Anda di halaman 1dari 11

Makalah Sejarah Indonesia

“Sisinga Mangaraja – Perang Batak”

Oleh Kelompok 15:


1. Maulana Rizal Santoso (21)
2. Reza Rajwa Sabita (34)

XI MIPA 4

SMA NEGERI 2 LUMAJANG


Jl. HOS. Cokroaminoto, No.159, Kodepos: 67311,
Kec. Tompokersan, Kab. Lumajang, fax: (0334) 881036.
E-mail: info@sman2-lmj-sch.id, Website: www.sman-2lmj-sch.id

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga
makalah sejarah Indonesia yang berjudul ‘Pertempuran Raja Sisingamangaraja’ ini bisa selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami sadar, dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan, dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang
kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang
membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan siswa
pada khususnya dan para pembaca. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami
susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih.

Lumajang, 29 September 2019

i
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 2
A. Sisingamangaraja XII ............................................................................................................. 2
B. Perang Batak ........................................................................................................................... 3
a. Jalannya Perang ..................................................................................................................... 3
b. Akhir Perang.......................................................................................................................... 5
c. Akibat Perang ........................................................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak Belanda mencengkramkan kekuasaannya di Nusantara, sejak saat itu pula


kehidupan masyarakat Nusantara ditentukan oleh keadaan politik yang terjadi di negeri
Belanda dan Eropa. Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh Belanda, semata-mata
semuanya adalah untuk mencari keuntungan untuk pihak Belanda sendiri, sedangkan rakyat
Indonesia yang dikuasai mengalami penderitaan yang cukup hebat karena harus
menanggung kebijakan yang menyengsarakan tersebut.

Selain melakukan kebijakan yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-


besarnya di tanah jajahan, Belanda juga melakukan politik Pax Nederlandica dan
mendukung kegiatan kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris. Kedua hal tersebut
dilakukan Belanda dalam rangka melanggenkan kekuasaannya di Nusantara. Maka beragam
reaksi perlawan dilakukan oleh rakyat atas kebijakan Belanda yang menyengsarakan
tersebut dan proses kristenisasi yang dianggap sebagai sebuah hal yang bertentangan bagi
rakyat Indonesia yang pada saat itu sudah mempunyai agama. Perlawanan tersebut biasanya
dipimpin oleh para pemimpin lokal yang kebanyakan khawatir dengan politik Pax
Nedelandica yang akan merongrong daerah kekuasaannya.

Diantara banyak perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia beserta pemimpinnya,


salah satunya adalah perlawanan Tapanuli atau perang Tapanuli biasa disebut dengan perang
Batak yang berlangsung selama 29 tahun dengan tokoh terkenalnya yaitu Sisingamangaraja
XII.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Sisingamangaraja XII?


2. Siapa sajakah tokoh dari Indonesia yang terlibat dalam perang Batak?
3. Siapa sajakah tokoh dari Belanda yang terlibat dalam perang Batak?
4. Bagaimana jalannya perang Batak?
5. Bagaimanakah akhir dari perang Batak?
6. Bagaimana akibat dari perang Batak?
7. Apakah isi dari perjanjian yang ada pada perang Batak?

i
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Nama-Nama
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional tanggal 19
November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sisingamangaraja XII memiliki
nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17
Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru
Situmorang. Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan
menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja
XII. Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan ‘mangaraja’. ‘Si’ adalah
kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah Baka, sedangkan
‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi Sisingamangaraja berarti
Maharaja orang Batak.

Ia naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang


bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan
Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open
door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang
beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring
(perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini
membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri
berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini
mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan
hingga puluhan tahun.

Ada dua versi tentang asal-usul Sisingamangaraja dan kerjaan Batak. versi pertama
mengatakan Sisingamanagaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja
Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling ke Sumatera Utara
untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun
1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung
terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari
Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara
teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas
menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung.

Sedangkan versi kedua berasal dari mitos rakyat yang diceritakan dalam berbagai
versi lagi, namun secara garis besar versi itu menyatakan Manghuntal (Sisingamanagaraja I)
adalah keturunan Bona Ni Onan bermarga Sinambela. Sebelum kelahirannya Sisingamaraja
I telah diramalkan bahwa ia adalah titisan dari Batara Guru dan akan menjadi seorang raja
besar. Setelah dewasa Manguntal akhirnya menjadi raja setelah berhasil mencabut keris
yang bernama Piso Gaja Dompak (Pisau Gajah Penangkal). Piso Gaja Dompak dinyakini
tidak akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki kesaktian,

2
kecuali oleh orang yang memiliki kesaktian dan orang yang menjadi titisan Batara Guru
(orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi Raja).

Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran


dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom
Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang.
Sebuah peluru menembus dadanya, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin
Kapten Hans Christoffel. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan
Anggi, serta putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung.
Sisingamangaraja XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni
1907 di Silindung, setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada
masyarakat Toba. Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di
Soposurung, Balige sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh pemerintah, masyarakat dan
keluarga.

B. Perang Batak

a. Jalannya Perang

Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh
dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak,
berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi
suatu negeri semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja
XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai
kemerdekaan.

Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan
kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Sisingamangaraja XII.
Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang
markas Sisingamangaraja XII di Bangkara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.

Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman
penginjil Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan
Simoneit sebagai penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk
menyusun benteng pertahanan. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah
memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian mengumumkan pulas (perang)
pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai
dilakukan.

Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1
Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial
dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII
beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi.
Sementara para raja yang tertinggal di Bangkara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia
dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.

3
Walaupun Bangkara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan
perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan
seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan
oleh pasukan kolonial Belanda.

Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan


pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk
meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas,
Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam latihan perang Keumala. Karena
Belanda selalu unggul dalam persenjataan, maka taktik perang perjuangan Batak
dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip dengan taktik perang Gerilya.

Pada tahun 1888, pejuang-pejuang Batak melakukan penyerangan ke Kota Tua.


Mereka dibantu orang-orang Aceh yang datang dari Trumon. Perlawanan ini dapat
dihentikan oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh J. A. Visser, namun Belanda juga
menghadapi kesulitan melawan perjuangan di Aceh. Sehingga Belanda terpaksa
mengurangi kegiatan untuk melawan Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari
berkurangnya pasukan Belanda yang tewas dalam peperangan.

Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan Sisingamangaraja XII kembali menyerang


Belanda. Seorang prajurit Belanda tewas, dan Belanda harus mundur dari Lobu Talu.
Namun Belanda mendatangkan bala bantuan dari Padang, sehingga Lobu Talu dapat
direbut kembali. Pada tanggal 4 September 1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda.
Pasukan Batak terpaksa ditarik mundur ke Passinguran. Pasukan Belanda terus mengejar
pasukan Batak sehingga ketika tiba di Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan
Belanda ditembaki oleh pasukan Batak, dan Belanda membalasnya terus menerus
dengan peluru dan altileri, sehingga pasukan Batak mundur ke daerah Horion.

Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan di seluruh Sumatra


Utara. Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji akan menobatkan
Sisingamangaraja XII menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja XII tegas menolak
iming-iming tersebut, baginya lebih baik mati daripada menghianati bangsa sendiri.
Belanda semakin geram, sehingga mendatangkan regu pencari jejak dari Afrika, untuk
mencari persembunyian Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-
orang Senegal. Oleh pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si
Gurbak Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung.
Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang Belanda
menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi
Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang,
Huta Paung, Parsingguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal
Amandopang Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat
Khusus Raja Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini
terjadi pada tahun 1906.

Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan
mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia
menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri
Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri
Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru

4
Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam,
putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.

Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom
Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang,
gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten
Christoffel. Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan
Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus
mengadakan perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup
ditawan, dihina dan dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya
Sisingamangaraja XII merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda.

b. Akhir Perang

Yang awalnya pasukan Si Singa Mangaraja masih melakukan perlawana namun


tahun 1900 kekuatan Si Singa Mangaraja semakin surut. Sehingga perlawanna tidak
dikerahkan untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan
memperthankan diri dari serangan lawan selain penduduk daerah Dairi dan Pak – Pak
Masih setia kepada mereka. Selain itu Belanda juga melakukan gerakan pembasmi
gerakan – gerakan perlawanan yang ada diSumatera ( Aceh dan Batak). Operasi
diketuai oleh Overste Van Daelan yang bergerak dari Aceh terus ke Batak. Mereka
mengadakan pengepungan dan mebakar kamung – kampung yang membangkan
pertempuran semakin sengit antara kedua belah pihak.

Pada saat Belanda sampai di daerah pak – Pak dan Dairi pasukan Si Singa
Mangaraja semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh
sudah terputus. Denga terdesaknya pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah -
pindah dari satu tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907
pengepungan yag dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja
dilakukan secara intensif yang dipimpin oleh Hans Christoffel.

Dimulai menelusuri jejak Si Singa Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal
menangkap Si Singa Mangaraja dan anak istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh
Belanda. Boru Situmorang ibu Si Singa Mangaraja tertangkap dan dijadikan tawanan
perang oleh Belanda sementara itu Si Singa Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan
belanda terus mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda mengetahui bahwa Si Singa
Mangaraja berada di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya
tetapi tidak berhasil.

Pada tanggal 4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja
berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan pengerebekan melalui Huta
Anggoris yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si Singa Mangaraja telah
meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa Mangaraja terus menyikir ke
darah Alahan sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon,
Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasma
dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan Belanda tanggal 17 jJuni
1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon ( derah Dairi )
dalam keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan.
5
Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda sehingga pada saat itu Si
Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan anak perempuan dan
dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra – putra masih menjadi
tawana perang oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah
Batak menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur
tradisional masyarakat semaki lama semakin runtuh.

c. Akibat Perang

Perang Batak ini menyisakan kesedihan, kehancuran, korban jiwa, penindasan,


penistaan, dan ketidak bebasan masyarakat Batak. Orang batak banyak yang terbunuh,
pemukiman mereka hancur karena dibakar, agama Kristen yang saat itu menyebar
menjadi berkembang subur tanpa ada halangan dari pihak manapun. Sedangkan pihak
Belanda mengalami krisis pendanaan karena saat bersamaan mereka juga menghadapi
Aceh yang begitu kuat sehingga dia harus menggunakan pasukan dari luar yang dibayar
mahal.

Berikut akibat dari perang Batak dari segi bidang politik, ekonomi, dan social:
a). Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti
tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya
keyakinan masyarakat sebelumnya.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di
Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama
Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Sisingamangaraja XII
dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun setelah ayahnya wafat pada
tahun 1876.

Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si
Singa Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama keristen yang
mengakibatkan Si Singa Mangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda menguasai
daerah tesebut secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin dapat
disingkirkan oleh Belanda disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin juga takut
Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana.
Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak.
Perperangan yang berlangsung sangat lama berhasil dimenangkan oleh Pihak Belanda
dengan gugurnya Si Singa Mangaraja di medan perang. Sehingga Belanda berhasil
menduduki daerah Batak keseluruhannya.

Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap


Belanda:
a) Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
b) Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di Tapanuli dan sekitarnya
c) Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.

Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para misionaris di Silindung dan
Bahal Batu kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja
XII. Dan berakhir dengan gugurnya Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah
pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya
Si Onom Hudon.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. https://sejarahlengkap.com
2. https://en.wikipedia.org
3. https://www.tribunnewswiki.com
4. https://brainly.co.id
5. https://lifepatch.org
6. wandaperdana.blogspot.com
7. ulfanewbolgs.blogspot.com
8. https://www.academia.edu
9. https://kisahkitaindonesia.blogspot.com
10. https://www.hariansejarah.id
11. https://www.masukuniversitas.com

Anda mungkin juga menyukai