XI MIPA 4
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga
makalah sejarah Indonesia yang berjudul ‘Pertempuran Raja Sisingamangaraja’ ini bisa selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami sadar, dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan, dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang
kurang berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang
membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan rekan-rekan siswa
pada khususnya dan para pembaca. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami
susun ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih.
i
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 2
A. Sisingamangaraja XII ............................................................................................................. 2
B. Perang Batak ........................................................................................................................... 3
a. Jalannya Perang ..................................................................................................................... 3
b. Akhir Perang.......................................................................................................................... 5
c. Akibat Perang ........................................................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................................................ 7
PENUTUP ........................................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Nama-Nama
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional tanggal 19
November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sisingamangaraja XII memiliki
nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17
Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru
Situmorang. Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan
menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja
XII. Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu ‘si’, ‘singa’, dan ‘mangaraja’. ‘Si’ adalah
kata sapaan, ‘singa’ merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah Baka, sedangkan
‘mangaraja’ sama maksudnya dengan kata ‘maharaja’. Jadi Sisingamangaraja berarti
Maharaja orang Batak.
Ada dua versi tentang asal-usul Sisingamangaraja dan kerjaan Batak. versi pertama
mengatakan Sisingamanagaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja
Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling ke Sumatera Utara
untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun
1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung
terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari
Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara
teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas
menyampaikannya kepada pemimpin Pagaruyung.
Sedangkan versi kedua berasal dari mitos rakyat yang diceritakan dalam berbagai
versi lagi, namun secara garis besar versi itu menyatakan Manghuntal (Sisingamanagaraja I)
adalah keturunan Bona Ni Onan bermarga Sinambela. Sebelum kelahirannya Sisingamaraja
I telah diramalkan bahwa ia adalah titisan dari Batara Guru dan akan menjadi seorang raja
besar. Setelah dewasa Manguntal akhirnya menjadi raja setelah berhasil mencabut keris
yang bernama Piso Gaja Dompak (Pisau Gajah Penangkal). Piso Gaja Dompak dinyakini
tidak akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki kesaktian,
2
kecuali oleh orang yang memiliki kesaktian dan orang yang menjadi titisan Batara Guru
(orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi Raja).
B. Perang Batak
a. Jalannya Perang
Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh
dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak,
berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi
suatu negeri semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja
XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai
kemerdekaan.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan
kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Sisingamangaraja XII.
Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang
markas Sisingamangaraja XII di Bangkara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman
penginjil Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan
Simoneit sebagai penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk
menyusun benteng pertahanan. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah
memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian mengumumkan pulas (perang)
pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai
dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1
Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial
dan pada 3 Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII
beserta pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi.
Sementara para raja yang tertinggal di Bangkara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia
dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.
3
Walaupun Bangkara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan
perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan
seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan
oleh pasukan kolonial Belanda.
Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan
mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia
menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri
Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri
Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru
4
Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam,
putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.
Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom
Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang,
gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten
Christoffel. Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan
Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus
mengadakan perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup
ditawan, dihina dan dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya
Sisingamangaraja XII merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda.
b. Akhir Perang
Pada saat Belanda sampai di daerah pak – Pak dan Dairi pasukan Si Singa
Mangaraja semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh
sudah terputus. Denga terdesaknya pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah -
pindah dari satu tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907
pengepungan yag dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja
dilakukan secara intensif yang dipimpin oleh Hans Christoffel.
Dimulai menelusuri jejak Si Singa Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal
menangkap Si Singa Mangaraja dan anak istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh
Belanda. Boru Situmorang ibu Si Singa Mangaraja tertangkap dan dijadikan tawanan
perang oleh Belanda sementara itu Si Singa Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan
belanda terus mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda mengetahui bahwa Si Singa
Mangaraja berada di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya
tetapi tidak berhasil.
Pada tanggal 4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja
berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan pengerebekan melalui Huta
Anggoris yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si Singa Mangaraja telah
meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa Mangaraja terus menyikir ke
darah Alahan sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon,
Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasma
dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan Belanda tanggal 17 jJuni
1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon ( derah Dairi )
dalam keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan.
5
Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda sehingga pada saat itu Si
Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan anak perempuan dan
dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra – putra masih menjadi
tawana perang oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah
Batak menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur
tradisional masyarakat semaki lama semakin runtuh.
c. Akibat Perang
Berikut akibat dari perang Batak dari segi bidang politik, ekonomi, dan social:
a). Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
b). Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti
tembakau.
c). Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya
keyakinan masyarakat sebelumnya.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di
Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama
Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Sisingamangaraja XII
dinobatkan menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun setelah ayahnya wafat pada
tahun 1876.
Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si
Singa Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama keristen yang
mengakibatkan Si Singa Mangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda menguasai
daerah tesebut secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin dapat
disingkirkan oleh Belanda disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin juga takut
Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana.
Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak.
Perperangan yang berlangsung sangat lama berhasil dimenangkan oleh Pihak Belanda
dengan gugurnya Si Singa Mangaraja di medan perang. Sehingga Belanda berhasil
menduduki daerah Batak keseluruhannya.
Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para misionaris di Silindung dan
Bahal Batu kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja
XII. Dan berakhir dengan gugurnya Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah
pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya
Si Onom Hudon.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. https://sejarahlengkap.com
2. https://en.wikipedia.org
3. https://www.tribunnewswiki.com
4. https://brainly.co.id
5. https://lifepatch.org
6. wandaperdana.blogspot.com
7. ulfanewbolgs.blogspot.com
8. https://www.academia.edu
9. https://kisahkitaindonesia.blogspot.com
10. https://www.hariansejarah.id
11. https://www.masukuniversitas.com