Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Unsur, Bentuk, Fungsi, dan Sejarah Seni Tari


1. Pengertian Seni Tari
Seni tari adalah suatu gerakan yang berirama, dilakukan di suatu tempat dan
waktu tertentu untuk mengekpresikan suatu perasaan dan menyampaikan pesan
dari seseorang maupun kelompok.
Pengertian seni tari menurut para ahli :
a. Soedarsono : “Tari adalah sebuah ungkapan dari dalam jiwa manusia yang di
ekspresikan melalui gerakan ritmis yang indah (estetis)”. Maksud dari Dr.
Soedarnoso ungkapan rasa adalah keinginan dari dalam diri seorang yang
melimpahkan atau menujukan rasa dan emosional seorang tersebut. Sedangkan
gerakan ritmis yang indah adalah gerakan tubuh yang disesuaikan dengan
irama nada yang mengiringinya, sehingga menciptakan daya pesona yang
memikat bagi yang melihatnya”.
b. Corrie Hartong : “Tari adalah perasaan yang mendesak dari dalam diri
manusia, yang mendorong untuk mencari ungkapan yang berbentuk gerakan
yang ritmis”. Jadi maksudnya adalah dikatakan tari jika gerakan itu ritmis”.
c. Aristoteles : “Gerakan ritmis yang menghadirkan suatu karakter manusia saat
mereka bertindak”.
d. Pangeran Suryadiningrat : “Tari adalah gerakan yang dihadirkan oleh seluruh
anggota tubuh seseorang yang dilakukan selaras dengan irama musik dengan
maksud tertentu”.
e. I Gede Ardika : “Seni tari adalah suatu hal yang mampu untuk melaraskan
gerak tubuhnya dengan irama tertentu”.
2. Unsur – Unsur Seni Tari
Suatu tari tidak bisa dikatakan seni bila tidak memenuhi unsur yang ada di
dalamnya. Dengan adanya unsur-unsur tersebut maka akan tercipta gerakan
ritmis yang indah. Seni tari mempunyai dua unsur, yaitu unsur utama dan unsur
pendukung.
a. Unsur utama dalam seni tari
Suatu gerakan tidak bisa dikatakan sebagai tarian bila tidak memenuhi
tiga unsur. Jika salah satu saja dari unsur tersebut tidak ada, maka gerakan
tersebut tidak bisa dikatakan sebuah tari.
Tiga unsur utama dalam seni tari yaitu :
1) Wiraga (Raga) : Sebuah tarian harus menampakkan gerakan badan, baik
dengan posisi duduk ataupun berdiri.
2) Wirama (Irama) : Sebuah seni tari harus memiliki unsur irama yang
menyatukan gerakan badan dengan musik pengiringnya, baik dari segi
tempo maupun iramanya.
3) Wirasa (rasa) : Sebuah seni tari harus mampu untuk menyampaikan
sebuah perasaan yang ada di dalam jiwa, melalui sebuah tarian dan
gerakan juga ekspresi penarinya.
b. Unsur pendukung seni tari
Unsur pendukung hanyalah sebuah ajang untuk memikat orang yang
melihat agar sebuah tarian lebih menarik. Sebetulnya jika unsur ini tidak
dipenuhi maka suatu gerakan yang ritmis sudah dikatakan gerakan seni tari.
Tapi ada baiknya jika unsur pendukung seni tari juga dipenuhi, supaya lebih
memiliki daya pesona jika digunakan pada sebuah pementasan atau
pertunjukan.
Unsur pendukung seni tari yaitu :
1) Ragam gerak
Sebuah tari akan terlihat indah bila seluruh anggota badan
berkaloborasi. Bukan hanya kaki dan tangan, kombinasi dari raut
muka dan lirikan mata juga ekspresi wajah akan menambah daya
tarik tersendiri. Sehingga tarian tersebut akan terlihat lebih
estetis.
2) Ragam iringan
Suatu tari bisa dinikmati jika diiringi dengan musik yang ritmis
dan cocok dengan gerak suatu tarian. Sehingga menampilkan
paduan yang indah antar gerakan dan musik. Namun, tari akan
jauh lebih indah dan dapat dinikmati jika diiringi dengan
keluarnya suara dari tubuh penarinya. Baik berupa tepukan,
hentakan, maupun terikan.
3) Rias dan kostum
Sebuah tarian tidak akan lengkap jika tidak memenuhi semua
unsur. Begitu juga dengan unsur rias dan kostum. Tanpa rias
wajah dan kostum, sebuah tarian akan terasa hambar. Tidak
bermakna, juga tidak menarik ditonton.
4) Pola lantai/bloking
Tarian juga akan terlihat lebih berseni jika pola lantainya
terlihat indah. Penari tidak hanya berdiri pada satu titik saja.
Penari harus menyesuaikan dengan tempat dan penontonya.
Istilah lainya adalah penguasaan panggung.
3. Bentuk – bentuk Seni tari
Pada dasarnya, seni tari dapat dikelompokkan menjadi dua jenis tari. Dari
kedua itu maka kita bisa mengetahui perbedaan dari seni tari sendiri. Dua macam
berbedaan itu bisa dilihat dari jumlah penarinya dan macam genre/aliranya.
a. Tari Berdasarkan Jumlah Penarinya
Dalam sebuah tarian pasti ada sebuah subjek utama yang menjalankan
tarian tersebut. Subjek tersebut adalah penari. Yang lain hanya pendukung
agar lebih terlihat indah saja. Seperti para pemain musik yang mengiringi
tari tersebut, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak akan dikatakan seni
tari jika subjek utama ini tidak ada. Dalam hal ini maka dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1) Tari tunggal (solo)
Sebuah tari seni yang dibawakan oleh satu orang penari. Baik itu penari
laki-laki maupun perempuan. Contoh : Tari Gatotkaca asal Jawa
Tengah.
2) Tari berpasangan (duet)
Sebuah tari seni yang dibawakan oleh dua orang penari. Baik itu penari
laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, ataupun
campur laki-laki perempuan. Contoh : Tari Topeng asal Jawa Barat.
3) Tari berkelompok (group)
Sebuah tari seni yang dibawakan oleh banyak orang atau berkelompok.
Penari biasanya lebih dari dua orang. Baik dilakukan dengan laki-laki
semua, perempuan semua, ataupun campur laki-laki dan perempuan.
Contoh : Tari Saman asal Aceh.

b. Tari Berdasarkan Genre/Aliranya


Seni tari juga dibedakan berdasarkan genre atau alirannya. Dalam hal ini
mencangkum aliran  gerakan tarian itu sendiri dan variasi musik yang
dibawakan. Aliran seni tersebut dapat dikelompokan menjadi lima kategori,
yaitu :
 Tari tradisional
Seni tari tradisional yaitu tarian yang diwariskan dari masa ke
masa sejak zaman dahulu, yang dilestarikan lalu menjadi budaya di
sebuah daerah. Dalam tarian tersebut terdapat nilai, filosofi, simbol
dan unsur religius. Tari tradisional biasanya tidak berubah dari masa
ke masa. Dari segi pakaian tari, rias, kostum, dan tarian itu sendiri.
Karena tarian seperti ini biasanya salah satu tujuannya adalah agar
tetap terjaga dan tidak hilang dimakan zaman.
 Tari tradisional klasik
Tari ini merupakan tarian tradisional yang dikembangkan oleh
kalangan bangsawan istana atau keraton saja. Dikatakan bahwa
tarian ini tidak boleh diganti gerakannya, pun juga semua jenis tari
tradisional memang tidak bisa diganti gerakannya. Jika tarian
tersebut diganti atau hanya sekedar ditambah, yang isi tarian tersebut
adalah budaya kerajaan, maka hanya akan merusak nilai sebuah
tarian itu sendiri. Walaupun zaman sudah berganti puluhan tahun,
atau bahkan ratusan tahun. Tarian itu tidak boleh diotak-atik. Ciri
seni tarian tradisional klasik adalah tarian yang bernuansa anggun
dan berwibawa, juga jubah dan aksesoris mewah yang dikenakan
oleh para penari. Biasanya tarian ini diadakan untuk menyambut
sebuah tamu kehormatan dan berkebangsaan. Contoh dari tarian ini
adalah Tari Bedhaya Srimpi asal Jawa Tengah dan Tari Sang Hyang
asal Bali.
 Tari tradisional kerakyatan
Kebalikan dari tari tradisional klasik, tari tradisional kerakyatan
justru dikembangkan dari masyarakat kaum bawah atau rakyat biasa.
Berbeda dengan tradisional klasik, tarian yang satu ini gerakannya
tidak terlalu baku. Bahkan bisa di satu padukan dengan gerakan baru
yang lebih menarik. Karena tarian ini tidak harus memilki syarat
yang berbelit untuk melakukannya. Dari segi gerakan maupun
penampilan. Tari tradisional kerakyatan biasanya di laksanakan atau
di adakan dalam bentuk upacara perayaan dan sebagai tari
pergaulan. Contoh dari tarian ini adalah Tari Jaipong asal Jawa
Barat dan Tari Lilin asal Sumatra Barat.
 Tari kreasi baru
Tari kreasi baru adalah sebuah tarian yang dikembangkan oleh
seorang koreaografer atau juga disebut penata tari. Seni gerakan
yang ditampilkan juga sudah jauh dari kaku. Gerakan yang
ditampilkan bersifat bebas, tapi masih tetap dalam kaidah gerakan
tari yang estetis dan indah. Riasan dan iringan musik dalam tari
kreasi baru juga sangat beragam. Tergantung dengan tema dan
tujuan yang ingin dibawakan oleh penari tersebut. Tari kreasi baru
dibagi menjadi dua bagian. Yaitu tari kreasi baru pola tradisi dan tari
kreasi baru pola non tradisi.
a) Tari kreasi baru pola tradisi
Tari seni ini menggunakan sentuhan unsur tradisional. Baik itu
gerakannya, rias dan kostum, iramanya. Ada nilai-nilai tradisi
yang dibawakan dalam tarian jenis ini.

b) Tari kreasi baru pola non tradisi


Sebaliknya, tarian ini adalah tarian yang tidak menggunakan
sama sekali unsur tradisional dalam tariannya. Baik itu
gerakannya, rias dan kostum, iramanya. Dari sini kita bisa
mengartikan bahwa tarian ini adalah tarian modern.
 Tari kontemporer

Tarian jenis ini memupakan sebuah tarian yang mengunakan


gerakan-gerakan yang beresifat simbolik, unik dan mengandung pesan
tertentu didalamnya. Irama musik yang digunakan juga tidak biasa,
cukup dibilang unik. Mulai dari musik sederhana, orkestra, sampai
musik flutyloops yang diambil dari teknologi musik digital. Riasan
wajah dan kostum dari tarian ini juga terbilang aneh sesuai dengan tema
yang dibawakan. Terbilang aneh, mungkin karena tarian ini yang
biasanya membawakan sebuah gerakan berbentuk mengenang sebuah
perjuangan seorang tokoh, atau kejadian, atau juga hari tertentu yang
mana meninggalkan cerita khusus.

4. Fungsi Seni Tari


Seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu :
a. Tari pertunjukan
Yaitu tari yang disiapkan untuk suatu acara dan dipentaskan. Tarian ini
menonjolkan dari sisi koreografi artistik, konsep yang bagus dan ide yang
matang. Serta tema yang tertata sedemikian rupa sehingga tarian tersebut
menjadi menarik dan indah.
b. Tari upacara
Yaitu tarian yang dilakukan hanya pada upacara adat maupun acara yang
bernuansa keagamaan. Tarian ini mengutamakan adanya ke khidmatan
dan komunikasi pada Sang Pemilik Alam.
c. Tari hiburan
Yaitu tarian yang diadakan hanya untuk menghibur penonton saja.
Biasanya tarian ini dimainkan dengan alunan musik dan irama yang enak
didengar. Gerakan tarinya juga bebas dari berbagai macam nilai, tradisi,
atau adat. Yang terpenting dari tarian ini adalah mampu menghilangkan
rasa jenuh para pendengar atau penonton.
d. Tari Pergaulan
Yaitu tarian yang dimainkan untuk berinteraksi ke sesama saja. Tarian ini
biasanya digunakan untuk saling adu unjuk rasa dalam kesenian. Dalam
gerakanganya juga terlihat lincah dan memiliki sifat komunikatif.
Sehingga mampu memberikan interaksi atau timbal balik ke sesama.
e. Tari Kesenian
Yaitu tarian yang dilaksanakan untuk tujuan pelestarian budaya.
Biasanya tarian ini bernuansa tradisional. Karena menghargai warisan
budaya penggilan nenek moyang pada zaman dahulu. Tarian ini hanya
dipentaskan pada saat hari atau momen kebudayaan saja.

5. Sejarah Seni Tari


a. Seni Tari Zaman Pra – Hindu
Karya tari pada masa ini lebih difungsikan untuk
mencapai tujuan tertentu yang bersifat magis dan sakral.
Tari menjadi ekspresi yang sering dihubungkan dengan
kekuatan diluar diri manusia. Seni tari pra-Hindu
mendapatkan tempat sesuai dengan tingkat kepercayaan
sejak manusia hidup berkelompok.
Dalam hal ini, tarian dianggap sebagai bagian dari daur
ulang kehidupan. Atau bisa dikatakan masih melanjutkan
tata kehidupan budaya pra-sejarah. Ciri-ciri tarian pada
zaman ini, diantaranya menyajikan gerak yang sederhana,
hentakan kaki dan tepuk tangan yang cenderung
menirukan gerak binatang dan alam.
Penyajian tari diiringi oleh pengiring berupa nyanyian
dan suara-suara kuat bernada tinggi. Masyarakatnya juga
sudah mengenal alat musik berupa nekara (gendang
perunggu). Selebihnya, juga sudah dikenal aksesoris untuk
busana tari yang biasanya terbuat dari bulu-bulu burung
dan dedaunan.

b. Seni Tari Zaman Hindu


Pada zaman ini, kesenian lebih banyak dipengaruhi oleh
peradaban dan kebudayaan dari India, tidak terkecuali
seni tari. Seiring dengan penyebaran agama Hindu dan
Buddha di Indonesia, seni tari mengalami perkembangan
yang sangat pesat, bahkan telah memiliki standarisasi
atau patokan. Natya Sastra karangan Bharata Murni
merupakan literatur seni tari pada masa itu. Buku tersebut
menjelaskan tentang adanya 64 motif gerak tangan
mudra. Motif tersebut dibagi menjadi tiga, diantaranya 24
motif yang terbentuk dari satu tangan, 13 motif dari kedua
tangan, serta 27 motif hasil kombinasi kedua motif
tangan.
Oleh karena sistem pemerintahan pada zaman ini
berbentuk kerajaan, maka lahirlah tari-tarian istana yang
berkembang dengan baik karena mendapat perhatian
langsung dari raja. Sejarah seni tari di masa kerajaan
Hindu juga diabadikan melalui berbagai peninggalan
budaya berupa relief yang menghiasi candi-candi.
Ciri-ciri tari pada zaman Hindu, diantaranya : gerakan
tari mulai disusun secara sunguh-sungguh, pertunjukan
tari difungsikan, serta besarnya perhatian para penguasa
terhadap seni tari. Selain itu, tema yang diusung dalam
tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari
cerita Mahabarata, Ramayana dan Panji.

c. Seni Tari Zaman Islam


Karya seni tari peninggalan zaman Hindu di Indonesia
masih terpelihara dengan baik. Bahkan setelah masuknya
Islam ke Indonesia, tari sangatlah berkembang dengan
ditandai munculnya beragam varian karya tari. Sejarah
seni tari pada masa Islam di Indonesia sangatlah
bervariasi yang juga bergantung pada dimana tarian
tercipta. Sebagai misal, di Aceh dan di beberapa daerah
Melayu seperti Riau, masing-masing memiliki keunikan
tersendiri meskipun tetap mengusung nuansa keIslaman.
Lebih detail mengenai sejarah seni tari di lingkup
masyarakat Aceh, baca artikel Tari Aceh, sedangkan untuk
tarian Melayu bisa dimulai dari membaca Sejarah Tari
Zapin.
Di Pulau Jawa, seni tari berkembang dengan sangat
baik, terutama dilingkup dua keraton Mataram,
Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat.
Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi
dimana Keraton Mataram terbagi menjadi dua, selanjutnya
ada perjanjian Jatisari. Pada perjanjian Jatisari tahun 1756
ini ditentukan masa depan kedua kerajaan, termasuk
dalam hal warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta
memilih mengembangkan apa yang sudah ada.
Sementara itu, Kasultanan Yogyakarta memilih
melestarikan tradisi yang ada, khususnya tari klasik.
Baca Tari Yogyakarta.

d. Seni Tari Zaman Penjajahan


Masa penjajahan tidak begitu berpengaruh pada seni tari
di lingkungan istana. Di dua keraton Mataram, tarian tetap
terpelihara dengan baik. Hanya saja fungsinya sangat
terbatas untuk kepentingan upacara istana saja, seperti
penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan
putra-putri raja, dan jumenengan raja. Contoh dalam
budaya Melayu, baca Tari Zapin Penyengat.
Lain di istana, lain juga dengan tarian yang berkembang
di masyarakat. Di kalangan rakyat biasa tari hanya
difungsikan untuk hiburan saja. Uniknya, penderitaan
rakyat akibat penjajahan turut menjadi ide untuk
membuat karya seni bertemakan kepahlawanan. Dalam
seni tari, salah satu contohnya adalah Tari Glipang, tari
tradisional Probolinggo, Jawa Timur.

e. Seni Tari Pasca Kemerdekaan – Sekarang


Setelah perkembangannya banyak tersendat di masa
penjajahan, seni tari kembali tumbuh subur di masa
setelah kemerdekaan. Beragam jenis tari difungsikan
kembali, baik tari hiburan maupun tarian upacara.
Perkembangan yang sangat pesat, terutama terjadi pada
tarian sebagai hiburan.
Banyak sekolah-sekolah seni didirikan, hingga semakin
banyak pula bermunculan tari kerasi baru seiring
banyaknya koreografer-koreografer muda. Mereka
senantiasa mewujudkan pembaruan nilai artistik dan
bentuk tari sebagai upaya menambah perbendaharaan
karya tari.

B. Manfaat dan Tujuan serta Model Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di SD


1. Manfaat Pendidikan Seni Tari di SD
Menurut Purwatiningsih & Harini, Ninik (1999) Pendidikan seni tari di SD
mempunyai  manfaat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi
perkembangan estetik dan membantu penyempurnaan kehidupan. Oleh karena itu
pendidikan seni tari di SD tidak berupa latihan-latihan untuk menjadikan anak-anak
SD penari jaipong, penari topeng, atau penari-penari lain yang terkenal. Walaupun
ada diantara anak-anak sd yang memiliki bakat untuk menjadi penari yang baik,
tetapi itu bukan merupakan tujuan yang utama. Bakat itu dapat dibina tersendiri.
a. Manfaat seni tari untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
Purtumbuhan adalah proses berkelanjutan yang meliputi perkembangan dari
semua kecakapan dua potensi anak. Pengalaman seni tari memberikan
kesempatan bagi kelangsungan proses tersebut. Peranan seni tari dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilihat antara lain untuk
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan estetik, memberi sumbangan ke
arah sadar diri, membina imajinasi kreatif dan memberi sumbangan ke arah
pemecahan masalah.
1) Seni Tari meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan estetik
Jenis pengalaman seni untuk meningkatkan pertumbuhan fisik ditunjukkan
dengan perkembangan motorik anak dalam gerak-gerak bebas dalam
menari. Kegiatan semacam ini memberikan kesempatan fisik untuk tumbuh
sempurna dan secara langsung mental juga berkembang. Karena kegiatan-
kegiatan dalam melakukan gerak-gerak tari juga mekibatkan kesadaran
estetik, maka pertumbuhan estetik juga mendapat kesempatan untuk
tumbuh. Misalnya gerak-gerak yang dilakukannya setelah anak-anak SD
kelas rendah melihat gerak-gerak binatang, contohnya kupu. Anak akan
mencoba menirukan gerak sayap kupu yang sedang bergerak terbang
dengan caranya sendiri. Ada yang dengan tangan terlentang digerakkan naik
turun, ada yang ditekuk dan kemudian digerakkkan naik turun.
Berlangsungnya kegiatan ini telah melibatkan proses mental visualisasi hasil
pengamatan yang sekaligus menjadi pengalaman yang bersifat estetik.
2) Seni Tari memberikan sumbangan ke arah sadar diri
Melalui kegiatan seni tari keunikan anak akan terbina, karenanya anak dapat
mengenali dirinya sendiri dengan baik. Dengan demikian “self” anak dapat
berkembang, dan ini menyebabkan tumbuhnya inisiatif, kemampuan
mengkritik, kepemimpinan dan kreasi. Anak merasakan keberadaanya
memiliki arti. Terutama jika dia diberi peran tertentu dalam suatu kegiatan
artistik/estetik. Misal dalam diskusi kecil antar teman tentang sebuah gerak
binatang berpasangan, mereka akan aktif dan saling memberikan
sumbangan pikiran. Anak juga merasakan akibat-akibat dari perbuatannya
sehingga inisiatif untuk mencari bentuk-bentuk yang lain yang dirasakan
lebih baik, akan selalu dilakukan. Proses ini menjadi dasar untuk
kemampuan mengkritik dan memimpin.
3) Seni Tari membina imajinasi kreatif
Imajinasi kreatif itu sangat visual bagi anak (anak usia sekolah dasar). Oleh
karena itu setiap usaha pendidikan kearah menumbuh-kembangkan
imajinasi kreatif merupakan usaha yang sangat baik. Dalam hubungan ini
seni tari-drama menjadi penting, karena seni tari-drama selalu memberikan
kesempatan berimajinasi kreatif. Contohnya seorang anak SD akan selalu
berkhayal bahwa dia akan menjadi tokoh yang kuat, disegani sehingga
dalam imajinasinya dia dapat mengalahkan musuh-musuhnya dengan
mudah. Gerak-gerak dan mimik yang dilakukan sangat menggambarkan
kuatnya suatu imajinasi tertentu. Jika diberi kesempatan menirukan gerak
binatang buas , dia akan benar-benar berkhayal seandainya aku menjadi
harimau. Kegiatan-kegiatan bermain dalam aneka gerak akan membina
imajinasi mereka sehingga secara langsung akan berkembang.
4) Seni Tari memberi sumbangan ke arah pemecahan masalahPemecahan
masalah merupakan hal yang penting dalam pendidikan maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Seni tari-drama memberi sumbangan terhadap
perkembangan pemecahan masalah. Dalam aktivitas seni tari-drama anak
anak SD dapat memunculkan gagasan-gagasannya yang menjadi benar-
benar konkrit. Motivasi guru memang sangat diperlukan agar anak anak
selalu dapat menyelesaikan pesoalaan sendiri. Jika belum dapat, dianjurkan
agar diselesaikan.
5) Seni Tari memurnikan cara berpikir, berbuat dan menilai
Melalui kegiatan seni tari, kehidupan siswa SD dapat diperkaya melalui
proses penjelajahan yang terus menerus. Selama proses penjelajahan
tersebut, dibutuhkan penyusunan pengalaman secara kreatif dan sensitif.
Jika siswa SD bermain, aktivitas mereka juga melibatkan pikiran. Jika
mereka menirukan gerak alam atau binatang, mereka juga berpikir bahwa
gerak-gerak yang dilakukan seperti  apa yang mereka amati. Aktivitas ini
akan memberikan pertanyaan “apakah gerakanku” baik. Keputusan yang
diberikan tersebut akan menjadi proses menilai yang bijaksana, sehingga
dapat dipastikan mereka akan melakukan pengubahan-pengubahan untuk
sesuatu yang lebih baik.
6) Seni Tari memberikan sumbangan kepada perkembangan kepribadian
Pada dewasa ini penilaian terhadap keberhasilan pendidikan dilihat pada ada
tidaknya perkembangan kepribadian. Karena kepribadian dipandang penting
dalam suatu kehidupan. Ekspresi bebas dalam masyarakat yang merupakan
penyesuaian emosional itu pada akhirnya mematangkan kepribadian. Usaha-
usaha mematangkan kepribadian dalam seni tari-drama dapat dilakukan
guru dengan cara membantu penyesuaian rasa emosionalnya membantu
menghilangkan perasaan terikat, membantu menghilangkan  perasaaan
takut, membantu menekan kekecewaan, memberikan kepercayaan serta
mendorong anak agar selalu berbuat positif. Hal-hal tersebut dapat
dilakukan lewat semua kegiatan pembelajaran senitari-drama. Sebagai
contoh ada siswa SD yang takut jika melakukan gerak. Hal ini perlu
disiasati guru, agar siswa tersebut tidak menjadi lebih takut. Misalnya akibat
diminta memperagakan gerak tari didepan kelas. Tentu diperlukan siasat-
siasat tertentu untuk mengatasi hal itu. Misalnya memperagakan gerak
dengan temannya terlebih dahulu. Dalam perkembangannya dapat diungkap
di sini bahwa kegiatan seni tari-drama yang dapat  mengobati kekcewaan,
menghilangkan rasa takut tersebut, akan dapat berfungsi sebagai sarana
penyembuhan atau terapi. Pada perkembangan berikutnya  siswa kemudian
dapat menyesuaikan diri, dengan kepribadian yang makin matang.
b. Seni Tari membina perkembangan estetik
Perkembangan estetik diperlukan bagi pendewasaan secara utuh terhadap pribadi
siswa SD. Perkembangan estetik ini dapat dibina melalui kegiatan seni tari yang
berupa penghayatan, apresiasi, ekspresi dan kreasi. Melalui seni tari pancaindra
anak akan terlatih, penghayatan menjadi kuat dan keputusan visual akan
berkembang menjadi pekas kritis. “melihat” bukan merupakan fungsi mata
semata, tetapi melibatkan seluruh indra ditambah dengan visi batin. Demikian
pula ketika mendengar, bersuara ataupun bergerak. Cara melatih panca indra dan
seluruh anggota tubuh harus melalui proses kegiatan tanpa paksaan , dengan
memperhitungkan tiga faktor berikut ini.
1) Harus mengembangkan konsep-konsep baru
2) Harus menciptakan situasi yang dapat memberikan dorongan untuk memacu
kegiatan dengan penuh ketelitian
3) Harus menjadi kesempatan belajar menilai terhadap apa yang dilakukan.

Seni tari adalah proses mewujudkan perasaan dengan melibatkan kesadaran


estetik dan keputusan kritis. Orang yang telah berkembang perasaan estetiknya
akan sanggup mengapresiasi kualitas seni dan pengalaman sehari-hari. Cara
mengembangkan apresiasi dalam bentuk melihat menurut pendidikan seni
modern, dianggap belum sempurna, sehingga harus dilengkapi dengan
terlibatnya keputusan terhadap apa yang dilihatnya. Untuk itu perlu diberikan
kesempatan untuk membahas, mengkritik, mendiskusikan, dan menilai response
seni dan lain-lain.

Ekspresi berkedudukan vital dalam pendidikan seni tari-drama, karena ia


memberikan kesempatan berkembangnya partisipasi individu didalam
membentuk pandangan dan sikap sosial. Seni tari-drama memberi dorongan
terhadap kelangsungan ekspresi anak-anak karena setiap kegiatan seni selalu
menyajikan kesempatan bagi anak didik untuk mempertahankan kebebasan
berekspresi.

Daya kreatif tetap terpendam didalam diri tiap anak kalau tidak ditolong
pemunculannya. Daya kreatif berbeda dengan bakat dalam seni. Seni disajikan
bagi semua anak. Baik yang mempunyai bakat maupun tidak. Tujuan pendidikan
seni tari-drama di SD bukan untuk mengembangkan bakat seni tari melainkan
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak.

c. Seni Tari membantu menyempurnakan kehidupan.


Unsur kehidupan yang mendorong ekspresi akan mendatangkan pengetahuan
bagi anak didik. Sebaliknya, keinginan anak untuk mengetahui kehidupan,
mengimajinasikan kehidupan, akan menyempurnakan kehidupan anak. Oleh
karena itulah seni tari-drama dapat memberikan bantuan menyempurnakan
kehidupan anak didik yang antara lain ditunjukkan dengan kehidupan yang
kreatif dan kehidupan sosial yang baik. Karena pada dasarnya seni tari drama
dapat memberikan kebebasan berimajinasi dan berkreasi, maka secara langsung
seni tari-drama menjadi sesuatu yang menarik perhatian anak-anak SD. Kondisi
ini sangat menguntungkan bila digunakan untuk mendorong minat agar anak
merasa butuh berekspresi dan berkreasi melalui kegiatan-kegiatan eksplorasi
maupun eksperimentasi gerak. Pada saatnya kondisi ini akan menjadikan
pengalaman anak semakin lengkap.
Ekspresi seni tari dapat berlangsung dalam kegiatan individual maupun kegiatan
kelompok. Dalam kegiatan kelompok, siswa SD belajar membagi
pengalamannya yaitu pengalaman dalam hal bahan, alat-alat dan dalam hal
menghargai kemampuan orang lain. ini berarti kebiasaan-kebiasaan sosial
dikembangkan secara baik, seperti kerjasama, tanggung jawab, percaya diri
sendiri dan inisiatif. Untuk maksud itu pendidikan seni tari-drama perlu
direncanakan dalam kegiatan-kegiatan yang meliputi kehidupan di rumah dan di
masyarakat.

Kegiatan seni yang mengembangkan pengalaman individual dan sosial akan


menjadikan anak-anak lebih sadar terhadap efisiensi secara ekonomis dalam
mesyarakat. Sebab secara individual anak belajar mengenal perbedaan antara
ketrampilan yang baik dan yang jelek, menemukan benda-benda yang berwajah
menarik dan tidak menarik. Secara sosial, anak dapat mengembangkan pilihan
dan pendapatnya kepada masyarakat. Bagi anak yang berbakat, kegiatan seni
memberikan kesempatan untuk berlatih dalam seni tari, disamping kegiatan yang
ditentukan oleh jadwal sekolah. Anak diberi kesempatan menggunakan waktu
senggangnya untuk berlatih seni tari secara serius.

2. Tujuan Pendidikan Seni Tari di SD

Ada dua konsep pendekatan pendidikan seni tari yaitu seni untuk pendidikan dan
pendidikan untuk seni. Dua konsep ini sangat berbeda artinya memiliki kekurangan
dan kelebihan dalam bidang pendidikan. Namun yang menjadi sebuah konsep di
dalam dunia pendidikan, maka konsep yang dipilih adalah konsep seni untuk
pendidikan dalam hal ini tari pendidikan. Konsep pendidikan seni tari sebagai
proses enkulturasi (proses pembudayaan yang dilakukan dengan upaya mewariskan
atau menanamkan nilai-nilai generasi tua kepada generasi berikutnya). Tujuan dari
pendidikan seni tari merupakan sebuah proses pembelajaran seni dalam pendidikan
dapat diselenggarakan secara formal maupun informal. Tujuan dari konsep
pendekatan seni dalam pendidikan adalah sebagai seniman yang mampu
memelihara dan mengembangkan seni yang diwariskan generasi sebelumnya, maka
penyelenggaraan proses kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di lingkungan
keluarga, sanggar-sanggar seni atau sekolah formal khusus seni. Konsep ini
dinamakan pendekatan pendidikan melalui seni. Pendekatan pendidikan melalui
seni, di antaranya dikemukakan oleh J. Dewey (dalam Dorn, 1994) bahwa seni
seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk
kepentingan seni itu sendiri. Dengan pendekatan ini pendidikan seni berkewajiban
mengarahkan keteracapaian tujuan pendidikan secara umum yang memberikan
keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan sensibilitas. Dengan pendekatan
ini pendidikan seni tidak ditempatkan dalam upaya pengembangan dan pelestarian
seni sebagaimana dalam pendekatan seni dalam pendidikan. Melalui pendidikan
seni di sekolah akan dipenuhi keseimbangan rasional, emosional dan kegiatan
motorik melalui tari.

3. Model Pembelajaran Pendidikan Seni Tari di SD

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran
dalam toturial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
didalamnya. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berikut ini adalah Macam-Macam model yang cocok untuk diterapkan pada
pembelajaran seni tari :

a. Model pembelajaran langsung (direct intruction); pada umumnya pembelajaran


tari di sekolah dasar menggunakan model pembelajaran langsung. Guru
langsung memberikan materi sesuai dengan tata urutan tari. Guru menjadi
model dan atau sebagai sumber belajar; siswa belajar dengan cara menirukan
guru. Guru sebagai patron atau model.Untuk itu seringkali tujuan pembelajaran
diorientasikan pada:
1) siswa mampu dan memahami sebagai instruktur teknis yang berkaitan
dengan kesadaran menanisasi tubuh,
2) siswa memahami dan mampu mengkondisikan tubuh mengenal materi tari
yang memiliki muatan teknis serta tata aturan tekniks konstruktif,
b. Model pembelajaran diskusi (discussion); mendiskusikan materi belajar tari
masih belum terkondisikan, khususnya untuk usia sekolah dasar. Sebenarnnya
memberikan peluang dengan pendekatan analisis. Guru memberikan sejumlah
gerak dan siswa dapat mengurutkan gerak. Disini fungsi pengenalan prinsif
ilmu pasti – alam digunakan. Siswa bisa menari bukan karena guru yang
menjadi model, tetapi dengan cara mendiskusikan bersama teman-temannya
dan mereka memutuskan bersama serta menyepakati bersama. Guru sebagai
fasilotator, dan sebagai rujukan.
c. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning); siswa yang mulai dalam
kondisi pertumbuhan kongnitif dan logikanya perlu diasah, maka model
pembelajaran ini sangat bagus. Tari dapat dibelajarkan dengan model koopratif
yaitu dengan membuat setting kelas secara natural, mereka dapat merubah
bentuk gerak yang satu atau menukar dengan gerak yang lain. Tetapi kondisi
ini tidak terbiasa, karena tari menjadi sebuah ”barang” yang baku dan memiliki
aspek kepemilikan yang bersifat mengikat (hak paten). Jika ada gerakan
tertentu kemudian diganti dengan gerakan yang lain sesuai dengan kesepakatan
kelompok, maka disana akan menemukan sesuatu yang lain. Ada logika lain,
atau realitas yang lain, ada pengalaman lain, dan ada kesadaran yang lain.
d. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Ada tari yang
tidak dipelajari melalui sistem yang bersifat konstruktif, tetapi bersifat tematik.
Tema yang dipilih dan ditarikan, musik juga dapat menjadi masalah tersendiri,
apakah siswa dapat memecahkan persoalan musikal dan berakhir dengan
terbentuknya sebuah tarian. Mereka mencari dengan susah payah, dan mencatat
segala sesuatu yang telah mereka temukan.
e. Model pembelajaran berstrategi (learning strategies): Tari juga dapat untuk
mempelajari berbagai kenyataan kesemestaan, kesemestaan dalam seni (tari)
adalah realitas artistik. Siswa dapat menemukan kenikatan, kepuasan, dan
dinamika pengalaman kreatif. Tari yang bersifat konstruktif dapat digunakan
sebagai materi, dengan memandang aspek pencarian nilai-nilai hakiki. Di sini
siswa dapat menemukan pengalaman belajar yang menemukan serta menyadari
tentang nilai budaya. Sebuah penciptaan adalah sebuah mistri yang secara
berulang-ulang dapat memberikan kesadaran yang bersifat kesemestaan. Hal
ini merupakan sebuah setrategi dalam mengali kepekaan diri. Siswa
dikondisikan untuk memahami dan mampu menyadarkan bahwa tubuh (alat
gerak dan gerak) memiliki kemampuan berekspresi, dan sekaligus
mengapresiasi berbagai hal yang terjadi disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://blogkulo.com/sejarah-seni-tari-indonesia/

https://ceritaihsan.com/pengertian-seni-tari/

http://muhtarasngari.blogspot.com/2016/02/fungsi-seni-tari-sd.html

https://mypelhappystudy.blogspot.com/2017/10/makalah-strategimetode-teknik-
model.html

https://docplayer.info/32820586-Pertemuan-pengertian-tujuan-pendidikan-seni-tari-1-
pengertian-seni-tari-2-konsep-pendidikan-seni-tari.html

Anda mungkin juga menyukai