Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN
1) Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia yang berfikir,
bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup. Dalam
pendidikan kita mengenal berbagai macam teori tentang kehidupan dan segala aspek-aspek
pendidikan. Manusia diberikan akal pikiran yang tidak dimiliki makhluk lain, bahwa untuk
mengelola akal pikirannya diperlukan pendidikan. Hakikat pendidikan diartikan sebagai
kupasan secara konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari
maupun tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan
manusia pada zaman primitif sampai zaman modern ( masa kini ), bahkan selama masih ada
kehidupan manusia didunia, pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep
tersebut diatas menunjukan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai
pertanda bahwa manusia sebagai makhluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu
tampak pada proses pendidikan ( Syaifullah, 1981 ).

Maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang


menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakan konsep-konsep pendidikan.
Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua
golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri.
Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia
pendidikan patut selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di
tengah-tengah tindakan aksi sebagai buah.

2) Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah hakikat pendidikan itu?
2) Bagaimanakah maksud dari ilmu pendidikan itu?
3) Bagaimanakah perbedaan dari pendidikan dan ilmu pendidikan?
4) Bagaimanakah pendidikan dikatakan sebagai ilmu bersifat Deskriptif-Normatif dan
Teoritis-Praktis?
5) Yang bagaimanakah pendidikan sebagai suatu sistem itu dan bagaimanakah unsur-
unsur yang mempengaruhi suatu pendidikan tersebut?
3) Tujuan
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan hakikat pendidikan.
2. Untuk menjelaskan ilmu pendidikan.
3. Untuk menjelaskan perbedaan antar pendidikan da ilmu pendidikan.
4. Untuk menjelaskan penerapan ilmu pendidikan sebagai Deskriptif-Normatif dan
sebagai Teoritis-Praktis.
5. Untuk menjelaskan pendidikan itu sebagai suatu sistem

B. PEMBAHASAN
1) Konsep Pendidikan
Langeveld, adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda, yang pendidikannya
berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan kepada teori-teori (ilmu). Dapat dikenal dari
bukunya yaitu Sistematis. Menurut ahli pendidikan ini adalah: “bimbingan atau pertolongan
yang diberikan orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaanya.
Dalam GBHN 1973, dikemukakan pendidikan hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Beberapa konsep dasar pendidikan yang akan dilaksanakan
yaitu:
1) Pendidikan berlangsung seumur hidup.
2) Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
3) Bagi manusia, pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan
kepribadian dan keterampilan manusia akan berkembang.
a. Pendidikan Untuk Manusia
Dalam arti luas pendidikan berisi 3 pengertian yaitu pendidikan, pengajaran dan
pelatihan. Istilah mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukan usaha yang lebih
ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan,
ketaqwaaan dan lain-lain. Istilah mengajar menurut sikun pribadi berarti memberi pelajaran
tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektualnya
sedangkan istilah melatih merupakan usaha memberi sejumlah keterampilan tertentu yang
dilakukan berulang-ulang. Dengan kata lain pendidikan merupakan kegiatan mengolah hati
anak didik, pengajaran merupakan kegiatan mengolah otak anak didik dan pelatihan
merupakan kegiatan mengolah lidah dan tangan anak didik agar menjadi manusia beriman,
cerdas, dan terampil.
Hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk dididik, hingga tidak
mungkin untuk dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusia yang dapat dididik dan
mungkin menerima pendidikan, karena manusia memang dilengkapi dengan akal budinya.
Beberapa asumsi yang memungkinkan manusia perlu mendapat pendidikan:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa
3. Hakikatnya adalah makhluk sosial
4. Manusia hakikatnya dapat dididik dan mendidik dirinya sendiri
b. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Nilai
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta sikapnya, dan
keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih
baik. Menuju kepribadian yang lebih baik disebut pedagogik sedangkan yang merusak
kepribadian anak disebut demagogik.
Nilai-nilai yang akan ditransformasikan mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai
kebudayaan, nilai pengetahuan, dan teknologi serta nilai keterampilan.
c. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan antar negara berbeda, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup
bangsa, dan ideologi negara tersebut. Dalam pengertian khusus, pendidikan yaitu bimbingan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Disini, yang menjadi tujuan pendidikan adalah kedewasaannya.
Bagi bangsa indonesia, Pancasila merupakan dasar dan tujuan dari pendidikan,
karena pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar negara republik indonesia.
Kegiatan pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang sikap dan
perilakunya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dijiwai oleh nilai-nilai
pancasila.
d. Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat.
Manusia selalu berusaha untuk mendapat pengalaman-pengalaman baru maka
selama itu lah pendidikan sebetulnya berjalan terus, oleh karena itu pendidikan berlangsung
sepanjang hayat. Pendidikan dimulai sebelum anak lahir (pendidikan pre natal),setelah lahir
sampai manusia meninggal dunia.

2) Pengertian Pendidikan
Menurut para ahli, pendidikan didefinisikan sebagai berikut:
a. Langeveld, adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda, yang pendidikannya
berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan kepada teori-teori (ilmu). Dapat dikenal dari
bukunya yaitu Sistematis. Menurut ahli pendidikan ini adalah: “bimbingan atau
pertolongan yang diberikan orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaanya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain”.
b. Jhon Dewey, seorang ahli filsafat pendidikan dari Amerika. Mengartikan pendidikan
sabagai berikut: “proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”.
c. Ki Hajar Dewantara, Sebagai Tokoh Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan
sebagai berikut: “pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan,batin,karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak),
dalam siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras
dengan dunianya”.
d. GBHN ( Tap MPR No.II/MPR/1988 ), menyatakan bahwa “pendidikan pada
hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan
didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga,sekolah,dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat,dan pemerintah”.
e. Undang-undang Sistem pendidikan Nasional ( UUSPN ) No. 20 tahun 2003 Bab I,
pasal 1, menggariskan pengertian: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab urusan utama
pendidikan adalah manusia. Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat
pendidikan tersebut dinyatakan oleh Raka Joni, sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh


keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan tenaga didik atau guru.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pembentukan manusia seutuhnya.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai
tujuan. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat mempunyai arti
penting baik bagi individu maupun masyarakat. Sebab antara masyarakat dan invidu
saling berkaitan.

3) Pengertian Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan: Proses, cara, pembuatan mendidik.

Ilmu pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan pendidikan yang
masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang
sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang ( pengetahuan) itu. Sedangkan
Endang Saifuddin Anshari, mengemukakan bahwa Ilmu berasal dari kata bahasa Arab
“Alima” yang memiliki pengetian “Tahu” dan dalam bahasa Inggris dan Prancis disebut
dengan “Science”, dalam bahasa Jerman “Wissenscaft” dan dalam bahasa Belanda
“Wetenschap”.Yang kesemuanya memuliki arti “tahu”.
“Science” berasal dari “scio,scire ( bahasa Latin ) yang berati “tahu”. Jadi, baik “ilmu”
maupun “science” secara etimologis berarti “pengetahuan”. Namun, secara terminologis
“ilmu” dan “science” itu semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan
syarat-syarat yang khas. Jadi, ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri,
tanda, dan syarat tertentu, yaitu sistematik, raisonal, empiris, umum, dan kumulatif.
Sedangkan pendidikan telah dikemukakan didalam pembahasan dalam uraian “Hakikat
Pendidikan” diatas. Pendidikan itu adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai
usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna. Atau juga bisa
diartikan suatu usaha yang dilakukan orang dewasa dalam situasi pergaulan dengan anak-
anak melalui proses perubahan yang dialami anak-anak dalam bentuk pembelajaran atau
pelatihan dan perubahan itu meliputi pemikiran ( kognitif ), perasaan ( afektif ) dan
keterampilan ( psikomotorik ). Jadi, Ilmu Pendidikan dapat diartikan suatu kumpulan
pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode
tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala
perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk
mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang
bermakna.

4) Perbedaan Antar Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

Pendidikan Ilmu Pendidikan


Pengetahuan Sistem pendidikan
Keterampilan Tujuan pendidikan
Penelitian Materi pendidikan
Jadi perbedaan antar pendidikan dan ilmu pendidikan terletak pada teori yang lebih
menitik beratkan pada ilmu pendidikan.

5) Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif dan normatif


Ilmu pendidikan itu selalu berhubungan dengan soal siapakah “manusia” itu.
Pembahasan tentang, siapakah manusia biasaya termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat
antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep
serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur
yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang
melaksanakan pendidikan. Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk
menentukan cirri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini
diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tapi secara normatif bersumber dari
norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari keyakinan
keagamaan yang dianut oleh seseorang. Jadi nilai yang dijunjung tinggi dalam
pengembangan manusia, seseorang atau bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria
mendidik, norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikannya dengan
demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang tujuannya ditentukan
oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang sedangkan nilai itu merupakan ukuran yang
bersifat normatif. Jadi ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.
6) Ilmu pendidikan sebagai teori dan sebagai ilmu praktis
Ilmu mendidik boleh disebut “ilmu yang praktis”, sebab ditujukan kepada praktik
dan perbuatan-perbuatan yang memengaruhi anak didik. Dalam ilmu mendidik teoritis
kita bedakan, ilmu mendidik teoritis menjadi ilmu mendidik sistematis dan ilmu
mendidik historis. Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan
mensistematiskan didalam pikirannya apa yang tersusun sebagai pola pemikiran
pendidikan. Ilmu mendidik teoritis ini disebut ilmu mendidik sistematis. Jadi, sebenarnya
kedua teori ini mempunyai arti yang sama.
Dalam mempelajari sejarah pendidikan telah terlihat tersusun pandangan-pandangan
teoritis yang dapat dipakai sebagai peringatan menyusun teori pendidikan
selanjutnya.Simpulannya, ilmu mendidik sisematis mendahului ilmu mendidik historis.
Namun, keduanya dapat membantu para pendidik agar berhati-hati dalam praktik-praktik
pendidikan.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang memerlukan adalah ilmu yang memerlukan
pemikiran teoritis. Contoh konkritnya yaitu pertama, setiap pendidik mendengarkan
kritik-kritik, catatan-catatan, sumbangan pikiran dari para ahli atau orang lain. Kedua,
apakah anak didik itu perlu berkembang. Ketiga, jika membaca rumusan tujuan
pendidikan dari masa ke masa, kita akan mempunyai gambaran bagaimana orang
memperagakan gambaran ideal tentang manusia dan masyarakat yang diinginkan.
Keempat, pendidikan membutuhkan jangka waktu panjang karena pendidikan bercorak
perbuatan mendidik.
Dapat disimpulkan bahwa pendidik memerlukan dimensi-dimensi sebagai berikut.
Pertama, pengetahuan dirinya sebagai pendidik. Pengetahuan tentang tujuan pendidikan.
Ketiga, penegtahuan tentang anak didik. Keempat, Setelah mempunyai pengetahuan
tentang anak didik, dicarinya cara-cara mendidik yang sesuai dengan keadaan anak untuk
membawa ke arah pencapaian tujuan. Kelima, akhirnya kita perlu pengetahuan tentang
martabat manusia pada umumnya pemikiran teoritis tentang martabat anak sebagai
manusia.
Pengertian teoritis dapat diartikan sebagai pemikiran yang disusun secara teratur dan
sistematis. Unsur pokok yang tersusun dalam pemikiran yang bersifat teoritis antara lain
(1) Masalah tujuan pendidikan (2) Apakah anak didik dididik sebagai manusia yang dapat
dididik, yang mempunyai kemungkinan untuk dididik.
7) Pendidikan sebagai Suatu Sistem
Definisi sistem yang terkaitan tentang pendidikan nasional yang tercantum dalam
UU no 20 tahun 2003 menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untung mencapai tujuan
pendidikan nasional. Didalam suatu sistem terdapat komponen-komponen yang dapat
dikenali:
1) Komponen komponen tersebut terkait secara teratur .
2) Komponen komponen tersebut saling ketergantungan satu sama lain.
3) Mekanisme antar komponen saling terkait dan merupakan satu kesatuan satu
organisasi.
4) Kesatuan organisasi tersebut berfungsi dalam mencapai tujuan.
Suatu sistem dibedakan menjadi 2 yaitu sistem terbuka dan tertutup. Sistem terbuka
artinya suatu sistem yang berhubungan dengan lingkungannya, komponen komponennya
dibiarkan berhubungan dengan komponen diluar sistem sedangkan sistem tertutup dianggap
semua komponennya terisolasi dari pengaruh luar. Kegiatan pendidikan secara garis besar
mengaitkan 3 komponen yaitu sub-sistem masukan, proses dan keluaran. Sub-sistem
masukan terdiri atas sub-sub-sistem peserta didik dengan segala macam potensinya, sub-
sistem poses terdiri atas sub-sub-sistem pendidik, kurikulum, gedung sekolah, sarana
pembelajaran, dan sebagainya. Sedangkan sub-sistem keluaran meliputi hasil belajar yang
berupa pengetahuan sikap, keterampilan, dan sebagainya. Jadi proses pendidikan akan
terjadi jika dalam komponen yang ada dalam sistem bergerak dan saling terkait.
8) Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Pendidikan:
Didalam setiap kegiatan pendidikan hampir selalu melibatkan unsur-unsur yang terkait di
dalamnya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah (1) peserta didik, (2) pendidik, (3) tujuan, (4)
isi pendidikan, (5) metode, dan (6) lingkungan.
1. Peserta Didik
Pandangan terhadap peserta didik kini telah mengalami banyak
perubahan. Artinya peserta didik tidak lagi dianggap sebagai sosok yang
pasif menerima informasi yang datang dari pendidik belaka.
2. Pendidik
Pendidik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1)
pendidik menurut kodrat (pendidik kodrati) yang dalam hal ini adalah
orang tua, dan (2) pendidik menurut jabatan (pendidik profesi) yaitu guru.
3.Tujuan
Setiap kegiatan pendidikan baik di dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Misalnya pada saat peserta didik mengalami perkembangan,
pendidik memiliki tujuan agar peserta didik: (1) pandai berbicara,
membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya; (2) bertambah cerdas,
rajin, teliti, berani, dan sebagainya; dan (3) berbudi pekerti luhur, cinta
bangsa dan tanah air, dan sebagainya.

4. Isi Pendidikan

Yang termasuk isi pendidikan ialah segala sesuatu yang oleh


pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dan diharapkan untuk
dikuasai peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk
itu syarat-syarat pemilihan materi pelajaran harus mendapatkan perhatian
tersendiri. Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah (a) materi harus
sesuai dengan tujuan pendidikan, dan (b) materi harus sesuai dengan
peserta didik.

5. Metode
Metode pada dasarnya berfungsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Untuk menentukan baik tidaknya suatu metode, diperlukan
patokan (kriterium). Salah satu kriterium utama yang menentukan dalam
penggunaan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
6.Lingkungan
Situasi lingkungan pada dasarnya juga dapat mempengaruhi proses
dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan yang dimaksud meliputi:
lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik (teknik, bangunan, gedung,
dan lain-lain), dan lingkungan alam fisis (cuaca, musim, dan lain-lain).

C. PENUTUP
1) Kesimpulan
Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang memberikan dasar bagi para calon pendidik dan
pendidik mengenai apa hakikat dasar pendidikan dan bagaimana seharusnya pendidikan
harus dijalankan. Pendidikan merupakan proses untuk mengoptimalkan potensi manusia
dalam mengetahui, memahami, dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan hidup tertentu. Pendidikan pada hakikatnya merupakan satu
system yang memiliki unsure-unsur (elemen-elemen) yang saling terkait
satu sama lain berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Ilmu pendidikan memandang
pendidikan sebgai bidang keilmuan dan praktik yang akan mengantar manusia menjadi
seutuhnya manusia melalui aktifitas belajar. Ilmu pendidikan juga merupakan ilmu terapan
yang didukung oleh berbagai bidang keilmuan lain, antara lain sosiologi, psikologi,
manajemen, ekonomi, dan lainnya. Ilmu terapan artinya bukan ilmu murni seperti sosiologi
dan psikologi, melainkan ilmu yang bersifat praktis untuk tujuan tertentu, dalam hal ini
adalah untuk memfasilitasi dan mengelola pendidikan. Sebagai sebuah sistem pendidikan
memiliki dasar filosofis ideologis, pendidikan memiliki beberapa komponen yag berkaitan
satu sama lain dan berorientasi menunjang proses pembelajaran, antara lain guru, siswa,
manajemen, kurikulum, lingkungan belajar, media belajar, sumber belajar, penilaian hasil
belajar, evaluasi dan kebijakan pendidikan. Didalam setiap kegiatan pendidikan hampir
selalu melibatkan unsur-unsur yang terkait di dalamnya yang terdiri dari (1) peserta didik,
(2) pendidik, (3) tujuan, (4) isi pendidikan, (5) metode, dan (6) lingkungan.

2) Saran
Pada umumnya pendidikan di Indonesia ini masih kurang pemahaman tentang arti
dari hakikat pendidikan. Karena tenaga ahli dalam pendidikan masih kurang dan keinginan
untuk memperoleh pendidikan masih minim. Pemerintah diharapkan memeratakan
pendidikan di negeri ini, karena tanpa adanya pendidikan tidak akan menghasilkan
masyarakat yang beradap dan berkarakter. Terlebih lagi pada saat ini sistem pendidikan di
Indonesia belum siap untuk menghasilkan kurikulum yang tetap dan bisa digunakan secara
terus menerus. Bisa di ambil contoh seperti kurikulum 2013 yang kebijakannya sering kali
membuat pro dan kontra di masyarakat.

D. DAFTAR PUSTAKA

https://binham.wordpress.com/2012/01/07/konsep-dasar-ilmu-pendidikan/

https://www.academia.edu/9477156/MAKALAH_HAKIKAT_PENDIDIKAN

Utanto, Yuli, Budiyono dan Edi Subkhan.2018.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang:


UNNES Press

Munib, Achmad dkk.2007.Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UNNES Press

Anda mungkin juga menyukai