tidak

boleh di tinggalkan.

Pada dasarnya iringan dalam tari dibagi menjadi dua yaitu

iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan

yang dihasilkan oleh penari itu sendiri baik berupa siulan, tarikan

nafas, tepuk tangan, hentakan kaki, dan sebagainya. Sedangkan

iringan eksternal adalah iringan yang dihasilkan oleh benda-benda lain

diluar tubuh penari seperti, gamelan, keyboard, gitar dan sebagainya.

c. Tema

Tema adalah pokok pikiran, gagasan, atau ide dasar. Dalam

pementasan tari tema bisa didapatkan dari mana saja baik kehidupan

sehari-hari, binatang, alam, pengalaman hidup, legenda, dan

sebagainya. Akan tetapi dalam tari hendaknya tema yang digunakan

merupakan sesuatu yang lazim dan dapat dipahami oleh masyarakat.

d. Tata Busana

Tata busana adalah salah satu penunjang dalam penyajian tari

yang tidak dapat dipisahkan dengan tata rias. Tata busana yang

digunakan dalam tari biasanya digunakan sesuai dengan kebutuhan

7
tarinya. Busana yang digunakan pada tari biasanya menunjukan

identitas dari mana sebuah tarian tersebut berasal. Menurut Pekerti,

busana pada tarian-tarian tradisional biasanya disesuaikan dengan

busana tradisional daerah pendukungnya sehingga akan jelas asal dari

tarian tersebut (2007: 24).

e. Tata Rias

Tata rias dibagi menjadi dua yaitu tata rias pertunjukan (dengan

menggunakan polesan yang tebal dan lebih menonjol), dan tata rias

sehari-hari (dengan polesan sederhana dan biasa-biasa saja). Pada

pertunjukan tari tata rias adalah salah satu hal yang sangat penting.

Fungsi tata rias adalah untuk mengubah karakter asli menjadi karakter

tokoh yang diperankan, memperkuat ekspresi, dan menambah

kecantikan atau daya tarik dalam penampilannya.

f. Tempat pertunjukan

Suatu pertunjukan apapun bentuknya akan selalu memerlukan

tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan sendiri,

tempat atau ruangan itu disebut pentas atau panggung yaitu bagian

dari arena pertunjukan yang di tata sedemikian rupa sebagai tempat

bermain (Hadi dalam Rahayu, 2013: 23).

Bentuk panggung terdiri dari beberapa jenis yaitu, bentuk arena

(penonton dapat melihat dari segala arah), bentuk tapal kuda

(penonton dapat melihat dari tiga arah yaitu, depan kiri dan kanan),

8
yang terakhir adalah bentuk proscenium (penonton hanya dapat

melihat dari satu arah yaitu dari depan saja).

g. Tata Lampu/Lighting dan Tata Suara/Sound

Dalam suatu pementasan tata lampu dan tata suara itu

merupakan hal yang sangat penting karena sangat mendukung

kesuksesan acara (Pekerti, 2007: 4.27). Tata lampu didalam

pertunjukan tari tidak hanya sebagai penerang saja akan tetapi

berfungsi sebagai pencipta suasana dan efek dramatik, memperjelas

kostum dan tata rias yang dikenakan oleh penari. Sedangkan tata suara

sangat diperlukan dalam pertunjukan tari, karena sangat mendukung

dalam pementasan, dan suara yang ditampilkan dapat dengan jelas

didengar oleh penonton.

3. Fungsi Tari

Novia (Sapriadi 2014: 14) dalam kamus ilmiah populer, fungsi bisa

diartikan jabatan, kedudukan, peranan, guna, kegunaan, manfaat. Merujuk

pada pengertian fungsi tersebut, tari memiliki berbagai fungsi sesuai

situasi dan tempat keberadaan tari tersebut. Ada beberapa pendapat

tentang pengklasifikasian fungsi tari secara umum. Soedarsono dalam

Kemdikbud (2014: 75) membagi fungsi tari dalam masyarakat menjadi

tiga yaitu:

9
a. tari yang berfungsi sebagai upacara

Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut

memiliki ciri: dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih,

penari terpilih dan disertai sesajian.

b. tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi

Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak

yang spontan. Pada intinya tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi

ini dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan yang sesaat.

c. tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis.

Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis, adalah tari yang

dipersiapkan untuk dipertunjukan.

Sedangkan menurut Jazuli (2011: 38) fungsi tari dalam masyarakat

dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai sarana upacara, hiburan,

tontonan dan sebagai media pendidikan.

a. Tari sebagai sarana upacara

Fungsi ini dapat diketahui pada masyarakat primitif, yang

berkebudayaan purba, dengan kepercayaan animisme, dinamisme, dan

totemisme yang relatif masih kuat. Fungsi tari sebagai upacara dapat

dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) upacara keagamaan yaitu jenis tari-

tarian yang di gunakan dalam peristiwa keagamaan, 2) upacara adat

yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat di lingkungannya

selama adat masih di pergunakan, 3) upacara adat yang berkaitan

10
dengan peristiwa kehidupan manusia seperti kelahiran, perkawinan,

khitanan, pengobatan, dan kematian.

b. Tari sebagai sarana hiburan

Tari sebagai hiburan tercermin pada kegunaan seni untuk

memberi hiburan atau kesenangan semata dan atau dimanfaatkan untuk

mengisi waktu luang. Tari sebagai hiburan cenderung instan dalam arti

mudah di dapat, cepat dinikmati, murah dibeli cepat dibuang, dan

penting bisa menghibur.

c. Tari sebagai tontonan

Tari sebagai tontonan bertujuan untuk menarik atau memesona

penonton/penikmatnya. Tari sebagai tontonan biasanya memerlukan

pengamatan yang serius daripada sekedar untuk hiburan. Fungsi tari

sebagai tontonan lebih mengutamakan bobot nilai seni dan pesan

bermakna dari pada tujuan lainnya.

d. Tari sebagai media pendidikan

Tari sebagai media pendidikan pada dasarnya berhubungan

dengan tujuan untuk mencerdaskan masyarakat.

Pendapat lain dikemukakan oleh setyawati, dkk (2008: 177-182)

membagi fungsi tari dalam 5 kelompok sebagai berikut.

a. Tari upacara

Tari upacara adalah tarian yang digunakan untuk keperluan

upacara. Ciri utama dalam tarian untuk keperluan upacara adalah, 1)

11
hidup berkembang dalam tradisi yang kuat, 2) sarana memuja dewa

(keagamaan), 3) kegiatan/prosesi yang menjadi simbol masyarakat.

b. Tari upacara adat

Tari yang biasa digunakan untuk keperluan adat. Jenis tari ini

biasanya digunakan untuk penyambutan tamu agung atau tamu yang

di hormati.

c. Tari religi/agama

Tari religi atau agama adalah tari yang digunakan untuk

keperluan agama suatu kelompok masyarakat. Tari religi atau agama

pada pertunjukannya biasanya banyak terkait dengan acara-acara

prosesi tertentu. Bentruk-bentuk upacara yang digelar meliputi arak

pengantin, penyambutan tamu,kelahiran dan sebagainya.

d. Tari pergaulan

Tari pergaulan adalah tari yang mngisyaratkan pergaulan antara

pemuda dan pemudi. Ciri-ciri yang terdapat pada pada jenis tari ini

adalah 1) gerak tari dilakukan secara bebas, 2) tarian ini dilaksanakan

pada saat bulan purnama baik untuk kalangan anak-anak, remaja,

dewasa, ataupun orang tua, 3) tari ini pada dasanya digunakan sebagai

sarana komunikasi atau kegiatan yang berhubungan dengan hajat

orang banyak disuatu desa.

e. Tari teatrikal

Ciri tarian ini adalah bahwa tarian ini merupakan bentuk

pertunjukan yang dikemas secara lengkap anatar seni drama, tari,

12
musik dan rupa. Pertunjukan digarap hubungan komunikasi dengan

penonton, sehingga kesan teatrikal nampak.

Beberapa definisi tentang fungsi tari tersebut akan dijadikan

sebagai acuan dalam penelitian kesenian Jaran Semige di Dusun Semige

Desa Semoyang dari segi Fungsi pada acara khitanan.

4. Ritual Besunat (Khitanan)

Suku Sasak memiliki beberapa ritual adat, diantaranya yaitu: Ritual

Pernikahan, Perak Api, Bretes, dan Besunat (Khitanan).

Dalam tradisi masyarakat sasak, ketika anak sudah berusia 4

sampai 10 tahun, sang anak akan dilakukan sunatan atau dalam bahasa

Sasak di sebut besunat. Besunat dilaksanakan untuk melengkapi proses

daur hidup masyarakat Sasak seperti halnya masyarakat muslim

umumnya. Kegiatan besunat dalam masyarakat tradisional Sasak,

merupakan salah satu kegiatan yang membutuhkan persiapan yang cukup

panjang. Penyelenggaraannya akan menjadi kegiatan yang sangat besar

dan melibatkan masyarakat yang banyak. Itulah sebabnya kegiatan ini di

katakan sebagai begawe nyunatan yang diimplementasikan dalam rowah

(selamatan).

Pada hari -H upacara khitanan di Dusun Semige terdapat satu

kegiatan yang dilakukan sebelum proses khitanan yaitu kegiatan arak-

arakan keliling kampung menggunakan kesenian Jaran Semige yang

disajikan dalam bentuk tarian yang sederhana.

13
B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, dapat kita

lihat pada penelitian yang di lakukan oleh:

1. Ni Luh Enita Maharani (2016), berjudul Fungsi Tari Rejang Adat Klasik

Dalam Upacara Piodalan Di Pura Sanggar Agung Desa Bebandem

Kabupaten Karangasem Bali. Simpulan tari Rejang Adat Klasik Pura

Sanggar Agung Desa Bebandem Kabupaten Karangasem memiliki tiga

fungsi yaitu, 1) sebagai penyambutan dan penghubung, 2) sebagai simbol

dewa dewi, 3) sebagai ungkapan rasa syukur, terima kasih dan menghibur.

2. Ratih Kusumaningrum (2016), dengan judul Fungsi Tari Bedhaya Srigati

Dalam Upacara Ganti Langse Di Desa Babadan Kabupaten Ngawi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tari Bedhaya Srigati memiliki

fungsi primer/ utama yaitu sebagai wujud penghayatan atau presentasi

estetis, dan fungsi sekunder sebagai sarana hiburan, pendukung Upacara

Ganti Langse, daya tarik wisata dan sebagai kelangsungan dan stabilitas

kebudayaan.

3. Ersa Mega Reta Putri (2013), judul penelitiannya Fungsi Dan Bentuk Tari

Sambut Dalam Upacara Penyambutan Tamu Di Muara Enim, Sumatera

Selatan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah fungsi tari sambut ini

bukan hanya sebagai penyambutan tamu, melainkan memiliki fungsi yang

lain juga yaitu sebagai pelengkap upacara adat dan pelestarian agar budaya

agar tidak hilang. Sedangkan bentuk penyajiannya, tari sambut memiliki

16 ragam gerak, tata rias dan busana tari sambut adalah asean pak sangko

14
(putri) dan teluk belango (putra). Properti ciri khas yang digunakan yaitu

tanggai, tepak, payung, dan tombak.

Adapun yang menjadi pembeda antara penelitian tersebut dengan

penelitian ini adalah dari segi objek penelitiannya, yaitu penelitian ini

mengkaji Kesenian Jaran Semige. Sedangkan persamaan dalam penelitian

ini adalah sama-sama membahas tentang fungsi Tari dan bentuk penyajian

tari, hanya saja penelitian ini di fokuskan pada Upacara Khitanan.

C. Kerangka Berpikir

Kesenian Jaran Semige

Upacara Khitanan

Bentuk penyajian Fungsi

- Gerak - Upacara
- Iringan - Hiburan
- Kostum
- perlengkapan

Keterangan:

Salah satu kesenian tradisional yang ada di lombok tengah adalah

kesenian Jaran Semige yang terdapat di Dusun Semige Desa Semoyang

dan masih tetap bertahan sampai sekarang. Tradisi masyarakat yang masih

15
dilestarikan sampai sekarang di Dusun Semige adalah selalu

menghadirkan kesenian Jaran Semige di setiap acara khitanan.

Penelitian ini akan mengkaji tentang fungsi dan bentuk penyajian

kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan. Bentuk penyajian dianalisis

melalui gerak, iringan, kostum, dan perlengkapan lainnya pada acara

khitanan berlangsung. Sedangkan Fungsi kesenian Jaran Semige dikaji

melalui upacara dan hiburan, dan lain-lain.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Karena dengan menggunakan

metode kualitatif deskriptif akan membantu peneliti untuk mengetahui

fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan di dusun Semige

Desa Semoyang. Menurut Dantes (2012: 51) penelitian deskriptif diartikan

sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

fenomena/pristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya.

Menurut Sugiyono (2010 : 1) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) peneliti sendiri adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih

menekankan pada makna dari pada generalisasi.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini di akan lakukan pada bulan Maret sampai bulan April

tahun 2017.

17
2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Dusun Semige Desa Semoyang.

Dusun Semige sebagai tempat pertunjukan Jaran Semige pada upacara

khitanan dan sebagai tempat kesenian Jaran Semige berada.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif

yang terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data

yang di dapat dari informan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan

langsung peneliti pada saat pertunjukan kesenian Jaran Semige.

Sedangkan data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen seperti video,

foto, dan beberapa catatan.

2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (dalam moleong 2014: 157) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk itu,

sumber data dalam penelitian ini adalah pertunjukan kesenian Jaran

Semige pada upacara khitanan di Dusun Semige Desa Semoyang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 62) Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang sangat strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah menghasilkan data. Tanpa mengetahui teknik

18
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian. Bagian ini merupakan bagian penting dari

penelitian karena dalam proses inilah yang menjadi kunci utama dalam

memperoleh apa yang akan dicapai dalam penelitian, yaitu mengumpulkan

data-data yang akan dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan tujuan

dari penelitian tersebut. Terkait dengan yang sudah dipaparkan di atas

tentang teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan datanya

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi

1. Observasi

Nasution (dalam sugiyono 2010: 64) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Untuk kepentingan observasi ini, peneliti menggunakan

alat-alat bantu berupa kamera foto, video, dan audio.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2014: 186) “wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu”. Wawancara dilakukan peneliti terhadap: Tokoh

adat Dusun Semige, Pimpinan Kesenian Jaran Semige, penari Jaran

Semige, penabuh atau pengiring Jaran Semige, dan tokoh masyarakat

Dusun Semige.

19
3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan menggali dokumen-

dokumen yang ada pada tempat penelitian. Dokumen-dokumen yang di

harapkan dapat digali datanya berupa: foto-foto dan rekaman video

pertunjukan kesenian Jaran Semige, foto-foto dan rekaman video Upacara

Khitanan suku Sasak di Dusun Semige Desa Semoyang, dan buku-buku

catatan kegiatan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen diartikan sebagai alat yang digunakan dalam

pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2010: 62) dalam penelitian

kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu

sendiri. Pernyataan ini menegaskan bahwa peneliti memiliki peran sangat

penting dalam penelitian kualitatif. Beranjak dari pernyataan di atas,

instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang akan

mencatat data-data atau merekam. Disamping itu, peneliti juga bertanya

dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan topik permasalahan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, Bogdan menyatakan

(dalam Sugiyono, 2010: 88) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis

data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah dengan cara

20
menganalisis data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan pola, menemukan yang penting dan yang di pelajari,

kemudian menginterpretasikannya dan memutuskan sesuatu yang di tulis

oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2010: 91) dalam menganalisis data

peneliti menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penyimpulan (conclusion

drawing/verivication)

1. Data reduction (reduksi data), selama pengambilan data penelitian,

peneliti memperoleh bermacam-macam data yang didapatkan melalui

berbagai macam teknik pengumpulan data. Dari perolehan data

tersebut peneliti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, atau data-data yang di anggap perlu dan

mendukung terhadap penelitian ini. Dengan demikian peneliti

mengkelompokan data-data tersebut sesuai dengan permasalahan yang

akan di kaji. Peneliti hanya menggunakan data-data yang berkenaan

dengan fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan. Selain

data-data pokok tersebut, peneliti juga menggunakan data-data

pendukung guna mempermudah pengkajian dan penelitian, data-data

tersebut antara lain bentuk dari kesenian Jaran Semige itu sendiri.

2. Data display (penyajian data), setelah peneliti melakukan reduksi data,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan display data atau

penyajian data, diperlukan untuk mendapatkan gambaran secara

21
keseluruhan data yang masuk. Dalam tahap ini, peneliti mencoba

menyususn data-data yang dipilih tersebut menjadi teks naratif yang

disusun secara sistematis dan terperinci guna memudahkan peneliti

dalam proses pemahaman data tersebut. Teks naratif tersebut memuat

seluruh data utama dan data pendukung yang berupa deskripsi tentang

fungsi kesenian Jaran Semige pada upacara khitanan di Dusun Semige

Desa Semoyang, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok

Tengah.

3. Conclusion drawing/verivication (penyimpulan data), setelah data

tersusun secara sistematis dan terperinci, peneliti selanjutnya

melakukan proses penarikan kesimpulan dan verifikasi terhadap data-

data yang telah terorganisasi dengan menganalisis secara kualitatif.

22

Anda mungkin juga menyukai