Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 5

Nama : FAHRI
Penyaji FADILA
DAHLIA
USWATUN
WANDA
QAIRUL

KELAS XI- PMS4


SMANSA NEGERI 1 TANJUNG TIRAM
T.P 2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjung Tiram
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan...........................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................
BAB II: Pembahasan...........................................................................................................
A. Pangeran Diponegoro..............................................................................................
B. Sebab-sebab............................................................................................................
C. Jalanya Perang.........................................................................................................
D. Akhir Perang Diponegoro.......................................................................................
BAB III: Penutup.................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang
menimbulkan perang Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di
kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah wilayahnya sebagai akibat ikut
campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan kerajaan. Sedang pemimpin
peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III raja Yogyakarta
bernama Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat
dikatakan hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram yaitu kerajaan besar di
Jawa pada abad XVII-XVIII. Karena itu tidak mengherankan apabila perang
Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan salah satu sebab pecahnya perang
Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain karena Kompeni
atau kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan
Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan
adat pemerintahan keraton.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pangeran Diponegoro?
2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?
C. Tujuan penulisan makalah
1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.

BAB II
PEMBAHASAN

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-


1830 di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi
antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
A. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono
III dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil,
diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang
terpencil yang letaknya beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana dia
memasuki lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana
yang tidak disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak,
pelanggaran susila, dan pengaruh barat yang bersifat merusak.
(Ricklefs,1999:177-).
Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian
spiritual ,dia bermimpi bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas
bahwa dia harus memasuki zaman kehancuran yang harus mensucikanya.
Setelah 20 tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa
bertambah buruk . Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –
pemberontakan kecil (Ricklefs,1999:177).
B. Sebab-sebab
Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan,dengan rakyat
dibebani dengan kewajiban membayar pajak. Serta harus memenuhi kebutuhan
orang Belanda dan para bangsawan yang menjadi kaki tangan belanda. Hal
tersebut membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi
tersebut. Selain itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah
istana,seperti penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono
IV wafat,Belanda mengangkat putra mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan
Yogyakarta, Padahal usianya pada saat itu baru tiga tahun. Sultan hanya
dijadikan sebagi simbol pemerintahan saja. Selanjutnya dalam pemerintahan
istana Yogyakarta diatur oleh Residen Smissert.
Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak
belanda yang membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo
tanpa persetujuan dari pangeran diponegoro. Pangeran diponegoro dan
masyarakat merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo adalah tempat
makam dari leluhur Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu
pembutan jalan tersebut pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan.
Hal inilah yang menjadi titik tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk
menyelesaikan masalah tanah itu, sebenarnya Residen Belanda, A.H.Smisaert
mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya. Namun undangan itu
ditolak mentah-mentah olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah
yang dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro
geram, lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mencabuti patok-patok itu.
Melihat kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda mempunyai alasan untuk
menangkap Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun
didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825
perang Tegalrejo dikepung oleh serdadu Belanda.
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta keluarganya
terpaksa mengungsi karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi
menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke Desa Dekso di Kabupaten
Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang
terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian
dijadikan sebagai basis pasukan.
C. Jalanya Perang
Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia
mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa
Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun Belanda . Lima belas dari dua
puluh sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro, demikian pula empat
puluh satu dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut
Diponegoro adalah Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di
medan tempur. Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang
diantarana adalah Kiai Mojo yang menjadi pimpinan spiritual pemberontakan
tersebut. Rakyat pedesaan juga bertempur di pihak Diponegoro dan memebantu
pasukan-pasukannya apabila mereka tidak sanggup bertempur lagi.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan pasukan-
pasukan infantri, kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak Diponegoropun
menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit di kedua belah pihak.
Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di seluruh Jawa. Jalur-
jalur logistik juga dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong
keperluan perang. Belanda menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di
hutan-hutan dan dasar jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi saat
peperangan berlangsung. Selain itu Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk
mencari informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya, yakni
dengan cara berpencar, berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh lengah.
Setrategi ini sangat merepotkan tentara Belanda. Belum lagi Pangeran
Diponegoro mendapat dukungan rakyat. Awlanya sendiri peperangan banyak
terjadi di daerah barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan
Lowano (Perbatasan Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah
lain: Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan
pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit malaria dan disentri turut
melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan menhadapi
perlawanan Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada
bulan Oktober 1826 ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan ,
pada akhir tahun 1826 pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak
dapat maju lagi, dan Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah pedalaman
Jawa tengah.
Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada
bulan Agustus 1826 pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II
yang sudah berusia lanjut dari tempat pengasingan Ambon dan mendudukanya
lagi diatas tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini sama sekali gagal
mendorong rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan.
(Ricklefs,1999:179)
D. Akhir Perang Diponegoro
Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu
untuk mematahkan perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan
tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel (sistem Benteng) ats
perinta Jendral De Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan benteng
di setiap daerah-daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu
dibuat jalan raya. Akibatnya ,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena
hubungan antar pasukan dan rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan di adu
domba dengan politik Devide et empera. Kekeutan pasukan Diponegoro pun
semakin lemah karena banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau menyerah.
Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin
meningkat. Pada bulan April 1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan
september 1829 paman Diponegoro,pangeran mangubumi dan panglima
utamanya sentot, keduanya menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh
Belanda untuk menjalankan tugas untuk melawan kaum padri di
sumatera,sedangkan Mangkubumi diangkat sebagai salah satu dari pangeran-
pangeran yang paling senior dari Yogyakarta. Akhirnya ,pada bulan Maret 1830
Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang. Namun setibanya disana dia
di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan kemudian ke
Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855. Pemberontakan akhirnya berakhir,
di pihak Belanda perang ini telah menelan setidaknya 8000 serdadu Belanda dan
di pihak pribumi sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk Yogyakarta habis
hampir separuhnya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830
di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara
Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini
disebabkan pihak Belanda membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang yang
melewati makam lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan yang
berlangsung selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah
kekalahan tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan di asingkan ke Manado
dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat tanggal 8 januari 1855. Perang ini
juga mengakibatkan banyak korban tewas dari pihak Belanda maupun pribumi.
B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana
susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta
maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam
membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka
DAFTAR PUSTAKA

Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah Sampai


Proklamasi kemerdekaan, Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah Mada University


Press.

Kartodirdjo,A .Sartono. 1973.Sejarah Perlawanan-perlawana Terhadap


Kolonialisme,Yogyakarta:Gramedia

Anda mungkin juga menyukai