Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang
menimbulkan perang Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di
kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah wilayahnya sebagai akibat ikut
campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan kerajaan. Sedang pemimpin
peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III raja Yogyakarta
bernama Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat
dikatakan hamper meliputi semua daerah kerajaan. Mataram yaitu kerajaan besar di
Jawa pada abad XVII-XVIII. Karena itu tidak mengherankan apabila perang
Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan salah satu sebab pecahnya perang
Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain karena Kompeni
atau kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan
Yogyakarta. Hal itu dirasa oleh Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan
adat pemerintahan keraton.
B.     Rumusan Masalah
1.       Siapakah Pangeran Diponegoro?
2.      Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3.      Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4.      Bagaimana akhir perang Diponegoro?
C.    Tujuan penulisan makalah
1.      Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2.      Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3.      Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4.      Mengetahui akhir perang Diponegoro.

pg. 1
BAB II

PEMBAHASAN
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830
di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara
Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
A.    Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono III
dari selir Raden Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil, diasuh oleh
neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo. Sebuah tempat tinggal yang terpencil yang
letaknya beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana dia memasuki
lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana yang tidak
disukainya karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak, pelanggaran
susila, dan pengaruh barat yang bersifat merusak. (Ricklefs,1999:177-).
Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian
spiritual ,dia bermimpi bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas bahwa
dia harus memasuki zaman kehancuran yang harus mensucikanya. Setelah 20
tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa bertambah buruk .
Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –pemberontakan kecil
(Ricklefs,1999:177).
B.     Sebab-sebab
Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan,dengan rakyat dibebani
dengan kewajiban membayar pajak. Serta harus memenuhi kebutuhan orang
Belanda dan para bangsawan yang menjadi kaki tangan belanda. Hal tersebut
membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi tersebut. Selain
itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah istana,seperti
penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono IV wafat,Belanda
mengangkat putra mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan Yogyakarta, Padahal usianya
pada saat itu baru tiga tahun. Sultan hanya dijadikan sebagi simbol pemerintahan
saja. Selanjutnya dalam pemerintahan istana Yogyakarta diatur oleh Residen
Smissert.
Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak
belanda yang membuat jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo tanpa
persetujuan dari pangeran diponegoro. Pangeran diponegoro dan masyarakat
merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo adalah tempat makam dari leluhur
Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan jalan tersebut
pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang menjadi titik
tolak terjadinya perang Diponegoro . Untuk menyelesaikan masalah tanah itu,
sebenarnya Residen Belanda, A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro
untuk menemuinya. Namun undangan itu ditolak mentah-mentah olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah yang
dibuat jalan. Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro geram,
lalu memerintahkan orang-orangnya untuk mencabuti patok-patok itu. Melihat
kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda mempunyai alasan untuk menangkap
Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun didatangkan ke kediaman
Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825 perang Tegalrejo dikepung oleh
serdadu Belanda.

pg. 2
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta keluarganya terpaksa
mengungsi karena ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi menyelamatkan
diri menuju ke barat hingga ke Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, lalu
meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang terletak di Dusun
Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian dijadikan sebagai basis
pasukan.
C.    Jalanya Perang
Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia
mendapat banyak dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa
Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun Belanda . Lima belas dari dua puluh
sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro, demikian pula empat puluh satu
dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut Diponegoro adalah
Sentot Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan tempur.
Komunitas agama bergabung dengan Diponegoro , yang diantarana adalah Kiai
Mojo yang menjadi pimpinan spiritual pemberontakan tersebut. Rakyat pedesaan
juga bertempur di pihak Diponegoro dan memebantu pasukan-pasukannya apabila
mereka tidak sanggup bertempur lagi.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan pasukan-
pasukan infantri, kavaleri, dan artileri oleh Belanda. Pihak Diponegoropun
menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit di kedua belah pihak. Medan
pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di seluruh Jawa. Jalur-jalur logistik
juga dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang.
Belanda menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di hutan-hutan dan dasar
jurang. Mesiu dan peluru terus diproduksi saat peperangan berlangsung. Selain itu
Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk mencari informasi guna menyusunn
setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya, yakni
dengan cara berpencar, berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh lengah.
Setrategi ini sangat merepotkan tentara Belanda. Belum lagi Pangeran Diponegoro
mendapat dukungan rakyat. Awlanya sendiri peperangan banyak terjadi di daerah
barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan Lowano (Perbatasan
Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah lain: Gunung kidul,
Madiun, Magetan, Kediri, dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan
pada bulan-bulan penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan Belanda terhambat. Selain itu, penyakit malaria dan disentri turut
melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan menhadapi perlawanan
Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada bulan Oktober
1826 ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun 1826
pasukan-pasukan pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju lagi, dan
Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah pedalaman Jawa tengah.
Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada
bulan Agustus 1826 pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II yang
sudah berusia lanjut dari tempat pengasingan Ambon dan mendudukanya lagi diatas
tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini sama sekali gagal mendorong
rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan. (Ricklefs,1999:179)

pg. 3
D.    Akhir Perang Diponegoro
Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu untuk
mematahkan perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan tersebut,Belanda
menerapkan strategi Benteng Stelsel (sistem Benteng) ats perinta Jendral De
Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan benteng di setiap daerah-
daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan raya.
Akibatnya ,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena hubungan antar
pasukan dan rakyat menjadi sulit. Rakyat dihasut dan di adu domba dengan politik
Devide et empera. Kekeutan pasukan Diponegoro pun semakin lemah karena
banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau menyerah.
Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin meningkat.
Pada bulan April 1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan september 1829
paman Diponegoro,pangeran mangubumi dan panglima utamanya sentot, keduanya
menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjalankan tugas
untuk melawan kaum padri di sumatera,sedangkan Mangkubumi diangkat sebagai
salah satu dari pangeran-pangeran yang paling senior dari Yogyakarta. Akhirnya
,pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang. Namun
setibanya disana dia di tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan
kemudian ke Makasar, Dimana dia wafat pada tahun 1855. Pemberontakan akhirnya
berakhir, di pihak Belanda perang ini telah menelan setidaknya 8000 serdadu
Belanda dan di pihak pribumi sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk
Yogyakarta habis hampir separuhnya.

pg. 4
BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830
di dareah jawa tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara
Belanda penduduk pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini
disebabkan pihak Belanda membangun jalan dari Yogyakarta ke Magelang yang
melewati makam lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan yang
berlangsung selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah
kekalahan tersebut pangeran Diponegoro di tangkap dan di asingkan ke Manado
dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat tanggal 8 januari 1855. Perang
ini juga mengakibatkan banyak korban tewas dari pihak Belanda maupun pribumi.
B.     Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana
susahnya pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta
maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam
membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka

pg. 5
DAFTAR PUSTAKA
Al Ansori, Junaedi.2007. Sejarah Nasional Indonesia Masa Prasejarah Sampai Proklamasi
kemerdekaan, Jakarta: PT Mapan.

Ricklefs,M.C.1999. Sejarah Indonesia Modern,Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Kartodirdjo,A .Sartono. 1973.Sejarah Perlawanan-perlawana Terhadap


Kolonialisme,Yogyakarta:Gramedia

pg. 6

Anda mungkin juga menyukai