Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tari Bedana Tradisional merupakan tarian yang berasal dari Lampung. Tari
ini merupakan tari yang ditarikan secara berpasangan. Pada zaman dahulu tarian
ini ditarikan oleh mekhanai-mekhanai Lampung untuk mempererat tali
silaurahmi antar umat. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini
dibawakan oleh muda-mudi lampung dalam acara-acara adat dan acara-acara yang
tidak resmi sebagai ungkapan rasa gembira. Tari Bedana Tradisional adalah
perwujudan luapan suka cita atas wiraga (gerak badan) untuk mencapai ekstase,
dalam batas-batas tertentu ketika menari diiringi dengan iringan khas nya, jiwa
kita seperti mengembarai lembah-lembah hijau dibawah kaki gunung rajabasa,
semua berubah indah riang
Tari Bedana Tradisional sebagai salah satu tarian daerah lampung yang
diyakini bernapaskan Agama Islam. Mencerminkan tata kehidupan masyarakat
lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
Pada tari ini tergambar nilai akulturasi antara tata cara dan pranata sosio-kultural
adat komitmen beragama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Tari Bedana Tradisional tersebut?
2. Apakah Perbedaan antara Bedana Tradisional dengan Bedana Kreasi yang
memiliki 9 ragam gerak?
3. Apa fungsi dari Tari Bedana Tradisional?
4. Apa saja komponen pendukung Tari Bedana Tradisional tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Memenuhi syarat Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pendokumentasian
Tari.
2. Mengetahui Sejarah Tari Bedana Tradisional Lampung.
3. Mengetahui perbedaan antara Bedana Tradisional dengan Bedana Kreasi
yang memiliki 9 ragam gerak, fungsi dan juga komponen pendukung Tari
Bedana Tradisional Lampung.

1
1.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data laporan ini dilakukan dengan metode wawancara
narasumber.

1.5 Waktu dan Tempat


Wawancara Tari Bedana Tradisional ini dilaksanakan pada hari rabu,
tanggal 08 Juni 2016 bertempat di Pasar Seni Enggal, Bandar Lampung.

1.6 Topik
Wawancara ini membahas tentang Tari Bedana Tradisional Lampung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari Bedana Tradisional


Tari Bedana Tradisional ini pada zaman dahulunya diperkirakan berasal
dari Yaman, Jazirah Arab pada tahun 1430. Dahulunya, pedagang-pedagang dari
Arab memperkenalkan agama Islam, pada saat itu, pedagang-pedagang tersebut
membawa kebudayaan tarian, yaitu Tari Bedana Tradisional. Namun, diperkirakan
Tari Bedana Tradisional ini baru dikenal di Nusantara sekitar tahun 1960—
1970an.
Tari Bedana Tradisional ini berbeda dengan Tari Bedana Tradisional
kreasi yang sering kita saksikan sekarang-sekarang ini yang mempunyai sembilan
ragam gerak pada tariannya. Tari Bedana Tradisional ini mempunyai pakem-
pakem gerak yang masih sangat Tradisional, dan sekarang ini, tarian ini sangat
jarang sekali dipentaskan, bahkan di kegiatan acara besar sekalipun, tarian ini
tidak pernah ditampilkan.
Istilah Bedana sendiri disebabkan pada zaman dahulu, kurun waktu yang
ditempuh oleh pedagang dari Jazirah Arab ke Nusantara, mereka singgah ke
daerah strategis untuk berdagang. Mereka singgah di Sumatera bagian timur atau
sekarang kita ketahui sebagai Riau, Deli Serdang, Bengkulu, dan disana dikenal
dengan nama “Zapin”, daerah Kalimantan menyebutnya “Jifin”, di daerah
Sulawesi Selatan disebut “Japeng”, dan di Sumatera Selatan—Bengkulu
menyebutnya dengan “Tari Dana”. Sedangkan di daerah Lampung menyebutnya
dengan nama ”Bedana”, ini dikarenakan lantunan vokal dari penyanyi bersyair
“ya dana.. ya.. dana”. Maka dari itu kata dana diberi tambahan imbuhan awalan
“be” dimana dalam bahasa lampung “be” berarti melakukan/melaksanakan
(seperti acara begawi ”melakukan gawi”, maka disebutlah Tari Bedana
Tradisional).
Sementara itu, yang menarikan tarian ini pada zaman dahulunya yang
diperbolehkan adalah hanya kaum laki-laki yang sudah baligh serta bisa membaca
al-qur’an (mengaji) dan biasanya tarian ini ditarikan di masjid atau di surau-surau.
Jumlah penarinya pun dahulunya tidak ada jumlah yang pasti, karena pada zaman
dahulu yang menarikan tarian ini hanya orang-orang yang berkenan saja saat

3
perkumpulan dalam mengkaji ajaran Islam. Tetapi, seiring berjalannya waktu,
tarian ini lebih sering ditarikan secara berpasang-pasangan dan pada saat ini yang
menarikannya boleh berpasangan antar pria dan wanita, yang di dalam Islam,
sebenarnya diharamkan pria dan wanita untuk berpasangan jika belum menikah
(muhrim).

2.2 Fungsi Tari Bedana Tradisional


Tarian ini pada zaman dahulu berfungsi sebagai media dakwah dan ajang
mempererat silaturahmi antar umat muslim. Hal ini dikarenakan, dalam gerak Tari
Bedana Tradisional mengandung filosofi ajaran Islam, pada syair lagunya juga
mengandung syair-syair Islam.

2.3 Ragam Gerak Tari Bedana Tradisional


Gerak tari bedana ini berjumlah 15 gerak dan setiap gerak tari bedana
memiliki sebuah makna atau pesan yang disampaikan, berikut ini merupakan
nama gerak dan makna tari bedana:

No Nama gerak Makna Gerak


1. Takzim/ Tahtim Salam penghormatan kepada penonton dan pemusik
bahwa kami mau menari.

2. Kesekh injing Menjaga jarak dengan partner untuk memberikan


sebuah batasan bahawa dalam pergaulan sehari-hari
dalam masyarkat mempuyai norma hukum yang
harus dipatuhi. (saling menghargai)

3. Kesekh gantung Dalam perjalanan kehidupan sehari-hari manusia


tidak luput dari salah dan lupa.
4. Langkah Surabaya => Perjalanan hidup manusia janganlah berlebih
Jimpang & belitut lebihan kita harus tawadhu (selalu merendah) sesuai
dengan etika yang diajarkan dalam al quran.
Dan setiap akan melangkahkan kaki untuk bekerja,
harus sudah memiliki persiapan yang matang dan
memiliki sebuah konsep yang jelas untuk menuju
langkah selanjutnya.
5. Pecoh Sesudah melakukan perjalanan dalam kehidupan
sehari-hari jika kita berjalan berputar kekanan
(kebaikan) tidak boleh kekiri (keburukan). Harus
mengutamakan akhlaqulkaromah dengan sifat sifat
Islami.

4
6. Susun sikhih Pelajaran dalam kehidupan sehari-hari haruslah
dijadikan sebuah pengalaman.
7. Mutokh mejong Memberikan penghormatan salam untuk saling
menghargai.
8. Mutokh moloh Jangan lupa dengan kewajiban dalam aturan agama
Islam.
9. Mutokh laju Beriktiar dan kembali bekerja sehari hari

10. Sakhah Dalam kehidupan sehari hari sekecil kebaikan dan


keburukan pasti memiliki sebuah manfaat.
11. Langkah arab => Melakukan sesuatu mengunakan kaki kanan
kesekh & jimpang maupun tangan kanan karna sesuatu hal yang baik
diawali dengan yang kanan. Berati selalu berfikir
positif.
12. Takzim akhir Penghormatan terakhir memberikan ucapan syukur
kepada sang pencipta
13. Tahto Semua yang hidup dibumi akan kembali lagi
kepada sang pencipta.
14. Selimpat Melambangkan pergaulan

15. Selingkang gunting Melambangkan Ikhtiar atau usaha untuk mencapai


suatu tujuan

2.4 Busana Tari Bedana Tradisional


Karena Tari Bedana Tradisional ini merupakan tarian yang berakar dari
ajaran Islam, maka, busana yang dikenakan oleh para penarinya pun harus
menutup aurat. Untuk busana yang dikenakan penari pria, biasanya adalah baju
yang mencirikan muslim yaitu baju teluk belanga dan menggunakan kikat di
kepalanya. Sedangkan busana yang dikenakan penari wanita, antara lain: Baju
Kurung, Kain yang digunakan sebagai rok, di bagian kepala memakai tudung
(kumbut) sebagai penutup kepala wanita pengganti jilbab, selain itu, penari wanita
mengenakan kaus kaki yang berfungsi sebagai penutup ketika kain yang
digunakan sebagai rok diangkat saat menari.
Selain busana yang dikenakan, para penari juga memakai aksesoris yang
mencirikan Lampung, seperti, gelang duri, papan jajar, dan bulu sertei (ikat
pinggang). Tetapi bulu sertei terkadang tidak digunakan, karena biasanya baju
kurung yang dikenakan penari wanita menutupi ikat pinggang tersebut.

5
2.5 Musik Pengiring Tari Bedana Tradisional
Musik yang mengiringi Tari Bedana Tradisional ini adalah musik-musik
yang bernuansa dan berasal dari Jazirah Arab, karena tarian ini merupakan tarian
yang berasal dari daerah tersebut. Alat musik pengiring tersebut terdiri dari
Gambus dan Rebana. Dalam Tari Bedana Tradisional juga, memiliki syair-syair
yang bernuansa keIslaman, biasanya syair-syair tersebut berupa puji-pujian dan
sholawat-sholawat yang di dalamnya terkandung pesan-pesan ajaran Islam.
Tabuhan pada tarian ini mempunyai pakem-pakem yang dipakai, tabuhan
tersebut diantaranya:
1. Tabuhan awal disebut Tazwir
2. Setelah Tazwir selesai dimainkan, lalu masuk ke tabuhan rebana; tabuhan
rebananya ada tiga, yaitu:
a. Tabuhan pertama yaitu Takzim atau yang biasa disebut Tahtim
(penyebutan tahtim dikarenakan masyarakat susah dalam menyebut
istilah Takzim).
b. Tabuhan kedua yaitu tabuhan yang mengiringi lantunan syair-syair
lagu, pukulan tersebut yaitu TD TTT D T D.
c. Tabuhan ketiga yaitu tabuhan Tahto, tabuhan ini merupakan tabuhan
penutup yang menandakan tarian tesebut sudah berakhir.
Setelah adanya akulturasi antara budaya Arab dan Lampung, maka
tabuhan dan syair-syair yang mengiringi tarian ini sudah mencirikan Lampung,
tetapi tidak mengufangi makna keIslaman yang terkandung dala Tari Bedana
Tradisional ini.

Contoh Syair Tarian Bedana Tardisional:

SYAIR LAGU SURABAYA

Sura dan baya berupa-rupa


Sapulah tangan jatuh di lumpur
Ku suruh lupa tak lupa-lupa
Lupa sebentar di kala tidur

6
Renak ya rening air di pinggan
Air di bambu mana tempatnya
Sakitlah pening boleh ditahan
Sakitlah rindu apa obatnya
Anak lah Arab pulang ke Arab
Sampai di Arab memeting Gambus
Kami berharap beribu harap
Berharap tuan budi yang bagus
Ki ngitung bangikni bung haga dang jadi awi
Ki ngitung bangik bandung haga dang lipang lagi
Dang niku khabai panas beno ku keni payung
Dang niku khabai tikkas cawamu sai ku pegang
Sanak gugur di tohot mena burung kacici
Beno nyak khatong luwot kik wat salam jak keti
Kegeringku jak lunik balak mati jadi judu
Ya Allah mati sakik lipang jama karindu
Lipang jama karindu hati pugapa-gapa
Ya Allah Ya Tuhanku sina sai pandai dia
Allah maha mengerti kehancuranni jiwa
Gham lipang lain mati kehaga sai tuha
Ulun tuha mu nyepok jelma sai papa
Nyepok mantu sai gegoh sai pintokh bijaksana
Titipan jama Tuhan hukhik kelwan mati
Kilu tetapkan iman awal sampai akhir

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesmipulan
Tari Bedana Tradisional adalah sebuah tarian yang pada zaman dahulu,
diperkirakan berasal dari Jazirah Arab pada sekitar tahun 1430, tarian ini pada
zaman dahulunya dibawa oleh pedagang-pedagang yang ingin menyebarkan
ajaran Islam, mereka membawakan tarian ini. Namun, baru pada tahun 1960—
1970an lah tarian mulai dikenal di Nusantara.
Nama “Bedana” disebut bedana dikarenakan pada saat pedagang-pedagang
tersebut menempuh perjalanan yang panjang dari Jazirah Arab ke Nusantara,
mereka singgah ke tempat-tempat yang strategis, dan di sana tarian ini
mempunyai nama penyebutan yang beragam; di Sumatera bagian timur atau
sekarang kita ketahui sebagai Riau, Deli Serdang, Bengkulu, dan disana dikenal
dengan nama “Zapin”, daerah Kalimantan menyebutnya “Jifin”, di daerah
Sulawesi Selatan disebut “Japeng”, dan di Sumatera Selatan—Bengkulu
menyebutnya dengan “Tari Dana”. Sedangkan di daerah Lampung menyebutnya
dengan nama ”Bedana”, ini dikarenakan lantunan vokal dari penyanyi bersyair
“ya dana.. ya.. dana”. Maka dari itu kata dana diberi tambahan imbuhan awalan
“be” dimana dalam bahasa lampung “be” berarti melakukan/melaksanakan
(seperti acara begawi ”melakukan gawi”, maka disebutlah Tari Bedana
Tradisional).
Tari Bedana Tradisional ini berbeda dengan tari bedana kreasi sembilan
ragam gerak yang kita ketahui saat ini, perbedaan tersebut terletak pada ragam
geraknya, kalau pada tari bedana kreasi, gerak-gerak yang dipakai tersebut sudah
mengalamai pengubahan bentuk dari gerakan tari bedana tradisional tersebut.
Pada tarian ini gerak yang dipakai diantarnya: takzim, langkah surabaya, pecah,
susun sirih, tahto, dst.
Tarian ini pada zaman dahulu berfungsi sebagai sarana silaturahmi antar
sesama umat muslim, karena tarian ini dahulu ditarian di masjid atau surau pada
ssat mekhanai-mekhanai Lampung mempelajati kajian Islam. Busana yang
dikenakan pun harus menutup aurat. Tarian ini diiringi musik tabuhan yang
terbagi atas, Tabuhan Tazwir (Pembuka), Tabuhan Pengiring tarian yang diiringi

8
syair sholawat yang berisi pujian-pujian kepada Allah SWT yang disebut Tabuh
Tandoh, dan ditutup dengan Tabuhan Tahto, pertanda tarian sudah selesai.

3.2 Saran
Hendaknya kita sebagai generasi penerus bangsa, mau untuk mempelajari
lagi taria-tarian tradisional yang sudah hampir punah, hal ini bertujuan untuk
menjaga eksistensi dari budaya tarian tersebut.
Penulis juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk
dapat terus meningkatkan kualitas.

9
LAMPIRAN

10
 Daftar Pertanyaan Wawancara mengenai Tari Bedana Tradisional:

Pertanyaan: Asal muasal, mengapa diberi nama Bedana?


Jawaban: Menurut jawaban dari narasumber, kata bedana berasal dari Jazirah
Arab. Yaman pada tahun 1430. Pedagang-pedagang Arab
memperkenalkan Agama Islam, dan membawa kebudayaan tarian, yaitu
Bedana Tradisional . Dan pada tahun 1960—1970an Bedana
Tradisional mulai dikenal dinusantara.

Pertanyaan: Mengapa disebut dengan Bedana?


Jawaban: Sebab pada kurun waktu yang ditempuh dari Jazirah Arab ke Nusantara,
mereka singgah ke daerah tempat strategi untuk berdagang. Mereka
singgah di Sumatera timur, dan disan dikenal dengan nama :zapin”,
daerah Kalimantan menyebutnya “jifin” di daerah Sulawesi Selatan
disebut “ japeng” dan di Sumatera Selatan—Bengkulu menyebutnya
“tari dana”. Sedangkan di daerah Lampung menyebutnya dengan nama”
Bedana” karena lantunan dari vokal penanyi bersyair “ ya
dana...ya..dana”. Maka dari itu kata dana diberi tambahan awalan “be”
dimana dalam bahasa lampung “be” erarti melakukan/melaksanakan
(seperti acara begawi ”melakukan gawi”, maka disebutlahlah Bedana
Tradisional).

Pertanyaan: Apa fungsi tarian Bedana Tradisional tersebut?


Jawaban: Fungsi tari bedana Tradisional ini pada awalnya sebagai ajang
mempererat ali silaturahmi antar umat muslim. Sebagai media dakwah
karena liriknya mengandung syair-syair Islam (gerak nya juga
mengandung filosofi ajaran agama islam)

Pertayaan: Siapa saja yang menarikan Bedana Tradisional?


Jawaban: Yang menarikan pada zaman dahulu hanya kaum laki-laki yang sudah
baligh dan sudah pintar mengaji..

11
Pertanyaan: Dimana tarian ini ditarikan?
Jawaban: Pada zaman dahulu tarian ini ditarikan di surau atau masjid.

Pertanyaan: Apa saja busana yang digunakan dari Bedana Tradisional tersebut?
Jawaban: Busana yang digunakan pada tarian ini ada zaman dahulu menggunakan
pakaian yang tertutup (pakaian muslim). Karena tarian ini sangat kental
dengan ajaran agama islam makanya semua penari menggunakan
pakaian tertutup. Busana yang digunakan oleh wanita yaitu baju
kurung, mengenakan kumbut (kerudung), menggunakan kaos kaki.
Karena pada saat menari rok nya diangkat. Sedangkan busana yang
dikenakan pada pria adalah baju muslim, tertutup, dan mengenakan
kopyah (kupluk). Dan menggunakan aksesoris yaitu gelang duri, papan
jajar, bulu sertei.

Pertanyaan: Apa saja ragam gerak yang terdapat dalam Bedana Tradisional
tersebut?
Jawaban: Ragam gerak yang digunakan dalam tarian bedana tradisi mencakup
gerakan sebagai berikut yaitu takzim, langkah surabaya, pecah, sirih,
dan tahto.

Pertanyaan: Apa sajakah alat musik pengiring yang digunakan dalam Bedana
Tradisional baku tersebut?
Jawaban: Musik pengiring yang digunakan dalam tarian bedana tradisi memakai
alat musik Gambus dan Rebana. Perlu diketahui tarian bedana ini
berasal dari Arab untuk menyebarkan agama Islam yang syair nya
merupakan puji-pujian atau sholawatan

Pertanyaan: Apa saja nama Tabuhan dan pakem-pakemnya yang terdapat pada
Bedana Tradisional tersebut?
Jawaban: Nama tabuhan yang terdapat pada Bedana Tradisional tradisi sbb:
- Tabuhan Awal: Tazwir
- Setelah itu masuk rebana
1. Tabuhan 1: Takzim atau tahtim (karena masyarakat susah
menyebut Takzim)

12
2. Tabuhan 2: Tabuh yang mengiringi lantunan lagu (TD TTT D T D)
3. Tabuhan 3: Tahto (sebagai tanda tarian habis)

 Dokumentasi Wawancara Tari Bedana Tradisional:

Ket gambar: Seluruh Dokumentasi diambil pada saat proses Wawancara


berlangsung (dokumen pribadi)

13

Anda mungkin juga menyukai