Anda di halaman 1dari 9

DENGKLENG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metode Penelitian II

Disusun oleh:
Komang Andreani / 2111950011

JURUSAN TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2023/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permainan jaman dulu adalah permainan yang lebih menekankan pada permainan fisik,
dimana anak-anak harus bergerak, berlari dan melompat. Salah satu budaya kearifan lokal yang
membantu mewujudkan karakter bangsa yaitu dengan membudayakan permainan tradisional.
Permainan tradisional merupakan permainan yang sudah diturunkan dari beberapa generasi yang
biasanya memiliki beberapa aspek antara lain kognitif, kinestetik dan sosial. Dalam konteks
pengenalan budaya, maka dapat ditawarkan permainan tradisional yang di dalamnya mengandung
pesan-pesan moral serta mengajarkan bagaimana cara melatih kekuatan otot pada anak-anak. Salah
satu permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak dengan umur antara 6-12 tahun di
Bali adalah permainan dengkleng. Mulanya permainan ini diperkenalkan pertama kali oleh Belanda
dengan sebutan Zondaag Maandag, namun permainan ini juga telah diajarkan pada beberapa bagian
negara timur tengah dengan sebutan Hopscoth yang kemudian diadopsi menjadi sebutan Dengkleng
di Bali.

Dalam bermain dengkleng memerlukan gerak anggota badan sama halnya dengan
berolahraga. Manfaat permainan dengklek bagi anak adalah koordinasi antara gerak kaki, lengan,
tangan dalam menjaga keseimbangan tubuh, baik saat melompat ataupun pada saat membawa benda
di telapak tangan, anak juga belajar melatih kesabaran pada saat membawa benda, meningkatkan
kekuatan otot-otot anak, serta melatih konsentrasi anak pada saat melompat. Permainan ini
menggunakan media gambaran dengan pola kotak-kotak pada lantai yang ditambah dengan gacu
(pecahan genteng, keramik atau batu yang datar) sebagai property permainannya. Gacu tersebut
nantinya dilempar ke salah satu kotak atau petak yang digambar dan petak yang ada gacunya tidak
boleh diinjak atau ditempati. Jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan melompta
menggunakan satu kaki. Saat melemparkan gacu tidak boleh melebihi petak yang telah Digambar.
Jika melebihi maka ditanyatakan gugur

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional Dengkleng
merupakan permainan yang memerlukan keseimbangan serta kekuatan. Peneliti tertarik menjadikan

2
dengkleng sebagai objek karena terstimulus dengan gerak kinestetik yang terdapat dalam permainan
dengkleng ini karena permainan ini memerlukan kekuatan motorik kasar seperti otot dan telapak kaki
seperti bagaimana otot kaki sebagai penumpu keseimbangan dan juga bagaimana saat telapak kaki
menyentuk tanah setelah melompat, memerlukan kekuatan cengkraman yang besar atau kecil. Selain
itu, peneliti tertarik akan rasa ambisius dan kompetitif dalam permainan ini karena permainan ini
bukan permainan kelompok, yang dimana hanya ada 1 orang pemenang. Jadi jelas bahwa permainan
tradisional dengkleng ini memiliki keterkaitan dengan kemampuan kinestetik.

Kata kinestetik sendiri pertama kali digunakan oleh Bastian dari Yunani yang memiliki dua
makna yaitu “menggerakan” dan “sensasi”. Namun dalam berbagai sudut pandang, kata kinestetik
dapat diartikan bermacam-macam, seperti Sherington yang mengartikan bahwa kinestetik mencakup
rasa gerak secara bersama-sama merasakan terjadinya tegangan, tekanan, kekuatan dan orientasi
tubuh terhadap ruang tanpa melibatkan apapun (Sage, 1984:178).

Pengalaman pribadi juga penah dirasakan langsung oleh penulis saat bermain dengkleng. Dari
bagaimana awal permainan seperti mencari gacu (pecahan genteng, keramik atau batu) untuk
dijadikan properti yang dilanjutkan dengan menggmbar pola kotak-kotak. Saat melakukan permainan,
penulis terstimulus akan bagaimana keseimbangan dan kekuatan otot kaki saat proses melompat dari
satu kotak ke kotak yang lainnya. Dari bagaimana posisi badan saat melompat, bagaimana kekuatan
otot kaki saat mendarat apakah memerlukan cengkraman dari telapak kaki sehingga mendarat dengan
sempurna didalam kotak. Rasa kompetitif dan ambisius juga dirasakan oleh penulis saat melakukan
permainan ini, bagaimana rasa bersaing dalam bermain hingga rasa ingin menjadi pemenang.
Pengalaman kinestetik dengan rasa kompetitif serta ambisisus inilah yang membuat penulis tertarik
dan mengambil permainan tradisional dnegkleng ini sebagai objek penciptaan karya tari.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa pertanyaan kreatif yang timbul
yaitu :

1) Bagaimana peran kinestetik dalam dalam proses permainan dengkleng?


2) Bagaimana cara mengkomposisikan rangsang kinestetik di dalam permainan
dengkleng ke dalam bentuk koreografi kelompok?

3
B. RUMUSAN IDE PENCIPTAAN

Berangkat dari pertanyaan kreatif yang telah disebutkan di atas, maka rumusan ide penciptaan
karya tari ini adalah :

1) Menciptakan koreografi kelompok dengan 3 orang penari putra dan 2 orang penari putri
2) Mementaskan koreografi di panggung prosenium
3) Mengeksplorasi gerak-gerak kinestetik dan keseimbangan yang terkait dengan permainan
dengkleng

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN

Penciptaan karya tari ini tentu saja memiliki tujuan dan manfaat, diantaranya adalah sebagai
berikut :

1) Tujuan
a. Menciptakan karya tari kelompok dengan mengkoreografikan gerak-gerak kinestetik
dan keseimbangan tubuh
b. Mencoba mengeksplorasi dan mengolah pengalaman kinestetik penulis ke dalam
karya tari
2) Manfaat
a. Dapat menciptakan karya tari yang berangkat dari permaian tradisional yang sekaligus
merupakan pengalaman langsung dari penulis
b. Dapat memahami lebih baik bagaimana proses pencarian kinestetik serta
keseimbangan

D. TINJAUAN SUMBER

Sumber acuan sangat dibutuhkan sebagai pedoman berkarya dan juga memperkuat konsep.
Acuan yang digunakan dalam koreografi ini terdiri dari sumber tertulis.

1) Sumber tertulis

4
KONSEP PENCIPTAAN KOREOGRAFI

A. Kerangka Dasar Pemikiran

B. Konsep Dasar Tari


1. Rangsang Tari

Rangsangan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan pikiran,


semangat atau mendorong kegiatan. Definisi ini kemudian diapliasikan ke dalam
konsep tari yang akan diciptakan. Proses inspirasi koreografi terbentuk dari rangsang
kinestetik dan rangsangan idesional atau gagasan.

Rangsang tari tersebut menjadikan pijakan untuk berproses dan menciptakan


koroegrafi kelompok. Rangsang kinestetik membantu dalam proses studi gerak dan
memunculkan gagasan ide mengenai cara membuat gerak tari Galantak lalu
dihubungkan dengan pengalaman pribadi penulis.

2. Tema Tari

Tema tari koreografi kelompok berjudul – yaitu keseimbangan. Keseimbangan


yang dimaksud adalah keseimbangan tubuh saat bermain dengkleng, baik
keseimbangan saat melompat hingga mendarat. Keseimbangan adalah kemampuan
tubuh untuk melakukan reaksi ats setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap
stabil dan terkendali. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan statis (tubuh dalam
posisi diam) dan keseimbangan dinamis (tubuh dalam posisi bergerak). Keseimbangan
statis diperlukan saat tubuh tidak melakukan gerak atau dalam posisi diam sedangkan
keseimbangan dinamis diperlukan saat gerak berpindah dari satu titik ke titik lainnya.
merupakan pokok permasalahan yang mengandung isi atau makna tertentu dari sebuah
koreografi.

5
3. Judul Tari

4. Bentuk dan cara ungkap

Karya tari ini disajikan dalam alur dinamika dan terbagi menjadi 4 yaitu
introduksi, bagian 1, bagian 2 dan bagian 3.

a. Introduksi
b. Adegan 1
c. Adegan 2
d. Adegan 3

C. Konsep Garap Tari


1. Gerak
2. Penari
3. Iringan Tari
4. Pemanggungan
a. Ruang tari
b. Area pementasan
5. Tata Rupa Pentas
a. Tata rias dan busana
b. Property
c. Pencahayaan
d. Tata suara

6
7
Daftar Pustaka

BIBLIOGRAPHY I, M. B. (2004). Kaja dan Kelod, Tarian Bali Salam Transisi. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.

Ni, L. P. (2022). Tari Rejang Dewa Dalam Perspektif Tri Hita Karana Sebagai Media Penanaman
Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jawa Dwipa, 83-86.

8
9

Anda mungkin juga menyukai