Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perjuangan
Pangeran Diponegoro Melawan Belanda Pada Perang Diponegoro ” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah
yang menjadi tugas pendidikan agama dengan judul “Perjuangan Pangeran
Diponegoro Melawan Belanda Pada Perang Diponegoro”. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga
dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami
sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Achmad Ridwan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kekalahannya dalam Peperangan era Napoleon di Eropa,
pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha
menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak
di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga
melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan
keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik
rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi dalam perlawanan tersebut?
2. Bagaimana proses dalam perlawanan pada perang diponegoro
tersebut?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Sejarah para pejuang dalam mempertahankan NKRI
2. Mengetahui Proses perlawanan dalam perang diponegoro
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: De Java
Oorlog), adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima
tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia
Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di
bawah pimpinan Jendral De Kock[1] melawan penduduk pribumi yang
dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro.
Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit. Baik korban
harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli
sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut.
Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang
pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini
melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai
Perang Jawa.
B. Jalannya Perang
Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-
pasukan infantri, kavaleri dan artileri (yang sejak perang
Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal) di kedua
belah pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di
puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung
sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan
Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut
kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-
jalur Iogistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong
keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang mesiu dibangun di hutan-
hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus
sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir
bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan
untuk menyusun strategi perang. Informasi mengenai kekuatan musuh,
jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita
utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui
penguasaan informasi.
b. Sebab Khusus
Sebab khusus Perang Diponegoro adalah pembuatan jalan yang
melalui tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Pembuatan jalan itu dilaksanakan oleh Patih Danurejo IV sebagai kaki
tangan bangsa Belanda. Patok-patok yang dipasang atas perintah
Patih Danurejo IV dicabut oleh pasukan pangeran diponegoro.
Pemasangan dan pencabutan patok-patok tanda pembuatan jalan itu
telah terjadi berulang kali. akhirnya Pangeran Diponegoro
memerintahkan agar patok-patok itu diganti dengan tombak sebagai
pernyataan perang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Penjelasan Diatas, dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Diponegoro
Kartodirjo,Sartono, Marwati djoened Poesponegoro, Nugroho
Notosusanto, 1975.Sejarah nasional Indonesia
IV,Jakarta:DEPDIKBUD
Yatim, Badri,2005. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada
Pane,sanusi 1965, Sejarah Indonesia II, Jakarta:P.N.Balai Pustaka
Kartodirjo,Sartono, 1973 Sejarah Perlawanan terhadap Kolonialisme,
Jakarta: DEPHANKAM, PUSAT SEJARAH ABRI
Carey, Peter, 1986, Asal usul Perang jawa (pemberontakan Sepoy dan
Lukisan Raden saleh), Jakarta:Pustaka Azet