Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERJUANGAN RAJA SISINGAMANGARAJA XII

Makalah Pahlawan Nasional

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Enritua Situmorang
(2019102298)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INSAN PEMBANGUNAN
TA. 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dilimpahkannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik yang berjudul “Sejarah Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII”. Adapun makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Pendidikan
Kewarganegaraan yang tealh setia memberikan arahan dan pengajaran kepada Mahasiswa/i
umumnya kepada penulis khususnya selama mengikuti perkuliahan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat, mahasiswa/i yang telah turut
berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelasian makalah ini.

Penulis menyadari dalam menulis makalah ini terdapat berbagai kekurangan dan
kesalahan karena kurangnya buku yang bisa dijadikan sebagai panduan serta karena
keterbatasan waktu. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sekalian untuk kelengkapan dan kesempurnaan dalam
makalah ini dikemudian hari.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalioan umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami bagaimana Perjuangan
Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII.

Tangerang, 20 Juni 2020

Enritua Situmorang

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................................5

2.1. Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII.......................................................................................5

2.2. Pahlawan HAM.........................................................................................................................11

2.3. Pahlawan Social Responsibility.................................................................................................12

2.4 Pahlawan Pluralisme dan Multikulturalisme.............................................................................13

2.5. Pahlawan Liberte, Egalite, Fraternite........................................................................................13

2.6. Pahlawan Unitarisme...............................................................................................................14

2.7. Pahlawan Pembentuk Pasukan Inong.......................................................................................15

2.8. Strategi Perang Sektoral, Holistik, Frontal-Total.......................................................................15

BAB III................................................................................................................................................17

PENUTUP...........................................................................................................................................17

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845 dan meninggal di Dairi,


17 juni 1907 pada umur 62 tahun adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera
Utara, pejuang yang berperang melawan belanda, kemudian diangkat oleh
pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9
November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 5900/1961. Sebelumnya ia
dimakamkan di Tarutung lalu dipindahkan ke Soposurung, Balige pada tahun 1953.

Sisingamangaraj adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja


Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatera Utara
untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Raffles menulis bahwa para Pemimpin
Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraj yang merupakan
keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu
berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung. Sampai abad
ke-20, Sisingamaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin
Minangkabau melalui perantaranTuanku Barus yang beretugas menyampaikan
kepada pemimpin Pagaruyung.

Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar yang kemudian


digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo
Batu, naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang
bernama Ompu Sohahuaon, selain itu juga disebut sebagai raja Imam. Penobatan

4
sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya
open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalm mengamankan pintu asing
yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte
Verklaring ( Perjanjian Pendek) di Sumatera terutama di Kesultanan Aceh dan Toba,
dimana kerajaan ini membukan hubungan dagang dengan negara-negara Eropa
lainnya. Disisi lain Belanda sendiri berusaha menamamkan monopolinya atas
kerajaan tersebut. Politik yang berberda ini mendorong situasi selanjutnya untuk
melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.

Tahun 1837, kolonialis Belanda memadamkan “Perang Paderi” dan


melapangkan jalan bagi pemerintahan kolonialo di Minangkabau dan Tapanuli
Selatan. Minangkabau jatuh ketangan Belanda, menyusul daerah Natal,
Mandailing,Barumun, Padang Bolak, Angkola, Sipirok, Pantai Barus dan Kawasan
Sibolga.

Karena itu, sejak tahun 1837, Tanah Batak terpecah belah menjadi dua bagian
yaitu daerah-daerah yang telah direbut Belanda menjadi daerah Gubernemen yang
disebut “Residenti Tapanuli dan Onderhoorigheden”, dengan seorang residen
berkedudukan di Sibolga yang secara administratif tunduk kepada Gubernur di
Padang. Sedangkan bagian Tanah Batak lainnya, yaitu daerah-daerah Silindung,
Pahae, Habinsaran, Dairi, Humbang, Toba, Samosir belum berhasil dikuasai oleh
Belanda dan tetap diakui Belanda sebagai Tanah Batak yang merdeka, atau “De
Onafhankelijke Bataklandan”.

Pada tahun 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan tentaranya
mendarat di pantai-pantai Aceh. Saat itu Tanah Batak dimana raja Sisingamangaraja
XII berkuasa, masih belum dijajah Belanda. Tetapi 3 tahun kemudian, yaitu pada
tahun 1876, Belanda mengumumkan “Regerings Belsuit tahun 1876” yang
menyatakan daerah Silindung/Tarutung dan sekitarnya dimasukkan kepada

5
kekuasaan Belanda dan harus tunduk kepada Residen Belanda di Sibolga, suasana di
Tanah Batak bagian Utara menjadi panas.

6
7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII

Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu umurnya
baru 19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai
Belanda kecuali Aceh dan Tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan
damai dibawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat
bertani, beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja
Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau
ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang dikenal arti perbudakan,
anti penindasan, dan sangat menghargai kemerdekaan. Belanda pada waktu itu
masih mengakui tanah Batak sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan” ( daerah
Batak yang tidak tergantung kepada Belanda.

Raja Sisingamangaraja yang kendati secara clan, bukan berasal dari Silindung,
namun sebagai raja yang mengayomi raja-raja lainnya di seluruh Tanah Batak,
bangkit kegeramannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-tanah Batak.

Raja Sisingamangaraja XII cepat mengerti siasat Belanda. Kalau Belanda mulai
mencaplok Silindung, tentu akan menyusul dengan menganeksasi Humbang, Toba
Samosir, Dairi dan lain-lain.

Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak. Beliau segera mengambil langkah-


langkah konsolidasi. Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat dihimpunnya
dalam suatu rapat raksasa di pasae Blige, bulan Juni 1876. Dalam rapat penting dan
bersejarah itu diambil tiga keputusan sebagai berikut:

1. Menyatakan perang terhadap Belanda

8
2. Zending Agama tidak diganggu
3. Menjalin kerjasama Batak dan Aceh untuk sam-sama melawan Belanda.

Terlihat dari peristiwa ini, Sisingamangaraja XII lah yang dengan semangat
gerang, mengumumkan perang Belanda yang ingin menjajah. Terlihat pula,
Sisingamagaraja XII bukan anti agama. Dan terlihat pula, Sisingamangaraja XII di
zamannya, sudah dapat membina azas dan semangat persatuan dan suku-suku
lainnya.

Tahun 1877, mulauilah perang batak yang terkenal itu, yang berlangsung 30
tahun lamanya. Dimulai di Bahal Batu, Humbang, berkobar perang yang panas
selama tiga dasawarsa, 30 tahun Belanda mengarahkan pasukan-pasukannya dari
singkil Aceh menyerang pasukan rakyat semesta yang dipimpin oleh raja
Sisingamangaraja XII.

Pasukan Belanda yang datang menyerang ke arah Bakkara, tempat istana dan
markas besar Sisingamangaraja XII di Tangga Batu, Balige mendapat perlawanan dan
berhasil dihempang. Belanda merobah taktik, ia menyerbu pada babak berikutnya ke
kawasan Balige untuk merebut kantong logistik Sisingamangaraja XII di daerah Toba.
Untuk selanjutnya megadakan blokade terhadap Bakkara. Tahun 1882, hampir
seluruh daerah Balige dikuasai oleh Belanda , sedangkan lagu boti masih
dipertahankan oleh panglima-panglima Sisingamangaraja XII antara lain Panglima
Ompu Partahan Bosi Hutapea. Baru setahun kemudian Laguboti jatuh setelah
Belanda mengarahkan pasukan satu batalion tentara barisan penembak-penembak
meriam.

Tahun 1883, seperti yang sudah dikuatirkan jauh sebelumnya oleh


Sisingamangaraja XII, kini giliran Toba dianeksasi Belan. Domino berikut yang
dijadikan pasukan Belanda yang besar dari Batavia (Jakarta sekarang), medarat di
Pantai Sibolga. Juga dikerahkan pasukan dari Padang Sidempuan. Raja

9
Sisingamangaraja XII membalas menyerang Belanda dari Balige dari arha Huta
Pardede. Baik kekuatan laut dari Danau Toba, pasukann Raja Sisingamangaraja XII di
kerahkan 40 Solu Bolon atau kapal yang masing-masing penjaganya sampai 20 meter
dan mengangkut pasukan sebanyak 20 x 40 orang jadi 800 orang meleaju menuju
Balige. Pertempuran besar terjadi.

Pada tahun 1883, Belanda benar-benar mengarahkan seluruh kekuatannya dan


Sisingamangaraja XII beserta para panglimanya juga bertarung dengan gigih. Tahun
itu, di hampir seluruh Tanah Batak pasukan Belanda harus bertahan dari serbuan
pasukan-pasukan yang setia kepada perjuangan Raja Sisingamangaraja XII.

Namun pada tanggal 12 Agustus 1883, Bakkara tempat istana dan markas besar
raja Sisingamangaraja XII berhasil direbut oleh pasukan Belanda. Sisingamangaraja XII
mengundurkan diri ke Dairi bersama keluarganya dan pasukannya yang setia, juga
ikut Panglima-panglimanya yang terdiri dari suku Aceh dan lain-lain.

Pada waktu itulah, Gunung Krakatau meletus. Awan hitam meliputi Tanah
Batak. Suatu alamat buruk seakan-akan datang. Sebelum peristiwa ini, pada situasi
yang kritis Sisingamangaraja XII berusaha melakukan konsolidasi memperluas front
perlawanan. Beliau berkunjung ke Asahan tanah Karo dan Simalungun, demi
koordinasi perjuangan dan perlawanan terhadap Belanda. Dalam gerak
perjuangannya itu banyak sekali kisah tentang kesaktian raja Sisingamangaraja XII.
Perlawanan raja Sisingamangaraja XII semakin melebar dan seru, tetapi Belanda juga
berani mengambil resiko besar, dengan terus mendatangkan bantuan dari Batavia
Fort De Kok, Sibolga dan Aceh. Barisan Marsuse juga didatangkan bahkan para
tawanan diboyong dari Jawa untuk menjadin umpan peluru dan tameng pasukan
Belanda.

Regu pencari jejak dari Afrika, juga didatangkan untuk mencari persembunyian
Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh

10
karena itu pasukan raja Sisingamangaraja XII barisan musuh ini di juluki “ Sigurbak
Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung. Panglima
Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedangkan Belanda
menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi
Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarossang,
Huta Paung, Parsinnguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal
Amandopang Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat
Khusu Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga di tawan Belanda. Ini terjadi
pada Tahun 1889.

Tahun 1890, Belanda membentuk pasukan khusus Marsose untuk menyerang


Sisingamangaraja XII. Pada awal abad ke 20, Belanda mulai berhasil di Aceh. Tahun
1903, Panglima Polim menghentikan perlaewanan. Tetapi di Gayo, dimana
Sisingamangaraja XII pernah berkunjung, perelawanan masih sengit. Masuklah
pasukan Belanda dari Gayo Alas menyerang Sisingamangaraja XII.

Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade
Setan mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia
menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, isteri
Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda, ikut tertangkap putra-putri
Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Panglima, menyusul Boru
Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam
putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.

Tahun 1907, dipinggir kali Aek Sibulbulon, disuatu desa yang namanya Onom
Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuluia Utara dan Kabupaten Dairi yang
sekarang, gugurlah Sisingamangaraja XII bersama kedua Putranya Patuan Nagarin
dan Patuan Anggi serta Putrinya Lopian. Konon Sisingamangaraja XII yang kebal
peluru tewas kena peluru setelah terpecik darah Putrinya Lopian, yang gugur di
pangkuannya. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusah terus mengadakan

11
perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup di tawan,
dihina dan dinista, mereka pun ikuit korban perjuangan.

Demikianlah tanpa kenal menyerah tanpa mau berunding dengan penjajah,


tanpa pernah ditawan, gigih, ulet, militan, Sisingamangaraja XII selama 30 tahun,
selama tiga dekade, telah berjuang tanpa pamrih dengan semangat dan kecinyaanya
kepada tanah air dan kepada kemerdekaannya yang tidak bertara. Itukah yang
dinamakan “Semangat Juang Sisingamangaraja XII”, yang perlu diwarisi oleh seluruh
bangsa indonesia, terutama generasi muda. Sisingamangaraja XII benar-benar patriot
sejati. Beliau tidak bersedia menjual tanah air untuk kesenangan pribadi.

Sebelum beliau gugur, pernah penjajahan menawarkan perdamaian kepada


Raja Sisingamangaraja XII dengan imbalan yang cukup menggiurkan. Patriotismenya
digoda berat. Beliau ditawarkan dan dijanjiikan akan diangkat sebagai Sultan. Asal aja
bersedia takluk kepada kekuasaan Belanda. Beliau akan diajdikan Raja Tanah
Batakasal mau berdamai. Tetapi Raja Sisingamangaraja XII dengan tegas menolak. Ia
berpendirian, lebih berkalung tanah daripada hidup diperaduan penjajah.

Raja Sisingamangaraja XII gugur pada tanggal 17 Juni 1907, tetapi


pengorbanannya tidaklah sia-sia. Dan Cuma 38 tahun kemudian, penjajah betul-
betul angkat kaki dari Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan
Indonesia di Proklamasikan Soekarno-Hatta. Kini Sisingamangaraja XII telah menjadi
sejarah karena semangat Partiotisemnya, jiwa pengabdian dan pengorbanannya yang
sangat luhur serta pelayannya kepada rakyat yang sangat agung, kecintaannya
kepada Bangsa dan Tanah Airnya serta kemerdekaan yang begitu besar, perlu
diwariskan kepada generasi penerus Bangsa Indonesia.

Dalam upaya melestarikan sistem nilaiyang melandasi perjuangan Pahlawan


Nasional Raja Sisingamangaraja XII dengan menggali khasanah budaya dan sistem
nilai masa silam yang dikaitkan dengan keinginan membina masa depan yang lebih

12
baik, lebih bermutu dan lebih sempurna, maka Lembaga Sisingamangaraja XII yang
didirikan dan diketuai DR GM Panggabean pada tahun 1979, telah membangun
monumen Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII di kota Medan yang
diredmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno di Istana Negara dalam
rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November 1979 dan pesta rakyat peresmian
monumen tersebut di Medan.

Kemudian oleh Yayasan Universitas Sisingamangaraja XII pada tahun 1984 telah
didirikan Universitas Sisingamangaraja XII (US XII) di Medan, pada tahun 1986
Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) di Silangit Siborong-borong
Tapanuli Utara pada tahun 1987 didirikan STMIK Sisingamangaraja XII di Medan.

Ada pandangan yang berkembang di kalangan orang Batak, orang Tapanuli


pada umumnya bahwa perjuangan Sisingamangaraja XII adalah perjuangan melawan
Belanda, karena rasa tidak senang, karena benci, karena mau menjajah, menduduki
tanah Batak dan memgambil tanah Batak dan membawanya ketanah Belanda.

Adapula yang berpandangan bahwa perjuangan raja Sisingamangaraja XII


adalah sama dengan perjuangan pahlawan Nasional lainnya, seperti Pangeran
Diponegoro, Iman Bonjol, Tjut Nya’ Din, Pattimura, dll yang menentang penjajahan
Belanda dan tetap mempertahankan tanah airnya serta bertekad mengusir penjajah.

Dikumandangkan slogan bahwa Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII adalah


perjuangan yang heroik, yang mempertaruhkan nyawa sampai titik darah
penghabisan untuk membela dan mempertahankan tanah air, bangsa dan agamanya
dari kangkangan dan pelecehan penjajah.

Semua pandangan di atas adalah benar bahwa Sisingamangaraja XII adalah


pahlawan bangsa yang tidak mengenal menyerah sampai titik darah penghabisan.
Demikian juga putra dan putrinya, Patuan Nagari, Patuan Anggi, dan Lopian. Ia rela

13
membawa mereka berjuang bersama diri dan pasukannya untuk mempertahankan
tanah airnya. Tetapi pertanyaan kita ialah benarkah hanya sebatas itu perjuangan
pahlawan nasional Sisingamangaraja XII? Kajian ilmiah berikut akan mencoba
menganalisis dan membeberkan dengan rinci bahwa perjuangan Sisingamangaraja
XII lebih luas dan lebih universal dari pada hanya sekedar herorisme, membela tanah
air, kepahlawanan, menolak menyerah, titik darah penghabisan, tidak rela menyerah
kalah dan ditawan.

Tentang perjuangan Raja Sisingamangaraja XII dengan lengkap, runtut bahkan,


kronologis, silahkan membaca buku-buku sejarah yang sudah cukup banyak ditulis
para penulis Batak apalagi penulis Belanda (dari sisi pandang dan kepentingan
mereka). Naskah ini menitik beratkan muatan pandangan analisis konseptual ilmiah,
sebagai bukti perjuangan beliau yang luar biasa secara empiris dengan strategi
diplomasi 1876-1877 akhir, hingga perang phisik 1878-1907 selama 30 tahun.

2.2. Pahlawan HAM

Perlawanan Sisingamangaraja tidak hanya ditujukan usaha mempertankan


tanah air dari penguasaan dan perebutan penjajahan Belanda. Dia juga sambil
bertempur melawan Belanda, beliau juga terus menolak perbudakan dan
pencengkraman terhadap kebebasan rakyat. Dia membebaskan para tawanan yang
dipasung, diikta dan dihukum secara tidak manusiawi oleh kekuasaan kekuasaan
raja-raja lokal. Dia sangat menghargai hak hidup, hak bebas, hak merdeka, hak
kesehatan, hak kebebasan dari rasa takut setiap orang. Karena itu seluruh rakyat
mencintainya.

Perjuangan HAM yang telah dirintis Raja Sisingamanagaraja ini perlu


diperdalam pondasinya, essensinya untuk disumbangkan kepada negara dan dumia

14
Internasional. Perjuangan ini adalah perjuangan universal yang telah dilakukan
Sisingamangaraja.

2.3. Pahlawan Social Responsibility

Berbarengan dengan pertempuran melawan Belanda, beliau juga


memperhatikan juga mengamati dengan cermat kehidupan dan kesehatan
rakyatnya. Walau dalam perjalanan perang dia juga menyembuhkan orang-orang
sakit. Memberi nasehat bagaimana melawan penyakit dengan cara memberi ramuan
dan tindakan yang harus dilakukan agar semua musuh yang tampak dan tidak
nampak (ula-ula al, alogo najahat, jenis ilmu hitam yang dimiliki dan di praktekkan
orang Batak jaman dahulu) dapat dikalahkan. Pesan melawan penyakit itu juga
disebarkan melalui mulut ke mulut oleh rakyatnya, sehingga tona itu menyebar.
Kalau orang yang terpasung segera dimintanya dibebaskan. Karena itu dia sangat
membela nasib sosial setiap orang.

Prinsip beliau sangat mendalam ialah sambil berperang melawan Belanda, juga
berperang melawan penyakit dan sumber penyakit kejahatan. Walau dalam
pertempuran, namun tanggung jawab sosial kepada rakyat tetap dilakukan.

2.4 Pahlawan Pluralisme dan Multikulturalisme

Dia melakukan hubungan dengan Kesultanan Aceh yang pada saat hampir sama
1873 juga melakukan perlawanan kepada Belanda. Sisingamangaraja mendapat
bantuan dari Sultan Iskandar Muda berupa panglima dan pasukan jitu yang ditakuti
Belanda. Sama dengan pasukan khusus atau paratroops yang sangat ditakuti. Pada

15
saat perang Batak dikorbankan tahun 1878, pasukan berani mati dari Aceh ini sudah
mendampingi beliau melawan Belanda.

Beliau tidak hanya mengandalkan pasukan dari tanah Batak yang di galang
melalui para raja maropat, raj bius dan raja horja, tetapi juga dari sub etnik dan etnik
lain misalnnya Batak Timur ( Simalungun), Pardembanan, dan Aceh. Adanya
kebiasaan para anggota yang heterogen dan berbudaya yang berbeda itu menjukkan
bahwa beliau menguasai dan mengakui serta memelihara budaya yang beragam itu.
Karena itu beliau berjuang juga memakai basis multikulturalisme (keberagaman
budaya).

2.5. Pahlawan Liberte, Egalite, Fraternite

Dia memegang prinsip kemerdekaan prinsip kemerdekaan, persamaan dan


persaudaraan (Liberte, Egalite, Fratemite) adalah hak fundamental manusia,
termasuk manusia Batak. Ketika beliau mendapat informasi dari titik sandinya,
bahwa Belanda akan memperluas kekuasaannya kedataran tertinggi Toba dengan
dalih melindungi gerakan Zending Kristen. Sisingamangaraja mengirim surat agar
maksud itu dibatalkan. Karena setiap orang berhak untuk merdeka dan berdiri
sendiri, termasuk orang Batak.

Beliau mengulangi lagi mengirim masuk kepada pihak Belanda di Sibolga, agar
mengurungkan maksud untuk mengirimkan bala tentara ke Silindung, dengan alasan
bahwa pasukan Sisingamangaraja dan pasukan Aceh yang didatangkan dari kerajaan
Aceh (Sultan Iskandar Muda) akan menyerang Silidung dan membunh para
zendelingen. Beliau menyatakan bahwa issu itu tidak benar.

Strategi diplomasi dengan mengirim surat dan utusan untuk membatalkan


maksud jahat Belanda itu dilakukannya antara tahun 1876-1878 awal. Ini

16
memperlihatkan bahwa Sisingamangaraja adalah anti pertumpahan darah. Dia
menjunjung perdamaian. Azas perdamaian yang dipegangnya adalah berdasar pada
hak kemerdekaan bagi setiap orang dan bangsa. Dia memandang bahwa setiap orang
itu punya hak yang sama, pumya hak azasi kesehatan. Itu sebabnya dia juga selalu
membebaskan budak tawanan perang. Berdasarkan pendangan itu beliau
sebenarnya berprinsip bahwa semua manusia itu bersaudara. Oleh karena itu harus
selalu membantu, menolong dan, melindungi.

Oleh karena itu prinsip perjuangannya tidak kalah dengan prinsip perjuangan
orang Perancis. Filosofi liberte, egalite, dan fraternite bukan hanya milik orang
Perancis, teteapi juga filosofi dan pandangan orang Batak, terutama raja
Sisingamangaraja. Bahkan menjadi landasan perjuangan kemerdekan orang Batak
yang dipimpinnya melawan penjajahan Belanda.

2.6. Pahlawan Unitarisme

Beliau mengajak para raja maropat di segala wilayah di Sumatera. Dai juga
berhubungan dengan para raja maropat di Simalungun, Tuan Rondahaim, juga raja di
Bandarpulo. Dia juga menyatukan perjuangan raja-raja lokal yakni para raja maropat.
Peraktek perjuangan unitarisme ini terlihat ketika beliau mengumandangkan
deklarasi Pulas kepada Belanda.

Pulas adalah suatu deklarasi pernyataan perang kepada Belanda dengan


memakai simbol manusia terbuat dari ubi (kayu) yang diukir berupa tubuh manusia
yang ditusuk tombak bambu kecil dan digantungi surat pernyataan perang serta
digantungkan di tempat terbuka. Perang anatar individu diumumkan dengan
manutung longit, yaitu daging yang dibakar dan dikirimkan kepada musuh. Pulas
adalah simbol kekesatriaan orang Batak yang mengumumkan maksud secara terbuka

17
kepada musuh. Tidak menyerang secara sembunyi-sembunyi. Mereka memberi
kesempatan kepada musuh untuk mempersiapkan diri untuk melawan.

2.7. Pahlawan Pembentuk Pasukan Inong

Saat konsolidasi perjuangan di wilayah pulau Samosir setelah dia kembali dari
asahan, Sumatera Timur dan Simalungun dia menerima terbentuknya pasukan inong.
Pasukan perempuan yang di bentuk oleh kaum perempuan di Ronggurnihuta, di
puncak tertinggi di Pulau Samosir. Pasuka inong ini terdiri dari kaum perempuan ,
ibu-ibu dan anak gadis, menyertainya bertempur sampai ketempat konsentrasi
terakhir di Sionom Hudon Dairi.

Dari adanya pasukan ini, terlihat bahwa Sisingamangaraja menghargai


eksistensi kaum perempuan. Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam
mempertahankan martabat bangsa dan wilayah (negara). Beliau menolak seksual
dan gender.

2.8. Strategi Perang Sektoral, Holistik, Frontal-Total

Dari data dokumentasi yang ditulis oleh para penulis Batak, maupun Belanda,
dapat disimpulkan bahwa perjuangan dan pertempuran yang diterapkan
Sisingamangaraja sungguh luar biasa dan konsisten. Strategi penyerangan dan
pertahanan yang sektoral dan frontal, startegi ekologi sesuai kontur alam tanah
Batak.

Sisingamangaraja selalu mengajak raja-raja huta, horja, bius dan raja maropat
dan para panglimanya bermusyawarah ketika akan memutuskan perlawanan kepada

18
usaha Belanda memperluas kekuasaannya di tanah Batak dengan pernyataan
deklarasi pulas.

Pertempuran dilakukan dengan strategi sektoral, yaitu melibatkan pasukan dari


wilayah-wilayah terdekat dengan kawasan pertempuran Lobu Siregar, Meat,
Tarabunga, Pertempuran Muara dan Bakkara. Strategi frontal dilakukan ketika beliau
hendak menghancurkan pasukan Belanda seluruhnya.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Disarankan agar para ahli, akademisidan peminat sejarah untuk meneliti lebih
lanjut dalam perjuangan Raja Sisingamangaraja XII ini. Titik pendalaman dapat
dilakukan dari berbagai Adat Istiadat, Seni, Ekonomi, Hak Azasi Manusia, Hukum,
maupun Sosiologi.

Dengan demikian kita akan menemukan akar pesan dan warisan perjuangan
yang logistik itu yang menjadi basis perjuangan orang Batak dan rakyat Indonesia ke
masa depan dalam abad globalisasi ini. Kita harus mencari nilai strategi perang, nilai
strategi politik diplomasi, nilai kultural, sosial ekonomi, nilai hak azasi, untuk kita
pakai membangun kesatuan bangsa Indonesia dan pergaulan Internasional antar
bangsa.

20

Anda mungkin juga menyukai