Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan

A.  Latar Belakang

Pontianak adalah wilayah kosong tidak berpenghuni sebelum pembukaan lahan oleh
Syarif Abdul Rahman Alkadri dan pengikutnya pada 1771. Memilih lokasi di pertemuan
Sungai Kapuas dan Sungai Landak dengan menghadap ke Laut Cina Selatan, Syarif Abdul
Rahman sesungguhnya tengah mempersiapkan sebuah Kota Pelabuhan.
Visi Syarif Abdul Rahman dalam membuka wilayah baru tidak dapat dilepaskan dari latar
sejarahnya. Sebagai keturunan dari Habib Husein Alkadri, seorang ulama dari Hadramaut,
upayanya tersebut dipercaya masyarakat setempat didorong oleh cita-cita ayahnya untuk
mengembangkan permukiman baru yang dapat dijadikan tempat mengajarkan Islam sekaligus
berdagang.
Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan
Kerajaan Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di
daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. sehingga sebagian
rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan
arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai.
Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang
menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-
20)

B.  Rumusan Masalah


1. Apa asal usul nama Pontianak?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Pontianak?
3. Siapa sajakah Sultan-Sultan yang memimpin Pontianak?
4. Bagaimana puncak kejayaan Pontianak?
5. Bagaimana faktor kemunduran Pontianak?
6. Apa asal usul nama Banjar?
7. Bagaimana sejarah berdirinya Banjar?
8. Siapa sajakah Sultan-Sultan yang memimpin Banjar?
9. Bagaimana puncak kejayaan Banjar?
10. Bagaimana faktor kemunduran Banjar?

C.  Tujuan
1. Untuk mengetahui darimanakah asal usul nama Pontianak dan Banjar.
2. Memberitahukan sejarah berdirinya Pontianak dan Banjar.
3. Memberitahukan Sultan yang memimpin Pontianak dan Banjar.
4. Memberitahukan puncak kejayaan Pontianak dan Banjar.
5. Memberitahukan faktor kemunduran Pontianak dan Banjar.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Asal Usul Nama Pontianak

Sesuai mitos yang tersebar adalah kaitannya dengan kisah dongeng Syarif
Abdurrahman yang sering diganggu oleh ‘hantu kuntilanak’ ketika beliau menyusuri Sungai
Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Kota Pontianak oleh etnis Tionghoa
Pontianak dikenal dengan nama Khun Tien. Kota ini juga terkenal sebagai Kota Khatulistiwa
karena dilalui garis lintang nol derajat bumi.

Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atau Tugu Khatulistiwa yang
dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Menurut cerita yang
berkaitan dengan Syarif Abdurrahman yang sering dihantui kuntilanak, Syarif Abdurrahman
terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir ‘hantu kuntilanak’ sekaligus
menandakan dimana meriam itu jatuh, maka disanalah wilayah kesultanannya didirikan.
Peluru meriam itu jatuh melewati Simpang Tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini
lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau Kota Pontianak.

2. Sejarah berdirinya Kerajaan Pontianak


Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah yang bertepatan pada tanggal 23 Oktober 1771
Masehi, rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka hutan di persimpangan tiga
Sungai Landak Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah
sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak. Berkat kepemimpinan
Syarif Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota Perdagangan dan
Pelabuhan.

Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan


Pontianak Pertama. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid Raya Sultan
Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadariah, yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam
Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
3. Sultan-sultan yang memimpin Pontianak
No Sultan Masa Pemerintahan
Sultan Syarif Abdurrahman 1 September 1778 – 28
1
Alkadrie Februari 1808
Sultan Syarif Kasim Alkadrie
28 Februari 1808 – 25
2 bin Sultan Syarif
Februari 1819
Abdurrahman Alkadrie
Sultan Syarif Usman Alkadrie
25 Februari 1819 – 12 April
3 bin Sultan Syarif
1855
Abdurrahman Alkadrie
Sultan Syarif Hamid Alkadrie
12 April 1855 – 22 Agustus
4 bin Sultan Syarif Usman
1872
Alkadrie
Sultan Syarif Yusuf Alkadrie
22 Agustus 1872 – 15 Maret
5 bin Sultan Syarif Hamid
1895
Alkadrie
Sultan Syarif Muhammad
15 Maret 1895 – 24 Juni
6 Alkadrie bin Sultan Syarif
1944
Yusuf Alkadrie
24 Juni 1944 – 29 Oktober
1945
Mayjen KNIL Sultan Hamid II
(Sultan Syarif Hamid Alkadrie 29 Oktober 1945 – 30 Maret
7
bin Sultan Syarif Muhammad 1978
Alkadrie)
30 Maret 1978 – 15 Januari
2004
Sultan Syarif Abubakar
Alkadrie bin Syarif Mahmud 15 Januari 2004 – 31 Maret
8
Alkadrie bin Sultan Syarif 2017
Muhammad Alkadrie

Sejarah Kehidupan Masyarakat Kerajaan Pontianak


1. Keadaan Sosial
Kota Pontianak yang berdiri pada tahun 1771 terletak di persimpangan tiga sungai
besar, yaitu Sungai Kapuas dengan cabangnya Sungai Landak. Dari persimpangan ini
terdapat tiga nama sungai yaitu Sungai Landak mengalir dari timur laut, Sungai Kapuas
Kecil mengalir dari arah timut sedang sungai Kapuas Besar yang merupakan pertemuan
Sungai Landak dan Sungai Kapuas Kecil mengalir kearah barat menuju laut. Menurut
Alqadrie (dalam Nurcahyani, 1999: 16), Kota Pontianak sering disebut sebagai pintu
gerbang daerah Kalimantan Barat karena letaknya yang strategis berada di jalur lalu
lintas laut Internasional yang menghubungkan wilayah nusantara melalui Selat Malaka.

2. Keadaan Ekonomi
Telah disebutkan di atas bahwa penduduk Kota Pontianak sangat heterogen. Hal ini
menyebabkan mata pencaharian masyarakat bermacam-macam pula. Menurut La Ode
(dalam Nurcahyani, 1999: 20), beberapa jenis mata pencaharian masyarakat Kalimantan
Barat di masa lampau adalah sebagai berikut:
mata pencaharian masyarakat Kalimantan Barat di masa lampau

3. Kehidupan Sosial Budaya


Salah satu dasar budaya yang penting adalah agama. Unsure ini sangat penting bagi
pribumi, terutama untuk melaksanakan hidup yang dalam mencapai kebahagiaan baik
material ataupun spiritual. Di daerah kota maupun di pedesaan-pedesaan Kalimantan
Barat, sebagian besar penduduknya beragama Islam. Sedangkan di daerah
pedalamannya, kebanyakan penduduknya menganut kepercayaan tradisional. Awal mula
kedatangan agama Islam ke Kalimantan Barat melalui utara yaitu Johor dan Bintan,
kemudian juga Brunai masuk ke aliran sungai Sambas dan berpusat di Kerajaan Sambas.
Dari Sambas ini kemudian menyebar ke Singkawang, Mempawah, kemudian ke
Pontianak.

Masa Pendudukan Kolonial Belanda di Pontianak


Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan
dipimpin oleh Willem Ardinpalm. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana
kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal. Palm kemudian
digantikan oleh Wolter Markus Stuart yang bertindak sebagai Resident van Borneo’s Wester
Afdeling I (1779-1784) dengan kedudukan di Pontianak. Semula, Sultan Syarif Abdurrahman
Alkadrie menolak tawaran kerjasama dengan negeri asing dari Eropa itu. Namun setelah
utusan itu datang untuk kedua kalinya, Syarif menerima Belanda sebagai rekan
persemakmuran dengan tangan terbuka.

Pada tahun 1808, Sultan Syarif Abdurrahman wafat. Dia dimakamkan di Batu
Layang, Pontianak. Selanjutnya, Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819) naik tahta menjadi
Sultan Pontianak menggantikan ayahnya. Di bawah kekuasaan Sultan Syarif Kasim,
Kesultanan Pontianak semakin mempererat kerjasama dengan Kerajaan Belanda dan
kemudian Kerajaan Inggris sejak tahun 1811.

Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh
putranya, Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan
Pontianak pada 6 Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak
dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad
merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan Pontianak. Ia sangat
berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan moderenisasi di Pontianak. Dalam
bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah sultan Melayu di Kalimantan Barat yang pertama
kali berpakaian kebesaran Eropa di samping pakaian Melayu, Teluk Belanga, sebagai pakaian
resmi.
Masa Pendudukan Jepang di Pontianak
Pendudukan Jepang di Kalimantan Barat adalah masa pendudukan Jepang yang
bermula sewaktu Pontianak diserang lewat udara oleh sembilan pesawat tempur pada
tanggal 19 Desember 1941. Kota menjadi hancur dan banyak korban pada hari pertama
penyerangan ini. Kemudian, pada tanggal 20-22 Desember tempat-tempat lain di Kalimantan
Barat juga diserang. Seperti Sanggau Ledo, Singkawang, dan Mempawah juga dikuasai. Dua
bulan kemudian, Kalimantan Barat dikuasai oleh Jepang.Pontianak dibom oleh sembilan
kapal terbang. Sinar matahari membuat tulisan pada ekor pesawat : Hinomaru, Nippon no
hatta, menjadi kelihatan. Kota menjadi gempar, beberapa rumah hangus terbakar
dan cuaca tiba-tiba menjadi gelap. Bom disana-sini. Banyak orang mencari perlindungan
di parit-parit.
Pada tanggal 22 Januari 1942, Armada Angkatan Laut Dai Nippon mendarat
di Pemangkat lewat Tanjung Kodok. Lalu, barulah pada 2 Februari 1942 Pontianak dikuasai
tanpa perlawanan berarti oleh Belanda.
Pasca kemerdekaan
Berita kemerdekaan baru sampai ke Kalimantan dibawa oleh A.A. Hamidhan, seorang
wartawan dari Kalimantan Selatan kelahiran Tapin, 25 Februari 1909 dan meninggal di
Banjarmasin, 1997. Ia membawa berita proklamasi pada 24 Agustus 1945 dengan
menggunakan pesawat Jepang.
Tokoh-tokoh yang berperan :
Ø  Sultan Hamid II

salah satu tokoh yang selamat dari kekejaman Jepang

Ø  Bardan Nadi
Ø  Siradj Sood
Ø  Oevaang Oeray
Ø  Mohammad Ali Anyang
Ø  Drs. Samza, sejarawan Kalimantan Barat.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Sultan Hamid II dalam percakapan dengan Ida Anak Agung Gde Agung, Raja
Gianya(sekitar tahun 1949).
Syarif Hamid kembali ke Pontianak dan dinobatkan menjadi Sultan Pontianak (1945-
1978) pada 29 Oktober 1945 dengan gelar Sultan Syarif Hamid II, atau lebih dikenal dengan
nama Sultan Hamid II.
.
Pada 28 Oktober 1946, Pemerintah Sipil Hindia Belanda sebagai Dewan Borneo Barat
membentuk Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan mendapat kedudukan sebagai Daerah
Istimewa pada 12 Mei 1947. Daerah Istimewa Kalimantan Barat meliputi monarki-monarki
(swapraja) di Kalimantan Barat, termasuk Kesultanan Pontianak. Saat itu Sultan Hamid II
ditujuk sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Sebelum 5 April 1950, Daerah
Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan Negara Republik Indonesia (RIS). Daerahnya
kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran
Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak menjadi
bagian Provinsi Kalimantan Barat.

Setelah Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978, terjadi kekosongan jabatan sultan
di keluarga Kesultanan Paontianak. Kekosongan jabatan itu bahkan berlangsung selama 25
tahun. Namun pada 15 Januari 2004, pihak bangsawan Istana Kadriyah mengangkat Syarif
Abubakar Alkadrie sebagai Sultan Pontianak. Jauh sebelumnya, tepatnya pada 29 Januari
2001 seorang bangsawan senior, Syarifah Khadijah Alkadrie, mengukuhkan Kerabat Muda
Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan
nilai budaya Melayu Pontianak, termasuk menghidupkan dan melestarikannya.

4. Puncak Kejayaan Kerajaan Pontianak


Hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak dengan Belanda semakin erat dan kuat.
Masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad merupakan masa pemerintahan terpanjang
dalam sejarah Kesultanan Pontianak

Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh
putranya, Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan
Pontianak pada 6 Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan
Pontianak dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif
Muhammad merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan
Pontianak. Ia sangat berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan moderenisasi
di Pontianak. Dalam bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah
sultan Melayu di Kalimantan Barat yang pertama kali berpakaian kebesaran Eropa di
samping pakaian Melayu, Teluk Belanga, sebagai pakaian resmi. Dia juga orang yang
menyokong majunya bidang pendidikan serta kesehatan. Selain itu, ia juga mendorong
masuknya modal swastaEropa dan Cina, serta mendukung
bangsa Melayu dan Cina mengembangkan perkebunan karet, kelapa, dan kopra serta
industri minyak kelapa di Pontianak. Sementara dalam aspek politik, Sultan memfasilitasi
berdiri dan berkembangnya organisasi-organisasi politik, baik yang dilakukan oleh kerabat
kesultanan maupun tokoh-tokoh masyarakat

5. Faktor Kemunduran Kerajaan Pontianak

Penyebab runtuhnya kerajaan pontianak pada saat kepemimpinan yang saat itu
dipimpin oleh Sultan Syarif Muhammad sedang redup pada saat itu pula bala tentara
kekaisaran jepang datang ke pontianak (sekitar 1942) yang bersekutu dengan belanda
untuk menghancurkan kerajaan pontianak.

Peninggalan Kerajaan Pontianak

6. Asal Usul Kerajaan Banjar


Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di
Kalimantan bagian selatan adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah
kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir.
Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan
Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah
ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. sehingga sebagian rakyatnya
menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan arkeologis yang
berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996,
telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan
angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).

a) Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan


b) Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
c) Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
d) Keraton III disebut Kesultanan Banjar
e) Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi
f) Keraton V disebut Pagustian
Pangeran Samudra menjadi raja pertama Kerajaan banjar dengan gelar Sultan
Suriansyah. Ia pun menjadi raja pertama yang masuk islam dibimbing oleh Khatib
Dayan.
7. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri pada Tahun 1520, dihapuskan
sepihak oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun rakyat Banjar tetap mengakui ada
pemerintahan darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24 Januari 1905. Namun sejak 24 Juli
2010, Kesultanan Banjar hidup kembali dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh.[17]Kerajaan
Banjar adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung
Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasinkemudian
dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura. Ketika beribukota di Martapura
disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.[18]Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan
ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan
Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan
ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.
8. Sultan yang memimpin kerajaan Banjar
Raja-raja Banjar sejak berdirinya kerajaan Banjar sampai lenyapnya pemerintahan
Pegustian di Menawing, adalah sebagai berikut :
1) Periode tahun 1526 – 1545: Pangeran Samudera, selanjutnya bergelar Sultan
Suriansyah.
2) Periode tahun 1545 – 1570: Sultan Rahmatullah.
3) Periode tahun 1570 – 1595: Sultan Hidayatullah.
4) Periode tahun 1595 – 1620: Sultan Mustain Billah, Marhum Panembahan, yang
dikenal sebagai Pangeran Kacil. Sultan inilah yang memindahkan keraton ke Kayutangi
Martapura, karena keraton di Kuwin hancur di serang Belanda pada tahun 1612.
5) Periode tahun 1620 – 1637: Ratu Agung bin Marhum Panembahan yang bergelar
Sultan Inayatullah.
6) Periode tahun 1637 – 1642: Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah.
7) Periode tahun 1642 – 1660: Adipati Halid (Pangeran Tapesana).
8) Periode tahun 1660 – 1663: Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan, 1663.
9) Periode tahun 1663 – 1679: Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan dari
Amirullah Bagus Kesuma dan memindahkan keraton ke Banjarmasin bergelar Sultan
Agung.
10) Periode tahun 1680 – 1700: Amirullah Bagus Kesuma.
11) Periode tahun 1700 – 1734: Sultan Hamidullah gelar Sultan Kuning.
12) Periode tahun 1734 – 1759: Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah Bagus Kesuma
bergelar Sultan Tamjidillah.
13) Periode tahun 1759 – 1761: Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan
Kuning.
14) Periode tahun 1761 – 1801: Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan
Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar
Sultan Tahmidullah.
15) Periode tahun 1801 – 1825: Sultan Suleman Almutamidullah bin Sultan Tahmidullah.
16) Periode tahun 1825 – 1857: Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman.
17) Periode tahun 1857 – 1859: Pangeran Tamjidillah.
18) Periode tahun 1859 – 1862: Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir
Oeddin Khalifatul Mu’mina.
19) Periode tahun 1862 – 1905: Sultan Muhammad Seman.
9. Puncak Kejayaan Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17
dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur
pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan
Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang
penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615 untuk
menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura (Arosbaya) dan Surabaya, tetapi
gagal karena mendapat perlawanan yang sengit. [23]Sultan Agung dari Mataram (1613–
1646), mengembangkan kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-
pelabuhan pantai utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura
(1924) dan Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program
penjajahannya terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau
Kalimantan, dan Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun
1622.[24]
10. Faktor Kemunduran Kerajaan Banjar
Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan
adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya
akan memunculkan perpercahan dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan
istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar
dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.Peninggalan Kerajaan Banjar

Candi Agung Amuntai Mesjid Sultan Suryansyah


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Asal usul nama Pontianak sebenarnya berasal dari kisah dongeng dari Syarif
Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu kuntilanak ketika beliau menyusuri Sungai
Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Untuk mengusir hantu kuntilanak
maka dilepaskanlah tembakan meriam yang sekaligus menandakan dimana meriam itu jatuh,
maka disanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh melewati Simpang
Tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung
Dalam Bugis Pontianak Timur atau Kota Pontianak.

Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam


provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung
Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasinkemudian
dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura. Ketika beribukota di Martapura
disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.[18]

B.       Saran
Saran dari kelompok kami adalah sebaiknya sejarah Pontianak dean Banjar harus
dilestarikan agar tidak punah dan tetap terjaga keasliannya. Kita dapat mengetahui sejarah-
sajarah yang ada di Pontianak dan Banjar sudah dapat mencari di internet atau dapat mencari
di perpustakaan daerah atau di museum. Kita sebagai generasi muda juga harus menghargai
jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai