Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH

PERANG DIPONEGORO
PERANG DIPONEGORO
Perang besar dan
menyeluruh berlangsung
selama lima tahun yang
berlangsung pada tahun
1825 - 1830 yang terjadi
di jawa, Hindia - Belanda
(Indonesia), antara
pasukan belanda di
bawah pimpinan jendral
De Kock melawan
penduduk pribumi
Indonesia dibawah
pimpinan pangeran
Diponegoro.
LATAR BELAKANG
PERANG DIPONEGORO

Sejak kedatangan Belanda di Jawa Tengah,


kerajaan Mataram mengalami
kemerosotan. Wilayah kerajaan semakin
sempit karena banyak daerah diambil alih
oleh Belanda sebagai imbalan atas
bantuannya. Tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh Belanda ini menimbulkan
rasa benci dari golongan-golongan rakyat
banyak atau rakyat jelata.
Walaupun keadaan sudah
mulai panas namun
golongan-golongan itu
masih menunggu
datangnya seorang Ratu
Adil yang dapat
memimpin mereka dalam
menghadapi Belanda.
Tokoh yang diharapkan itu
adalah dari kalangan
istana yang tampil ke
depan untuk memimpin
mereka, beliau adalah
Pangeran Diponegoro.
SEBAB UMUM PERANG DIPONEGORO

1.Kekuasaan Raja Mataram


semakin lemah,
wilayahnya dipecahpecah.

2. Belanda ikut campur


tangan dalam urusan
pemerintahan dan
pengangkatan raja
pengganti.

3.Kaum bangsawan sangat


dirugikan karena sebagian
besar sumber
penghasilannya diambil alih
oleh Belanda.
4.Adat istiadat
keraton menjadi
rusak dan kehidupan
beragama menjadi
merosot.

5. Penderitaan
rakyat yang
berkepanjangan.
SEBAB KHUSUS
PERANG DIPONEGORO

Sebab-sebab khusus terjadinya


Perang Diponegoro adalah
pembuatan jalan yang melalui
makam leluhur Pangeran Diponegoro
di Tegal Rejo. Patih Danurejo IV
(seorang "kaki tangan" Belanda)
memerintahkan untuk memasang
patok-patok di jalur itu.
Pangeran Diponegoro
memerintahkan untuk mencabutnya,
namun potok-patok itu dipasang
kembali atas perintah Patih Danurejo
IV. Keadaan seperti ini berlangsung
berkali-kali, sehingga akhirnya patok-
patok itu diganti dengan tombak.
Dengan penggantian patok itu
menandakan kesiapan Pangeran
Diponegoro untuk berperang
melawan Belanda.
TOKOH DALAM PERANG DIPONEGORO
Dalam perjuangannya,
Pangeran
Pangeran Diponegoro Mangkubumi
mendapat dukungan
dari rakyat, ulama dan
juga kaum bangsawan. Pangeran
Joyokusumo
Dari kaum bangsawan
ada Pangeran
Mangkubumi, Pangeran
Joyokusumo dan lain-
lain. Sementara dari
kaum ulama ada Kiai
Mojo, Haji Mustopo, Haji
Badaruddin dan
Alibasha Sentot
Prawirodirdjo.
Kyai Mojo Baddaruddin

Sentot Prawirodirjo
PROSES PERLAWANAN

Pangeran Diponegoro dan juga


pengikutnya menggunakan taktik
perang Gerilya sehingga sangat
merugikan pihak Belanda. Taktik
perang Gerilya pangeran Diponegoro
ini kemudian dilawan dengan siasat
benteng stelsel dari pihak Belanda.
Siasat itu dirancang oleh Jendral de
Cock yaitu setiap daerah atau
wilayah yang telah berhasil direbut
dibangun benteng yang ditempatkan
pasukan Belanda. Jarak antara
benteng satu dengan benteng
lainnya tidak jauh. Siasat ini berhasil
memperluas wilayah pihak Belanda,
Sebaliknya daerah Grilya Pangeran
Diponegoro menjadi menyempit.
Namun demikian perang terus
berlanjut. Akhirnya Belanda
menggunakan siasat licik, dengan
mengajak Pangeran Diponegoro
berunding guna menyelesaikan
masalah di Magelang. Belanda
berjanji jika perundingan gagal,
Pangeran Diponegoro dapat kembali
ke Yogya dengan aman.
Tetapi setelah tawaran itu diterima
oleh Pangeran Diponegoro Belanda
menangkapnya. Kemudian Pangeran
Diponegoro diasingkan ke Menado
kemudian dipindahkan ke Makasar
hingga meninggalnya pada tahun
1855.
AKHIR PERLAWANAN DIPONEGORO

Akhir perang ditandai dengan


tertangkapnya Pangeran Diponegoro
dengan cara yang sebenarnya yaitu
penipuan.
Peristiwa ditangkapnya Pangeran
Diponegoro terekam berkat sapuan
kuas pada kanvas oleh Raden Saleh
Sjarif.
Setelah Pangeran Diponegoro
ditangkap para prajuritnya dilucuti ,
malamnya beliau dengan kereta
dibawa ke Semarang dan akan
diasingkan ke Sulawesi.
Setelah Pangeran Diponegoro
ditangkap dan diasingkan , Belanda
dengan cepat melangkah untuk
menertibkan daerah yang selama
lima tahun jadi ajang perang gerilya.
AKIBAT PERANG DIPONEGORO
Perang Diponegoro membawa akibat yang
luar biasa yaitu :
1. Banyak menghabiskan kas Belanda
2. Kekuatan para Raja atau Bangsawan di
Yogjakarta dan Surakarta berkurang
3. Belanda mendapatkan beberapa wilayah di
Yogyakarta dan Surakarta

Anda mungkin juga menyukai