Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Tari Tradisional, Sejarah, Jenis dan Contohnya

Pengertian Tari Tradisional


Sebelum mengetahui tentang pengertian dari seni tari tradisional, Grameds juga harus
mengetahui pengertian seni tari secara umum. Seni tari merupakan bentuk kesenian
dengan menggunakan media berupa gerakan.

Menurut laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, seni
tari didefinisikan sebagai salah satu bentuk dari kesenian yang memiliki media ungkap
atau substansi gerak dengan gerakan manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

“seni tari merupakan aliran dari seni tentang gerakan badan berupa tangan serta
bagian tubuh lain yang memiliki irama dan biasanya diiringi oleh bunyi-bunyian
berupa gamelan, musik serta alat musik lain. “

Tari juga dapat diartikan sebagai seni meskipun substansi dasar dari seni tari adalah
gerak. Namun, gerakan yang dimaksud bukanlah gerakan keseharian atau realistis, akan
tetapi gerakan dalam suatu wujud gerak yang ekspresif.

Gerak ekspresif merupakan gerakan yang indah serta dapat mempengaruhi perasaan
manusia. Keindahan dari gerakan dari tarian tersebut adalah gerakan yang distilir dan
mengandung ritme tertentu.

Tarian yang indah akan memberikan suatu kepuasan batin pada manusia dan gerakan
indah yang dimaksud tidak hanya terbatas pada gerakan yang halus atau lembut saja. Akan
tetapi juga gerakan yang keras, kuat, kasar atau gerakan dengan tekanan yang dapat
dikategorikan menjadi gerakan yang indah.

Beberapa definisi digunakan untuk menjelaskan apa itu tari. Curt Sachs, seorang ahli
sejarah tari dan musik dari Jerman, menyatakan bahwa tari adalah gerak yang ritmis,
dengan elemen dari gerak dan ritme atau irama.

Hendrina Cornelia Hartong, seorang ahli dari Belanda, menyatakan bahwa tari adalah
gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Sementara itu,
Walter Sorell, seorang penulis Amerika, mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan
tubuh yang teratur dan berirama.

rederick Hawkins, seorang penari dan koreografer tari modern Amerika, menyatakan
bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk
melalui gerakan yang simbolis dan mengungkapkan isi dari penciptanya.

Menurut Suryodiningrat, seorang ahli tari dari Jawa, tari adalah gerakan dari seluruh
bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan musik yang memiliki tujuan tertentu.
Sementara itu, menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan
melalui gerak-gerak ritmis yang indah.
Seni tari memiliki beberapa jenis, mulai dari seni tari klasik, modern, kontemporer hingga
seni tari tradisional. Seni tari tradisional atau disebut pula sebagai tari rakyat merupakan
tarian yang tumbuh di kalangan rakyat dan tumbuh menurut letak geografisnya. Karena
tumbuh sesuai dengan letak geografisnya, maka tari tradisional pun memiliki dinamika
dalam gerakannya dan menciptakan gerakan khas serta unik.

Tarian rakyat juga dapat didefinisikan sebagai tarian yang diciptakan oleh masyarakat di
berbagai tempat yang berbeda. Dalam pertunjukannya, setiap tarian memiliki ciri khas
gerakan dan namanya sendiri.

Waktu dari kemunculan aliran tarian rakyat ini tidak dapat ditentukan. Hal ini karena
sebarannya di masyarakat sangat beragam. Karakter tarian rakyat pada umumnya adalah
gerak-gerak yang spontan dan dari keterampilan masing-masing. Tarian rakyat biasanya
diberi nama sesuai dengan judul musik atau lagu yang digunakan sebagai pengiring dari
tarian tersebut.

Dalam pertunjukannya, setiap tari tradisional memiliki gerakan khas dan nama yang
berbeda. Namun, tidak dapat ditentukan kapan persisnya suatu tarian rakyat muncul.

Karakteristik dari tari tradisional pada umumnya adalah gerakan yang spontan dan
keterampilan yang berbeda-beda. Tarian rakyat biasanya diberi nama sesuai dengan lagu
atau musik yang digunakan.

Tari tradisional memiliki ciri khas yang mencerminkan filosofi, budaya, dan kearifan lokal
dari daerah tarian tersebut berkembang. Sehingga, setiap daerah memiliki keunikan
tarinya tersendiri.

Namun, setiap perbedaan antar daerah merupakan milik bersama, seperti yang
dikemukakan oleh Alwi (2003) yang menyatakan bahwa kesenian tradisional adalah
kesenian yang diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur keindahan
yang menjadi milik bersama.

Menurut pendapat Sekarningsih & Rohayani, tari tradisional merupakan tarian yang telah
melewati proses evolusi dan memiliki nilai-nilai dari masa lalu yang dipertahankan turun-
temurun serta memiliki hubungan dengan ritual atau adat istiadat. Sementara itu, Hidayat
berpendapat bahwa tari tradisional adalah tarian yang dipertunjukkan dengan tata cara
yang berlaku di suatu lingkungan etnik atau adat tertentu yang bersifat turun-temurun.

Dari pengertian tari secara umum dan tari tradisional, maka definisi dari tari tradisional
dapat disimpulkan menjadi tarian yang telah berkembang dalam jangka waktu yang cukup
lama di suatu daerah, adat, atau etnik tertentu dan memiliki nilai-nilai estetika klasik yang
diwariskan dari generasi ke generasi.

Sejarah Tari Tradisional


Seni tari tradisional di Indonesia tidak datang begitu saja, akan tetapi melalui cerita
sejarah yang cukup panjang dan dilihat dari empat masa, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Masa Prasejarah
Pada masa prasejarah, masyarakat Indonesia sangat menganut kepercayaan animisme,
dinamisme, dan ateisme. Tarian tradisional yang diciptakan saat itu memiliki gerakan yang
sederhana dan dibarengi dengan alat musik nekara.

Tarian ini dihubungkan dengan kepercayaan yang dapat memberikan kekuatan luar biasa,
sehingga gerakannya menjadi sakral dan magis.

Tarian tradisional pada masa ini merupakan ungkapan kebahagiaan, kesederhanaan, dan
dipakai dalam upacara-upacara. Gerakannya menirukan alam seperti suara, tingkah laku
dan tata kehidupan sehari-hari.

2. Masa Indonesia – Hindu


Pada masa kebudayaan Indonesia-Hindu, seni tari mengalami perkembangan yang cukup
pesat dengan pengaruh yang cukup kuat dari kebudayaan India. Tari tradisional pada masa
ini menjadi penting dalam pelaksanaan upacara-upacara keagamaan.

Tarian yang berkembang pada masa ini meliputi tarian adat, keagamaan dan hiburan. Tari
pada masa ini diperoleh dari cerita Mahabharata dan Ramayana sehingga gerakannya
disusun sesuai dengan keperluan upacara yang dilandasi dengan keyakinan bahwa seni
tari berasal dari para dewa. Tari tradisional dikelompokkan menjadi dua yaitu tari
kerajaan dan tari rakyat.

3. Masa Kebudayaan Indonesia dan Islam


Pada masa Indonesia-Islam, seni tari mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
peradaban masyarakat yang telah menerima ajaran Islam.

Beberapa tokoh Islam, seperti Sunan Kalijaga, menciptakan tari baru seperti Tari Bedoyo
Sapto yang ditampilkan oleh tujuh penari. Angka tujuh dianggap sebagai simbol bidadari
dari kayangan. Tari tradisional yang berkembang pada masa ini termasuk tari Srimpi,
Bedoyo Ketawang, Gambyong, Pethilan, Wireng, dan Wayang Orang.

4. Masa Perjuangan atau Pergolakan


Pada masa penjajahan, seni tari mengalami kemunduran. Hanya di lingkungan keraton
atau istana saja yang masih mempertahankan seni tari.

Fungsi tari tradisional pada masa ini difokuskan untuk kepentingan istana, seperti
menyambut tamu raja, sebagai rangkaian acara pernikahan putra atau putri raja, dan
penobatan putra atau putri raja.

Namun, di tengah situasi sengsara yang dialami rakyat, tercipta jenis-jenis tari baru yang
ditujukan untuk meningkatkan semangat kepahlawanan, seperti Tari Prajurit, Tari Perang,
Tari Prawiroguno, dan Tari Bondoyudo.

Jenis, Keunikan dan Fungsi Tari Tradisional


1. Jenis Tari Tradisional
Meskipun seni tari tradisional tampaknya telah mengerucut, akan tetapi tari tradisional
sebenarnya masih memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda, berdasarkan pada nilai
artistiknya, tari tradisional dapat dibedakan menjadi tiga di antaranya adalah sebagai
berikut:

1. Tari tradisional primitif


Tari primitif adalah tarian yang gerak dan iringannya masih sederhana. Secara umum,
koreografinya belum dikerjakan secara serius dan busana serta tata riasnya juga kurang
diperhatikan.

Tarian tradisional jenis ini jarang dipentaskan dan sudah jarang ditemukan, mungkin
hanya dapat ditemukan di daerah terpencil atau pedalaman saja.

2. Tari klasik
Tari klasik adalah tarian tradisional yang sudah mapan atau baku, baik dari segi gerak
maupun iringannya. Tarian ini sudah mendapatkan perhatian yang cukup besar dan
biasanya dikerjakan secara serius oleh masyarakat setempat.

Tarian ini juga mendapatkan dukungan penuh dari tetua, bangsawan atau raja suatu
daerah. Tarian ini dianggap memiliki nilai artistik yang tinggi karena telah menempuh
perjalanan yang cukup panjang dan telah mengalami masa kejayaan.

3. Tari rakyat
Tari rakyat adalah tarian yang memiliki gerakan dan pola langkah yang sederhana dan
mudah dipelajari meskipun telah mengalami penggarapan koreografi yang serius.

Tarian ini terlahir dari budaya masyarakat pedesaan yang berada di luar tembok keraton.
Tarian ini diciptakan dan ditujukan untuk dinikmati oleh rakyat, sehingga tidak ada beban
khusus terhadap kerajaan atau pihak penguasa lain yang menuntut nilai estetika tinggi.

2. Fungsi Tari Tradisional


Setiap contoh atau jenis dari tradisional pada umumnya memiliki fungsi yang berbeda-
beda dan memiliki sifat mistik. Selain itu, fungsi dari tari tradisional juga bergantung pada
kebudayaan dari masing-masing daerah yang memiliki tradisi tersebut, beberapa fungsi
utama dari tari tradisional adalah sebagai berikut:

1. Ditampilkan dalam upacara ritual. Fungsi pertama dari tari tradisional adalah harus
memenuhi kaidah yang telah secara turun temurun harus dijaga dan menjadi suatu
tradisi. Pada umumnya, upacara ritual diselenggarakan ketika ada hal-hal tertentu dan
dilakukan oleh orang tertentu pula. Terkadang, tari tradisional yang menjadi upacara
ritual juga harus menyajikan sesaji pada tempat tertentu.
2. Upacara penobatan kepala adat, raja dan lainnya. Fungsi kedua adalah sebagai bagian
dari upacara penobatan, contohnya seperti Tari Bedhaya Ketawang yang berasal dari
Jawa Tengah.
3. Upacara kematian merupakan fungsi selanjutnya seperti pada tari tradisional Tari
Mapeliang dari Sulawesi.
4. Upacara untuk membangun sebuah rumah contohnya adalah tari Seru Kju No Gawi
yang berasal dari daerah Timor.
3. Keunikan Tari Tradisional
Tari tradisional memiliki keunikan yang menjadi ciri khas atau karakteristik dari tari
tradisional dan membedakannya dari jenis tari yang lainnya. Berikut beberapa keunikan
atau ciri dari tari tradisional tersebut:
1. Mengikuti pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti.
2. Diiringi oleh musik tradisional khas daerah setempat.
3. Menggunakan busana pakaian tradisional khas daerah setempat.
4. Ditransmisikan dan dipelajari secara lisan atau dari mulut ke mulut secara langsung
dari generasi lama ke generasi penerus.
5. Mengandung filosofi yang berasal dari pemikiran kearifan lokal setempat.
6. Memiliki fungsi sosial adat, seperti untuk keperluan upacara adat atau kegiatan lokal
lainnya.
7. Terkadang memiliki syarat khusus seperti waktu, tempat, dan hanya beberapa orang
yang diperbolehkan untuk membawakannya.
Contoh Tari Tradisional
Agar lebih memahami tentang tari tradisional, berikut adalah beberapa contoh dari tari
tradisional yang berkembang dan muncul sebagai tradisi di seluruh wilayah nusantara.

1. Tari Legong
Legong adalah tarian klasik Bali yang
memiliki gerak yang rumit dan terkait
dengan struktur musik yang diduga
merupakan pengaruh dari tarian gambuh.
Kata “Legong” sendiri berasal dari kata “leg”
yang berarti gerak yang luwes dan lentur,
dan “gong” yang berarti gamelan.

Oleh karena itu, “Legong” dalam hal ini


berarti gerak tari yang terkait dengan
gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang
digunakan untuk mengiringi Tari Legong disebut dengan Gamelan Semar Pagulingan.

Tarian ini dikembangkan di keraton-keraton di Bali pada akhir abad ke-19. Dikatakan
bahwa ide Tari Legong dimulai dari mimpi seorang pangeran dari Sukawati yang melihat
dua penari perempuan yang lemah gemulai dengan diiringi oleh musik yang indah. Saat
pangeran itu sembuh dari sakitnya, mimpinya dituangkan ke dalam tarian dengan gamelan
lengkap.

2. Tari Bedhaya Ketawang


Tari Bedhaya Ketawang merupakan sebuah
tarian tradisional yang merupakan warisan
budaya Keraton Kasunanan Surakarta. A da
dua versi yang bercerita mengenai asal-usul
tarian ini, namun yang paling umum
diketahui adalah kisah cinta antara Kanjeng
Ratu Kidul dan Panembahan Senopati.

Tarian ini menjadi warisan Keraton


Kasunanan Surakarta karena saat Perjanjian
Giyanti ditandatangani, tarian ini tidak diambil oleh pihak Kasultanan Yogyakarta.
3. Tari Seudati
Tari Seudati merupakan salah satu
tarian tradisional yang berasal dari
Aceh. Sama seperti tari saman, tarian
ini juga dibawakan oleh sekelompok
penari laki-laki dengan gerakan yang
khas. Dimana gerakannya energik,
semangat, dan diiringi oleh alunan
musik dan juga syair.

Walaupun sama-sama berasal dari


Aceh, tapi tari Saman dan tari Seudati mempunyai perbedaan di gerakan dasar tariannya.
Dimana tari Saman dilakukan dengan posisi duduk. Sementara tari Seudati dilakukan
dengan posisi berdiri.

Tari Seudati merupakan tarian khas Aceh yang sudah terkenal di seluruh wilayah
Indonesia bahkan luar negeri. Tari ini mengusung tema dan makna terkait keteguhan,
semangat dan juga jiwa kepahlawanan dari seorang pria Aceh.
Awal perkembangan tari ini, dulu hanya dijadikan sebagai sarana penyebaran dakwah
Agama Islam yang dilakukan di tanah rencong. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya syair di dalam tarian Seudati yang menceritakan tentang ajaran dan juga nilai-nilai
Islam.

4. Tari Tobe
Tari Tobe adalah tari perang tradisional dari suku Asmat di Papua. Tari ini digunakan
untuk menyemangati prajurit sebelum perang, namun saat ini digunakan sebagai tarian
pertunjukan untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu yang datang ke Papua.

Tari ini biasa dilakukan oleh sekelompok laki-laki yang bertelanjang dada dan
mengenakan rok dari akar serta daun dan ikat kepala khas Papua. Properti yang digunakan
dalam tarian ini adalah tombak dan subur serta iringan musik dari alat musik tifa.

5. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yang berasal


dari suku Gayo dan biasanya ditampilkan
dalam suatu perayaan penting di suatu
peristiwa adat. Syair pada tariannya juga
mempergunakan Baha sa-bahasa Gayo.
Selain itu tarian ini juga kerap ditampilkan
saat merayakan hari raya kelahiran Nabi
Muhammad SAW.

Beberapa literatur menyatakan Syekh Saman yaitu seorang ulama yang berasal dari Suku
Gayo di Aceh Tenggaralah yang kemudian menemukan dan mendirikan tari Saman hingga
akhirnya ditetapkan oleh UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda pada 24
November 2011 silam.

Anda mungkin juga menyukai