Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran
“Pendidikan Agama Islam“ ini yang  berjudul “Menghindari Diri Dari Perilaku Tindak
Kekerasan ”
 Makalah  ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah  ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “Menghindari Diri Dari Perilaku
Tindak Kekerasan” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bone – Bone, November 2021

                                                                                                         Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan,


pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang
dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait
dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga mengandung kecenderungan
agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya dianggap
masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan pada dasarnya tergolong ke dalam dua bentuk, yaitu:
1.    kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak
terencanakan.
2.    kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberi hak
maupun tidak. seperti yang terjadi dalam perang (yakni kekerasan antar-masyarakat) dan
terorisme.
BAB II
PEMBAHASAN

Musyawarah merupakan salah satu unsur penting dalam berdemokrasi, sebab dapat
menampung banyak pendapat baru kemudian di pi;ih salah satu yang terbaik bukan dengan jalan
kekerasan, sebagai mana firman Allah swt. Dalam surat asy syura ayat 38 berikut ini  :
َ ُ‫ار َز ْقنَاهُ ْميُ ْنفِق‬
‫ون‬ َ MMMMMMMM‫َوالَّ ِذينَا ْستَ َجابُوالِ َربِّ ِه ْم َوأَقَا ُمواالصَّالةَ َوأَ ْم ُرهُ ْم ُش‬
َ ‫ورىبَ ْينَهُ ْم َو ِم َّم‬
artinya:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Faktor Penyebab Tindak Kekerasan :


1.    Ketidakmampuan mengendalikan amarah
2.    Lingkungan
3.    Konflik interpersonal
4.    Kejiwaan seseorang
5.    Penyalahgunaan narkoba

Macam Prilaku kekerasan


Para ahli sosial mengklasifikasikan bentuk dan jenis kekerasan di bagi menjadi dua
macam, di antaranya sebagai berikut :
1.     Berdasarkan bentuknya
Kekerasan yang berasal dari bentuknya di golongkan menjadi :
a.    Kekerasan fisik, yaitu kekerasan nyata yang dapat di lihat, di rasakan oleh tubuh.wujud
kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal tubuh, sampai pada
penghilangan nyawa seseorang. Contoh : penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan
sebagainya.
b.    Kekerasan psikologis, yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga
dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Contoh : kebohongan,
indoktrinasi, ancaman dan tekanan.
c.    Kekerasan struktural, yaitu kekerasan yang di lakukan oleh individu atau kelompok dengan
menggunakan sistem, hukum, ekonomi, atau tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Oleh karena
itu, kekerasan ini sulit untuk di kenali. Kekerasan struktural yang terjadi menimbulkan
ketimpangan-ketimpangan pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian keadilan,
serta wewenang untuk mengambil keputusan. Situasi ini dapat memengaruhi fisik dan jiwa
seseorang. Misalnya : terjangkitnya penyakit kulit di suatu daerah akibat limbah pabrik di
sekitarnya.

2.     Berdasarkan pelakunya


Kekerasan yang berdasarkan pelakunya dapat di golongkan menjadi dua bentuk yaitu
kekerasan individu dan kolektif.
a.    Kekerasan individual adalah kekerasan yang di lakukan oleh individu kepasa suatu atau lebih
individu. Contoh : pencurian, pemukulan, penganiayaan dan sebagainya.
b.    Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu atau masa. Contoh:
tawuran pelajar tawuran antar mahasiswa bentrokan antar desa

Cara Menghindari Perilaku Tindak Kekerasan


Pentingnya persatuan dan kerukunan untuk mencegah tindak kekerasan.
Persatuan dalam ajaran islam secara umum di sebut ikhwan yaitu persaudaraan, yang secara
umum ukhuawah islamiyah yaitu persaudaraan dalam islam (saudara sesama umat islam) atau
bisa juga kumpulan individu manusia yang bersatu atau menjadi satu. Jelas bahwa persaudaraan
menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan
umat bisa dapat di wujudkan. Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak semena-mena
terhadap sesama bahkan terhadap yang seagama sekalipun.
            Jika dikaitkan dengan keadaan sekarang, perilaku kekerasan semakin hari semakin
nampak, dan sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita.
Di era yang maju ini sering di beritakan terjadinya tindak kekerasan di semua lingkup
masyarakat. Misal di sekolah, keluarga , masyarakat dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda
yang artinya: "Berwasiatlah kepada perempuan dengan baik. Karena perempuan diciptakan dari
tulang rusuk yang paling bengkok. Dan tulang yang paling bengkok adalah atasnya. Jika engkau
dengan keras meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya. Tetapi kalau engkau
biarkan niscaya akan tetap bengkok (H.R. Bukhari dan Muslim).
Seakan-akan kekerasan merupakan cara yang di gunakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul. Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya sistematik untuk
mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi oleh karena kekerasan
tersebut. Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya perilaku kekerasan di masyarakat baik
dilihat dari kacamata nasional maupun internasional.
Penyelesaian masalah dengan mengedepankan kekerasan dari pada musyawarah semakin
marak terjadi. Tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, antar warga, antar suku, kadang terjadi
karena permasalahan yang sepele. Sangat di sesalkan hal seperti itu tadi. seharusanya kita dapat
berpikir jernih untik menyelesaikan suatu permasalahan dan menerapkan prilaku sabar dalam
kehidupan, di samping itu juga kita harus menerapkan prilaku adil, toleransi, tidak mudah marah
dan yang paling utama adalah peningkatan iman kepada Allah SWT.
Menunjukkan perilaku dan sikap toleran, rukun dan menghindarkan diri dari tindak
kekerasan sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. Al-Maidah
(5) : 32

Bahaya Dari Tindak Perilaku Kekerasan


            Di tindak kekerasan yang di timbulkan bisa dari seseorang dan juga bisa di lakukan oleh
kelompok. Dan juga bisa berawal dari seseorang hingga antar kelompok. Tindakan kekerasan
tersebut berdampak buruk kepada seseorang atau kelompok orang. Bahkan orang yang tidak tahu
menahu juga terjena dampaknya baik berupa materil maupun non materil. Kaewna tujuan dari
kekerasan tersebut adalah merusak. Lingkungan yang ada di sekitar kita seharusnya kita jaga,
bukan di rusak di karenakan pernuatan diri kita sendiri. Mengenai larangan tentang berbuat
kerusakan bermaktub dala, Q.S Al A’raf ayat 56 sebagai berikut :
Yang artinya :
“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaiki-nya dan
berdoalah kepada-nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan di kabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”  (Q.S. Al
A’raf : 56)
Dari arti di atas dapat di simpulkan bahwa larangan tersebut kerusakan di bumi karena
seharusnya manusia memakmurkan dan menjaganya dengan baik. Setelah ada kerusakan, Allah
swt. selalau memperbaikinya. Oleh sebab itu, manusia di larang intuk di rusaknya. Manusia di
perintahkan untuk berdoa dengan rasa takut jika doanya tidak akan terkabul dan harus berharap
penuh bahwa doamya akan di kabulkan Allah swt. san gat dekat dengan orang-orang yang
berbuat kebaikan.

Pentingnya Persatuan Dan Kerukunan Untuk Mencegah Tindak Kekerasan


Persatuan dalam ajaran islam secara umum di sebut ikhwan yaitu persaudaraan, yang
secara umum ukhuawah islamiyah yaitu persaudaraan dalam islam (saudara sesama umat islam)
atau bisa juga kumpulan individu manusia yang bersatu atau menjadi satu. Jelas bahwa
persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai dan dengan perdamaian maka persatuan
dan kesatuan umat bisa dapat di wujudkan. Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak
semena-mena terhadap sesama bahkan terhadap yang seagama sekalipun.     
Kerukunan atau perdamaian, termasuk ajaran islam yang harus di wujudkan dalam
kehidupan berumah tangga, bertetangga, dan bermasayrakat, berbangsa, bernegara, serta
pergaulan antar umat beragama. Hal ini di sebabkan karena kerukunan merupakan modal utama
untuk terwujudnya ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya perselisihan
atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan bencana
Islam merupakan agama yang mencintai kerukunan atau perdamaian, hal itu telah di
buktikan oleh rosulullah SAW, antara lain sebagai berikut :
Pada saat terjadi perselisihan, rosulullah SAW mengajarkan agar pihak-pihak yang
berselisih melakukan usaha-usaha dengan segera dan dengan cara yang bijaksana, agar
perselisihan di antara mereka segera berakhir, dan mereka kembali hidup rukun. Rosulullah
SAW bersabda yang artinya:
“janganlah putus memutuskan  hubungan, belakang-membelakangi, benci-membenci dan
hasut-menghasut. Hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama lain dan
tidaklah halal bagi (setiap) Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”(H.R. Bukhori
dan Muslim).
Persatuan dan kerukunan sangat di perlukan agar tercipta kehidupan yang damai,
aman,dn tentram di tengah tengah masyarakat.

Manfaat-manfaat keasatuan dan kerukunan yaitu :


1.    Kerja sama akan terjadi
2.    Masyarakan akan bersatu padu
3.    Segala persoalan yang sulit mudah di pecahkan
4.    Pekerjaan yang berat akan menjadi ringan
5.    Kesejahetraan mudah di wujudkan
6.    Hidup tenang dan tentram
7.    Pembangunan dapat berjalan dengan lancar
8.    Akan memiliki kekuatan yang luar biasa

Dasar Dalam Al Quran Dalam Al Hadist


Allah SWT menyuruh umat manusia agar bersatu dan melarang bercerai-berai. Allah
SWT berfirman pada surah Al-Imran ayat 103 yang artinya adalah
      “Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu
bercerai-berai.”
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kerukunan artinya perihal hidup rukun, rasa rukun,
kesepakatan. Sedangkan arti rukun itu sendiri adalah baik dan damai bersatu hati atau sepakat.
Kata “Rukun” juga berasal dari bahasa arab yang berarti Ruknun artinya asas-asas atau dasar,
seperti rukun islam.
Kerukunan atau perdamaian, termasuk ajaran islam yang harus di wujudkan dalam
kehidupan berumah tangga, bertetangga, dan bermasayrakat, berbangsa, bernegara, serta
pergaulan antar umat beragama. Hal ini di sebabkan karena kerukunan merupakan modal utama
untuk terwujudnya ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya perselisihan
atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan bencana
            Islam adalah agama yang mengharamkan segala bentuk tindakan menyakiti, mencederai,
melukai kepada diri sendiri atau kepada orang lain; baik secara verbal maupun tindakan nyata
terhadap salah satu anggota tubuh. Secara konseptual, misi utama kenabian Muhammad saw
adalah untuk kerahmatan bagi seluruh alam. Kekerasan, sekecil apapun bertentangan secara
diametral dengan misi kerahmatan yang diemban.
“Dan tidaklah Kami utus kamu (wahai Muhammad) kecuali untuk (menyebarkan) kasih
sayang terhadap seluruh alam”. (Q.S. al-Anbiyâ’ [21]: 107).
Beberapa teks hadits yang secara tegas mengecam tindak kedzaliman bisa dikutip di
bawah ini:
“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliman terhadap diri-Ku,—dan Aku
jadikan kezaliman itu juga haram di antara kamu,—maka janganlah kamu saling mendzalimi
satu sama lain.” (Hadis Qudsi, Sahih Muslim, kitab al-Birr wa ash-Shilah wa al-Adab, no.
Hadits: 4674).
“Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara satu dengan yang lain, karena seorang
muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak diperkenankan menzalimi, menipu, atau
melecehkannya.” (Sahih Muslim, no. hadits: 2564).
Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan
rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah mawaddah,
rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an disebutkan
" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-rum: 21).
Dalam ayat lain disebutkan "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri- isteri [mu], walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung [kepada yang kamu cintai], sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.
Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri [dari kecurangan], maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-Nisa: 129).
Allah s.w.t. juga berfirman:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik”. (Q.S. al-A’râf, 7:56).
“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan
kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka janganlah kamu saling menzalimi satu sama
lain”. (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim).
            Sesungguhnya antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat
kuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai
bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat
imannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫لِنِ َسائِ ِه ْم‬ ‫ ِخيَا ُر ُك ْم‬ ‫ َو ِخيَا ُر ُك ْم‬ ،‫ ُخلُقًا‬ ‫أَحْ َسنُهُ ْم‬ ‫إِ ْي َمانًا‬ ‫ ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن‬ ‫أَ ْك َم ُل‬
.“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara
mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-
isterinya (HR. At-Tirmidzi )

            Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan
memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk
dapat masuk Surga.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


َ‫ ْالف‬  ُ‫لَيُب ِْغض‬ َ‫هللا‬ ‫ َوإِ َّن‬ ‫ َح َس ٍن‬ ‫ق‬
ٍ ُ‫ ُخل‬ ‫ ِم ْن‬ ‫ ْالقِيَا َم ِة‬ ‫يَ ْو َم‬ ‫ ْال ُم ْؤ ِم ِن‬ ‫ان‬
ِ ‫ ِمي َْز‬ ‫ ِف ْي‬ ‫أَ ْثقَ ُل‬ ‫ َش ْي ٌء‬ ‫َما‬
‫ ْالبَ ِذيْ َء‬ ‫ش‬
َ ‫اح‬ِ  \
.“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat
melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka
berbicara keji dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi)

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pula:


ً ‫ا‬M ‫أَ ْخالَق‬ ‫نَ ُك ْم‬M ‫اس‬
ِ ‫أَ َح‬ ‫ ِة‬M‫ ْالقِيَا َم‬ ‫و َم‬M
ْ Mَ‫ي‬ ‫ا‬M ‫ َمجْ لِ ًس‬ ‫ ِمنِّ ْي‬ ‫ َربِ ُك ْم‬M ‫ َوأَ ْق‬ ‫ي‬
َّ َ‫إِل‬ ‫أَ َحبِّ ُك ْم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫إِ َّن‬
“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya
denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya...” ( HR. At-Tirmidzi),
            Sesungguhnya islam memerintahkan kepada umatnya memiliki akhlak yang mulia dan
melarang dari akhlak yang hina, karena dengan akhlak yang mulia maka seseorang tidak akan
berbuat zhalim kepada orang lain. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
 ‫ َو ِكي ٌع‬ ‫ َح َّدثَنَا‬  ‫قَااَل‬ َ‫ َش ْيبَة‬ ‫أَبِي‬ ‫اب ُْن‬ ‫ان‬ ُ ‫ َو ُع ْث َم‬ ‫بَ ْك ٍر‬ ‫أَبُو‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ :٤١٦٨ M‫داوود‬ ‫أبي‬ ‫سنن‬
‫ال‬َ َ‫ق‬ ‫ب‬ ٍ ‫ َو ْه‬ ‫اب ِْن‬ َ‫ارثَة‬ ِ ‫ َع ْن َح‬ ‫ َخالِ ٍد‬ ‫ب ِْن‬ ‫ َم ْعبَ ِد‬ ‫ َع ْن‬ ‫ان‬ َ َ‫ ُس ْفي‬ ‫َع ْن‬
ُّ‫ ْال َج ْعظَ ِري‬  ‫ َواَل‬ Mُ‫ ْال َج َّواظ‬ َ‫ ْال َجنَّة‬ ‫يَ ْد ُخ ُل‬  ‫اَل‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ َرسُو ُل‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬
ُّ َ‫ ْالف‬ ُ‫ ْال َغلِيظ‬ Mُ‫ َو ْال َج َّواظ‬ ‫ال‬
‫ظ‬ َ َ‫ق‬
Sunan Abu Daud 4168: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dan Utsman bin Abu
Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ma'bad bin
Khalid dari Haritsah bin Wahb ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang keras hati dan sombong." Perawi berkata, "Al Jawwazh
adalah orang yang keras hatinya.
            Setiap umat muslim diperintahkan untuk bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak
yang baik, bukan melakukan keburukan dengan tindakan anarkis dan kekerasan, akan hal ini
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
َ‫ َح َّدث‬  ٍّ‫ َم ْه ِدي‬ ‫ب ُْن‬ ‫الرَّحْ َم ِن‬ ‫ َع ْب ُد‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ار‬ ٍ ‫بَ َّش‬ ‫ب ُْن‬ ‫ ُم َح َّم ُد‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ :١٩١٠ ‫الترمذي‬ ‫سنن‬
َ َ‫ق‬  ٍّ‫ َذر‬ ‫أَبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ب‬
‫ال‬ ٍ ‫ َشبِي‬ ‫أَبِي‬ ‫ب ِْن‬ ‫ون‬ ِ ‫ َع ْن َم ْي ُم‬ ‫ت‬ ٍ ِ‫ثَاب‬ ‫أَبِي‬ ‫ب ِْن‬ ‫ب‬ ِ ‫ َحبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ان‬ ُ َ‫ ُس ْفي‬ ‫نَا‬
َ‫ ْال َح َسن‬ َ‫ال َّسيِّئَة‬ ‫ َوأَ ْتبِ ْع‬ ‫ت‬ َ ‫ ُك ْن‬ ‫ َح ْيثُ َما‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ق‬
ِ َّ‫ات‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ َرسُو ُل‬ ‫لِي‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬
‫ َح َس ٍن‬ ‫ق‬ ٍ ُ‫بِ ُخل‬ ‫اس‬ َ َّ‫الن‬ ‫ق‬ ِ ِ‫ َو َخال‬ ‫تَ ْم ُحهَا‬ َ‫ة‬
 ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ص ِحي ٌح‬ َ  ‫ َح َس ٌن‬ ‫يث‬ ٌ ‫ َح ِد‬ ‫هَ َذا‬ ‫ ِعي َسى‬ ‫أَبُو‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬ َ‫هُ َري َْرة‬ ‫أَبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ ْالبَاب‬ ‫ َوفِي‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬
 ‫اإْل ِ ْسنَا ِد‬ ‫بِهَ َذا‬ ‫ب‬ ٍ ‫ َحبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ان‬ َ َ‫ ُس ْفي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ َوأَبُونُ َعي ٍْم‬ ‫أَحْ َم َد‬ ‫أَبُو‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ َغ ْياَل َن‬ ‫ب ُْن‬ ‫َمحْ ُمو ُد‬
 ‫ َم ْي ُمونِب ِْن‬ ‫ َع ْن‬ ‫ت‬ ٍ ِ‫ثَاب‬ ‫أَبِي‬ ‫ب ِْن‬ ‫ب‬ ِ ‫ َحبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ان‬ َ َ‫ ُس ْفي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ َو ِكي ٌع‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ َمحْ ُمو ٌد‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬ ُ‫نَحْ َوه‬
 ‫ َمحْ ُمو ٌد‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬ ُ‫نَحْ َوه‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬ َ  ‫النَّبِ ِّي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ َجبَ ٍل‬ ‫ب ِْن‬ ‫ ُم َعا ِذ‬ ‫ َع ْن‬ ‫ب‬ ٍ ‫ َشبِي‬ ‫أَبِي‬
ٍّ‫ َذر‬ ‫أَبِي‬ ‫يث‬ ُ ‫ َح ِد‬ ‫ح‬Mُ ‫َّحي‬ ِ ‫َوالص‬
Sunan Tirmidzi 1910: dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bersabda kepadaku: "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah
setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia
dengan akhlak yang baik." Hadits semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa
berkata; Ini adalah hadits hasan shahih.
            Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala sangat murka kepada orang-orang yang suka
berbuat keji lagi jahat dengan melakukan kezhaliman , sebagaimana hadits yang diriwiyatkan
dari Abu Darda
 ‫ار‬ٍ َ‫ ِدين‬ ‫ب ُْن‬ ‫ َع ْمرُو‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ان‬ ُ َ‫ ُس ْفي‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ ‫ ُع َم َر‬ ‫أَبِي‬ ‫اب ُْن‬ ‫ َح َّدثَنَا‬ :١٩٢٥ ‫الترمذي‬ ‫سنن‬
‫ال َّدرْ َدا ِء‬ ‫أَبِي‬ ‫ َع ْن‬ ‫ال َّدرْ َدا ِء‬ ‫أُ ِّم‬ ‫ َم ْملَ ٍك َع ْن‬ ‫ب ِْن‬ ‫يَ ْعلَى‬ ‫ َع ْن‬ َ‫ ُملَ ْي َكة‬ ‫أَبِي‬ ‫اب ِْن‬ ‫َع ْن‬
 ‫ ْالقِيَا َم ِة‬ ‫يَ ْو َم‬ ‫ ْال ُم ْؤ ِم ِن‬ ‫ان‬ َ ‫ ِم‬ ‫فِي‬ ‫أَ ْثقَ ُل‬ ‫ َش ْي ٌء‬ ‫ َما‬ ‫ال‬
ِ ‫يز‬ َ َ‫ق‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬ َّ ِ‫النَّب‬ ‫أَ َّن‬
َ  ‫ي‬
‫ ْالبَ ِذي َء‬ ‫ش‬ َ ‫اح‬ ْ ‫لَيُب ِْغض‬ َ ‫هَّللا‬ ‫ َوإِ َّن‬ ‫ َح َس ٍن‬ ‫ق‬
ِ َ‫ُالف‬ ٍ ُ‫ ُخل‬ ‫ِم ْن‬
‫ َو‬ ‫يك‬ٍ ‫ َش ِر‬ ‫ب ِْن‬ َ‫ َوأُ َسا َمة‬ ‫س‬ ٍ َ‫ َوأَن‬ َ‫هُ َري َْرة‬ ‫ َوأَبِي‬ َ‫ َعائِ َشة‬ ‫ َع ْن‬ ‫ ْالبَاب‬ ‫ َوفِي‬ ‫ ِعي َسى‬ ‫أَبُو‬ ‫ال‬ َ َ‫ق‬
‫ص ِحي ٌح‬ َ  ‫ َح َس ٌن‬ ‫يث‬ ٌ ‫ َح ِد‬ ‫هَ َذا‬
Sunan Tirmidzi 1925: ` dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari
kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang
keji lagi jahat.".
            Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam diri seseorang
menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan penganiayaan serta melakukan perbuatan-
perbuatan yang merusak serta menimbulkan kerugian serta penderitaan kepada orang lain,
padahal Islam telah,mensyari’atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut kepada sesama
dan saling berkasih sayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
َ Mِ‫وا ِم ْن َح ْول‬
‫ك‬M ْ M‫ض‬ُّ َ‫ب الَنف‬ ِ ‫ظَ ْالقَ ْل‬M ‫ًظ½ًّا َغلِي‬ َ ‫و ُك‬M
M َ‫نت ف‬ َ ِ‫ ٍة ِّم َن هّللا ِ ل‬M‫ا َرحْ َم‬MM‫فَبِ َم‬
ْ Mَ‫نت لَهُ ْم َول‬
‫ت فَتَ َو َّكلْ َعلَى هّللا ِ إِ َّن‬ َ ‫اورْ هُ ْم فِي األَ ْم ِر فَإ ِ َذا َع‬
َ ‫ز ْم‬MM ِ ‫ف َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬ ُ ‫فَا ْع‬
‫ين‬ َ ِ‫هّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكل‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran : 159 ).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :


‫ ِه‬M‫أَلُ ُك ْم َعلَ ْي‬M ‫ل اَّل أَ ْس‬MMُ‫ت ق‬ َّ M‫ين آ َمنُوا َو َع ِملُوا‬
ِ ‫الِ َحا‬M ‫الص‬ َ ‫ك الَّ ِذي يُبَ ِّش ُر هَّللا ُ ِعبَا َدهُ الَّ ِذ‬
َ ِ‫َذل‬
ْ ‫أَجْ رًا إِاَّل ْال َم َو َّدةَ فِي ْالقُرْ بَى َو َمن يَ ْقتَ ِر‬
‫و ٌر‬MMُ‫ف َح َسنَةً نَّ ِز ْد لَهُ ِفيهَا ُح ْسنًا إِ َّن هَّللا َ َغف‬
‫َش ُكو ٌر‬
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun
atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan
kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri  [1345].
( QS. Asy Syuura : 23 )

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :


‫ بِ ْال َمرْ َح َم ِة‬M‫اص ْوا‬
َ ‫صب ِْر َوتَ َو‬ َ ‫ان ِم َن الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا َوتَ َو‬
َّ ‫ ِبال‬M‫اص ْوا‬ َ ‫ثُ َّم َك‬
Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih sayang.( QS. Al Balad : 17 )

Selain itu banyak pula hadits-hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam yang


menyinggung perlunya saling kasih, saling menyayangi dan saling membantu diantara orang-
orang mukmin, sebagaimana hadis riwayat Nukman bin Basyir Radhiyallahu 'anhu , ia
berkata:Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫ ْعبِ ِّي َع ْن‬M‫الش‬ َّ ‫ َّدثَنَا َز َك ِريَّا ُء َع ْن‬M‫ َّدثَنَا أَبِي َح‬M‫ر َح‬M ٍ M‫ ِد هَّللا ِ ب ِْن نُ َم ْي‬M‫ َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َع ْب‬M‫َح‬
‫ال‬َ َ‫يرق‬ ٍ MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM‫النُّ ْع َمانِ ْبنِبَ ِش‬
َ Mَ‫وا ِّد ِه ْم َوت‬M
‫را ُح ِم ِه ْم‬M َ Mَ‫ين فِي ت‬ ْ M‫ ُل ْال ُم‬Mَ‫لَّ َم َمث‬M‫ ِه َو َس‬M‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬M‫ص‬
َ ِ‫ؤ ِمن‬M َ ِ ‫و ُل هَّللا‬M‫ال َر ُس‬M َ Mَ‫ق‬
‫هَ ِر‬M‫الس‬ َّ ِ‫ ِد ب‬M‫ائِ ُر ْال َج َس‬M‫هُ َس‬Mَ‫ َدا َعى ل‬Mَ‫ ٌو ت‬M‫ض‬ ْ ‫د إِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ ُع‬Mِ ‫َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َمثَ ُل ْال َج َس‬
‫َو ْال ُح َّمى‬
‫ان ب ِْن‬MMِ ‫ف َع ْن ال َّش ْعبِ ِّي َع ْن النُّ ْع َم‬ ٍ ِّ‫ق ْال َح ْنظَلِ ُّي أَ ْخبَ َرنَا َج ِري ٌر َع ْن ُمطَر‬ ُ ‫ْح‬ َ ‫َح َّدثَنَا إِس‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِنَحْ ِو ِه‬َ ‫ير َع ْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ‫بَ ِش‬
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta
adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota
tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam ( HR. Muslim ).
Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia dapat
merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan permusuhan.
Dengannya pula manusia bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang
telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan manusia kepada
kesempurnaan.
Namun sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan menjerumuskan manusia
ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan.
Menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan wajib dilakukan oleh kita sebagai
makhluk Allah. Manusia dianugerahi oleh Allah Swt. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut,
manusia dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan
dan permusuhan. Dengannya pula manusia bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan.
Hanya nafsu yang telah berhasil dijinakkan oleh akal saja yang akan mampu menghantarkan
manusia kepada kesempurnaan. Namun sebaliknya, jika nafsu di luar kendali akal, niscaya akan
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan.
Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh seorang manusia. Sebagaimana
cinta, benci juga berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di
antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal-hal duniawi seperti pada kasus anak-anak
Nabi Adam as. Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara-saudaranya.
Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.
Islam melarang perilaku kekerasan terhadap siapa pun. Allah Swt. Berfirman:

Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa
barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau
bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua
manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul-rasul Kami telah datang kepada
mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara
mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (Q.S. al-Maidah/5: 32)
Allah Swt. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil
terhadap Habil, Allah Swt. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seorang manusia, sama
dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seorang manusia,
sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di
mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu-individu masyarakat merupakan
anggota tubuh tersebut. Apabila sebuah anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lainnya
pun ikut merasakan sakit.
Begitu juga apabila seseorang berani mencemari tangannya dengan darah orang yang tak
berdosa, maka pada hakikatnya dia telah membunuh manusia- manusia lain yang tak berdosa.
Dari segi sistem penciptaan manusia, terbunuhnya Habil telah menyebabkan hancurnya generasi
besar suatu masyarakat, yang bakal tampil dan lahir di dunia ini. Al-Qur’an memberikan
perhatian penuh terhadap perlindungan jiwa manusia dan menganggap membunuh seorang
manusia, sama dengan membunuh sebuah masyarakat.
Pengadilan di negara-negara tertentu menjatuhkan hukuman qisas, yaitu membunuh
orang yang telah membunuh. Di Indonesia juga pernah dilakukan hukuman mati bagi para
pembunuh.
Dalam Q.S. al-Maidah/5: 32 terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik.
1.    Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah
kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah
mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2.    Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan terhadap seorang manusia
dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan
untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber
kehidupan masyarakat.
3.    Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti
para dokter, perawat, polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari
kehancuran.
Tugas kita bersama selaku muslim yang baik adalah menjaga ketenteraman hidup dengan
cara mencintai tetangga, orang-orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang
melakukan perilaku-perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan
melakukan tindakan kekerasan kepadanya.
Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan,
termasuk kekerasan kepada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan
UU No. 23 Tahun 2004.
Mari kita renungkan dan amati suasana kehidupan bangsa Indonesia. Kondisi bangsa
Indonesia yang berbhinneka ini harus kita pertahankan demi ketenteraman dan kedamaian
penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinnekaan ini adalah dengan toleransi atau
saling menghargai.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan
agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling
bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.
1.    Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak
kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun
tidak boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak
mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah saw. selalu memperlihatkan akhlak mulia
kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak
Rasulullah saw. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
2.    Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3.    Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang yang
membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau
mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau
itu terjadi pada diri kita.

Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang harus kita miliki. Dengan toleransi,
yaitu sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun,
tertib, dan damai.
DAFTAR PUSTAKA

http://kisahimuslim.blogspot.com/2015/01/menghindarkan-diri-dari-perilaku-tindak.html
http://luckyunknown.blogspot.com/2015/09/bahaya-perilaku-tindak-kekerasan.html
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti K13 kelas XI
MAKALAH
HIDUP DAMAI DENGAN TOLERANSI DAN MENGHINDAR
DARI TINDAK KEKERASAN

DISUSUN OLEH :

FEBRYANTI
NESA RAMAHDANI
NABILA
FRESI
ABEL FEBRIANTI
ARUMA SH

SMKN 1 LUWU UTARA

Anda mungkin juga menyukai