A. Fungsi Tari
1. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai upacara
Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut memiliki ciri:
dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan
disertai sesajian. Hampir semua tari yang digunakan untuk acara
keagamaan memiliki fungsi upacara. Bagi siswa yang berada Yogyakarta
atau Surakarta, kamu tentu mengenal tari Bedhaya dan tari Serimpi yang
digelar di keraton saat upacara penting. Tarian tersebut digelar pada
waktu, tempat, dan penari terpilih.
2. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai hiburan hasil dari
ekspresi diri
Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak yang
spontan. Pada intinya tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi ini
dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan yang sesaat.
3. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis
Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan
untuk dipertunjukan. Tentu kita sudah sering sekali menonton
pertunjukan tari di gedung pertunjukan atau televisi. Banyak sekali
contoh pementasan tarian sebagai penyajian estetis itu. Menurut kamu,
bagaimana cara penari agar terlihat kompak, serempak, hafal gerakan,
dan sesuai dengan iringannya? Tentu saja latihan yang intens dengan
sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya.
B. Simbol dalam Tari
Gerakan-gerakan di dalam tari mengandung tenaga atau energi yang
ditampilkan oleh para penari yang mencakup ruang dan waktu. Manusia
dalam mengungkapkan segala perasaan marah, kecewa, takut, senang,
akan terlihat pada perubahan-perubahan yang ditampilkan melalui
gerakan-gerakan anggota tubuh. Gerak berasal dari pengolahan hasil
dari perubahan dan akan menghasilkan dua jenis gerakan yang berbeda
dalam tarian yaitu, gerak murni dan gerak maknawi yang dirangkai
menjadi sebuah kesatuan dalam tari-tarian.
Sebagaimana sama dengan jenis kegiatan seni lain tari juga
merupakan ekspresi jiwa, oleh karena itu, di dalam gerakan tari-tarian
mengandung maksud-maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh
penari kepada para audien atau yang menyaksikan tarian tersebut. Dari
maksud-maksud gerakan tersebut diharapkan pesan-pesan yang hendak
disampaikan dapat dirasakan oleh manusia. Maksud atau simbol tari
dalam gerakan yang dapat dimengerti atau bersifat abstrak yang sulit
untuk dimengerti masih tetap dapat dirasakan keindahannya.
C. Jenis Tari
Menurut jenisnya tari digolongkan menjadi 3 yaitu:
1. Tari Rakyat
Tari yang berkembang di lingkungan masyarakat lokal, hidup dan
berkembang secara turun temurun.
2. Tari Klasik
Tari yang berkembang di keraton. Tari ini memiliki pakem-pakem
tertentu dan nilai-nilai estetis yang tinggi.
3. Tari Kreasi
Baru Tari yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman,
namun pada dasarnya tidak menghilangkan nilai-nilai tradisi itu
sendiri. Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi 2 golongan
yaitu:
1. Tari kreasi berpolakan tradisi
Merupakan tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidan-kaidah tari
tradisi, baik dalam koreografi, musik, tata busana dan rias, maupun tata
teknik pentasnya. Ada sebagian pengembangan yang dilakukan, namun
tidak menghilangkan unsur utama dari tradisi.
2. Tari kreasi non tradisi
Merupakan tari yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi,
baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik
pentasnya dalam menerapkan Fungsi Dan Bentuk Jenis Gerak Tari Kreasi.
D. Konsep Tari Tradisional
1. Konsep tari tradisional klasik
Konsep tari tradisional dalam tari tradisional klasik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Tari yang hidup di lingkungan keraton. Gerak-gerak tarinya
memiliki pakem (aturan) tertentu mengikuti aturan yang berada di
keraton.
Memiliki keindahan mengikuti aturan keraton.
Ruang, tenaga dan waktu memiliki standar keraton.
Diketahui penciptanya
Sintren,
Sisingaan,
Ronggeng Gunung,
Ronggeng Ketuk,
Seblang