Anda di halaman 1dari 14

(1825-1830)

FARREL FRITZI JUNIOR


M. ZAHRAN RIZKI PRIMANDA
NISRINA SYIFA WIDYANTY
ZALFA NUR AINI
1) Latar Belakang
2) Faktor Terjadinya Perlawanan Pangeran
Diponegoro
3) Kronologi Perlawanan
4) Persamaan dan Perbedaan Perlawanan Pangeran
Diponegoro dengan Perlawanan Tuanku Imam Bonjol
Raden Mas Ontowiryo atau yang dikenal dengan Pangeran Diponegoro, merupakan
putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III. Ia dikenal luas karena memimpin salah
satu perang terbesar yang pernah dialami Belanda selama masa pendudukan di
Nusantara. Perang ini adalah Perang Jawa atau Perang Diponegoro, yang berlangsung
selama 5 tahun, sejak 1925 hingga 1930. Perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran
Diponegoro terhadap Belanda disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, kekuatan kolonial sejak awal 1800-an, yang berusaha menanamkan pengaruh
di Jawa, khususnya pada pemerintahan kerajaan yang ada. kebanyakan perilaku orang
barat yang berusaha mengubah tindak-tanduk yang berlaku di keraton, mendapat
banyak tentangan dari bangsawan istana.
Selain itu, kekuasaaan para pangeran dan bangsawan administratif pribumi semakin
berkurang seiring dengan berbagai kebijakan yang tidak menguntungkan.
Kedua, pertentangan politik yang dilandasi kepentingan pribadi dalam keraton
semakin lama semakin meruncing. Pengangkatan Hamengkubuwono V yang masih
kecil, membawa banyak kepentingan pribadi dari Dewan Perwalian yang dibentuk.
Pada tahun 1822, mulai terlihat dua kelompok dalam istana. Kelompok pertama terdiri
dari Ratu Ibu (ibunda Hamengkubuwono IV), ratu Kencono (ibunda Hamengkubuwono
V), dan Patih Danuredja IV. Sedangkan kelompok kedua, terdiri dari Pangeran
Diponegoro dan pamannya, Pangeran Mangkubumi.
Sementara ketiga, beban rakyat akibat pemberlakuan pajak yang berlebihan
mengakibatkan keadaan masyarakat semakin tertekan. Misalnya, pintu rumah
dikenakan bea pacumpleng, pekarangan rumah dikenakan bea pengawang-awang,
bahkan pajak jalan pun dikenakan bagi tiap orang yang melintas, termasuk barang
bawaannya. Akhirnya, Pangeran Diponegoro pun membulatkan tekad untuk melakukan
perlawanan dengan membatalkan pajak agar para petani di Tegalrejo dapat membeli
senjata dan makanan. Karena tekadnya ini, ia mendapat dukungan tidak hanya dari
sebagian elite istana, tetapi juga dari kalangan masyarakat pedesaan dan elit agama
yang dirugikan dengan kebijakan kolonial.
kekecewaan Pangeran Diponegoro juga semakin memuncak ketika Patih Danureja atas
perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati
makam leluhurnya. Ia kemudian bertekad melawan Belanda dan menyatakan sikap
perang.
Pernyataan ini lah yang kemudian memicu serangan Belanda ke Tegalrejo pada 20 Juli
1825 sebagai awal dari dimulainya Perang Diponegoro.
1) Penyebab Perang Diponegoro yang pertama adalah adanya perasaan tidak puas
pada kaum bangsawan Kesultanan Yogyakarta, karena :
-- Mereka dilarang oleh Belanda untuk menyewakan tanahnya kepada pengusaha-
pengusaha swasta untuk perkebunan-perkebunan. Sebab itu merupakan saingan bagi
Belanda yang mengusahakan perkebunan-perkebunan juga.
-- Daerah Kesultanan Yogyakarta yang terletak di antara Pekalongan dan Semarang
dirampas oleh Belanda.
-- Kekuasaan dan kewibawaan para bangsawan makin terdesak oleh Belanda, baik di
pusat maupun di daerah-daerah.
2) Kaum ulama Islam yang semakin kecewa, karena makin meluasnya adat kebiasaan
barat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal ajaran Islam bagi kaum ulama
merupakan alat untuk pendidikan moral. Oleh karena kaum ulama memandang bahwa
keburukan moral itu bersumber dari Belanda, maka Belanda harus disingkirkan.
3) Karena rakyat jelata makin menderita akibat adanya bermacam-macam pungutan
pajak dan macam-macam kewajiban kerja paksa.
4) Pada tahun 1825, Belanda bermaksud menyambung dan memperlebar jalan melalui
tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro dengan tidak minta izin lebih dulu kepada
Pangeran Diponegoro. Hal itu menyebabkan Pangeran Diponegoro marah karena
mengesampingkan beliau sebagai wali raja.
Benteng Stelsel adalah taktik yang dibuat oleh Belanda untuk mempersempit daerah lawan dengan cara
membangun benteng di setap sudut kota yang telah mereka kuasai. Orang yang menciptakan strategi
Benteng Stelsel adalah Jenderal de Kock. Taktik ini pertama kali diusulkan oleh Jenderal de Kock pada
1827, ketika Belanda kerepotan dalam menghadapi serangan pasukan Pangeran Diponegoro.

Perang Diponegoro atau Perang Jawa adalah pertempuran besar antara penjajah Belanda dengan
pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Pasukan Diponegoro. Salah satu peristiwa yang menjadi sebab
berkobarnya pertempuran ini adalah pemasangan patok tanpa izin oleh Belanda untuk pembangunan jalan
yang melintasi tanah dan makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pangeran Diponegoro kemudian
mengobarkan perlawanan pada 1825 di Tegalrejo yang kemudian meluas ke berbagai daerah, seperti
Yogyakarta, Surakarta, Kedu, Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Jawa Timur.
Siasat gerilya yang dipilih Pangeran Diponegoro ternyata berhasil merepotkan pertahanan Belanda.
Untuk mematahkan dominasi Pangeran Diponegoro, pada 1827 Jenderal de Kock menerapkan siasat
Benten Stelsel.

Taktik Benteng Stelsel dilakukan dengan cara membuat benteng-benteng di berbagai tempat dan
menghubungkannya dengan jalan yang bagus. Saat sebuah benteng diserang, maka pasukan dan peralatan
perang dari benteng lain di dekatnya akan dapat segera membantu. Tujuan taktik ini adalah untuk
mempersempit ruang gerak musuh agar kesulitan untuk melarikan diri. Untuk melawan pasukan Diponegoro,
Belanda membangun benteng di beberapa wilayah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Strategi ini
terbukti cukup efektif dan perlawanan pasukan Diponegoro mulai dapat dikendalikan. Bahkan kedudukan
Pangeran Diponegoro mulai terdesak dan melemah. Belanda juga menerapkan strategi Benteng Stelsel
ketika menghadapi perlawanan rakyat Minang dalam Perang Padri.
Perlawanan Pangeran Diponegoro dengan
Perlawanan Tuanku Imam Bonjol

1. Perang padri berlangsung di Sumatera, sedangkan perang Diponegoro berlangsung di Jawa.

2. Sebab perang padri adalah pertentangan melawan kaum adat, sedangkan perang diponegoro karena
provokasi Belanda yang membuat jalan melintasi makam leluhur pangeran diponegoro, dan membuat
pangeran diponegoro tersingkir dari elit kekuasaan.

3. Perang diponegoro hanya terjadi selama 1 periode, sedangkan perang padri terbagi menjadi perang
padri 1 dan 2.
Perlawanan Pangeran Diponegoro dengan
Perlawanan Tuanku Imam Bonjol

1. Sama-sama melawan pemerintah kolonial Belanda

2. Sama-sama menjadi penyebab kekosongan kas Belanda.

3. Merupakan beberapa perlawanan besar yang amat merugikan belanda.

4. Keduanya adalah juga penyebab asal muasal belanda menerapkan cultur stelsel di Indonesia.
thank you for your attention

Anda mungkin juga menyukai