Anda di halaman 1dari 1

Sejarah kesuksesan dakwah para Walisongo tentu tidak terlepas dari strategi dan metode

dakwah yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah. Selain strategi mereka juga mampu
merumuskan garis-garis besar perjuangan dakwah yang harus dilaksanakan secara taktis, mereka
juga dibekali kemampuan teknis metode dakwah di lapangan.

Strategi para wali dalam mengembangkan ajaran Islam di Tanah Jawa dimulai dengan
membagi syiar agama dalam beberapa metode, diantaranya metode tadrij atau bertahap. Tidak
ada sebuah ajaran yang diberlakukan secara instan dan mendadak, semua melalui proses
penyesuaian yang evolutif. Berikutnya, juga diterapkan prinsip adamul haraj, yang artinya tidak
menyakiti. Para wali membawa Islam tidak dengan siap yang konfrontatif, mereka
memberlakukan sistem dakwah sesuai dengan kapasitas objek dakwah yang ditemui. Seorang
raja tentu tidak mungkin didakwahi sama dengan kawulo. Demikian pula dakwah dikalangan
Prajurit, tentu berbeda dengan dakwah dengan kaum rohaniawan. Dalam berbagai catatan
sejarah, para anggota Walisongo juga melakukan peperangan, namun hal ini dilakukan dengan
memegang prinsip-prinsip peperangan dalam Islam, yaitu tidak melukai anak-anak dan
perempuan, tidak merusak simbol-simbol keagamaan dan tempat ibadah serta aturan-aturan lain
yang dijalankan secara ketat.

Dengan ini semua, maka pancaran hikmah dari adanya dakwah mampu diterima
masyarakat Jawa dengan sukarela. Terbukti, wilayah Kediri yang hingga kini masih tercatat
warganya sebagain besar beragama muslim, padahal perang terhadap sisa kekuatan Majapahit
yang terakhir adalah melawan Girindra Wardhana yang berkedudukan di wilayah itu. Jika Islam
hadir dengan model paksaan seperti halnya metode inkuisisi layaknya di Spayol, mungkin
masyarakat di wilayah tersebut akan kembali pada keyakinan awal mereka kala Demak telah
runtuh sebagai kerajaan yang berdaulat.

Selain itu, Salim A Fillah dalam beberapa ceramahnya menyebutkan, bahwa para Wali
dalam berdakwah memberlakukan setidaknya tiga prinsip dakwah, yaitu fiqihul ahkam dimana
prinsip dan ajaran Islam benar-benar diterapkan  secara ketat dan mendalam. Hal ini ditujukan
untuk mereka kalangan santri yang sudah menerima Islam dengan penuh. Pengajaran Islam yang
benar, menyeluruh dan mendalam ditujukan sebagai langkah, guna membentuk generasi dakwah
yang siap menerima misi dakwah ke depan. Selanjutnya adalah fiqih dakwah, ajaran agama
diterapan secara fleksibel dan lentur sesuai dengan kondisi masyarakat dan tingkatan pendidian
mereka. Para Wali lebih mengedepankan misi pemahaman utama tentang Islam yaitu masalah
tauhid, dimana yang terpenting masyarakat bisa memahami konsep tersebut mengakui ke-Esaan
Allah SWT dan menerima Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah.

Anda mungkin juga menyukai