PANGERAN DIPONEGORO
OLEH
Kelas : XI MIA 1
No Absen : 31
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia tersebut di bagi ke dalam dua periode,
yaitu perlawanan sebelum tahun 1800 dan perlawanan sesudah tahun 1800. Pembagian waktu
tersebut dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai sejarah perlawanan bangsa
Indonesia terhadap Bangsa-Bangsa Barat tersebut. Perlawanan sebelum tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Rakyat Mataram, Perlawanan Rakyat Banten, Perlawanan Rakyat Makasar,
Pemberontakan Untung Surapati. Sedangkan perlawanan sesudah tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Sultan Nuku(Tidore), Perlawanan Patimura, Perang Diponegoro,Perang Paderi,
Perang Aceh, Perang Bali, Perang Banjarmasin.
Proses penjajahan di Indonesia adalah proses perjuangan yang tidak akan cukup
tergambarkan dalam satu atau dua buku. Berbagai pristiwa yang pernah dialami maupun
berbagai peninggalan yang masih tersisa merupakan saksi yang masih banyak menyimpan
rahasiah yang mungkin belum mampu terungkap.
1
C. Apa saja nilai-nilai perjuangan yang terdapat dalam tokoh pangeran
diponegoro ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui bagaimana latar
belakang dari tokoh pangeran diponegoro, dan juga susah payahnya para pejuang
yang peduli akan keadaan bangsa indonesia .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pangeran Diponegoro sadar bahwa dirinya terlahir dari seorang selir. Ia pun menolak
permintaan ayahnya, Sultan Hamengkubuwono III, untuk diangkat menjadi raja. Pasalnya, di
lingkungan kerajaan pada saat itu yang biasa dinobatkan menjadi raja hanyalah anak dari
permaisuri.
Perang Diponegoro
Sekitar 1825-1830, Pangeran Diponegoro memimpin Jawa Tengah dan sebagian Jawa
Timur dalam perang besar-besaran yang hampir-hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis
Belanda di Indonesia. Perang ini diawali dengan keputusan dan tindakan Hindia Belanda
yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Ditambah
lagi, Hindia Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat serta eksploitasi
berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi.Belanda melakukan berbagai cara untuk
menangkap Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Belanda membuat taktik sayembara
barang siapa yang bisa menangkap atau membunuh Pangeran Diponegoro akan diberikan
hadiah sangat besar yaitu 20.000 gulden. Akan tetapi, pengikut Pangeran Diponegoro pada
saat itu tidak goyah akan tawaran tersebut.
3
Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pengikutnya
pada 20 April 1830 yang kemudian dibawa dengan kapal Pollux menuju Manado.
Sesampainya di Manado, Pangeran Diponegoro dan rombongannya langsung ditawan di
Benteng Amsterdam.Selanjutnya, Ia pun kembali dipindahkan ke Makassar. Hingga akhirnya
pada 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal dan dimakamkan di kota tersebut.
C. Proses Perlawanan
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan
artileri (yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal) di
kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan
desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu
5
wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu
sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik
dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-
puluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru
berlangsung terus sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir
bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi
medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat
dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan
penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata"
tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha
untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh
yang tak tampak", melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan
mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengonsolidasikan pasukan dan
menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut,
memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin
perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando Pangeran Diponegoro. Namun pejuang
pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu;
suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu di mana suatu wilayah yang tidak terlalu luas
seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut
kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam
sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang
gerilya (guerrilla warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan
(Surpressing). Perang ini bukan merupakan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu
perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan.
Perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan
tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung
dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) di mana kedua belah pihak saling
memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
6
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan
menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai
Modjo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran
Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada
Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan
diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng
Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa
ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu
berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa.[10] Setelah perang berakhir,
jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
Karena bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, konon
keturunan Diponegoro tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton hingga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro dengan
mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak
cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka,
tanpa rasa takut akan diusir.
D. Akhir Perlawanan
Di sisi lain, sebenarnya Belanda sedang menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat.
Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum
Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabuk-
mabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba
mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan
kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I
antara 1821-1825, dan babak II.
Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang
dipakai perang di Sumatera Barat untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya
dengan gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar
pasukan dari Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir
(1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak
7
kedua. Pada tahun 1837 pemimpin Perang Paderi, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah.
Berakhirlah Perang Padri.
1. Patriotisme, yakni sifat rela dan berani berkorban atas segala yang dimiliki termasuk
nyawa sekalipun demi untuk membebaskan rakyat dari kesewenang-wenangan
Belanda yang menyengsarakan.
2. Cinta tanah air, salah satu pemicu amarah Pangeran Diponegoro adalah karena
Belanda sangat tidak menghargai adat istiadat setempat. Kemarahan ini memunculkan
tekad untuk melawan Belanda demi tegaknya kehormatan tanah air.
3. Pantang menyerah meski peralatan perang Belanda lebih maju namun hal tersebut
tidak membuat Pangeran Diponegoro gentar, ia tetap melanjutkan peperangan
melawan Belanda dengan segenap apa yang ia miliki.
4. Mendahulukan kepentingan umum. Seperti disebutkan pada awal tulisan ini bahwa
Pangeran Diponegoro berasal dari keluarga kerajaan. Hidupnya tentu menyenangkan
dan tidak harus sengsara seperti rakyat kecil. Namun kepentingan pribadinya ia
hilangkan dan berjuang menentang Belanda untuk membela kepentingan umum,
kepentingan rakyat.
5. Berani membela kebenaran, meski nyawa taruhannya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785 dari ibu
yang merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya yang bernama
Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono III.
Pangeran diponegoro sangat berperan penting dalam peperangan yang terjadi di tanah jawa
yaitu tepatnya di daerah ponegoro, yang dimana pada saat itu pangeran diponegoro sendiri
yang memimpin peeperangan tersebut
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa mengetahui bagai mana latar
belakang dari tokoh pahlawan pangeran diponegoro ,dan juga kita bisa mengetahui
bagaimana susahnya para pejuang indonesia terlebih dahulu merebut NKRI, dari harta
maupun nyawanya . janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela
indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur maupun nilai kepahlawanan dari
mereka .
9
DAFTAR PUSTAKA
https://risalridwan.blogspot.com › 2017/02 ›
10