PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
2. Rumusan masalah
3.Tujuan Penulisan
4.Manfaat Penulisan
A. Sebagai media untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca
B. Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Terjadinya Perang Banjar
Sejarah terjadinya Perang Banjar adalah sebagai berikut :
1. Rakyat tidak puas terhadap campur tangan Belanda dalam penggantian tahta di Banjar.
Sultan Adam memerintah tahun 1825-1857. Sebelum wafat beliau mengangkat
puteranya yang bernama Prabu Anom sebagai penggantinya. Pemerintah Belanda tidak
menyetujuinya, karena Belanda mengetahui bahwa Prabu anom memusuhi Belanda. Belanda
menunjuk putera Sultan Adam yang lain yang bernama Bagusnya, tetapi meninggal dunia
pada tahun 1852.
Selanjutnya terjadilah kericuhan-kericuhan dalam soal pemilihan calon pengganti
sultan. Akhirnya Sultan Adam menunjuk cucunya yang bernama Pangeran Hidayatullah,
tetapi Belanda mencalonkan cucunya yang lain yang bernama Pangeran Tamjidillah. Setelah
Sultan Adam wafat (tahun 1857), Belanda memaksakan Pangeran Tamjidillah untuk menjadi
sultan Banjar yang ke-21, dan Pangeran Hidayatullah sebagai mangkubumi dengan maksud
untuk menghapuskan Kesultanan Banjar.
Pangeran Tamjidillah setelah menjadi sultan, memfitnah Pangeran Hidayatullah
dengan cara menyuruh orangnya untuk merusak bangunan-bangunan tambang batu bara di
Pengaron yang menjadi milik Belanda dengan maksud agar kesalahannya ditimpakan kepada
Pangeran Hidayatullah. Tetapi setelah diadakan pengusutan, tipu muslihat Pangeran
Tamjidillah itu diketahui oleh Belanda. Pangeran Tamjidillah terpaksa diturunkan dari tahta
dan daerah Kesultanan Banjarmasin dihapuskan oleh Belanda (Juni 1860).
2
2. Belanda menangkap Prabu Anom (1857) seorang bangsawan yang terkenal memusuhi
Belanda.
Dengan adanya penangkapan Prabu Anom yang terus diasingkan ke Bandung,
menimbulkan kemarahan rakyat. Akibatnya rakyat Banjar mengadakan perlawanan di bawah
pimpinan Pangeran Antasari yang mendapat dukungan dari: Kyai Demang Leman,
Tumenggung Surapati,dan lain-lain.
C. Jalannya Perang
Jalannya peperangan terekam dalam beberapa tulisan berikut;
“ Sambil bertandak dan berdoa mereka menerobos sampai 10 langkah dari
carre` ( formasi tempur berbentuk persegi empat ); meriam houwitser diisi lagi.
“Tembak !!” , kedengaran dari mulut komandan, akan tetapi baik pipa houwitser
maupun beberapa bedil macet. Beberapa orang musuh sekarang datang melalui
houwitser masuk kedalam carre’: dengan pemimpinnya yang berpakaian kuning di
muka sekali. Kopral Smit mendapat tusukan tombak pada saat akan memasang lagi
isian bedil; van Halderen mendapat dua sabetan klewang yang mematikan pada
saat akan memasang lagi pipa yang baru. Pistol kepunyaan van der Heijden juga
macet, ketika ia akan menembak kepala penyerbu itu. Kepala yang gagah berani ini
telah menerjangnya dan akan menekankan ujung tombak ke dadanya. Koch segera
melompat, menangkis dengan pedang tusukan itu, akan tetapi ia sendiri
3
terpanggang tusukan tombak dan keris, dan jatuh tersungkur”. (De
Bandjermasinsche Krijg hal. 205)
“ Tentara (Hindia Belanda) telah mempertahankan kehormatan namanya,
banyak perwira dan prajurit telah menunjukan keluarbiasaanya, banyak yang
mengucurkan darahnya, banyak yang mengorbankan nyawanya.
Celakanya, terlalu sering !
Barisan menjadi tipis, rumah-rumah sakit dan kapal-kapal pengangkut diisi
penuh prajurit yang kelelahan karena perang.
Terlalu sering kita ini wajib mengganti pasukan, dan menggantikannya dengan
yang baru, yang didatangkan dari Jawa; bahkan demikian seringnya, sehingga kita
dalam melukiskan jalannya peperangan segera berhenti memuat semua mutasi !!!”.
(De Bandjermasinsche Krijg hal. 395 )
Perang yang tidak berkesudahan, kekalahan yang terus menerus, kematian
prajurit maupun pimpinan tentara Hindia Belanda yang tiada henti, sungguh
membuat bingung, lelah dan frustasi, sehingga dipersiapkanlah cara-cara yang
sangat keji dan licik. Sebuah tipu muslihat yang sangat tidak pantas dipersiapkan
untuk memperoleh suatu kemenangan dalam peperangan.
Penipuan itu dimulai dengan ditangkapnya Ratu Siti , Ibunda Sultan
Hidayatullah, kemudian Pihak Belanda menulis surat atas nama Ratu Siti kepada
Sultan, agar mengunjungi beliau sebelum dihukum gantung oleh Pihak Belanda.
Surat tersebut tertera cap Ratu Siti…, padahal semua itu hanya rekayasa & tipuan
tanpa pernah Ratu Siti membuat surat tersebut. Ketika bertemu dengan Ibunda Ratu
Siti ditangkaplah Sultan Hidayatullah dan diasingkan ke Cianjur. Penangkapannya
dilukiskan pihak belanda : “ Pada tanggal 3 Maret 1862 diberangkatkan ke Pulau
Jawa dengan kapal perang ‘Sri Baginda Maharaja Bali’ seorang Raja dalam
keadaan sial yang dirasakannya menghujat dalam, menusuk kalbu karena terjerat
tipu daya. Seorang Raja yang pantas dikasihani daripada dibenci dan dibalas
dendam, karena dia telah terperosok menjadi korban fitnah dan kelicikan yang keji
setelah selama tiga tahun menentang kekuasaan kita (Hindia Belanda) dengan
perang yang berkat kewibawaanya berlangsung gigih, tegar dan dahsyat
mengerikan. Dialah Mangkubumi Kesultanan Banjarmasin yang oleh rakyat dalam
keadaan huru-hara dinobatkan menjadi Raja Kesultanan yang sekarang telah
dihapuskan (oleh kerajaan Hindia Belanda), bahkan dia sendiri dinyatakan sebagai
seorang buronan dengan harga f 1000,- diatas kepalanya. Hanya karena
keberanian, keuletan angkatan darat dan laut (Hindia Belanda) dia berhasil
dipojokan dan terpaksa tunduk. Itulah dia yang namanya : Pangeran
Hidajat Oellah Anak resmi Sultan muda Abdul Rachman dst, dst, dst….. “.
( Buku Expedities tegen de versteking van Pangeran Antasarie, gelegen aan de
Montallatrivier. Karya J.M.C.E. Le Rutte halaman 10).
Dengan penangkapan Sultan ini maka berakhirlah peperangan besar yang
terjadi, peperangan yang terjadi berikutnya dilukiskan oleh tentara Hindia Belanda
sebagai pemberontakan-pemberontakan kecil.
“Dengan Hidayat, pengganti sah dari Sultan Adam, rakyat yang memberontak
itu kehilangan tonggak penunjangnya; dengan Hidayat, pemimpin Agama, para
pemimpin agama kehilangan senjata yang paling ampuh untuk menghasut rakyat;
oleh kepergian Hidayat, hilanglah semua khayalan untuk memulihkan kembali
kebesaran dan kekuasaan Kerajaan Banjar, dengan kepergian Hidayat maka
pemberontakan memasuki tahap terakhir” (De Bandjermasinsche krijg hal. 280)
4
“Dengan Hidayat hilanglah semua khayalan, hasrat suci yang berlebihan,
pendorong semangat dan penyebab dari perang ini” (De Bandjermasinsche Krijg hal.
342)
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui sebab terjadinya perang
Banjar :
1. Rakyat tidak puas terhadap campur tangan Belanda dalam penggantian tahta di Banjar.
2. Belanda menangkap Prabu Anom (1857) seorang bangsawan yang terkenal memusuhi
Belanda.
B. Saran
- kita sebagai anak Indonsia, harus dapat mengrtahui sejarah-sejerah yang terjadi dalam
Negara Indonesia. Karena dalam sejarah itu banyak tersimpan peristiwa penting.
- Dan kita harus menjaga warisan budayanya. Dari warisan itu kita dapat mengambil makna
atau hikmah dari para pewaris yang telah menjadikan Indonesia seperti sekarang ini.
6
BAB IV
Daftar Pustaka
- http://master-masday.blogspot.com/2012/06/sejarah-terjadinya-perang-
banjar_20.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Banjar
- http://ghefirafira.wordpress.com/2013/02/16/rangkuman-dan-cerita-perang-banjar/
- http://liavischo.blogspot.com/2013/11/makalah-kesultanan-banjar.html