Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pontianak adalah wilayah kosong tidak berpenghuni sebelum pembukaan lahan oleh
Syarif Abdul Rahman Alkadri dan pengikutnya pada 1771. Memilih lokasi di pertemuan
Sungai Kapuas dan Sungai Landak dengan menghadap ke Laut Cina Selatan, Syarif Abdul
Rahman sesungguhnya tengah mempersiapkan sebuah Kota Pelabuhan.
Visi Syarif Abdul Rahman dalam membuka wilayah baru tidak dapat dilepaskan dari latar
sejarahnya. Sebagai keturunan dari Habib Husein Alkadri, seorang ulama dari Hadramaut,
upayanya tersebut dipercaya masyarakat setempat didorong oleh cita-cita ayahnya untuk
mengembangkan permukiman baru yang dapat dijadikan tempat mengajarkan Islam sekaligus
berdagang.
Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan
Kerajaan Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di
daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. sehingga sebagian
rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan
arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai.
Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang
menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-
20)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui darimanakah asal usul nama Pontianak dan Banjar.
2. Memberitahukan sejarah berdirinya Pontianak dan Banjar.
3. Memberitahukan Sultan yang memimpin Pontianak dan Banjar.
4. Memberitahukan puncak kejayaan Pontianak dan Banjar.
5. Memberitahukan faktor kemunduran Pontianak dan Banjar.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai mitos yang tersebar adalah kaitannya dengan kisah dongeng Syarif
Abdurrahman yang sering diganggu oleh ‘hantu kuntilanak’ ketika beliau menyusuri Sungai
Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Kota Pontianak oleh etnis Tionghoa
Pontianak dikenal dengan nama Khun Tien. Kota ini juga terkenal sebagai Kota Khatulistiwa
karena dilalui garis lintang nol derajat bumi.
Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang
dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Menurut cerita yang
berkaitan dengan Syarif Abdurrahman yang sering dihantui kuntilanak, Syarif Abdurrahman
terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir ‘hantu kuntilanak’ sekaligus
menandakan dimana meriam itu jatuh, maka disanalah wilayah kesultanannya didirikan.
Peluru meriam itu jatuh melewati Simpang Tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini
lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau Kota Pontianak.
2. Keadaan Ekonomi
Telah disebutkan di atas bahwa penduduk Kota Pontianak sangat heterogen. Hal ini
menyebabkan mata pencaharian masyarakat bermacam-macam pula. Menurut La Ode
(dalam Nurcahyani, 1999: 20), beberapa jenis mata pencaharian masyarakat Kalimantan
Barat di masa lampau adalah sebagai berikut:
mata pencaharian masyarakat Kalimantan Barat di masa lampau
Pada tahun 1808, Sultan Syarif Abdurrahman wafat. Dia dimakamkan di Batu
Layang, Pontianak. Selanjutnya, Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819) naik tahta menjadi
Sultan Pontianak menggantikan ayahnya. Di bawah kekuasaan Sultan Syarif Kasim,
Kesultanan Pontianak semakin mempererat kerjasama dengan Kerajaan Belanda dan
kemudian Kerajaan Inggris sejak tahun 1811.
Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh
putranya, Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan
Pontianak pada 6 Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak
dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad
merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan Pontianak. Ia sangat
berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan moderenisasi di Pontianak. Dalam
bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah sultan Melayu di Kalimantan Barat yang pertama
kali berpakaian kebesaran Eropa di samping pakaian Melayu, Teluk Belanga, sebagai pakaian
resmi.
Masa Pendudukan Jepang di Pontianak
Pendudukan Jepang di Kalimantan Barat adalah masa pendudukan Jepang yang
bermula sewaktu Pontianak diserang lewat udara oleh sembilan pesawat tempur pada
tanggal 19 Desember 1941. Kota menjadi hancur dan banyak korban pada hari pertama
penyerangan ini. Kemudian, pada tanggal 20-22 Desember tempat-tempat lain di Kalimantan
Barat juga diserang. Seperti Sanggau Ledo, Singkawang, dan Mempawah juga dikuasai. Dua
bulan kemudian, Kalimantan Barat dikuasai oleh Jepang.Pontianak dibom oleh sembilan
kapal terbang. Sinar matahari membuat tulisan pada ekor pesawat : Hinomaru, Nippon no
hatta, menjadi kelihatan. Kota menjadi gempar, beberapa rumah hangus terbakar
dan cuaca tiba-tiba menjadi gelap. Bom disana-sini. Banyak orang mencari perlindungan
di parit-parit.
Pada tanggal 22 Januari 1942, Armada Angkatan Laut Dai Nippon mendarat
di Pemangkat lewat Tanjung Kodok. Lalu, barulah pada 2 Februari 1942 Pontianak dikuasai
tanpa perlawanan berarti oleh Belanda.
Pasca kemerdekaan
Berita kemerdekaan baru sampai ke Kalimantan dibawa oleh A.A. Hamidhan, seorang
wartawan dari Kalimantan Selatan kelahiran Tapin, 25 Februari 1909 dan meninggal di
Banjarmasin, 1997. Ia membawa berita proklamasi pada 24 Agustus 1945 dengan
menggunakan pesawat Jepang.
Tokoh-tokoh yang berperan :
Ø Sultan Hamid II
Ø Bardan Nadi
Ø Siradj Sood
Ø Oevaang Oeray
Ø Mohammad Ali Anyang
Ø Drs. Samza, sejarawan Kalimantan Barat.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Sultan Hamid II dalam percakapan dengan Ida Anak Agung Gde Agung, Raja
Gianya(sekitar tahun 1949).
Syarif Hamid kembali ke Pontianak dan dinobatkan menjadi Sultan Pontianak (1945-
1978) pada 29 Oktober 1945 dengan gelar Sultan Syarif Hamid II, atau lebih dikenal dengan
nama Sultan Hamid II.
.
Pada 28 Oktober 1946, Pemerintah Sipil Hindia Belanda sebagai Dewan Borneo Barat
membentuk Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan mendapat kedudukan sebagai Daerah
Istimewa pada 12 Mei 1947. Daerah Istimewa Kalimantan Barat meliputi monarki-monarki
(swapraja) di Kalimantan Barat, termasuk Kesultanan Pontianak. Saat itu Sultan Hamid II
ditujuk sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Sebelum 5 April 1950, Daerah
Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan Negara Republik Indonesia (RIS). Daerahnya
kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran
Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak menjadi
bagian Provinsi Kalimantan Barat.
Setelah Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978, terjadi kekosongan jabatan sultan
di keluarga Kesultanan Paontianak. Kekosongan jabatan itu bahkan berlangsung selama 25
tahun. Namun pada 15 Januari 2004, pihak bangsawan Istana Kadriyah mengangkat Syarif
Abubakar Alkadrie sebagai Sultan Pontianak. Jauh sebelumnya, tepatnya pada 29 Januari
2001 seorang bangsawan senior, Syarifah Khadijah Alkadrie, mengukuhkan Kerabat Muda
Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan
nilai budaya Melayu Pontianak, termasuk menghidupkan dan melestarikannya.
Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh
putranya, Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan
Pontianak pada 6 Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan
Pontianak dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif
Muhammad merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan
Pontianak. Ia sangat berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan moderenisasi
di Pontianak. Dalam bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah
sultan Melayu di Kalimantan Barat yang pertama kali berpakaian kebesaran Eropa di
samping pakaian Melayu, Teluk Belanga, sebagai pakaian resmi. Dia juga orang yang
menyokong majunya bidang pendidikan serta kesehatan. Selain itu, ia juga mendorong
masuknya modal swastaEropa dan Cina, serta mendukung
bangsa Melayu dan Cina mengembangkan perkebunan karet, kelapa, dan kopra serta
industri minyak kelapa di Pontianak. Sementara dalam aspek politik, Sultan memfasilitasi
berdiri dan berkembangnya organisasi-organisasi politik, baik yang dilakukan oleh kerabat
kesultanan maupun tokoh-tokoh masyarakat
Penyebab runtuhnya kerajaan pontianak pada saat kepemimpinan yang saat itu
dipimpin oleh Sultan Syarif Muhammad sedang redup pada saat itu pula bala tentara
kekaisaran jepang datang ke pontianak (sekitar 1942) yang bersekutu dengan belanda
untuk menghancurkan kerajaan pontianak.
B. Saran
Saran dari kelompok kami adalah sebaiknya sejarah Pontianak dean Banjar harus
dilestarikan agar tidak punah dan tetap terjaga keasliannya. Kita dapat mengetahui sejarah-
sajarah yang ada di Pontianak dan Banjar sudah dapat mencari di internet atau dapat mencari
di perpustakaan daerah atau di museum. Kita sebagai generasi muda juga harus menghargai
jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia.