Diponegoro
Kelompok 7
Nama Anggota Kelompok
Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang Jawa adalah perang besar
dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di Pulau Jawa, Hindia Belanda
(sekarang Indonesia). Perang ini melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan
Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa
di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
Mengapa Perlawanan Diponegoro Terjadi
• Penyebab Perang Diponegoro yang pertama adalah • Penyebab Perang Diponegoro yang selanjutnya yaitu
adanya perasaan tidak puas pada kaum bangsawan kaum ulama Islam yang semakin kecewa, karena
Kesultanan Yogyakarta, karena: Mereka dilarang oleh makin meluasnya adat kebiasaan barat yang
Belanda untuk menyewakan tanahnya kepada bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal ajaran
pengusaha-pengusaha swasta untuk perkebunan- Islam bagi kaum ulama merupakan alat untuk
perkebunan. Sebab itu merupakan saingan bagi pendidikan moral. Oleh karena kaum ulama
Belanda yang mengusahakan perkebunan-perkebunan memandang bahwa keburukan moral itu bersumber
juga. dari Belanda, maka Belanda harus disingkirkan.
Strategi yang digunakan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa :
■ Dalam perang melawan Belanda, Pangeran Diponegoro mempergunakan sistem perang gerilya,
yaitu tidak pernah mengadakan penyerangan secara besar-besaran, tetapi hanyalah perang lokal
secara tiba-tiba saja. Siasat ini ternyata sangat menguntungkan pasukan Pangeran Diponegoro
sebab sulit untuk diatasi oleh Belanda.
■ Berkali-kali Selarong diserang oleh Belanda, tetapi pasukan Pangeran Diponegoro telah
mengundurkan diri lebih dahulu. Baru setelah Belanda pergi dari Selarong, tentara Pangeran
Diponegoro kembali ke Selarong. Demikian berkali-kali pasukan Belanda menyerang Selarong
selalu mendapatkan tempat itu telah kosong.
Selain melawan Belanda, perang ini juga merupakan perang (sesama) saudara antara orang-orang keraton
yang berpihak pada Diponegoro dan yang anti-Diponegoro (antek Belanda). Akhir perang ini menegaskan
penguasaan Belanda atas Pulau Jawa. Yang dimana pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock
berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia
menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.
Setelah perang Diponegoro, pada tahun 1832 seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk menyerah kepada
Belanda kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III, justru hendak menyerang seluruh kantor
belanda yang berada di kota-kota karesidenan Madiun dan di jawa tengah seperti Wonogiri, karanganyar
yang banyak dihuni oleh Warok.
Dampak dalam Perang Jawa
● Cinta tanah air, salah satu pemicu amarah Pangeran Diponegoro adalah karena Belanda sangat
tidak menghargai adat istiadat setempat. Kemarahan ini memunculkan tekad untuk melawan
Belanda demi tegaknya kehormatan tanah air.
● Pantang menyerah meski peralatan perang Belanda lebih maju namun hal tersebut tidak membuat
Pangeran Diponegoro gentar, ia tetap melanjutkan peperangan melawan Belanda dengan segenap
apa yang ia miliki.
● Mendahulukan kepentingan umum. Seperti disebutkan pada awal tulisan ini bahwa Pangeran
Diponegoro berasal dari keluarga kerajaan. Hidupnya tentu menyenangkan dan tidak harus
sengsara seperti rakyat kecil. Namun kepentingan pribadinya ia hilangkan dan berjuang
menentang Belanda untuk membela kepentingan umum, kepentingan rakyat.