Anda di halaman 1dari 8

4.

PERANG
DIPONEGORO
Nama Kelompok:
Dwi Larastika
Galih fahrezi
Pengertian perang Diponigoro
• Perang Diponigoro yang juga dikenal dengan sebutan
perang Jawa (Inggris:The Java War, Belanda:De Java
Oorlog) adalah perang besar dan barlangsung selama lima
tahun (1825-1830) di pulau Jawa, Hindia Belanda
(sekarang Indonesia) perang ini merupakan salah satu
prtempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda
selama masa pendudukannya di Nusantara.
Memasuki abat ke-19
• Keadaan di pulau Jawa khususnya di Surakarta dan Yogyakarta
semakin memprihatinkan. Intervensi pemerintah colonial
terhadap pemerintahan lokal tidak jarang mempertajam konflik
yang sudah ada dan atau dapat melahirkan konflik baru di
lingkungan kerajaan. Hal ini juga terjadi di Surakarta dan
Yogyakarta campur tangan kolonial itu juga membawa
pergeseran adat dan budaya keraton yang sudah lama ada di
keraton bahkan melahirkan budaya Barat yang tidak sesuai
dengan budaya Nusantara.
Bermula dari insiden anjir
•Sejak tahun 1823, Jonkheer Anthonie Hendrik Smissaert diangkat sebagai
residen di Yogyakarta. Tokoh Belanda ini dikenal sebagai tokoh yang sangat
anti terhadap Pangeran Diponegoro.
•Pada tanggal 20 Juli 1825 sore hari, rakyat Tegalreja berduyun-duyun
berkumpul di ndalem Tegalreja. Mereka membawa berbagai senjata seperti
pedang, tombak, dan lembing.
•Pangeran Diponegoro adalah pemimpin yang tidak individualis. Beliau sangat
memperhatikan keselamatan anggota keluarga dan anak buahnya. Sebelum
melanjutkan perlawanan Pangeran Diponegoro harus mengungsikan anggota
keluarga, anak-anak dan orang-orang yang lanjut usia ke Dekso.
Mengatur Strategi dari Selarong
•Dari Selarong, Pangeran Diponegoro Menyusun strategi perang.
Dipersiapkan beberapa tempat untuk markas komando cadangan.
Kemudian Pangeran Diponegoro menyusun langkah-langkah.
•Pangeran Diponegoro telah membagi menjadi 16 mandala perang, yaitu
Yogyakarta dan sekitarnya dibawah komando pangeran Adinegoro (adik
Diponegoro) yang diangkat sebagai patih denga gelar Suryenglogo.
•Sebagai pucuk pimpinan Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran
Mangkubumi,Ali Basyah Sentot Parwirodirjo sebagai panglima muda.
•Tiga minggu setelah penyerbuan Tegalrejo, pasukan Diponegoro balik
menyerang keraton Yogyakarta.
Perluasan perang di berbagai daerah
• Perlawanan Pangeran Diponegoro terus mengingkat. Beberapa pos
pertahanan Belanda dapat dikuasai. Pergerakan pasukan Pangeran
Diponegoro meluas kedaerah Banyumas,Kedu, Pekalongan, Semarang
dan Rambang.
• Menghadapi perlawanan diponegoro yang terus meluas itu, Belanda
berusaha meningkatkan kekuasaannya. Beberapa komandan tempur
dikirim ke berbagai daerah pertempuran.
• Sasaran pertama Belanda yaitu pos pertahanan Pangeran Diponegoro di
Gua Selarong tanggal 4 Oktober 1825 pasukan Belanda menyerang pos
tersebut.
Benteng Stelsel pembawa petaka
• Pangeran Diponegoro menerapkan beberapa strategi perang. Pangeran
Diponegoro menerapkan perang dengan menyerang langsung yang
mengandalkan jumlah pasukan yang besar.
• Dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, pasukan
Pangeran Diponegoro senantiasa bergerak dari pos pertahanan yang satu
ke pos yang lain.
• Dengan strategi Benteng Stelsel sedikit demi sedikit perlawanan
Diponegoro dapat diatasi. Dalam tahun 1827 perlawanan Diponegoro di
beberapa tempat misalnya di Tegal, Pekalongan, Semarang dan Magelang
berhasil di pukul mundur oleh pasukan Belanda.
• Dengan sistem Benteng Stelsel ruang gerak pasukan Diponegoro dari
waktu ke waktu semakin sempit.
Isi perjanjian Imogiri
• . Pada tanggal 17 Oktober 1829 ditandatanggani perjanjian Imogiri antara Sentot
Prawirodirjo dengan pihak Belanda. Isi perjanjian itu diantara lain sebagai
berikut:
• 1)Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam.
• 2) Pasukan sentot Prawirodirjo tidak di bubarkan dan ia tetap sebagai
pemimpinnya
• 3) Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diizinkan tetap untuk tetap memakai
sorban.
• 4) Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot
Prawirodirjo dengan pasukannya memasuki ibu kota negara Yogyakarta untuk
secara resmi menyerahkan diri.
• Penyerahan diri dan tertangkapnya para pemimpin pengikut Pangeran
Diponegoro, merupakan pukulan berat bagi perjuangan Pangeran Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai