Tari dapat diidentifikasi berbagai jenis yaitu tari berdasarkan bentuk pnyajian, tari
berdasarkan tema, tari berdasarkan fungsi, dan tari berdasarkan pola garapannya. Yang
akan dibahas disini adalah tari berdasarkan pola garapannya.
1. Tari tradisional
Tari tradisional adalah tari yang sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan
secara turun-temurun.Tari tradisional ini ada 2 jenis yaitu:
a. Tari klasik
Tari klasik merupakan tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan istana.
Tari ini mempunyai nilai keindahan tinggi dan mempunyai norma atau batasan
tertentu sehingga ada pembakuan gerak dan mengandung konsep simbolik dan
filosofis. Misalnya saja di Surakarta ada pembakuan gerak pada gerak mendak
(posisi badan mendak atau lutut ditekuk sedikit dan membusungkan dada).
Konsep Simbolik dapat dilihat dari tari Bedhaya yang berjumlah 9 penari dan 7
penari.Penari yang berjumlah 9 melambangkan 9 lubang kehidupan atau pengaruh
agama islam yaitu wali songo atau 9 wali. Penari yang berjumlah 7 melambangkan
7 bidadari di Khayangan.
Batasan-batasan tari klasik tersebut antara lain:
Bermutu tinggi
Bertahan lama
Mempunyai pola dasar yang mantap
Adanya pengakuan dari pakar seni dan masyarakat
Contoh tari tradisional klasik antara lain :
1. Tari tradisional klasik Surakarta ( Jawa Tengah)
a. Tari bedhaya
o Bedhaya Ketawang
o Bedhaya Pangkur
o Bedhaya Durodasih
o Bedhaya ELa- ELa
o Bedhaya Mangunharja
o Bedhaya Sinom, dan sebagainya
Gambar tari Bedhaya (sumber : www.soloblits.com )
b. Tari Srimpi
Jenis tari Srimpi :
Srimpi Sangopati
Srimpi Anglir mendung,
Srimpi GandaKusuma
Srimpi Dhempel
Srimpi LudiraMadu
Srimpi Gambirsawit, dan sebagainya
Gambar tari Srimpi ( sumber : www.sosbud.kompasiana.com )
Tari tradisi klasik maupun tari tradisi rakyat tidak terlepas dari kehidupan sosial
kehidupan masyarakat setempat. Sehingga muncul istilah tari tradisi daerah, yaitu tari
yang menjadi ciri khas suatu daerah.
2. Tari kreasi
Tari kreasi merupakan bentuk tari yang timbul karena adanya kesadaran untuk
mengolah, mencipta ataupun mengubah tarian yang menjadi dasarnya. Tari kreasi
merupakan media yang membuka kebebasan untuk seniman-seniman tari saat ini di
dalam mencari kemungkinan baru di bidang tari.
Tari kreasi berdasarkan geraknya dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Tari kreasi tradisi
Tari kreasi tradisi merupakan tari garapan baru yang masih berpijak pada
pola-pola tradisi. Contohnya antara lain ; tari Kukilo, tari Pejuang, tari Kuda-
kuda, tari Batik, tari Merak dan sebagainya.
Penggarapan tari kreasi ini dapat mengkolaborasi tari dari berbagai daerah.
Misalnya, gerak tari yang digunakan berpijak pada gerak tari gaya Surakarta
tetapi kostum yang digunakan berpijak pada tari tradisi Jawa Barat.
b.
c.
Skema jenis tari berdasar pola garapannya
Tari berpasangan adalah tari yang disajikan oleh dua orang penari, baik laki-laki
dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki maupun perempuan dengan
perempuan.
Tari Kelompok
Tari kelompok adalah tari yang disajikan oleh lebih dari dua orang penari.
B. GERAK TARI KREASI
Unsur utama dalam seni tari adalah Gerak. Unsur pendukung tari antara lain,tata
rias dan busana, properti, iringan,ekspresi,tata cahaya, tata panggung dan sebagainya.
1. Gerak
Sebuah tari dapat dikomunikasikan sehingga dapat dihayati, baik oleh penonton
maupun oleh penari itu sendiri melalui sebuah gerak.Gerak adalah proses
perpindahan dari posisi satu ke posisi berikutnya secara utuh dan
berkesinambungan.
Gerak tari kreasi tidak dapat dipisahkan dari ruang, waktu, dan tenaga.
Ruang adalah efek yang ditimbulkan akibat gerak yang dilakukan
Waktu adalah satuan irama dari gerak yang dilakukan.
Tenaga adalah satuan kekuatan yang dikeluarkan dalam melakukan gerak.
Gerak dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Gerak maknawi adalah gerak yang mempunyai makna. Contoh, ulap-
ulap mempunyai makna melihat. Gerak maknawi dapat menjadi gerak tari
apabila telah mengalami stilisasi atau distorsi
Gerak murni adalah gerak yang tidak mempunyai makna.contoh, gerak
ukel, gerak berlenggang, merentangkan tangan dan sebagainya. Gerak
murni digarap untuk mendapatkan bentuk artistik dan tidak dimaksudkan
untuk menggambarkan sesuatu.
2. Tata rias dan busana
Tata rias adalah mengubah bentuk wajah seseorang dengan menggunakan
bahan make up menjadi karakter yang diinginkan. Bahan-bahan make up antara
lain pelembab, alas bedak, pensil alis, perona pipi, lipstik, maskara, eyelener dan
sebagainya.
Tata rias dalam seni tari ada dua yaitu :
a. Rias baku
Rias baku adalah rias yang tidak dapat diubah atau dikreasi, biasanya
digunakan untuk tari yang mengambil dari cerita wayang. Contohnya, tari
Srikandi Mustakaweni, tari Gatotkaca, tari Anoman.
b. Rias tidak baku
Rias tidak baku adalah rias yang bisa diubah atau dikreasi, biasanya
digunakan untuk tari kreasi tradisi maupun kreasi baru. Contohnya, tari pang
pung, tari kipas.
Tata busana adalah pengaturan busana yang harus dipakai oleh penari sesuai
dengan peran yang dibawakan di atas pentas. Tata busana harus sesuai dengan
konsep garapan yang akan ditampilkan. Yang harus diperhatikan dalam penataan
busana tari antara lain :
1. Efek lampu dan susunan komposisi warna
2. Kesesuain gerak penari dan dengan karakter dan peranannya
3. Jarak antara panggung dan penonton
4. Rias yang digunakan
3. Iringan
Iringan dalam tari ada dua yaitu iringan internal dan iringan eksternal.
Iringan internal adalah iringan yang berasal dari diri penari itu sendiri. Misalnya
hentakan kaki, tepukan tangan, nyanyian.
Iringan eksternal adalah iringan yang berasal dari luar diri penari. Iringan
tersebut dihasilkan dari alat musik, benda yang dibunyikan, atau direkam dari
alam.
Iringan di dalam tari dapat berfungsi sebagai:
Pengiring atau iringan tari
Sebagai pengiring atau iringan tari, musik/karawitan disini tidak
menentukan suasana dan dinamika gerak tari
Pemberi suasana pada garapan tari
Sebagai pemberi suasana setiap adegan cerita yang ditampilkan dalam tari
4. Properti
Properti adalah peralatan yang digunakan dalam pertunjukan tari. Contohnya
antara lain, pedang, keris, payung, tombak, kipas, gendewa dan sebagainya.
Seorang penari dituntut harus dapat menggunakan dan memainkan properti
karena properti tersebut dapat mempertegas karakter yang dibawakan.
5. Ekspresi
Ekspresi dalam tarian dapat dapat diungkapkan melalui gerak, suasana musik
iringan tari, perubahan ekspresi pada wajah.
Wujud ekspresi yang langsung terlihat oleh penonton adalah ekspresi wajah.
Ekspresi wajah dibutuhkan dalam sebuah pertunjukan untuk memberi penguatan
kepada penonton tentang penghayatan.
6. Tata Lampu atau tata cahaya
Tata lampu di dalam pergelaran tari, di samping untuk menerangi serta menyinari
juga dipakai untuk membentuk suasana yang diperlukan dalam adegan-adegan
yang ditampilkan. seorang penata lampu harus peka terhadap efek yang
ditimbulkan akibat pengaturan lampunya
7. Tata Panggung
Tata panggung merupakan penataan tempat pertunjukan tari yang dipakai untuk
pergelaran dan disesuaikan dengan ide garapan. Pengaturan tempat
pertunjukan/panggung di sini adalah pengaturan bentuk lantai tari yang akan
dipakai untuk pementasan sampai pada dekorasinya.
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh penata tari sebelum membuat
karya. Pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengamatan secara internal yaitu pengamatan yang dilakukan di dalam diri si
pencipta dengan tidak melalui obyek di luar dirinya. Misalnya: mengingat-ingat,
menghayal, membayangkan, melamun, dan lain-lain.
b. Pengamatan secara eksternal yaitu pengamatan yang dilakukan oleh seorang
pencipta tari dengan cara langsung menggunakan objek-objek di luar dirinya.
Seperti, merasakan, meraba dan melihat.
Misalnya, melihat secara langsung obyek yang akan dijadikan suatu tata susunan
gerak tari. Setelah menemukan obyek yang akan dijadikan sumber ide garapan
misalnya burung, amati gerak-gerak burung tersebut. Dalam tahap berikutnya gerak-
gerak burung tersebut yang akan menjadi acuan atau ide dalam membuat gerak.
3. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu proses penjelajahan atau pencarian gerak. Tujuan eksplorasi
yaitu untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan gerak baru dengan
pengembangan dan pengolahan ruang, waktu, dan tenaga. Eksplorasi merupakan
pengalaman berfikir, berimajinasi, merasakan dan merespon obyek dari luar.
4. Improvisasi
Improvisasi adalah pengalaman penari secara spontanitas mencoba atau mencari-cari
kemungkinan ragam gerak yang telah diperoleh pada waktu eksplorasi. Dari setiap
ragam gerak yang diperoleh waktu eksplorasi kemudian dikembangkan dari aspek
tenaga, ruang dan waktu.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dimaksud disini adalah pengalaman penari untuk menilai dan
menyeleksi ragam gerak yang telah mereka dihasilkan pada tahap improvisasi. Dalam
kegiatan ini penata tari mulai menyeleksi dan memilih ragam gerak yang sesuai
dengan gagasannya. Hasil inilah yang akan digarap oleh penari pada tahap komposisi
tari
6. Komposisi
Elemen-elemen komposisi tari antara lain :
a. Desain lantai (Pola lantai)
Desain lantai adalah garis- garis lantai yang dilalui oleh seorang penari atau
garis lantai yang dibuat oleh penari. Secara garis besar ada dua macam pola garis
dasar lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus mempunyai kesan
kuat dan kokoh serta jelas, sedangkan garis lengkung memiliki kesan lemah tetapi
menarik dan nampak samar-samar.
b. Desain Atas
Desain atas adalah desain yang tampak terlukis pada ruang yang berada di
atas lantai dan dapat dilihat oleh penonton. Desain atas memiliki sentuhan-
sentuhan emosional tertentu terhadap penonton, sehingga dalam penggarapan tari,
desain atas dikombinasikan dengan desain yang lain untuk menimbulkan kesan
artistik dan menyenangkan
c. Desain Musik
Musik atau Iringan adalah salah satu elemen komposisi yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu penggarapan tari. Iringan sudah dibahas di bagian depan.
d. Desain Dramatik
Desain dramatik pada sebuah komposisi adalah tanjakan emosional klimaks
dan jatuhnya keseluruhan sajian cerita. Untuk menggarap sebuah karya tari baik
tunggal, pasangan maupun kelompok secara utuh harus memperhatikan desain
dramatik. Suatu garapan tari yang utuh menggambarkan cerita dari awal hingga
akhir dan sebelum cerita berakhir terdapat klimaks cerita atau puncak cerita.
Penyampaian cerita dari awal sampai akhir/penutup seperti ini tentu saja melalui
tahap perkembangan sesuai dengan cerita yang disajikan
1) Desain kerucut tunggal adalah desain dramatik yang berbentuk segi tiga dalam
pencapaian puncak atau klimaks dilakukan secara pelan seperti orang mendaki
sebuah gunung. Setelah sampai dipuncak kemudian diadakan penurunan kembali.
Penurunan ini bisa dilakukan dengan cepat dan langsung kembali ke dasar, yang
berarti cerita tersebut berakhir atau telah selesai.
2) Desain dramatik kerucut ganda adalah desain dramatik yang dalam pencapaian
puncak/klimaks, melalui beberapa tanjakan atau pentahapan. Setiap tanjakan
merupakan pencapaian puncak yang kemudian mengendor atau disebut penurunan.
Setelah itu dilanjutkan dengan pencapaian puncak berikutnya yang lebih tinggi,
pengendoran kembali, dilanjutkan dengan pencapaian puncak berikutnya dan
pengendoran lagi. Demikian seterusnya hingga mencapai puncak yang paling tinggi,
disebut klimaks. Dalam melakukan pengendoran diharapkan jangan terlalu lama
karena keterbatasan waktu, setelah sampai pada titik puncak yang paling tinggi atau
klimaks diadakan penurunan, disebut anti klimaks. Anti klimaks sebaiknya mencapai
dengan tempo cepat, Apabila penurunan ke tingkat dasar dilakukan lebih lama atau
tempo pelan, akan menghilangkan kesan dramatik yang telah di capai.
B. Desain Dinamika
Dinamika adalah kekuatan yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan menarik.
Dinamika desain tari disebut sebagai kekuatan kualitas desakan, kekuatan menarik,
kekuatan mendorong. Dorongan dinamika dapat diibaratkan sebagai suara
emosional dari suatu gerak.Untuk mencapai dinamika gerak tersebut dibutuhkan
tenaga, ruang dan waktu.