Anda di halaman 1dari 4

Jennifer Evangeline XI MIPA 3/ 23

PERANG DIPONEGORO

Perang Dipenogoro atau juga disebut sebagai Perang Jawa merupakan salah satu
pertempuran besar yang dialami pada masa pendudukan Belanda di Nusantara, melibatkan
pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kok melawan perlawanan
Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini berlangsung selama lima tahun, dari
tahun 1825 sampai tahun 1830 di Pulau Jawa.

Latar Belakang

Akibat dari Belanda yang suka campur tangan terhadap pemerintah local, sering kali
memperburuk perselisihan yang ada di lingkungan kerajaan. Hal ini mengakibatkan menurunnya
kondisi kehidupan di Surakarta dan Yogyakarta pada tahun ke-19. Campur tangan ini juga
mengakibatkan perubahan adat dan budaya keraton yang bertentangan dengan budaya nusantara.
Dengan adanya Belanda yang mendominasi telah membuat rakyat menderita karena dijadikan
sebagai objek pemerasan. Para petani tidak dapat mengembangkan hidupnya karena harus
menjadi tenaga kerja rodi Belanda. Para pangeran dan bangsawan pribumi meninggalkan
kekuasaannya karena kehilangan kedaulatan akibat berbagai kebijakan yang tidak
menguntungkan ditetapkan oleh Belanda. Hal tersebut membuat wilayah kekuasaan pribumi
semakin sempit.

Dominasi Belanda yang sudah menyeluruh, menyebabkan rakyat Nusantara sebagai alat
kekuasaan Belanda. Tidak hanya ada kerjo rodi yang membebankan rakyat Nusantara tetapi ada
juga berbagai pajak yang harus dibayar masyarakat. Masyarakat diwajibkan untuk membayar
pajak sewa tanah berupa hasil bumi (Contingenten Stelsel).
Jennifer Evangeline XI MIPA 3/ 23

Pangeran Diponegoro, yang memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo, adalah putra
Sultan Hamengkubuwono III yang pada awalnya memilih untuk tidak ikut campur urusan
keraton karena ibunya bukan seorang permaisuri. Tetapi setelah melihat betapa sengsara rakyat
Yogyakarta yang menderita dengan masalah ini dan Belanda yang sudah terlalu jauh ikut campur
tangan dalam kerajaan akhirnya Pangeran Diponegoro turun tangan. Kemarahan Diponegoro
telah mencapai puncaknya saat Belanda memerintahkan Patih Danuredja untuk menanamkan
patok-patok pembuat jalan rel kereta api di atas makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Perang Diponegoro mulai pada 20 Juli 1825, ketika pasukan Belanda datang ke Tegalrejo
untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan berhasil membunuh Tegalrejo. Perang Diponegoro
dipimpin langsung oleh Pangeran Diponegoro didampingi Kyai Mojo yang merupakan ulama
dan panglima yang dipercayai Pangeran Diponegoro. perjuangan Pangeran Diponegoro harus
berakhir karena pemerintah kolonial Belanda berhasil membujuk pangeran Diponegoro agar
menyerah. Pertempuran sengit antara Belanda dan Pangeran Diponegoro baru berakhir pada 28
Maret 1830. Kala itu, pasukan Pangeran Diponegoro dijepit di Magelang oleh Jenderal de Kock.
Demi membebaskan sisa pasukannya, Pangeran Diponegoro rela menyerahkan diri. Pangeran
Diponegoro kemudian ditangkap dan diasingkan ke Makassar hingga akhir hidupnya.

Penyebab

1. Rakyat jelata makin menderita akibat adanya bermacam-macam pungutan pajak dan
macam-macam kewajiban kerja paksa.
2. Daerah kekuasaan Kesultanan Matarm yang menyempit
3. Belanda ikut campur tangan dalam urusan kerajaan
4. Pengaruh negative barat yang dibawa masuk ke keraton
5. Menanamkan patok-patok pembuat jalan rel kereta api di atas makam leluhur Pangeran
Diponegoro
Jennifer Evangeline XI MIPA 3/ 23

Tokoh yang Terlibat

No Nama Tokoh Gambar


1 Pangeran Dipenogoro

2 Kyai Mojo

3 Alibasah Sentot Prawirodirjo


Jennifer Evangeline XI MIPA 3/ 23

4 Jenderal Hendrik Merkus de Kock

5. Hendrik Smissaert

Anda mungkin juga menyukai