Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERANG DIPONEGORO

DI SUSUN OLEH :
 AMELIA PANJAITAN
 ANDIKA DWI PRADANA
 AHMAD ZIKRI

KLS : XI IIS2

SMA PURNA MANUNGGAL


TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II: Pembahasan
A. Pangeran Diponegoro
B. Sebab-sebab
C. Jalanya Perang
D. Akhir Perang Diponegoro
BAB III: Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang menimbulkan perang
Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di kalangan keraton Yogyakarta maupun di
daerah wilayahnya sebagai akibat ikut campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan
kerajaan. Sedang pemimpin peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III raja
Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat dikatakan
hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram yaitu kerajaan besar di Jawa pada abad XVII-
XVIII. Karena itu tidak mengherankan apabila perang Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan
salah satu sebab pecahnya perang Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain
karena Kompeni atau kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan
Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan adat
pemerintahan keraton.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pangeran Diponegoro?
2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?
C. Tujuan penulisan makalah
1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.

BAB II
PEMBAHASA
N

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di dareah jawa
tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang
dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
A. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono III dari selir Raden
Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil, diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di
Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang terpencil yang letaknya beberapa kilometer dari istana
Yogyakarta.Disana dia memasuki lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana
yang tidak disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak, pelanggaran susila,
dan pengaruh barat yang bersifat merusak. (Ricklefs,1999:177-).
Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian spiritual ,dia bermimpi
bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas bahwa dia harus memasuki zaman kehancuran
yang harus mensucikanya. Setelah 20 tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa
bertambah buruk . Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –pemberontakan kecil
(Ricklefs,1999:177).
B. Sebab-sebab
Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan,dengan rakyat dibebani dengan
kewajiban membayar pajak. Serta harus memenuhi kebutuhan orang Belanda dan para bangsawan
yang menjadi kaki tangan belanda. Hal tersebut membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan
melihat situasi tersebut. Selain itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah
istana,seperti penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono IV wafat,Belanda
mengangkat putra mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan Yogyakarta, Padahal usianya pada saat itu
baru tiga tahun. Sultan hanya dijadikan sebagi simbol pemerintahan saja. Selanjutnya dalam
pemerintahan istana Yogyakarta diatur oleh Residen Smissert.
Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak belanda yang
membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo tanpa persetujuan dari pangeran
diponegoro. Pangeran diponegoro dan masyarakat merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo
adalah tempat makam dari leluhur Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan
jalan tersebut pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang menjadi titik
tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk menyelesaikan masalah tanah itu, sebenarnya Residen
Belanda, A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya. Namun undangan itu
ditolak mentah-mentah olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah yang dibuat jalan.
Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-
orangnya untuk mencabuti patok-patok itu. Melihat kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda
mempunyai alasan untuk menangkap Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun
didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825 perang Tegalrejo
dikepung oleh serdadu Belanda.
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta keluarganya terpaksa mengungsi
karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi menyelamatkan diri menuju ke barat hingga
ke Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong.
Goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian dijadikan sebagai
basis pasukan.
C. Jalanya Perang
Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia mendapat banyak
dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kecewa dengan Sultan
maupun Belanda . Lima belas dari dua puluh sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro,
demikian pula empat puluh satu dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut
Diponegoro adalah Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan tempur.
Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang diantarana adalah Kiai Mojo yang menjadi
pimpinan spiritual pemberontakan tersebut. Rakyat pedesaan juga bertempur di pihak Diponegoro
dan memebantu pasukan-pasukannya apabila mereka tidak sanggup bertempur lagi.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri,
kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak Diponegoropun menanggapi dan berlangsunglah
pertempuran sengit di kedua belah pihak. Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di
seluruh Jawa. Jalur-jalur logistik juga dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong
keperluan perang. Belanda menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di hutan-hutan dan
dasar jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi saat peperangan berlangsung. Selain itu Belanda
juga mengarahkan mata-mata utuk mencari informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya, yakni dengan cara
berpencar, berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh lengah. Setrategi ini sangat merepotkan
tentara Belanda. Belum lagi Pangeran Diponegoro mendapat dukungan rakyat. Awlanya sendiri
peperangan banyak terjadi di daerah barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan
Lowano (Perbatasan Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah lain: Gunung kidul,
Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan pada bulan-bulan
penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan Belanda terhambat. Selain itu,
penyakit malaria dan disentri turut melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan
menhadapi perlawanan Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada bulan
Oktober 1826 ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun 1826
pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju lagi, dan Diponegoro masih
menguasai berbagai wilayah pedalaman Jawa tengah.
Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada bulan Agustus
1826 pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II yang sudah berusia lanjut dari tempat
pengasingan Ambon dan mendudukanya lagi diatas tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini
sama sekali gagal mendorong rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan.
(Ricklefs,1999:179)
D. Akhir Perang Diponegoro
Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu untuk mematahkan
perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng
Stelsel (sistem Benteng) ats perinta Jendral De Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan
benteng di setiap daerah-daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan
raya. Akibatnya ,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena hubungan antar pasukan dan
rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan di adu domba dengan politik Devide et empera. Kekeutan
pasukan Diponegoro pun semakin lemah karena banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau
menyerah.
Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin meningkat. Pada bulan
April 1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan september 1829 paman Diponegoro,pangeran
mangubumi dan panglima utamanya sentot, keduanya menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan
oleh Belanda untuk menjalankan tugas untuk melawan kaum padri di sumatera,sedangkan
Mangkubumi diangkat sebagai salah satu dari pangeran-pangeran yang paling senior dari
Yogyakarta. Akhirnya ,pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang.
Namun setibanya disana dia di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan kemudian
ke Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855. Pemberontakan akhirnya berakhir, di pihak Belanda
perang ini telah menelan setidaknya 8000 serdadu Belanda dan di pihak pribumi sekitar 2000.000
tewas sehingga penduduk Yogyakarta habis hampir separuhnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di dareah jawa
tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang
dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini disebabkan pihak Belanda membangun jalan dari
Yogyakarta ke Magelang yang melewati makam lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan
yang berlangsung selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah kekalahan
tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan di asingkan ke Manado dan dipindahkan ke Makassar
sampai beliau wafat tanggal 8 januari 1855. Perang ini juga mengakibatkan banyak korban tewas dari
pihak Belanda maupun pribumi.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang
Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan
jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-
nilai luhur dari mere
DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah Sampai Proklamasi kemerdekaan,
Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Kartodirdjo,A .Sartono. 1973.Sejarah Perlawanan-perlawana Terhadap Kolonialisme,Yogyakarta:Gramedia

Anda mungkin juga menyukai