tari tayuban
tari jaipongan
tari bangreng
tari ketuk 3 an
TARI PERTUNJUKAN
Apa yang dimaksud dengan tari pertunjukan ? Tari pertunjukan adalah suatu
jenis tari yang bersifat khusus untuk di tonton oleh sekelompok orang yang
hanya merupakan penonton belaka, dan kelompok penonton tidak berbaur
benar benar terpisahkan dari penarinya.
Pada tarian pertunjukan para penarinya menyampaikan suatu pernyataan
yang tertulis dalam suatu judul/tema atau yang melatar belakangi tariaanya.
Tarian ini dapat menyampaikan suasana gembira, sedih gagah, patriotik,
juga bisa menampilkan suasana alam, kisah binatang, kisah percintaan dan
sebagainya.
Contoh yang tergolong bentuk tarian pertunjukan ini :
-
tari merak
tari kijang
tarian klasik
tarian topeng
tari jaipongan
drama tari
sendra tari
Tari Sosial
Adalah Tari yang sering dilakukan dalam tari pergaulan karena ayunannya ,
keakraban dan pergaulan dengan orang laki dan wanita
Contoh : Ronggeng , Ketuk tilu , Joget , Lengsu , Tayub
3.
Tari Etnis
Adalah Tari yang dipergelarkan pada tempat dan waktu berkaitan dengan
kebudayaan
4.
Tari Spektakuler
Adalah Tari yang intren pada saat ini dan membuat takjub penontonnya
Contoh : Brigdance , Reog , Balet
5.
Smith (1985: 290), mengungkapkan dalam suatu tulisan tentang manusia sebagai makhluk
yang mampu menggunakan simbol, menunjuk pentingnya konteks dalam makna simbol. Smith
(1985: 310), berpendapat bahwa tanpa suatu kompleks simbol, pikiran relasional tidak akan
mungkin terjadi. Manusia memiliki kemampuan untuk mengisolasi hubungan hubungan dan
mengembangkannya dalam makna abstrak.
Yaswarau (2007: 23) mengatakan bahwa:
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya, karena memiliki keistimewaan
sebagai karunia Tuhan, yakni akal budi (kadang juga akal sehat, nurani). Akal budi manusia itu
mencakup kemampuan berpikir, daya cipta, karsa dan rasa. Kemampuan bersuara pada manusia
ditingkatkan menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi
dengan bahasa ini bisa terjadi karena adanya kemam
puan untuk menciptakan lambang (symbol): bunyi-bunyi yang melambangkan sesuatu dan
sesuatu itu bisa makna, maksud, gagasan, konsep dan sebagainya.
Apabila masuk ketahap tinggi, misalnya saling mengerti perasaan dan tindakan bersama
maka komunikasi tersebut masuk ke dalam tahap komunikasi transaksional (Hybels dan Sandra
dalam Liliweri, 2003: 24). Manusia adalah makhluk budaya sekaligus bersimbol. Ia bebas
berbuat dan bertindak, berfikir dan menentukan suatu keputusan. Tanpa terkecuali bagi
masyarakat Suku Dayak Bakumpai yang berada di Kabupaten Barito Kuala.
Dalam suatu sistem budaya dapat ditemui empat perangkat simbol yang masing-masing
mempunyai fungsi tersendiri bagi manusia-manusia yang bersangkutan dalam tindakan antar
mereka. Keempat perangkat simbol tersebut dikemukakan oleh Hidajat (2011: 16), yaitu:
1. Simbol-simbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan
kepercayaan dan biasanya merupakan inti dari agama;
2. Simbol-simbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan;
3. Simbol-simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai dan aturan
aturan; serta
4. Simbol-simbol pengungkapan perasaan atau simbol-simbol ekspresif.
Dari keempat perangkat simbol tersebut penulis menganalisis makna simbol tari Parang
Maya Suku Dayak Bakumpai baik dalam bentuk gerak, busana, properti dan iringan/musik tari
tersebut ke dalam simbol konstitutif, simbol kognitif, simbol penilaian moral dan simbol
ekspresif.
Pengetahuan manusia atas kemampuan menggunakan simbol (simbolisasi) inilah yang
kemudian melahirkan berbagai macam kajian mengenai fungsi simbol dalam kehidupan
manusia. Menurut Hamburg dalam Hidajat (2011), setidaknya ada tiga fungsi simbol yaitu
sebagai:
1. ekspresi, seperti terungkap dalam mitos, seni, dan bahasa;
2. institusional, seperti terungkap dalam pandangan dunia alami;
3. commonsense, yang terbangun dan terekfleksi dengan bahasa;
4. konseptual, terungkap dalam sistem tanda-tanda seperti terdapat dalam
dunia sains.
De Saussure dalam Sumandiyo (2003: 3-4) menyatakan bahwa hubungan antara bentuk dan
makna tidak bersifat pribadi, tetapi sosial, yakni didasari oleh kesepakatan (konvensi) sosial.
Para strukturalis, merujuk pada de Saussure, melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan
makna. De Saussure menggunakan istilah signifiant (signifier,ing.; penanda, Ind.) untuk segi
suatu tanda, dan signifi (signified, ing.; petanda, Ind.) untuk segi maknanya. Dengan demikian
mereka melihat tanda sebagai sesuatu yang menstruktur (proses pemaknaan berupa kaitan antara
penanda dan petanda) dan terstruktur (hasil proses tersebut) di dalam kognisi manusia.
Dalam teori de Saussure, signifiant bukanlah bunyi bahasa secara konkrit, tetapi merupakan
citra tentang bunyi bahasa (image acoustique). Dengan demikian, apa yang ada dalam kehidupan
kita dilihat sebagai bentuk yang mempunyai makna tertentu. Bahasa yang disampaikan,
diungkapkan dan digambarkan melalui bahasa gerak tubuh para penari. Secara umum gerak tari
yang dilakukan mengungkapkan suatu maksud di dalamnya. Gerakan-gerakan pada tari ini
memiliki makna yang berbeda apabila gerak-gerak tersebut dilakukan di daerah lain dengan
bentuk gerak, dan tempo yang berbeda pula.
Whitehed (Hidajat, 2011: 18) mengemukakan bahwa:
Pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen pengalamannya
menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, dan gambaran mengenai komponen-komponen
lain dalam pengalamannya. Perangkat komponen yang terdahulu adalah simbol dan perangkat
komponen yang kemudian membentuk makna simbol. Keberfungsian organis yang
menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu akan disebut referensi.
Jika mengkaji teori-teori yang dikemukakan di atas, maka setiap simbol akan senantiasa
memiliki makna, baik yang tersirat maupun yang tersurat, sehingga tari Parang Maya Suku
Dayak Bakumpai tentunya ada simbol dan makna yang menarik untuk dianalisis, ditafsirkan, dan
dijelaskan.