Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SEJARAH

KELOMPOK :
 DAVID BADIUL’UL C (17)
 MUCHROMIN (26)
 M. ZAENAL ANWAR (25)
 NOOR KHAFIF M (33)
PETA KONSEP PANGERAN DIPONEGORO
DAN WILAYAH PEPERANGAN
DIPONEGORO
PERANG DIPONEGORO
Memasuki abad ke-19, keadaan di Jawa khususnya di Surakarta
dan Yogyakata semakin memprihatikan. Intervensi pemerintah
kolonial terhadap pemerintah lokal tidak jarang mempertajam
konflik di lingkungan kerajaan. Dominasi pemerintah kolonial
juga telah menempatkan rakyat sebagai objek pemerasan,
sehingga semakin menderita. Rakyat tetap menderita pda masa
Van Der Capellen juga menimbulkan kekecewaan beban rakyat
semakin berat, karena diwajibkan membayar berbagai macam
pajak, seperti : welah- welit (pajak tanah), pengawang
awang( pajak halaman kekurangan), pencupling( pajak jumlah
pintu), pajigar( pajak ternak), penyongket( pajak pindah
nama),bekti( pajak menerima tanah atau menerima jembatan.
Dalam suasana penderitaan rakyat dan kekacauan itu
tampil seorang bangsawan, putera Sultan
Hamengkubawana III yang bernama Raden Mas
Ontowiryo atau lebih dikenal dengan nama Pangeran
Dipinegoro. Pangeran Diponegoro merasa tidak puas
melihat penderitaan rakyat dan kekejaman serta
kelicikan Belanda. Pangeran Diponegoro merasa sedih
dengan masuknya budaya Barat yang tidak sesuai
dengan budaya timur. Oleh karena itu, Pangeran
Diponegoro berusaha menentang Dominasi Belanda
yang kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan.
Tanggal 20 Juli 1825.
SEBAB UMUM DAN KHUSUS TERJADI
PERANG DIPONEGORO
 Sebab Umum
a) Rakyat dibelit berbagai pajak dan pungutan.
b) Pihak keraton Yogyakarta tidak berdaya menghadapi
campur tangan politik pemerintah kolonial.
c) Pihak keraton hidup mewah dan tidak memedulikan
penderitaan rakyat.
 Sebab Khusus
a) Pangeran Diponegoro tersingkir dari elite kekuasaan karena
menolak berkompromi dengan pemerintah kolonial.
Pangeran Diponegoro memilih mengasingkan diri ke
Tegalrejo
b) Pemerintah kolonial melakukan provokasi dengan membuat
jalan yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro
BERMULA DARI INSIDEN ANJIR
Sejak tahun 1823, smissaert diangkat sebagai residen
Yogyakarta. Tokoh Belanda ini anti terhadap Pangeran
Diponegoro. Oleh karena itu, Smissaert bekerja sama
dengan Patih Danurejo berusaha menyingkirkan Pangeran
Diponegro dari istana Yogyakarta. Pada suatu hari di tahun
1825 smissaert dan patih Danurejo dalam rangka membuat
jalan baru memerintahkan anak buahnya untuk memasang
anjir (pancang/patok). Secara senganja pemasangan anjir
ini melewati perkaranagan milik Pangeran Diponegoro di
Tegalrejo tanpa ijin. Dengan keberaniannya pengikut
Pangeran Diponegoro mencabuti anjir tersebut dan
digantikannya dengan tombak- tombak mereka
Kala itu tanggal 20 Juli 1825 sore hari, rakyat tegalreja
berduyun- duyun berkumpul di dalem Tegalreja dengan
Membawa berbagai senjata. Mereka menyatakan setia
kepada Pangeran Diponegoro dan mendukung
melawan perang Belanda. Tegalreja dibumi hangus.
Dengan berbagai pertimbangan, Pangeran Diponegoro
dan pasukannya menyingkir kearah selatan ke bukit
Selangor.
Pangeran Diponegoro sangat memperhatikan keslamatan
anggota keluarga dan anak buahnya. Untuk mengawali
perlawanannya terhadap belanda Pangeran
Diponegoro membangun benteng pertahanan di Gua
Selarong. Dalam memimpin perang ini Pangeran
Diponegoro didukung para punggawa kerajaan dan
para Bupati. Tercatat 15 dari 29 pangeran dan 41 dari
88 bupati bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
MENGATUR STRATEGI DARI SELARONG
Dari Selarong Pangeran Diponegoro menyusun strategi perang.
Dipersiapkan beberapa tempat untuk markas komando
cadangan. Kemudian pangeran Diponegoro menyusun
langkah- langkah:
1) Merencanakan serangan ke keraton Yogyakarta dengan
mengisolasi pasukan belanda dan mencegah masuknya
bantuan dari lur.
2) Mengirim kurir kepada para bupati atau ulama agar
mempersiapkan peperangan melawan Belanda.
3) Menyusun daftar nama bangsawan, siapa yang sekiranya
kawan dan siapa lawan.
4) Membagi kawasan kesultanan Yogyakarta menjadi beberapa
mandala perang, dan mengangkat para pemimpinnya.
Pangeran Diponegoro telah membagi menjadi 16 mandala perang.
Sebagai pucuk pemimpinan Pangeran Diponegoro di dampingi
oleh pangeran Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro),
panglia muda, dan kiai mojo bersama murid muridnya. Nyi Ageng
serang yang sudah berusia 73 tahun bersama cucunya R.M. Papak
bergabung bersama pasukan Pangeran Dipoegoro. Nyi Ageng
Serang (nam aslinya R.A. Kustiah Retno Edi), sejak remaja sudah
anti terhadap belanda dan pernah membantu ayahnya
(Panembahan serang) untuk mlawan Belanda. Pada tahun- tahun
awal pangeran Diponegoro mengembangkan semangat “Perang
Sabil”, perlawanannya berjalan sangat efektif. Pusat kota dapat
dikuasai. Gerakan pasukan Pangeran Diponegoro bergerak ke
timur dan dapat menaklukan delanggu dalam rangka menuasai
Surakarta namun, pasukan pangeran diponegoro dapat ditahan
oleh pasukan Belanda di Gowok. Beberapa pos pertahanan
belanda dapat dikuasai. Untuk memperkokoh kedudukan
Pangeran Diponegoro, oleh para ulama dan pengikutnya ia
dinobatkan sebagai raja dengan gelar : Sultan Abdulhamid
Herucokro ( Sultan Ngabulkamid Erucokro).
PERLUASAN PERANG DI BERBAGAI
DAERAH
Belanda berusaha menghancurkan pos-pos pertahanan
pasukan Pangeran Diponegoro. Sasaran pertama Belanda
yaitu Pos di Goa Selarong. Tanggal 4 oktober 1825 pasukan
Belanda menyerang pos tersebut. Tetapi ternyata pos goa
selarong sudah kosong. Ini memang sebagai strategi
Pangeran Diponegoro. Pos pertahanan pangeran
Diponegoro sudah dipindahkan ke Dekso dibawah
pimpinan Ali Basyah Sentot Prawiryodijo. Pada tahun 1826
pasukan Ali Basyah Sentot Prawiryodijo ini berhasil
mengalahkan tentara Belanda di daerah- daerah bagian
barat( Kulo Progo dan sekitarnya). Sementara itu di gunung
kidul pasukan Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran
Singosari juga mendapatkan berbagai kemenangan
Benteng pertahan Belanda juga berhasil diserang oleh
pasukan Diponegoro dibawah pimpinan Tumenggung
Suronegoro. Plered sebagai pos pertahanan Diponegoro
juga sering mendapat serangan Belanda. Namun dapat
dipertahankan oleh pasukan Diponegoro dibawah
Kertopengalasan. Pangeran Diponegoro mendapat
dukungan luas dari para bupati mancanegara( istilah
mancanegara untuk menyebut daerah- daerah yang
umumnya sekarng diluar Yogyakarta). Daerah-daerah
mancanegara bagian timur terus melakukan perlawanan
di bawah para bupatinya misalnya, misalnya di Madiun,
Magetan, Kertosono, Ngawi, dan Sukowati. Sementara
mancanegara bagian barat meluas diwilayah Bagelen,
Magelang dan daerah-daerah karasidenan lainnya.
BENTENG STELSEL PEMBAWA PETAKA
Perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro senantiasa bergerak
dari pos pertahanan yang satu ke pos yang lain . Perkembangan
perang Diponegoro ini sempat membuat Belanda kebingungan.
Untuk menghadapi pasukan Diponegoro yang bergerak dari pos
yang satu ke pos yang lain, jendral de kock kemudian
menerapkan strategi dengan sistem “Benteng Stelsel”, yaitu
mendirikan benteng di setiap tempat yang dikuasainya. Antara
benteng yang satu dengan benteng yang lainnya dihubungkan
dengan jalan untuk memudahkan komunikasi dan pergerakan
pasukan. Taktik benteng stelsel ini bertujuan mempersempit
ruang gerak pasukan Diponegoro. Dengan strategi itu sedikit
demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat diaatasi, dan
semakin bertambah lemah terlebih lagi pada tahun 1829 Kai
Mojo dan Sentot Alibasya Prawiryodirjo memisahkan diri
Lemahnya kedudukan Diponegoro tersebut
menyebabkan Sentot Prawirodirjo menerima tawaran
berunding dengan Belanda di Magelang. pada tanggal
17 Oktober 1829 di tandatangani perjajnjian Imogiri
antara Sentot Prawirodirjo dengan pihak Belanda. Isi
perjanjian itu antara lain :
1. Sentot Prawirodiro diijinkan memeluk agama Islam
2. Pasukan Sentot Prawirodirjo tidak dibubarkan dan ia
tetap sebagai komandonya
3. Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diijinkan
untuk tetap memakai sorban
4. Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal
24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dengn
pasukannya memasuki Ibu kota negri Yogyakarta
untuk secara resmi menyerahkan diri.
Dalam perundingan tersebut, pihak belanda diwakili
oleh Jenderal De Kock. Perundingan tersebut gagal
mencapai sepakat, kemudian Belanda menangkap
Pangeran Diponegoro dan dibawa ke Batavia, yang
selanjutnya dipindahkan ke Manado, kemudian
dipindahkan lagi ke Makasar dan meninggal di
Benteng Roterrdam pada tnggal 8 Januari 1855.
Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun
tersebut membawa dampak antara lain sebagai
berikut :
a. wilayah Kekuasaan Yogyakarta dan Surakarta
berkurang
b. Belanda mendapatkan beberapa wilayah Yogyakart
dan Surakarta
c. Banyak menguras kas Belanda
SEKIAN DARI PRESENTASI KAMI DAN
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAANNYA.

ASALAMU’ALAIKUM.WR.WB

Anda mungkin juga menyukai