Anda di halaman 1dari 1

Pangeran Diponegoro

(Sinkronik)

Diponegoro adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwono III dari Mataram. Diponegoro
dididik dengan baik dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama dan budaya
Jawa.Pendidikan yang diterima Diponegoro memperkuat niatnya untuk melawan penjajah
Belanda dengan cara yang cerdas dan strategis. Pikirannya menjadi terbuka dan mampu
melihat fenomena yang terjadi pada saat itu.

Diponegoro juga sangat tertarik dalam mempelajari budaya Jawa dan menjadi seorang yang
sangat berbakat dalam seni. Namun, takdir membawanya untuk menjadi seorang pejuang
nasionalisme.

Perang Diponegoro dilihat pada saat dimulainya perang tersebut pada 20 Juli 1825. Perang
tersebut bermula dengan digantinya patok pada proyek pembangunan jalan Magelang-
Yogyakarta oleh Belanda dengan tombak. Hal itu memicu pasukan Belanda menyerbu
Tegalrejo untuk menangkap Diponegoro. Selama perang terjadi Pangeran Diponegoro
membuat beberapa strategi, seperti mencegah bantuan Belanda dari luar, menghimpun
dukungan dari bupati, ulama dan bangsawan, serta membagi wilayah pertahanan. Sementara
itu, pihak Belanda yang dipimpin oleh Jenderal De Kock menggunakan strategi Benteng
Stelsel. Strategi ini mampu mendesak Diponegoro dan mampu menangkap para pembantu
Diponegoro. Pangeran Diponegoro berhasil lolos dan Belanda membakar Tegalrejo. Pangeran
Diponegoro berhasil menyngkir ke Desa Selarong dan menyusun strategi perang di sana.

Anda mungkin juga menyukai