Anda di halaman 1dari 10

P e r la w a n a n

Diponegoro
Anggota Kelompok:
Alivio Feyrizkia Ramadhan (4)
Azka Nabihan Hilmy (9)
Mirza Mawla Althaf
(19)
M. Kevin Rentua (22)
B A G I A N 1: Awal mula

B A G I A N 2: Latar Belakang

D a f t a r Isi
B A G I A N 3: Proses Terjadinya Perang

B A G I A N 4: Berakhirnya Perang
Awal Mula

Indonesia pernah mengalami masa kelamnya dijajah oleh


kolonial Belanda selama 3,5 abad. Pada masa penjajahan ini,
banyak perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia
dari berbagai daerah. Salah satu perlawanan rakyat
Indonesia terhadap penjajahan kolonial Belanda adalah
Perang Diponegoro.
Perang Diponegoro atau perang Jawa merupakan perang
besar dan berlangsung selama lima tahun dari tahun 1825 -
1830. Perang ini, dilatarbelakangi oleh kebencian rakyat Jawa
terhadap Belanda atas penindasan yang terjadi di tanah
Jawa. Sesuai dengan namanya, perang ini dipimpin
Pangeran Diponegoro yang merupakan oleh
Kesultanan Yogyakarta. pangeran dari
Awal Mula

Dalam sejarahnya, sejak kedatangan Marsekal Herman


W illem Daendels di Batavia, pengaruh
semakin kentara di pulau kolonial Belanda
Jawa, khususnya
Yogyakarta. Dimana, Daendels mengubah etiket dan tata
Keraton
upacara yang menyebabkan terjadinya kebencian dari pihak
Keraton Jawa. Ia memaksa pihak Keraton Yogyakarta untuk
memberinya akses terhadap berbagai sumber daya alam
dan manusia dengan mengerahkan kekuataan militernya.

Setelah Sri Sultan Hamengkubuwono IV wafat, Residen


Yogyakarta Jonkheer Anthonie Hendrik
menc ampuri Smissaert urusan kekuasaan banyak
keraton.
kebijakan sepihak Dimana,
yang dimuluskan olehnya. Saat itu,
Pangeran Diponegoro yang menjabar sebagai Wali banyak
Raja
tidak tahan dengan kehadiran Belanda di Keraton
Yogyakarta dan akhirnya ia memilih untuk kembali ke
kediamannya di Tegalrejo.
L a t a r Belakang

Memasuki abad ke-19, keadaan di Surakarta dan Yogyakarta


semakin memprihatinkan karena intervensi Belanda terhadap
pemerintah lokal sering kali memperburuk perselisihan
yang ada di lingkungan kerajaan. Campur tangan pihak
kolonial juga membawa pergeseran adat dan budaya
keraton yang tidak sesuai dengan budaya nusantara.

Selain itu, dominasi Belanda telah membuat rakyat


menderita karena dijadikan sebagai objek pemerasan.
Pasalnya, para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya
karena harus menjadi tenaga kerja paksa. Beban mereka
pun semakin berat karena diwajibkan untuk membayar
berbagai macam pajak.
L a t a r Belakang

Melihat penderitaan rakyat akibat kekejaman Belanda,


Pangeran Diponegoro tidak mau tinggal diam.
Pangeran
Diponegoro, yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo,
adalah putra Sultan Hamengkubuwono III yang pada awalnya
memilih untuk tidak ikut c ampur urusan keraton karena
ibunya bukan seorang permaisuri. Namun, ketika
Belanda
dirasa terlalu banyak mencampuri urusan keraton, Pangeran
Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan
perlawanan.

Selain itu, Perang Diponegoro terjadi karena Belanda


dengan sengaja menanam patok - patok untuk membuat jalan
di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro. Hal itulah yang
membuat kemarahan Pangeran Diponegoro memuncak, dan
menyatakan sikap perang dengan mengganti patok yang
dipasang Belanda dengan tombak.
P r o s e s Te r j a d i n y a
Perang

Anthonie Hendrik Smissaert, Residen Yogyakarta yang


merupakan orang Belanda, berniat membangun jalan kereta
api. Rencana ini ditentang oleh Pangeran Diponegoro
lantaran rel kereta api tersebut mengenai area kediaman
neneknya di Tegalrejo.

Perang Jawa tak dapat dihindari, dimulai pada 2 0 Juli 1825.


Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya menerapkan
strategi gerilya untuk menghadapi Belanda yang jelas lebih
unggul jumlah prajurit dan persenjataan.
Kubu Pangeran Diponegoro bermarkas di pedalaman Goa
Selarong, suatu kawasan pegunungan (di wilayah Pajangan,
Bantul) yang terletak sekitar 2 6 kilometer ke arah barat daya
dari Keraton Yogyakarta.
P r o s e s Te r j a d i n y a
Perang

Beberapa tokoh pahlawan yang berandil besar membantu


Pangeran Diponegoro antara lain Kyai Mojo dan Alibasah
Sentot Prawirodirjo. Sedangkan pasukan Belanda dipimpin
oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock.

Pasukan Diponegoro selalu bergerak, masuk keluar hutan,


naik turun gunung, dan menjelajahi banyak wilayah, dari
Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur. Strategi ini
sangat merepotkan Belanda yang terpaksa mengeluarkan
banyak biaya untuk membiayai Perang Jawa dan
mendatangkan pasukan bantuan.
Belanda terpaksa menarik pasukan yang sedang
menghadapi pertempuran di Sumatera Barat yakni Perang
Padri - yang digalang oleh para tokoh Minangkabau termasuk
Tuanku Imam Bonjol - untuk diperbantukan di Perang Jawa.
Berakhirnya Perang

Pertempuran sengit antara Belanda dan Pangeran


Diponegoro baru berakhir pada 2 8 Maret 1830. Kala itu,
pasukan Pangeran Diponegoro dijepit di Magelang oleh
Jenderal de Kock. Demi membebaskan sisa pasukannya,
Pangeran Diponegoro rela menyerahkan diri. Pangeran
Diponegoro kemudian ditangkap dan diasingkan ke
Makassar hingga akhir hidupnya. Perang Diponegoro
terjadi selama lima tahun dan menimbulkan dampak yang
sangat besar.
Te r i m a k a s i h !

Anda mungkin juga menyukai