Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANGERAN DIPONEGORO

OLEH

Nama : Kadek Tegar Juniarta

Kelas : XI MIA 1

No Absen : 31

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ida hyang widi wasa. Karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai tokoh yang
berjuang sebelum abad ke-XX ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana .
semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan .

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan tentang


pahlawan kita Pangeran Diponegoro , bagi para pembaca jika menemukan kesalahan pada
makalah ini saya mohon saran dan pendapatnya supaya kedepannya saya bisa menyusun
makalah dengan lebih baik lagi .

Bestala, 30 september 2021

Kadek tegar juniarta

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ............................................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3

2.1 Biografi tokoh pangeran diponegoro......................................................................................... 3

2.2. Peranan/proses terjadinya perang diponegoro ............................................................................ 4

2.3 Nilai-nilai perjuangan dari tokoh pangeran diponegoro .............................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 9

3.2 Saran ........................................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pentingnya pembahasan topik ini adalah untuk mengetahui bagaimana penderitaan
bangsa Indonesia ketika di jajah oleh bangsa-bangs Eropa, sehingga terjadi perlawanan-
perlawanan di berbagai daerah untuk menusir para penjajah, khususSampai dengan abad 18
penetrasi kekuasaan Belanda semakin besar dan meluas, bukan hanya dalam bidang ekonomi
dan politik saja namun juga meluas ke bidang-bidang lainnya seperti kebudayaan dan agama.
Penetrasi dan dominasi yang semakin besar dan meluas terhadap kehidupan bangsa Indonesia
menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa perlawanan dan perang melawan penindasan dan
penjajahan bangsa Eropa. Tindakan sewenang-wenang dan penindasan yang dilakukan oleh
penguasa kolonial Eropa telah menimbulkan kesengsaraan dan kepedihan bangsa Indonesia.
Menghadapi tindakan penindasan itu, rakyat Indonesia memberikan perlawanan yang sangat
gigih. Perlawanan mula-mula ditujukan kepada kekuasaan Portugis dan VOC.

Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia tersebut di bagi ke dalam dua periode,
yaitu perlawanan sebelum tahun 1800 dan perlawanan sesudah tahun 1800. Pembagian waktu
tersebut dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai sejarah perlawanan bangsa
Indonesia terhadap Bangsa-Bangsa Barat tersebut. Perlawanan sebelum tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Rakyat Mataram, Perlawanan Rakyat Banten, Perlawanan Rakyat Makasar,
Pemberontakan Untung Surapati. Sedangkan perlawanan sesudah tahun 1800, yaitu :
Perlawanan Sultan Nuku(Tidore), Perlawanan Patimura, Perang Diponegoro,Perang Paderi,
Perang Aceh, Perang Bali, Perang Banjarmasin.

Proses penjajahan di Indonesia adalah proses perjuangan yang tidak akan cukup
tergambarkan dalam satu atau dua buku. Berbagai pristiwa yang pernah dialami maupun
berbagai peninggalan yang masih tersisa merupakan saksi yang masih banyak menyimpan
rahasiah yang mungkin belum mampu terungkap.

1.2 Rumusan masalah


A. Bagaimana latar belakang tokoh pangeran diponegoro ?
B. Bagaimana peranan/proses perlawanan perang diponegoro ?

1
C. Apa saja nilai-nilai perjuangan yang terdapat dalam tokoh pangeran
diponegoro ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui bagaimana latar
belakang dari tokoh pangeran diponegoro, dan juga susah payahnya para pejuang
yang peduli akan keadaan bangsa indonesia .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi tokoh pangeran diponegoro


Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785 dari ibu
yang merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya yang bernama
Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono
III.Pada saat Pangeran Diponegoro lahir, Ia diberi nama Raden Mas Mustahar yang akhirnya ia diberi
gelar pangeran dengan nama Pangeran Diponegoro pada 1812 ketika ayahnya naik tahta menjadi
Hamengkubuwono III. Pangeran Diponegoro memiliki 12 putra dan 5 orang putri dari 9 wanita yang
dinikahinya. Saat ini, seluruh keturunan Pangeran Diponegoro tersebut hidup tersebar di Indonesia
bahkan di luar negeri, termasuk Australia, Serbia, Jerman, Belanda, dan Arab Saudi.

Pangeran Diponegoro Menolak Diangkat Menjadi Raja

Pangeran Diponegoro sadar bahwa dirinya terlahir dari seorang selir. Ia pun menolak
permintaan ayahnya, Sultan Hamengkubuwono III, untuk diangkat menjadi raja. Pasalnya, di
lingkungan kerajaan pada saat itu yang biasa dinobatkan menjadi raja hanyalah anak dari
permaisuri.

Perang Diponegoro

Sekitar 1825-1830, Pangeran Diponegoro memimpin Jawa Tengah dan sebagian Jawa
Timur dalam perang besar-besaran yang hampir-hampir meruntuhkan kekuasaan imperialis
Belanda di Indonesia. Perang ini diawali dengan keputusan dan tindakan Hindia Belanda
yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Ditambah
lagi, Hindia Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat serta eksploitasi
berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi.Belanda melakukan berbagai cara untuk
menangkap Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Belanda membuat taktik sayembara
barang siapa yang bisa menangkap atau membunuh Pangeran Diponegoro akan diberikan
hadiah sangat besar yaitu 20.000 gulden. Akan tetapi, pengikut Pangeran Diponegoro pada
saat itu tidak goyah akan tawaran tersebut.

Akhir hayat Pangeran Diponegoro

3
Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pengikutnya
pada 20 April 1830 yang kemudian dibawa dengan kapal Pollux menuju Manado.
Sesampainya di Manado, Pangeran Diponegoro dan rombongannya langsung ditawan di
Benteng Amsterdam.Selanjutnya, Ia pun kembali dipindahkan ke Makassar. Hingga akhirnya
pada 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal dan dimakamkan di kota tersebut.

2.2. Peranan/proses terjadinya perang diponegoro

A. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan

Sejak kedatangan Belanda di Jawa Tengah, kerajaan Mataram mengalami


kemerosotan. Wilayah kerajaan semakin sempit karena banyak daerah diambil alih oleh
Belanda sebagai imbalan atas bantuannya. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Belanda
ini menimbulkan rasa benci dari golongan-golongan rakyat banyak atau rakyat jelata.
Walaupun keadaan sudah mulai panas namun golongan-golongan itu masih menunggu
datangnya seorang Ratu Adil yang dapat memimpin mereka dalam menghadapi Belanda.
Tokoh yang diharapkan itu adalah dari kalangan istana yang tampil ke depan untuk
memimpin mereka, beliau adalah Pangeran Diponegoro.
Latar Belakang Perang Diponegoro Ada beberapa hal yang menyebabkan Pangeran
Diponegoro turun tangan dan memimpin perlawanan terhadap Belanda.
A. Sebab-sebab Umum
- Kekuasaan raja Mataram semakin kecil dan kewibawaannya mulai merosot.
Bersamnaan dengan itu terjadi pemecahan wilayah menjadi empat kerajaan kecil, yaitu
Surakarta, Ngayoyakarta , Mangkunegara dan Paku Alaman.
- Kaum bangsawan merasa dikurangi penghasilannya, karena daerah-daerah yang dulu
dibagi-bagikan kepada para bangsawan, kini diambil oleh pemerintah Belanda. Pemerintah
Belanda mengeluarkan maklumat yang isinya akan menguasahakan perekonomian sendiri,
tanah milik kaum partikelir (swasta) harus dikembalikan kepada pemerintah Belanda. Sudah
tentu tindakan ini menimbulkan kegelisahan diantara para bangsawan, karena harus
mengembalikan uang persekot yang telah diterima.
- Rakyat yang mempunyai beban seperti kerja rodi, pajak tanah dan sebagainya merasa
tertindas. Begitu pula karena pemungutan beberapa pajak yang di borong oleh orang-orang
Tionghoa dengan sifat memeras dan memperberat beban rakyat.
4
B. Sebab-sebab Khusus :
Sebab-sebab khusus terjadinya Perang Diponegoro adalah pembuatan jalan yang
melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegal Rejo. Patih Danurejo IV (seorang
"kaki tangan" Belanda) memerintahkan untuk memasang patok-patok di jalur itu. Pangeran
Diponegoro memerintahkan untuk mencabutnya, namun potok-patok itu dipasang kembali
atas perintah Patih Danurejo IV. Keadaan seperti ini berlangsung berkali-kali, sehingga
akhirnya patok-patok itu diganti dengan tombak. Dengan penggantian patok itu menandakan
kesiapan Pangeran Diponegoro untuk berperang melawan Belanda. Peperangan tidak dapat
dielakan lagi dan pasti akan terjadi. Tetapi Belanda berusaha menghadapi kemelut antara
kedua bangsawan tersebut dan mengharapkan tidak terjadi peperangan. Untuk itu Belanda
mengutus Pangeran Mangkubumi (paman dari Pangeran Diponegoro) untuk membujuknya
agar mau bertemu dengan residen Belanda di Loji. Pangeran Diponegoro menolak tawaran
itu karena tahu arti semua yang dimaksud oleh Belanda. Ketika pembicaraan antara Pangeran
Mangkubumi dengan Pangeran Diponegoro berlangsung, Belanda tiba-tiba telah melakukan
serangan.

B. Tokoh / Pemimpin Perang


Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat
"Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati"; sejari kepala sejengkal tanah dibela
sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro.
Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin spiritual
pemberontakan. Dalam perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan
I.S.K.S. Pakubowono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro mendapat dukungan dari rakyat, ulama
dan juga kaum bangsawan. Dari kaum bangsawan ada Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Joyokusumo dan lain-lain. Sementara dari kaum ulama ada Kiai Mojo, Haji Mustopo, Haji
Badaruddin dan Alibasha Sentot Prawirodirdjo.

C. Proses Perlawanan
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan
artileri (yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal) di
kedua belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan
desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu

5
wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu
sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik
dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-
puluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru
berlangsung terus sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir
bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi
medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat
dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan
penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata"
tak terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha
untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh
yang tak tampak", melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan
mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengonsolidasikan pasukan dan
menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut,
memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin
perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando Pangeran Diponegoro. Namun pejuang
pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu;
suatu hal yang belum pernah terjadi ketika itu di mana suatu wilayah yang tidak terlalu luas
seperti Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut
kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam
sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang
gerilya (guerrilla warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan
(Surpressing). Perang ini bukan merupakan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu
perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan.
Perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan
tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung
dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) di mana kedua belah pihak saling
memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.

6
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan
menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai
Modjo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran
Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada
Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan
diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng
Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa
ini banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu
berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa.[10] Setelah perang berakhir,
jumlah penduduk Yogyakarta menyusut separuhnya.
Karena bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, konon
keturunan Diponegoro tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton hingga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro dengan
mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak
cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka,
tanpa rasa takut akan diusir.

D. Akhir Perlawanan
Di sisi lain, sebenarnya Belanda sedang menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat.
Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum
Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabuk-
mabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba
mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan
kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I
antara 1821-1825, dan babak II.
Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang
dipakai perang di Sumatera Barat untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya
dengan gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar
pasukan dari Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir
(1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak

7
kedua. Pada tahun 1837 pemimpin Perang Paderi, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah.
Berakhirlah Perang Padri.

2.3 Nilai-nilai perjuangan dari tokoh pangeran diponegoro


Pangeran Diponegoro merupakan seorang bangsawan yang memimpin Perang Jawa
pada tahun 1825-1830, perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang
pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara. Sebagai seorang
pejuang tentu ada banyak nilai kepahlawanan dari Pangeran Diponegoro, antara lain
sebagai berikut:

1. Patriotisme, yakni sifat rela dan berani berkorban atas segala yang dimiliki termasuk
nyawa sekalipun demi untuk membebaskan rakyat dari kesewenang-wenangan
Belanda yang menyengsarakan.
2. Cinta tanah air, salah satu pemicu amarah Pangeran Diponegoro adalah karena
Belanda sangat tidak menghargai adat istiadat setempat. Kemarahan ini memunculkan
tekad untuk melawan Belanda demi tegaknya kehormatan tanah air.
3. Pantang menyerah meski peralatan perang Belanda lebih maju namun hal tersebut
tidak membuat Pangeran Diponegoro gentar, ia tetap melanjutkan peperangan
melawan Belanda dengan segenap apa yang ia miliki.
4. Mendahulukan kepentingan umum. Seperti disebutkan pada awal tulisan ini bahwa
Pangeran Diponegoro berasal dari keluarga kerajaan. Hidupnya tentu menyenangkan
dan tidak harus sengsara seperti rakyat kecil. Namun kepentingan pribadinya ia
hilangkan dan berjuang menentang Belanda untuk membela kepentingan umum,
kepentingan rakyat.
5. Berani membela kebenaran, meski nyawa taruhannya.

Dengan demikian kajian menemukan, bahwa warisan nilai-nilai kepahlawanan Pangeran


Diponegoro dalam Perang Jawa meliputi sikap gagah dan keberanian yang luar biasa untuk
memperjuangkan yang menjadi tanah airnya dengan mendahulukan kepentingan rakyatnya
meski nyawa menjadi taruhannya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada jumat 11 November 1785 dari ibu
yang merupakan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, dan ayahnya yang bernama
Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono III.
Pangeran diponegoro sangat berperan penting dalam peperangan yang terjadi di tanah jawa
yaitu tepatnya di daerah ponegoro, yang dimana pada saat itu pangeran diponegoro sendiri
yang memimpin peeperangan tersebut

3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa mengetahui bagai mana latar
belakang dari tokoh pahlawan pangeran diponegoro ,dan juga kita bisa mengetahui
bagaimana susahnya para pejuang indonesia terlebih dahulu merebut NKRI, dari harta
maupun nyawanya . janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela
indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur maupun nilai kepahlawanan dari
mereka .

9
DAFTAR PUSTAKA

sebutkan nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Diponeg...

https://roboguru.ruangguru.com › question › sebutkan-...

Biografi Pangeran Diponegoro, Pahlawan Nasional yang ...


https://www.suara.com › news › nasiona

https://risalridwan.blogspot.com › 2017/02 ›

10

Anda mungkin juga menyukai