Anda di halaman 1dari 12

MATERI DASAR TARI TRADISIONAL

Pengertian Tari Tradisional


Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun-temurun di suatu daerah tertentu.
Tarian ini biasanya memiliki berbagai ciri khas yang menonjolkan falsafah, budaya dan kearifan lokal setempat di
mana tarian tersebut berkembang. Sehingga dapat ditebak bahwa masing-masing daerah akan memiliki keunikan
tersendiri. Terutama di negeri ini, di mana keberagaman masyarakatnya seakan tak terbatas.
Meskipun demikian, sejatinya setiap perbedaan antardaerah tersebut adalah milik kita juga. Seperti dalam pendapat
Alwi (2003, hlm. 103) yang menyebutkan bahwa kesenian tradisional adalah kesenian yang diciptakan oleh
masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama (Alwi, 2003 : 1038).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tari tradisional adalah tarian yang telah berkembang dari masake masa yang
telah melewati waktu yang cukup lama di suatu daerah , adat, atau etnik tertentu sehingga memiliki nilai-nilai estetika
klasik yang dilestarikan dari generasi ke generasi.

Ciri Ciri tari tradisional


Tari tradisional memiliki beberapa ciri yang membuatnya berujung pada kategorisasi tradisi. Beberapa ciri tersebut
meliputi:
1. Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti.
2. Diiringi oleh musik tradisional khas daerah setempat.
3. Mengenakan kostum pakaian tradisional khas daerah setempat.
4. Diajarkan dan dipelajari secara lisan atau dari mulut ke mulut secara langsung dari generasi lama ke
generasi penerusnya.
5. Mengandung filosofi yang berasal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
6. Memiliki fungsi sosial adat seperti untuk untuk kepentingan upacara adat atau kegiatan lokal lainnya.
7. Terkadang memiliki syarat khusus berupa waktu, tempat, dan bahkan hanya beberapa orang terpilih saja
yang diperbolehkan membawakannya.

Fungsi Tari Tradisional


Secara umum, Hidayat (2005, hlm. 5) berpendapat bahwa keberadaan tari tradisional memiliki nilai dan hasil guna
yang memberi manfaat pada masyarakat khususnya dalam kehidupan sosial.
Sementara itu, Sedyawati (1986 : 179), mengemukakan bahwa fungsi tari tradisional sangat beragam dan bersifat
mistik. Contohnya: sebagai pemanggil kekuatan supranatural (ghaib) hingga pemujaan arwah nenek moyang, dan
sebagai perlengkapan upacara.
Menurut Soedarsono dalam (Sekarningsih, 2006, hlm.5) fungsi tari tradisional meliputi berbagai sarana untuk
upacara adat tergantung dari kebudayaan masing-masing daerah yang memegang tradisi. Fungsi-fungsi tersebut
meliputi:
1. Upacara Ritual, dalam fungsi ini tari harus memenuhi kaidah yang telah turun-temurun dijaga menjadi
tradisi. Biasanya diselenggarakan pada saat tertentu dan dilakukan oleh orang-orang tertentu pula.
Terkadang tari upacara ritual juga harus menyajikan sesaji di tempat-tempat tertentu.
2. Upacara penobatan Raja atau Kepala Adat seperti pada Tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah.
3. Upacara kematian seperti pada Tari Mapeliang dari Sulawesi.
4. Upacara untuk membangun rumah seperti pada tari Seru Kju No Gawi di daerah Timor.

Berdasarkan berbagai kutipan dan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi tari tradisional terbagi
menjadi beberapa peran utama. Yaitu, tari tradisi sebagai upacara adat yang secara khusus berfungsi sebagai
sarana upacara agama dan adat, tari untuk bersenang-senang atau tari pergaulan sosial, dan tari sebagai hiburan
teatrikal atau tontonan rakyat.

Jenis Tari Tradisional


Meskipun terdengar sudah mengerucut, sebetulnya tarian tradisional masih memiliki beberapa kategori yang
membedakannya. Misalnya, menurut Humardani (1983, hlm. 6) berdasarkan nilai artistik garapannya, tari tradisional
dapat dibedakan menjadi beberapa tarian berikut ini.
1. Tari Primitif,
Merupakan tarian yang gerak maupun iringannya masih sederhana. Secara umum dapat dikatakan bahwa
penggarapan koreografinya belum dilakukan secara serius. Busana kostum dan tata riasnya juga masih kurang
diperhatikan. Tari tradisional jenis ini jarang dipentaskan bahkan sudah jarang dijumpai keberadaannya,
kemungkinan tari ini hanya dapat ditemui di daerah terpencil atau pedalaman saja.
2. Tari Klasik,
Yaitu tari tradisi yang sudah mapan atau baku baik dari segi gerak, maupun iringannya. Tari klasik merupakan tarian
yang sudah mendapatkan banyak perhatian dan biasanya digarap secara serius oleh masyarakatnya dan
mendapatkan dukungan penuh dari tetua, bangsawan, atau raja suatu daerah yang telah mencapai nilai artistik
cukup tinggi karena telah menempuh perjalanan yang cukup panjang (sudah mengalami masa kejayaan).
3. Tari Rakyat,
Tarian ini memiliki gerakan dan pola langkah yang sederhana dan cukup mudah untuk dipelajari, meskipun telah
mengalami penggarapan koreografi yang serius. Karena, tari rakyat terlahir dari budaya masyarakat pedesaan yang
berada di luar tembok Keraton. Katakanlah tarian ini diciptakan dari dan untuk dinikmati oleh rakyat, sehingga tidak
ada beban khusus terhadap kerajaan atau pihak penguasa lain yang menuntut nilai estetika agung.

Perlu menjadi catatan pula bahwa terdapat tarian tradisional yang telah dikembangkan. Misalnya, tari jaipong yang
sebetulnya dikreasikan di zaman modern. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tari tersebut sudah tidak tradisional lagi,
melainkan lebih cocok disebut sebagai tari tradisional kreasi, atau bahkan tarian modern.

GERAK TARI
Gerak tari merupakan unsur utama dari tari. Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis,
melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dan estetis. Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota badan
manusia. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari
koreografer.
Gerak di dalam tari adalah gerak yang indah. Yang dimaksudkan degan gerak yang indah adalah
gerak yang telah diberi sentuhan seni. Gerak-gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni akan menghasilkan
gerak yang indah. Misalnya gerak berjalan, lari, mencangkul, menimba air di sumur, memotong kayu dan
sebagainya, jika diberi sentuhan emosional yang mengandung nilai seni, maka gerak-gerak keseharian tersebut
akan tampak lain.
Gerakan tari yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur
keindahannya bersifat stilatif dan distortif:
1.    Gerak Stilatif
Gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan) yang mengarah pada bentuk-bentuk yang indah.
2.    Gerak Distorsif
Pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya dan merupakan salah satu proses stilasi.
Dari hasil pengolahan gerak yang telah mengalami stilasi dan distorsi lahirlah dua jenis gerak tari, yaitu
gerak murni (pure movement) dan gerak maknawi.
1.    Gerak murni
Gerak yang digarap untuk mendapatkan bentuk yang artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.
Dalam pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian tertentu, yang dipentingkan faktor keindahan
gerak saja.
2.    Gerak maknawi
Gerak maknawi merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna dalam pengolahannya
mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu, disamping keindahannya. Gerak maknawi di sebut juga gerak
Gesture, bersifat menirukan ( imitative dan mimitif ).
a.    Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b.    Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
Gerak adalah bahan baku utama tari. Untuk itu, sebelum membuat sebuah karya tari kita akan
mempelajari seluk beluk gerak. Gerak ini nantinya akan disusun menjadi tarian yang indah dipandang. Pertama –
tama buatlah gerakan untuk tari tunggal. Jika dirasa sudah baik, kembangkan menjadi gerak tari berpasangan atau
berkelompok. Dalam menyajikan sebuah tarian, perhatikan dan terapkan hal – hal berikut:
a.    Penguasaan materi gerak dan ekspresi yang akan ditarikan
b.    Ketepatan gerak dengan iringan
c.    Penguasaan ruang pentas
d.   Rasa percaya diri

A.  RAGAM GERAK TARI DAERAH


Masing masing daerah memiliki budaya dan selera yang berbeda – beda. Karenanya jika kita mengamati
tariannya terdapat perbedan bentuk gerak dan teknik memperagakannya.
Ragam gerak tari kerakyatan banyak menggunakan imitatif dan ekspresif. Gerakannya menirukan
kegiatan dan emosi manusia sampai menirukan perangai binatang.
Ragam gerak tari klasik banyak menggunakan gerak murni dan gerak ekspresif serta imitatif yang telah
distilir atau diperhalus. Tema gerakannya juga menirukan kegiatan manusia dan perangai hewan tetapi gerakannya
sudah terpilih dan mempunyai nilai simbolik dengan patokan atau pola- pola gerak yang sudah ditentukan.
Ragam gerak tari kreasi baru merupakan paduan beberapa ragam gerak tari tradisional, sehingga menjadi
bentuk baru. Bentuk baru ini terasa lebih dinamis dan energik karena didukung oleh generasi muda dan ditata oleh
koreografer yang kreatif. Tokoh tari kreasi baru di Indonesia sangatlah banyak. Beberapa diantaranya yaitu :
1.    Bagong Kusudiharjo dari Yogyakarta
2.    Guruh Soekarno Putra dari Jakarta
3.    Didik Nini towok dari Yogyakarta
4.    Munasiah Najamuddin dari Jenoponto, Ujung Pandang
5.    Sardono W. Kusumo
6.    Farida Faisal
7.    Denny Malik

Gerak tari tradisional:


1.    Gerak Jari
a.    Ngruji / ngrayung, semua jari rapat tegak lurus, ibu jari masuk ditekuk merapat telapak tangan. Tangan kiri
dan kanan sama.
b.    Nyempurit, ujung ibu jari bertemu dengan ujung telunjuk membentuk bulatan dan jari – jari lainnya
melengkung mengikuti arah jari tengah. Tangan kanan dan kiri sama.
c.    Nagarangsang / boyomangap, seperti ngruji atau ngrayung hanya ibu jari membuka lurus kedepan. Tangan
kanan dan kiri sama.
d.   Nyekithing, ruas ibu jari bersinggung dengan ruas jari tengah paling depan, jari–jari lainnya melengkung
searah jari tengah.
2.    Gerak Kaki
a.    Nggrundho, sikap kaki nggrundho yaitu sikap dengan dua kaki mendhak sifat gantung.
b.    Lumaksono, berjalan ke depan. Sikap dan posisi kaki kiri lumaksono dengan arah telapak kaki serong ke luar
atau meger timun.
c.    Gejuk atau Seblak, sikap kaki kiri gejuk atau dihentakkan ke lantai terap di belakang tumit kaki kanan.
d.   Tanjak kiri
e.    Trecetan , melangkah jinjit dengan cepat ke kanan atau ke kiri.
f.     Kicat
B.  ASAL GERAK
Gerak dapat diperoleh melalui eksplorasi atau penjelajahan. Eksplorasi merupakan proses berpikir,
berimajinasi, merasakan dan merespon suatu objek yang diperoleh melalui panca indera. Objek ini bentuknya bisa
berupa benda, alam, suara dan rasa. Mengamati karya sastra seperti prosa dan puisi, mendengarkan irama musik,
mengamati aneka kegiatan manusia, perangai binatang, sampai benda dan kejadian alam sekitar semua dapat
menimbulkan imajinasi yang merangsang terjadinya respon gerak spontan. Sedangkan penjelajahan rasa, seperti
panas, dingin, marah, senang dan sedih akan membantu pencarian gerak ekspresif. Gerak-gerak ini dapat kita
himpun menjadi gerakan tari yang indah. Untuk mempermudah mencari dan merespon gerak maka kita harus
mengetahui tema dari tari tersebut. Tema merupakan gambaran awal gerak-gerak yang diperagakan, contohnya:
a.    Kepahlawanan, gerak yang muncul adalah gerak pencak silat, perang, gerak beladiri atau olah kanuragan.
b.    Kesedihan, gerak yang muncul adalah gerak permohonan.
c.    Kegembiraan, gerak yang muncul adalah gerak suka cita, meloncat-loncat, melambai-lambai, melenggang,
bergoyang.
d.   Binatang, gerak yang muncul adalah menirukan tingkah laku binatang tersebut.
C.  MENYUSUN GERAK
Setelah gerak-gerak yang dimaksud telah terkumpul, barulah dirangkai menjadi tarian. Menyusun gerak
yang baik adalah memadukan gerak maknawi dengan gerak murni, dirangkai sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan dan sudah mencakup arah gerak dan arah hadap.
Gerak maknawi adalah gerak-gerak yang memiliki maksud atau arti dan melambangkan suatu hal.
Misalnya, gerak yang melambangkan burung terbang atau kain melambai.
Gerak murni adalah gerak yang mengutamakan keindahan. Gerak ini tidak menyimbolkan sesuatu, tetapi
diuat agar tarian tampak estetis, misalnya gerak memutar pergelangan tangan atau menggoyangkan pinggul.
Arah memberikan orientasi pada tarian. Ada dua macam arah dalam menari, yaitu:
1.    Arah Hadap, menunjukkan kemana penari menghadap, ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang, menengadah
atau menunduk.
2.    Arah Gerak, menunjukkan kemana penari akan bergerak, membuat lingkaran, zig-zag, berjalan maju dan
mundur, serong diagonal, spiral dsb.

Dalam menata tari perlu diperhatikan level dan kepadatan.


1.    Level
Tingkat jangkauan gerak atau tinggi rendahnya gerak.
Ada tiga level dalam menari, yaitu:
a.    Level Tinggi : Meloncat
b.    Level Sedang : Membungkuk
c.    Level Rendah : Duduk
2.    Kepadatan (density)
Penguasaan ruang oleh penari, ini penting untuk tari kelompok. Penempatan atau formasi penari di atas
pentas harus sedemikian rupa sehingga indah dan tidak tampak penuh.
Penata tari yang baik juga memperhatikan desain tari. Desain adalah garis yang terlihat oleh penonton
yang ditimbulkan oleh gerak penari. Garis yang dilalui di lantai oleh para penari disebut desain bawah. Misalnya,
garis diagonal, horizontal, zig-zag, spiral dll. Garis yang dilihat oleh penonton sebagai gerakan penari di atas pentas
adalah desain atas. Contohnya, loncatan, gerak payung, pita dll.
Merangkai gerak agar indah dan menarik perlu ada harmoni. Harmoni dapat dicapai bila koreografer
memperhatikan atau memadukan gerak dengan hal-hal berikut ini:
1.    Irama sebagai pengiring dan pemertegas gerak.
2.    Penguasaan ruangan dengan desain atas, bawah dan medium.
3.    Penataan komposisi penari untuk mengatasi kejenuhan sesuai dengan jumlah penari.
4.    Penggunaan rias dan busana yang selaras dan mencerminkan tema.
Gerak Dasar Kaki 
(lanjutan gerak dasar tangan)
(oleh: Tien Kusumawati, S. Pd)
Beberapa istilah gerakan kaki pada tari tradisional Jawa Tengah, antara lain:
1.     Nggroda
Adalah bentuk dasar gerakan kaki dimana posisi telapak kaki saling merapat bagian tumit sedang bagian depan
membuka 45 derajat (menghadap sudut)
2.      Mendak
Adalah bentuk dasar kaki yang paling dominan, yaitu posisi lutut kaki ditekuk (merendah). Posisi ini dilakukan selama
menari.

bentuk telapak kaki nggroda


posisi kaki mendhak (lutut di tekuk)
3. Tanjak Kanan
Adalah posisi kaki dimana letak telapak kaki kanan agak di depan telapak kaki kiri dan kaki kiri dibelakang kaki
kanan. Pada tari putri, tidak ada jarak antara telapak kaki kanan dan kaki kiri. Sedang pada tari putra alus berjarak
satu telapak kaki, dan pada tari putra gagah lebih lebar lagi, dengan ukuran lebar kurang lebih 2 x telapak kaki.

Tanjak kanan tari putri tanjak kanan tari putra      


4. Tanjak Kiri
Kebalikan dari tanjak kanan.
5.      Sila
Adalah posisi duduk bersila. Kaki kanan didepan kaki kiri.

6.      Jengkeng
Adalah posisi duduk di atas kaki. Jengkeng pada ketigajenis tari sangat berbeda. Pada tari putri posisi kaki kanan
sebagai tumpuan duduk, sedang posisi kaki kiri didepan kaki kanan
Pada tari putra, posisi kaki kanan sebagai tumpuan duduk, sedang kaki kiri membuka kesamping kiri.

Jengkeng tari putri Jengkeng tari putra

7.      Srisig
Srisig adalah posisi atau gerakan lari-lari kecil, dengan posisi kaki jinjit dan mendak (lutut ditekuk)
8.      Jinjit
Berdiri dengan menggunakan ujung telapak kaki bagian depan.
9.      Trecet
Trecet adalah gerakan seperti lari ditempat dengan posisi kaki membuka dan jinjit.
10. Kenser
kenser adalah gerakan kaki dengan berpindah posisi menggeserkan telapak kaki secara bersamaan
11. Lumaksana
Lumaksana dalam tari Jawa adalah gerakan berjalan. Baik itu berjalan kedepan (maju) maupun berjalan ke arah
belakang (mundur).
12. Enjeran
Lumaksana/jalan yang dilakukan seperti jalan kepiting/jalan miring. Jalan kesamping baik kekanan maupun ke kiri.
13. Debeg
Debeg adalah menghentakkan telapak kaki bagian depan. Debeg kanan yang dihentakkan kaki kanan, sedang
debeg kiri yang dihentakkan kaki kiri. Setiap gerakan debeg selalu diikuti gejug. Debeg dan gejug merupakan satu
rangkaian, namun gejug tidak selalu diawali dengan debeg. Gejug dapat berdiri sendiri
14. Gejug
Gejug adalah menghentakkan kaki bagian telapak kaki kebelakang kaki yang menjadi tumpuan. gejug ada 2, yaitu
gejug kanan dan gejug kiri
Masih banyak istilah gerak yang belum saya tulis. namun inilah gerakan-gerakan yang sering dipakai pada pelajaran
seni tari, baik praktek maupun teori seni tari. semoga bermanfaat.
15.   Ukel

Gerakan tangan dengan memutar pergelangan tangan berlawanan arah jarum jam, dengan posisi tangan ngithing.
 
16. Kebyok

Gerak kebyok adalah gerakan tangan dengan menggunakan selendang yang dihentakkan ke pergelangan tangan
dengan menggunakan selendang sehingga selendang menyangkut dipergelangan tangan.
 
17. Kebyak

Adalah gerakan tangan dengan menggunakan selendang yang dihentakkan atau dibuang sehingga selendang lepas
dan tidak lagi menyangkut di pergelangan tangan. Gerak kebyak dilakukan setelah kebyok.
18. Ulap-ulap

Posisi tangan seperti ngrayung, dengan posisi pergelangan tangan ditekuk dan posisi ibu jari berdiri, terletak lurus
pada dahi/kening (seperti hormat).
 Ulap-ulap ada 2 yaitu ulap-ulap kanan dan ulap-ulap kiri.
a)     Ulap-ulap kanan
Ulap-ulap kanan adalah gerakan tangan kanan menekuk di depan
kening, sedang tangan kiri menekuk dipinggang (malangkerik)
b)     Ulap-ulap kiri
Ulap-ulap kiri adalah tangan kiri yang menekuk di depan kening, sedang tangan kanan menekuk di pinggang
(malangkerik)
19. Nayung
Digunakan pada tari putra alus. Posisi tangan kanan mbaya mangap yang letaknya di depan dada, biasanya
berpasangan dengan mingkis. 
20. Mingkis
Pasangan nayung yang dilakukan tangan kiri, posisi dimana tangan kiri mbaya mangapdengan telapak tangan
menghadap atas, terletak di pinggang kiri (trap cethik).
21. Bapang
Posisi tangan pada tari putra gagah dengan telapak tangan mbaya mangap dimana tangan kiri posisi membuka
menghadap atas, lengan tangan membuka kesamping. Sedang tangan kanan lengan kanan membuka lurus pundak
dengan posisi telapak tangan mbaya mangap menghadap depan.
22. Kambeng

Posisi lengan tangan membuka didepan dada dengan kedua tangan mengepal.
23. Kengser :
Adalah bergerak kesamping kanan,kekiri atau berputar dengan kedua tekapak kaki berhingsut,bergantian antara
ujung telapak kaki dengan tumit,dengan sikap tubuh sedikit mendak.

 
Kengser kanan: didahului dengan debeg gejung kaki kanan ,tangan kanan nekuk, tangan kiri menthang,dengan
sikap telapak tangan ngruji.
Kengser kiri : didahului denagan debeg gejung kaki kiri ,tangan kiri nekuk, tangan kanan menthang,dengan sikap
telapak tangan ngruji.
Untuk kenser ini, biasa dilakukan untuk tari putri

24. Srisig ( trisig ) :


Berpindah tempat kekanan,kekiri,maju mundur atau berputar,dengan berlari kecil dan jinjit,tubuh agak merendah.
Srisig bisa dilakukan untuk tari, putrid,putra halus, dan putra gagah.
Tuntutan keindahan yang terkandung dalam ungkapan dalam gerak distilir yang ritmis untuk seni tari pada
hakikatnya berbeda, nilai keindahannya dapat diartikan luas, karena ungkapan gerak tari dari awal hingga akhir
merupakan suatu rangkaian yang memiliki kesatuan makna. Nilai keindahan kemolekan, kecantikan tidak mutlak
untuk sebuah seni tari karena keindahan seni tari terletak pada keselarasan antara gerak yang dilakukan dengan
tujuan tari yang bersangkutan. Kata indah di sini berarti bahwa gerak tari disesuaikan dengan karakter tokoh yang
dibawakan, contohnya seorang penari Gambyong pareanom yang halus dengan langkah gajah oling (maju ke kiri
kebyok kanan, maju kanan gebyok kiri) tidak boleh sembarangan melakukan gerakan, seperti penari joget dangdut ,
tetapi perlu penjiwaan.
  Dari contoh itu dapat dikatakan bahwa indah berarti jika seorang penari dalam membawakan tarian sesuai
dengan perwatakan dan karakter yang dituntut dari tarian yang bersangkutan.
 Tujuan apresiasi adalah mengarahkan penafsiran pada suatu karya tari agar memilki kemampuan dalam
menikmati, menghargai jenis-jenis karya tari secara baik dan positif. Tari adalah dalah salah satu jenis gerak selain
senam, bela diri, akrobatik, atau pantomime. Sebagai seni, tari memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan seni-seni lain.
Seni tari secara umum memiliki aspek-aspek gerak, ritmis, keindahan, dan ekspresi. Selain itu, seni tari memilki
unsur-unsur ruang, tenaga, dan waktu. Ruang berhubungan dengan posisi, tingkatan, dan jangkauan.
 Posisi berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak. Arah hadap, seperti menghadap kedepan,
kebelakang, serong kanan, dan serong kiri, arah gerak, contohnya menuju kedepan, kebelakang, memutar, atau
zigzag. Tingkatan berhubungan dengan tinggi rens\dahnya posisi duduk dan level tinggi dengan posisi kaki dijinjitkan
atau dengan meloncat-loncat,. Jangkauan berhubungan dengan gerak yang panjang atau pendek, gerak yang besar
atau kecil. Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yang ditampilkan lebih kreatif.
Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa dan emosi, bukan dengan kekuatan otot.
 Gerakan tari yang dikendalikan dan diatur dengan tenaga yang berbeda-beda akan membangkitkan kesan
yang mendalam, bukan hanya bagi penonton, juga bagi si penari.
 Jenis dan Peran Seni Tari dalam Konteks Masyarakat dan Budaya Seni tari sangat berhubungan dengan
keadaan masyarakat dan budaya setempat. Oleh karena itu, fungsi peranan, fdan jenis-jenisnya pun sangat
berhubungan dengan masyarakat dan budaya setempat. Bahkan dalam perkembangannya, seni tari dipengaruhi
oleh perkembangan masyarakat dan budayanya.
Fungsi dan Peranan Seni Tari Sebagai suatu kegiatan, seni taeri memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari
sebagai sarana upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tari sebagai penyaluran
terapi, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagai pertunjukkan, dan seni tari sebagai media katarsis.
(Wardhana, 1990 : 21-36).

a. Seni tari sebagai sarana upacara. Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak
macamnya, seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia..

b. Seni tari senagai hiburan Tari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan
menjenuhkan. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk,
diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dan tata panggungnya dipersiapkan derngan cara yang
menarik.    

c. Seni tari sebagai penyaluran terapi. Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau
cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi
penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Bagi
masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan kerena persaan iba atau tak sampai hati.

d. Seni tari sebagai media pendidikan Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, se[erti mendidik anak
untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-nilai keindahan dan
keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
e. Seni tari sebagai media pergaulan. Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa
orang. Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan . kegiatan tari, seperti
latihan tari yang rutin atau pementasan tari bersama, adalah sarana pergaulan yang baik.

f. Seni tari sebagai media pertunjukkan Tari bukan hanya sarana upacara atau hiburan, tari juga bisa
berfungsi sebagai pertunjukkan yang sengaja di garap untuk di pertontonkan. Tari ini biasanya dipersiapkan
dsengan baik, mulai dari latihan hingga pementasan, diteliti dengan penuh perhitungan. Tari yang
dipentaskan, lebih menitikberatkan pada segi artistiknya, penggarapan koreografi yang mantap,
mengandung ide-ide, interprestasi, konsepsional serta memiliki tema dan tujuan.

1. Seni tari sebagai media katarsis Katarsis berarti pembersihan jiwa. Seni tari sebagai media media katarsis
lebih mudah dilaksanakan oleh orang yang telah mencapai taraf atas, dalam penghayatan seni Jenis-Jenis
Tari Tradisi Nusantara. Tradisional atau sering disebut tradisi berarti warisan budaya yang sudah cukup
lama hidup dan berkembang secara turun menurun. Tari sebagai hasil kebudayaan juga merupakan seni
yang sudah cukup lama hidup berkembang secara turun menurun. Jenisnya sangat banyak yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Nusantara.
    Pada umumnya, tari-tari tradisional digarap secara baik dengan memperhatikan kaidah-kaidah seni
pertunjukan sehingga tari tradisional merupakan seni yang bernilai artistik cukup tinggi. Tari tradisi
semacam ini disebut tari tradisional klasik.
  Tari tradisional klasik mempunyai ciri-ciri yang telah mengalami pengolahan dan penggarapan gerak
secara berkembang, yaitu keindahan yang di salurkan melaluim pola-pola gerak yang telah ditentukan .
gerakan itu melampaui kebutuhan minimal yang diperlukan oleh konteksnya, dan ukuran-ukuran.
Keindahannya yang telah terbukti melampaui batas-batas daerah. Jenis-jenis tari berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, tari di bagi menjadi tiga jenis, yaitu tari upacara, tari pergaulan atau hiburan, dan
tari pertunjukkan. Tari Upacara.

 a. Upacara keagamaan. Tari Sang Hyang, Gabor, Wayang Uwong, Gambuh, dan lain-lain (bali). Ngalase
(Jawa Barat), Senyang (Jawa Timur), dan Seblang (Banyuwangi) Randai, Tortor (Sumatera) Tari Gantan
dan Tari Huda (Kalimantan) Tari Mon dan Tari Tewadan (Papua) Tari Reko Tenda (plores) Tari Ma'gellu,
Tari Pa'gellu, Tari Bissu, dan Tari Bataran (Sulawesi).
 b. Upacara Kebesaran Keistanaan (Kraton) Tari Legong Kraton (Bali) Tari Bedoyo Semang (Yogyakarta),
Bedoyo Kesawang, (Surakarta), Srimpi (jawa Timur), dan Beskalan (Situbondo) Gending Sriwijaya
(Palembang) Tari Patudu dan Tari Pojoge (Makassar) Tari Gembu (Sumenep).
c. Upacara Penting dalam kehidupan manusia Upacara panen dirayakan dengan Tari Pakarena (Sulawesi
Tenggara) dan Tari Manimbo (Toraja) Upacara Khitanan dirayakan dengan tari Sisingan (Subang) dari Tari
Jaranan Buto (Blitar) Upacara Perkawinan dimeriahkan dengan Tari Beksan, Tari Lawung (Yogyakarta)
Upacara kematian menggunakan Tari Ma'bodang (Sulawesi), Tari Ma'maropkha, Tari Ma'Randing
(Sulawesi) Upacara maju perang menggunakan Tari Mandau (Kalimantan), Tari Karja (Sulawesi Timur).

Anda mungkin juga menyukai